Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen Eko Jayanto Pembimbing I: Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II: Deddy Kurniawan S.Pd., M.A. E-mail: jayzoldick@gmail.com ABSTRACT: This research is aimed at describing the errors in Students German Writing Skill in Class X-9 SMAN 1 Kepanjen The research used the qualitative descriptive plan. The data were collected by using text, observation and questionnaire sheet. The research data are the essays which contain orthographic errors, written by the students of class X-9 SMAN 1 Kepanjen, who are the data source. The result shows that the students of class X-9 SMAN 1 Kepanjen made a lot of orthographic errors. Those errors are 66,7% Groβ- und Kleinschreibung and 33,3% Zeichensetzung of all the errors. Keywords: errors, writing error, orthography ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kesalahan ortografi keterampilan menulis bahasa jerman siswa kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, untuk selanjutnya data dianalisis dan ditulis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen masih banyak melakukan kesalahan ortografi Groβ- und Kleinschreibung atau penggunaan huruf kapital sebanyak 66,7% dan Zeichensetzung atau penggunaan tanda baca sebanyak 33,3% dari total seluruh kesalahan. Kata kunci: menulis, kesalahan menulis, ortografi Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang tergolong kompleks adalah keterampilan menulis. Menurut Portman (dalam Storch, 2008: 248), posisi menulis dalam pengajaran keterampilan berbahasa selalu diletakkan pada posisi paling akhir setelah menyimak, berbicara, dan membaca, karena ketiga keterampilan ini merupakan aspek pendukung dari keterampilan menulis. Seorang penulis harus memperhatikan secara teliti penggunaan gramatika yang benar, pemilihan kosa kata yang sesuai, dan unsur serta aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam menulis. Selain harus mengerahkan kemampuan dalam menuangkan ide, membuat kalimat atau paragraf yang koheren, dan pengalaman, pembelajar harus mampu menyajikan sebuah tulisan yang bisa dipahami oleh pembaca dan menggunakan aturan-aturan penulisan yang telah ditentukan. Karena keterampilan menulis merupakan keterampilan yang dianggap paling kompleks, maka keterampilan ini sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang lebih besar dari pembelajar bahasa. Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) selama 3 bulan di SMA Negeri 1 Kepanjen, peneliti telah memberikan beberapa tes dan pekerjaan rumah. Berdasarkan hasil tes dan tugas-tugas tersebut, ditemukan beberapa kesalahan yang muncul. Kesalahankesalahan tersebut antara lain: kesalahan konjugasi kata kerja, kesalahan dalam memilih jawaban, dan kesalahan yang paling banyak adalah kesalahan ortografi. Hal ini dapat dilihat dari hasil tulisan siswa yang masih banyak terdapat kesalahan berupa kapitalisasi, penggunaan tanda baca, dan pembentukan kata. Hal tersebut
yang menyebabkan siswa kesulitan dalam menulis, karena siswa belum terbiasa dengan aturan-aturan ortografi bahasa Jerman. Ortografi merupakan salah satu aspek untuk menulis dengan benar. Hal ini berkaitan erat dengan ejaan. Dalam ejaan bahasa Jerman telah ditentukan aturanaturan ejaan tersebut dalam ejaan bahasa Jerman yang disempurnakan (deutsche Rechtscreibung), sehingga tidak bisa dengan mudah menulis menggunakan bahasa jerman melainkan memperhatikan peraturan-peraturan ortografi. (Duden Gramatik, 2005:64-65) Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) keterampilan menulis pada semester ini atau dalam tema kehidupan sekolah masih tergolong sederhana, sehingga kesalahan yang diteliti dibatasi pada kesalahan yang berupa Groβ- und Kleinschreibung (kapitalisasi) dan Zeichensetzung (penggunaan tanda baca). Bahasa Jerman memiliki aturan-aturan dalam kapitalisasi atau Groβ-und Kleinschreibung. Aturan- aturan tersebut dapat diklasifikasi sebagai berikut: (1) aturan 1: subtantif atau kata benda (termasuk nama orang, tempat, dll.) ditulis dengan huruf besar, (2) aturan 2 : subtantif atau kata benda dalam gabungan kata yang dihubungkan dengan tanda strip (-) ditulis dengan huruf besar, (3) aturan 3: subtantif atau kata benda yang terletak setelah keterangan waktu atau adveb seperti gestern, heute, morgen ditulis dengan huruf besar, (4) aturan 4: kata-kata dalam kelas kata lain yang dibentuk dari kata benda atau subtantif ditulis dengan huruf kecil, (5) aturan 5: kata kerja yang mendapat tambahan kata benda atau sering disebut trennbare Verben ditulis dengan huruf kecil, (6) aturan 6: kata sifat dan Partizip yang digunakan sebagai kata benda harus ditulis dengan huruf besar, (7) aturan 7: kata-kata yang menunjukkan intensitas seperti alles, nicht, viel, wenig ditulis menggunakan huruf kecil, (8) aturan 8: kata sifat dan Partizip dengan artikel ditulis dengan hururf kecil jika merupakan atribut untuk kata benda, (9) aturan 9: superlatif dengan kata am yang menjawab pertanyaan wie (dalam kasus ini am tidak bisa diuraikan menjadi an dem) ditulis dengan huruf kecil, (10) aturan 10: Possessivepronomen (kata ganti milik) yang diikuti bestmmte Artikel ditulis besar, (11) aturan 11: kata kerja infinitif yang digunakan sebagai kata benda ditulis dengan huruf besar, (12) aturan 12: kata kerja infinitif tanpa artikel atau preposisi baik sebagai kata benda atau kata kerja bisa ditulis dengan huruf besar atau kecil dengan kasus tertentu, (13) aturan 13:kata sapaan sopan Sie atau kata ganti milik Ihr selalu ditulis besar, (14) aturan 14: kata ganti yang mengenai diri sendiri sich ditulis dengan huruf kecil, (15) aturan 15: kata pertama sebuah judul buku, film, majalah, dan judul-judul yang lain ditulis dengan huruf besar, (16) aturan 16: kata pertama sebuah kalimat utuh (sebuah kalimat yang berdiri sendiri atau yang memiliki anak kalimat) ditulis menggunakan huruf besar, (17) aturan 17: kata pertama sebuah kalimat utuh yang didahului tanda titik dua dan tanda petik ditulis dengan huruf besar. Selain kesalahan ortografi Groβ- und Kleinschreibung, kesalahan yang sering muncul adalah kesalahan penggunaan tanda baca atau Zeichensetzung. Dalam Duden Rechtschreibung terdapat beberapa aturan tentang penggunaan tanda baca, namun pada penelitian ini tanda baca yang diteliti adalah tanda titik dan koma. Adapun aturan-aturan penggunaan tanda baca tersebut dapat diklasifikasi sebagai berikut: (1) aturan 1: titik adalah tanda akhir kalimat berita. Tanda ini muncul setelah akhir satu kalimat utuh (apabila tanda titik tersebut tidak menunjukkan kalimat tanya dan kalimat perintah), (2) aturan 2: tanda titik tidak diperlukan pada kalimat-kalimat dibentuk secara bebas, (3) aturan 3: tanda titik diperlukan dalam penulisan angka yang menunjukkan suatu tingkatan, (4) aturan 4: koma terletak diantara kata-kata atau frasa, jika kata-kata ataufrasa kata
tersebut tidak dihubungkan dengan kata und dan oder, (5) aturan 5: banyaknya keterangan tanggal dan waktu disusun dengan menggunakan koma. Tanda ini dapat menunjukkan keterangan-keterangan tersebut sebagai urutan dalam kalimat. Oleh karena itu, koma terakhir diletakkan di depan kalimat selanjutnya, (6) aturan 6: dalam kepala surat pada umumnya koma terletak diantara keterangan tempat dan tanggal, (7) aturan 7 : tanda koma digunakan jika kata-kata yang tingkatnya sama atau frasa dihubungkan oleh konjungsi berikut ini: und, oder, bz, entweder,,,, oder, nicht-noch, sowohl-als, sowohl-wie, weder-noch, wie. Meskipun demikian, tanda koma tetap diperlukan sebagai penghubung antara induk dan anak kalimat, (8) aturan 8: kata hubung yang menunjukkan pertentangan memerlukan tanda koma dan diletakkan diantara kata yang setara. METODE Sesuai dengan judul penelitian, maka rancangan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2010: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami segala sesuatu yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku dan tindakan yang dideskripsikan dalam bentuk kata-kata, kalimat, dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang terjadi secara alamiah dengan memanfaatkan metode alamiah. Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kesalahan ortografi yang dibuat oleh siswa. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen, sedangkan data primer dalam penelitian ini adalah karangan dari 22 siswa kelas X-9 yang di dalamnya terkandung kesalahan ortografi Groβ- und Kleineschreibung dan Zeichensetzung. Selain itu data sekunder penelitian ini adalah data dari angket untuk siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi. Oleh karena itu, instrument yang digunakan adalah lembar observasi, tes, dan angket. HASIL Berdasarkan aruran-aturan ortografi bahasa Jerman, dalam penelitian ditemukan kesalahan ortografi Groβ- und Kleineschreibung yang dilakukan 22 siswa adalah pada aturan 1, aturan 4, aturan 11, aturan 16, aturan 17. Siswa belum dapat menuliskan kalimat dengan aturan ortografi yang benar. Ortografi Zeichensetzung: Punkt und Koma. Kesalahan tersebut terdapat pada aturan 1, aturan 4, dan aturan 7. Disamping itu, kesalahan yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan pada aturan 4 yaitu penggunaan tanda baca koma pada kata-kata yang setara. PEMBAHASAN Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, banyak ditemukan kesalahan ortografi yang dilakukan oleh siswa kelas X-9. Hal ini sebagaimana dikatakan Dulay (dalam Tarigan 1988:142) bahwa dalam setiap proses pembelajaran bahasa, pembelajar pasti akan melakukan kesalahan. Banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut, menunjukkan bahwa menulis merupakan keterampilan yang kompleks. Pembelajar bahasa dituntut
memiliki kemampuan untuk dapat menulis dengan baik, sebagaimana disampaikan oleh Tarigan (1982:8). Kesalahan ortografi keterampilan menulis siswa kelas X-9 ini selanjutnya dianalisis menggunakan kamus Duden Rechtschreibung yang di dalamnya terkandung aturan-aturan ortografi bahasa Jerman. Adapun bentuk kesalahankesalahan yang dianalisis dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Kesalahan ortografi Groβ- und Kleinschreibung Pada kesalahan Groβ- und Kleinschreibung yang paling banyak muncul adalah kesalahan penulisan kata benda. Dalam bahasa Jerman, kata benda ditulis dengan huruf besar meskipun tidak terletak di awal kalimat, seperti contoh di dalam Duden Rechtschreibung Erde, Kindheit, Reichtum, Franziska. Kesalahan lain yang muncul adalah penulisan kata sifat. Menurut aturan dalam Duden Rechtschreibung, kata sifat dalam bahasa Jerman ditulis dengan huruf kecil. Beberapa siswa melakukan kesalahan dalam penulisan kata sifat tersebut, contohnya: Meine Schule ist Interessant. kata Interessant pada kalimat tersebut merupakan kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil menjadi interessant karena merupakan kata sifat (Duden Rechtschreibung, 2006: 60 ) Siswa kelas X-9 melakukan banyak kesalahan ortografi Groβ- und Kleinschreibung karena aturan ortografi tersebut masih baru bagi siswa. Hal ini diperjelas oleh pendapat Edge (dalam Kleppin 2000:1062) bahwa kesalahan tersebut berupa Versuche (attempts) atau kesalahan karena siswa masih belum mengetahui hal tersebut sebelumnya. 2. Kesalahan ortografi Zeichensetzung Pada kesalahan Zeichensetzung atau tanda baca dibagi menjadi dua kesalahan. Kesalahan pertama adalah kesalahan peletakan titik. Dalam bahasa Jerman aturan peletakan titik hampir sama dengan aturan dalam bahasa Indonesia, yaitu tanda titik diletakkan di akhir kalimat berita (Duden Rechtschreibung, 2006: 92) Salah satu contoh kesalahan tersebut dapat diketahui pada kalimat...die schule zu ende (tanpa titik). Dalam kalimat tersebut tidak terdapat tanda titik, sehingga tidak dapat disebut sebagai kalimat. Menurut pendapat Edge (dalam Kleppin 2000:1062) kesalahan tersebut termasuk dalam kategori Irrtümer (errors) yakni kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan karena siswa telah mengetahui hal tersebut sebelumnya. Jenis kesalahan tanda baca selanjutnya adalah kesalahan penggunaan tanda koma. Beberapa siswa banyak melakukan kesalahan pada penggunaan koma sebagai penghubung kata-kata atau frasa setara yang tidak dihubungkan dengan konjungsi und dan oder dalam suatu kalimat (Duden Rechtschreibung, 2006:72), contohnya:... Sprachraum, und noch vielt. Berdasarkan pendapat Edge (dalam Kleppin 2000:1062) kesalahan tersebut dapat dikategorikan sebagai Versuche (attempts), karena aturan dalam penggunaan tanda koma dalam bahasa Jerman masih belum dipelajari sebelumnya. Berdasarkan hasil kesalahan tersebut, siswa paling banyak melakukan kesalahan dalam kategori Versuche (attempts), karena siswa belum mengenal aturan otografi bahasa Jerman yang sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, siswa harus sering berlatih menulis dalam bahasa Jerman. Selain itu, seorang siswa harus memperhatikan tahapan-tahapan menulis dengan benar agar tidak terjadi kesalahan pada saat menulis seperti yang
sampaikan oleh Akhadiah (1988:3-5) bahwa seorang penulis harus melakukan beberapa tahap yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Disamping itu perlu juga diperhatikan tentang ciri-ciri tulisan yang baik menurut Tarigan (1982:8) agar siswa dapat menulis dengan baik. 3. Analisis hasil angket Peneliti menggunakan angket atau kuesioner tertutup. Angket atau kuesioner tertutup dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut. Angket dalam penelitian ini berisi 8 buah pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan ortografi pada keterampilan menulis bahasa Jerman dan dapat disimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan-kesalahan tersebut tersebut antara lain; (1) siswa kelas X merupakan pembelajar pemula dalam mempelajari bahasa Jerman di SMA dan masih banyak melakukan kesalahan, (2) siswa kurang berlatih menulis bahasa Jerman, dan (3) siswa masih belum mengerti tentang aturan ortografi bahasa Jerman. PENUTUP Berdasarkan analisis data yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa siswa kelas X-9 masih banyak melakukan kesalahan ortografi berupa Groβ- und Kleinschreibung atau penulisan huruf kapital dan Zeichensetzung: Punkt und Koma atau penggunaan tanda baca titik dan koma dengan total kesalahan sebanyak 48. Kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah kesalahan ortografi Groβ- und Kleinschreibung sebanyak 32 kesalahan atau 66,7% dari total kesalahan, karena aturan tersebut merupakan hal baru bagi siswa kelas X-9. Kesalahan-kesalahan ortografi yang disebutkan diatas dikarenakan siswa kelas X-9 baru belajar bahasa Jerman dan masih belum terbiasa dengan aturan penulisan bahasa Jerman yang sebagian besar tidak sama dengan aturan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, siswa juga melakukan kesalahan ortografi Zeichensetzung: Punkt und Koma sebanyak 16 kesalahan atau 33,3% dari total kesalahan, karena beberapa aturan ortografi Zeichensetzung: Punkt und Koma hampir sama dengan aturan ortografi dalam bahasa Indonesia dan telah dipelajari oleh siswa kelas X-9. Siswa melakukan kesalahan ortografi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) siswa kelas X merupakan pembelajar pemula dalam mempelajari bahasa Jerman di SMA dan masih banyak melakukan kesalahan, (2) siswa kurang berlatih menulis bahasa Jerman, dan (3) siswa masih belum mengerti tentang aturan ortografi bahasa Jerman. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran kepada pihak-pihak berikut ini: 1. Siswa Siswa diharapkan lebih banyak berlatih menulis dalam bahasa Jerman agar terbiasa menerapkan aturan-aturan penulisan bahasa Jerman yang sedikit berbeda dengan aturan ortografi bahasa Indonesia.
2. Guru Guru diharapkan memberikan banyak latihan menulis bahasa Jerman dan penjelasan mengenai aturan ortografi bahasa Jerman, agar siswa tidak melakukan kesalahan yang berulang dalam menulis kalimat atau karangan bahasa Jerman. 3. Peneliti selanjutnya Peneliti berharap bahwa penelitian ini bisa menjadi acuan yang relevan untuk peneliti selanjutya dalam melakukan penelitian dengan tema yang sama tetapi dengan cakupan materi ortografi yang berbeda atau lebih luas DAFTAR RUJUKAN Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Kleppin, Karin. 2000. Fehler und Fehlerkorrektur. Berlin : Langenscheidt. Moleong, Lexy, M.A. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyati, Y. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta :UT. Storch. Günter.2008. Deutsch als Fremdsprache-Eine Didaktik. Panderborn: Wilhelm Fink GmbH & Co. Verlag. KG. Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.. 2005. Duden: Die Grammatik unentbehrlich für richtiges Deutsch. Mannheim: Dudenverlag.. 2006. Duden: Die deutsche Rechtschreibung. Mannheim: Dudenverlag.
Artikel oleh Eko Jayanto ini telah diperiksa dan disetujui. Malang, 10 Agustus 2012 Pembimbing I Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. NIP. 19700801 200312 2 001 Malang, 10 Agustus 2012 Pembimbing II Deddy Kurniawan, S.Pd., M.A. NIP. 19830801 200604 1 002 Malang, 10 Agustus 2012 Mahasiswa Eko Jayanto NIM. 108241410636