ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENINGKATAN SIFAT MEKANIS ALUMINIUM BEKAS YANG DIDAUR ULANG MELALUI INOKULASI UNSUR TEMBAGA

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

11 BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

MATERIAL TEKNIK LOGAM

ISSN hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

PENGARUH PERBEDAAN LAJU WAKTU PROSES PEMBEKUAN HASIL COR ALUMINIUM 319 DENGAN CETAKAN LOGAM TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API

Analisis Coran Kuningan dari Limbah Rosokan dan Gram-Gram Sisa Permesinan untuk Komponen Permesinan

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

Analisis Sifat Fisis dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA Sigit Gunawan 1 ABSTRAK

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna

BAB II DASAR TEORI. Brake Lining. Brake Shoe. Gambar 2.1. Sepatu Rem [15].

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

REDESAIN DAPUR KRUSIBEL DAN PENGGUNAANNYA UNTUK MENGETAHUI PENGARUH PEMAKAIAN PASIR RESIN PADA CETAKAN CENTRIFUGAL CASTING

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

Seminar Nasional IENACO ISSN: DESAIN KUALITAS PERANCANGAN PRODUK LIMBAH PLAT ALUMUNIUM MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMENT

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

VARIASI UKURAN PASIR CETAK TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK CORAN SCRAP PISTON SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1, Sigit Budi Hartono 2 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN CORAN PADUAN Al-Mg-Si

Transkripsi:

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran, baik perubahan sifat fisis maupun mekanis yang disebabkan oleh proses pembekuan. Perubahan sifat ini antara lain dipengaruhi media pendingin yang digunakan pada saat proses pendinginan. Karena sifat fisis dan mekanis dari suatu logam sangat penting dalam konstruksi permesinan, maka dalam penelitian ini digunakan media pendinginan yang berbeda yaitu: udara suhu kamar, air sumur dan oli SAE 40. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sifat fisis dan mekanis hasil pengecoran Aluminium dengan media pendinginan yang berbeda. Dari pengujian ketangguhan, dapatlah diketahui bahwa benda uji dengan media pendingin udara suhu kamar mempunyai nilai ketangguhan yang lebih baik dibanding dengan media pendingin air sumur dan oli SAE 40. Pada pengujian kekerasan benda uji dengan media pendingin air sumur mempunyai nilai kekerasan lebih baik dibanding dengan media pendingin udara suhu kamar dan oli SAE 40. Kata Kunci : Pengecoran, media pendinginan, Aluminium I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan proses pengecoran selain untuk mencairkan logam, juga dipakai untuk proses pembentukan logam sesuai dengan bentuk yang dibutuhkan. Pengecoran adalah untuk mencairkan suatu logam setelah itu dituangkan kedalam cetakan dan cara ini banyak di gunakan pada masa kini. Pengecoran logam tersebut digunakan dapur peleburan yang berfungsi untuk mencairkan logam. Aluminium murni merupakan logam yang mempunyai berat jenis yang lebih ringan dibanding dengan baja, disamping itu aluminium ini memiliki tahanan karat yang baik. Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran, baik perubahan sifat fisis maupun mekanis yang disebabkan oleh proses pembekuan, perubahan sifat ini antara lain tergantung dari media pendingin yang digunakan pada saat proses pendinginan. Karena sifat fisis dan mekanis dari suatu logam sangat penting dalam suatu konstruksi permesinan, maka dalam penelitian ini digunakan media pendinginan yang berbeda yaitu: udara suhu kamar, air sumur dan oli SAE 40.. B. Manfaat Penelitian a. Manfaat dari penelitian ini dapat menambah wawasan bagi industri pengecoran. b. Dapat membandingkan sifat fisis dan mekanis hasil pengecoran dengan media pendinginan yang berbeda. ISSN 1441 1152 117

Analisa Hasil... Media Pendingin II. LANDASAN TEORI Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik serta memiliki sifat sifat yang baik lainya. Untuk meningkatkan sifat mekanisya yaitu dengan menambahkan paduan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, secara satu persatu atau bersama sama, sehingga sifat sifat baik lainya meningkat seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, dan koefisien pemuaian rendah. Material ini dipergunakan didalam bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut dan kontruksi. Aluminium mempunyai berat jenis 2,69 g/cm 3 dan titik leburnya 660 o C. Dengan berat jenis yang rendah, alumunium sangat cocok sebagai bahan konstruksi, meskipun kekuatan dari aluminium murni agak rendah akan tetapi kekuatan itu dapat ditingkatkan dengan menambahkan unsur paduan pada aluminium tersebut (aluminium alloy) sehingga kekuatanya mendekati kekuatan yang dimiliki baja konstruksi, yaitu dengan penambahan unsur paduan tembaga (Cu), silikoin (Si), magnesium (Mg), mangan (Mn), nikel (Ni) dan sebagainya, yang dapat mengubah sifat-sifat mekanis Aluminium. A. Pembekuan logam Apabila cairan logam murni perlahan-lahan didinginkan, maka akan terjadi pembekuan pada temperatur yang konstant. Temperatur ini disebut titik o beku, yang khusus bagi logam. Alumunium mempunyai titik beku 660 C. Dalam pembekuan logam cair, pada permulaannya tumbuh inti-inti kristal. kemudian kristal-kristal tumbuh disekeliling inti tersebut, dan inti lain yang baru timbul pada saat yang sama. Akhirnya seluruhnya ditutupi oleh butir kristal sampai logam cair habis. Hal ini mengakibatkan bahwa seluruh logam menjadi susunan kelompok-kelompok butir kristal dan batas-batasnya yang terjadi diantaranya, disebut batas butir. Pada saat kristal yang satu bertemu dengan kristal lainnya yang sedang tumbuh, pertumbuhan kedua kristal tersebut terhenti dan permukaan singgungnya disebut batas butir. (1) (2) (3) (4) (5) Keterangan : 1) Keadaan cair 4) Kristal menyentuh tetangganya 2) Inti baru timbul menghentikan pertumbuhannya. 3) Kristal tumbuh sekeliling inti. 5) Pembekuan lengkap menjadi struktur Gambar 2.1. Ilustrasi skematis dari pembekuan logam ( Tata surdia, 2000 ) ISSN 1441 1152 118

Besar butir tergantung pada laju pendinginan dan pada proses pengerjaan panas atau pengerjaan dingin sewaktu logam dibentuk. Logam dengan butiran yang halus umumnya memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih baik dibandungkan dengan logam yang butirannya lebih kasar. Hal ini disebabkan karena pada proses deformasi, logam dengan butiran halus mempunyai hambatan slip yang lebih besar. Logam dengan butir yang kasar lebih mudah permesinannya., lebih mudah dikeraskan melalui perlakuan panas dan memiliki daya hantar listrik dan panas yang lebih baik. Logam berbutir kasar akan mengeras secara merata, sedangkan yang berbutir halus tidak mudah retak sewaktu dicelup (didinginkan dengan tiba-tiba). Ada dua pembekuan pada logam cair yaitu : 1. Pembekuan paduan Apabila logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih didinginkan dari keadaan cair, maka butir butir kristalnya akan berbeda dengan dengan butir butir kristal logam murni. Dalam ilmu logam struktur yang sama disebut fasa. Oleh karena itu paduan adalah susunan dari beberapa fasa larutan padat, senyawa antar logam dan logam murni 2. Pembekuan coran Pembekuan coran dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan mendingin sampai titik beku, dan kemudian inti inti kristal tumbuh. Bagian dalam dari coran akan mengalami pendinginan lebih lambat dibanding bagian luar, sehingga kristal kristal tumbuh dari inti asal mengarah kebagian dalam coran dan butir butir kristal tersebut berbentuk panjang panjang seperti kolom. Bagian tengah coran mempunyai gradien temperatur yang kecil sehingga merupakan susunan dari butir butir kristal dengan orientasi sembarang. Cetakan logam dapat menyebabkan permukaan logam menjadi halus dan cetakan pasir menyebabkan permukaan kasar. Dalam suatu daerah beku yang lebar kristal kristal dendrit tumbuh dari inti inti dan akhirnya pembekuan berakhir pada keadaan dendrit dendrit tersebut membeku. B. Komponen perangkutan Menurut Warpani (1990), lalu lintas adalah kegiatan lalu lalangnya orang dan atau kendaraan sedangkan perangkutan adalah usaha memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Perangkutan memiliki lima unsur pokok yakni manusia yang membutuhkan, barang yang dibutuhkan, kendaraan sebagai alat angkut, jalan sebagai prasarana angkutan, dan organisasi (pengelola angkutan). Oleh karenanya, aturan-aturan untuk menggerakkan organisasi perangkutan menjadi unsur yang sama pentingnya dengan komponen lain. Tanpa disertai aturan dan penegakannya, maka kinerja transportasi sulit tercapai secara maksimal. ISSN 1441 1152 119

Analisa Hasil... Media Pendingin III. METODE PENELITIAN A. Diagram Alir Penelitian Mulai Pengecoran Pendinginan Air sumur Pendinginan Oli SAE 40 Pendinginan Udara suhu k Pengujian ketangguhan Kekerasan Metalografi Analisis Selesai Gambar 3.1. Diagram alir penelitian B. Bahan Baku Coran Aluminium Tahapan kegiatan studi ini dilakukan dengan skema seperti gambar berikut. Bahan baku utama yang digunakan adalah terdiri dari komponenkomponen baang bekas sepeda motor dan sisa kerja mesin yang terbuat dari bahan aluminium, antara lain : a. Dudukan kampas rem tromol b. Tromol sepeda motor c. Handel rem d. Plat nomer e. Blok kopling f. Mangkokan kopling g. Piston C. Proses Pengecoran Pengecoran dilakukan di Universitas Janabadra Yogyakarta. Pengecoran benda uji menggunakan media pendinginan yang berbeda, dapur peleburan menggunakan sistem gerak dengan dua pengabut. ISSN 1441 1152 120

Gambar 3.2. Dapur peleburan Waktu yang digunakan pada saat pengecoran yaitu selama 2 jam, setelah bahan baku mencair kemudian dilakukan penuangan kedalam cetakan, Proses penuangan logam cair yang dilakukan pada saat pengecoran yaitu menggunakan ladel. D. Proses Pendinginan Sistem pendinginan dalam pengecoran aluminium menggunakan beberapa media pendingin dan lama pendinginan 3 jam, proses pendinginan tanpa melepas atau membongkar hasil coran dari cetakan sehingga proses pendinginanya bersama - sama dengan cetakanya. Media pendinginan dalam penelitian ini diantaranya : 1. Pendinginan udara suhu kamar. 2. Pendinginan air sumur. 3. Pendinginan oli SAE 40. Volume dari masing masing media pendingin sebanyak 1500 ml, kecuali pendinginaan udara dan untuk tempat dari media pendingin menggunakan jenis yang sama (bekas kaleng tiner) yang mempuyai kapasitas air 2000 ml. ISSN 1441 1152 121

Analisa Hasil... Media Pendingin IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tabel 4.1. Penurunan Temperatur setiap 15 menit sekali dengan variasi media pendingin pada saat proses pendinginan. Media pendingin Waktu Air sunur ( o C) Oli SAE 40 ( o C ) Udara suhu kamar ( o C ) 15 85 95 125 30 78 79 120 45 75 70 100 60 72 65 92 75 68 53 82 90 64 52,5 78 105 52 49,5 76 120 48 46,5 70 135 43 44 66,5 150 35 42 65 165 34 40 64,5 180 33 38 58,5 195 31 37 42 Σ penurunan suhu 4.5 4.8 6.92 Pengukuran penurunan temperatur pada media pandingin dilakukan setiap 15 menit sekali dengan menggunakan termokopel, lamanya pendinginan 3 jam. Pengukuran pada media pendingin dilakukan dengan cara alat ukur dimasukan kedalam media pendingin, sedangkan untuk media pendinginan udara kamar alat ukur diletakan disekitar benda coran dengan jarak 5 cm. temperatur ( o C ) 140 120 100 80 60 40 20 0 0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 Waktu ( menit ) Pendinginan Air Pendinginan Oli Pendinginan Udara Gambar 4.1. Grafik pendinginan Tabel 4.1. Hasil Pengujian Impact No Media Pendingin Kerja (Joule) Ketangguhan ( Joule/m 2 ) 1 Udara 4, 6 0,058 2 Olie SAE 40 2,57 0,032 3 Air Sumur 2,2 0,028 ISSN 1441 1152 122

Kerja (Joule) 5 4 3 2 1 0 Uji Ketangguhan Variasi Media Pendinginan Udara Olie SAE 40 Air Sumur Gambar 4.2. Hubungan kerja dengan variasi pendinginan Dari hasil pengujian ketangguhan benda uji dengan media pendinginan udara suhu kamar lebih tangguh dibandingkan dengan benda uji dengan media pendinginan oli SAE 40. Hal ini dikarenakan laju pendinginan udara suhu kamar lebih lambat dibanding laju pendinginan oli SAE 40 dan air sumur, struktur mikro benda uji pendinginan udara suhu kamar unsur magnesium (Mg) yang terbentuk lebih banyak dan merata dari benda uji pendinginan oli SAE 40 dan air sumur. Nilai ketangguhan benda uji dengan media pendinginan udara suhu kamar 0.058 Joule/mm 2, dengan media pendinginan oli SAE 40 0.032 Joule/mm 2 dan dengan media pendinginan air sumur 0.028 Joule/mm 2, sehinggga benda uji dengan media pendinginan udara suhu kamar lebih tangguh. C. Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan menggunakan Rocwell dengan beban 100 kg, menggunakan penetrator bola dengan diameter 1/16 in. Tabel 4.1. Hasil Uji Kekerasan No Media pendingin Nilai kekerasan ( HR B ) 1. Udara suhu kamar 24,7 2. Air sumur 31,9 3. Oli SAE 40 27,1 ISSN 1441 1152 123

Analisa Hasil... Media Pendingin Harga kekerasan (HR B ) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 24,6 HR B Media pendinginan udara suhu kamar 31,9 HR B 27,1 HR B Media pendinginan air sumur media pendinginan oli SAE 40 Gambar 4.3. Grafik hubungan kekerasan dengan variasi pendinginan. Dari hasil pengujian kekerasan benda uji dengan media pendinginan air sumur lebih keras dibandingkan dengan hasil dari media pendinginan oli SAE 40 dan media pendinginan udara suhu kamar. Laju dari pendinginan air sumur lebih cepat dari laju pendinginan oli SAE 40 dan udara suhu kamar, sehingga struktur mikro yang terbentuk pada benda uji dengan media pendinginan air sumur mempunyai unsur magnesium (Mg) lebih banyak dan merata dari benda uji dengan media pendinginan oli SAE 40 dan udara suhu kamar. D. Pengujian metalografi Mg 2 Si Al Gambar 4.4. Struktur mikro dengan pendinginan udara pembesaran 100 X Al Mg 2 Si Gambar 4.5 Struktur mikro dengan pendinginan air sumur pembesaran 100 X ISSN 1441 1152 124

Al Mg 2 Si Gambar 4.6 Struktur mikro dengan pendinginan oli SAE 40 pembesaran 100 X V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan : 1. Dari pengujian ketangguhan, benda uji dengan media pendingin udara suhu kamar mempunyai nilai ketangguhan yang lebih baik dibanding dengan media pendingin air sumur dan oli SAE 40. 2. Pada pengujian kekerasan benda uji dengan media pendingin air sumur mempunyai nilai kekerasan lebih baik dibanding dengan media pendingin udara suhu kamar dan oli SAE 40. 3. Pada pengujian metalografi terdapat unsur silisium (Si) dan magnesium (Mg) sehingga benda tersebut mempunyai sifat ketangguhan dan kekerasan yang baik. DAFTAR PUSTAKA Amsted, B.H., Ostwald, Myron, L., Begemen, Teknologi Mekanik. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hari Amanto,. Daryanto,., 1999, Ilmu Bahan. Bumi Angkasa Ismanto, Diktat Metalurgi Fisik. Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta. Robert, F. Mahl. Chairman of all 7 commites. Metal Handbook Atlas of Microstructures of Industrial Alloy. American Sociaty For Metal. Surdia, T, E. Chijiwa. K. 2000. Teknik Pengecoran Logam. Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta., Diktat Pengecoran Logam. Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta. Tata Surdia. E. Saito. S, 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta. ISSN 1441 1152 125