TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori atau Konseptual

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

PERANAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERUSAHAAN. (Studi Pada Kantor Notaris Sri Hartini, SH di Surakarta)

PUTUSAN. Nomor : 0824/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRROHMAANIROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0814/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. penting dan sangat komplek dalam proses litigasi. Keadaan kompleksitasnya

PUTUSAN. Nomor : 0827/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

P U T U S A N Nomor: 0108/Pdt.G/2010/PA.Spn.

PUTUSAN. Nomor : 0102/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

PUTUSAN. Nomor : 0066/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

P U T U S A N. Nomor: XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

1. Pengertian Saksi. 2. Syarat syarat Saksi MAKALAH :

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

P U T U S A N. Nomor:0230/Pdt.G/2007/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

a. Hukum pembuktian bagian hukum acara perdata, diatur dalam:

P U T U S A N SALINAN. Nomor 1782/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

PUTUSAN Nomor : 0254/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN MAJELIS HAKIM MENOLAK PERMOHONAN IWA<D} PERKARA KHULU DALAM GUGATAN REKONVENSI (No. 1274/Pdt.G/2010/PA.

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN HAK CIPTA LUKISAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat melakukan segala macam kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, tangga, sekolah, rumah sakit, dan industri-industri.

PUTUSAN Nomor : 0010/Pdt.G/2014/PA.Pas

BAB I PENDAHULUAN. perceraian/pemutusan perkawinan.

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

PUTUSAN. Nomor : 0795/Pdt.G/2010/PA.Pas. qvºrû spºrû tûû qt± DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1009/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

PUTUSAN Nomor: 105/Pdt.G/2012/PA.Pkc

P U T U S A N BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara Cerai

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TENTANG CERAI GUGAT DENGAN ALASAN IMPOTEN. A. Prosedur Cerai Gugat Dengan Alasan Impoten

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

PENGGUGAT, umur 42 tahun, agama Islam, pendidian MTS, pekerjaan rumah tangga, bertempat tinggal di Kabupaten Rokan Hulu, sebagai Penggugat ; MELAWAN

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya :

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

TENTANG DUDUK PERKARA

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

P U T U S A N 37/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim

PUTUSAN Nomor: XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm

P U T U S A N Nomor : 018/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

PUTUSAN Nomor : 80/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

P U T U S A N. Nomor 0649/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

Nomor: 0153/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh: ANIS SHOLIKHAH C. 100 030 140 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 1

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah hal yang terpenting dalam pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Dari perkawinanlah akan terwujud suatu rumah tangga bahagia yang melahirkan keluarga sejahtera. Karena kesejahteraan hidup lahir batin tersebut menjadi idaman setiap keluarga. Islam memandang dan menjadikan perkawinan itu sebagai dasar suatu masyarakat yang baik dan teratur, sebab perkawinan tidak hanya diikiat oleh ikatan lahir saja, tetapi diikat dengan ikatan batin. Isalm menginginkan perkawinan itu langgeng diantara suami istri, kecuali dengan sebab yang tidak dapat dielakkan, yaitu dengan sebab matinya salah seorang diantara mereka berdua. Berdasarkan hal-hal tersebut, tidak mustahil dalam masyarakat di jumpai bahwa kehidupan perkawinan terkadang dengan sesuatu sebab atau beberapa sebab menjadi buruk, bahkan karena buruknya tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga dirasakan bahwa kehiduapan suami istri tidak mungkin dilanjutkan lagi dan jalan terbaik yang ditempuh adalah perceraian. Undangundang Peradilan Agama membedakan perceraian atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri. Perceraian atas kehendak suami disebut cerai talak sedangkan perceraian atas kehendak istri disebut cerai gugat. Bagi suami istri yang hendak mengajukan tuntutan cerai, maka para pihak harus mengemukakan positanya yang berisi kejadian-kejadian atau peristiwa-

3 peristiwa yang dialaminya. Dari suatu peristiwa atau fakta yang diajukan oleh para pihak tersebut, maka hakim harus memeriksa kebenaran yang bersangkutan dan kebenaran peristiwa ini hanya dapat diperoleh dengan pembuktian. Pada dasarnya pembuktian (yang dilakukan oleh hakim) adalah untuk menetukan hubungan hukum yang sebenarnya terhadap pihak-pihak yang berperkara. Dengan bahasa lain dapat disampaikan bahwa pembuktian dimaksudkan untuk mencapoai suatu kebenaran yang sesungguhnya dan didasarkan pada bukti-bukti. Pembuktian dalam Peradilan Agama pada kasus perceraian dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1989 jo Undang-Undang No.3 Tahun 2006, terdiri dari 5 acara pembuktian. Lima acara pembuktian kasus perceraian tentang: 1. Pembuktian dalam permohonan cerai talak (Pasal 70) 2. Pembuktian dalam gugatan perceraian didasarkan atas alasan salah satu pihak mendapat pidana penjara (Pasal 74) 3. Pembuktian dalam gugatan perceraian didasarkan atas alasan tergugat mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dijalankan kewajiban sebagai suami. (Pasal 75) 4. Pembuktian dalam gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqoq (Pasal 76) 5. Pembuktian dalam gugatan perceraina didasarkan atas alasan zina (Pasal 87)

4 Kelima acara pembuktian tersebut merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pertimbangan hakim menilai, memeriksa, dan mengambil keputusan. Pembuktian dalam persidangan merupakan alat bagi hakim yang obyektif untuk menetukan perceraian perkawinan suami istri. Beberapa pembuktian dalam sidang perceraian diantaranya adalah: pengakuan atau kesaksian. Pengakuan atau kesaksian sebagai alat pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan dapat ditentukan dari pelaku tergugat,dimana pengakuan ini merupakan pembuktian kunci sebagai alasan hakim menetukan keputusan. Untuk pembuktian peristiwa atau kejadian dimuka persidangan dilakukan dengan menggunkan alat-alat bukti. Dengan alat-alat bukti yang diajukan tersebut, maka dapat memberikan dasar bagi hakim untuk mengambil keputusan setelah menilai dan memeriksa alat bukti tersebut. Memberikan dasar-dasar yang cukup kepada Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara agar dapat memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan. Yang harus dibuktikan adalah yang dibantah oleh pihak lawan. Alat-alat bukti yang dapat digunakan dalam persidangan diantaranya (Pasal 164 HIR/Pasal 284 RBg/Pasal 1866 BW) : 1. Alat bukti tertulis (surat) Menurut Tirtaatmidjaja (1993: 159), bukti tertulis adalah alat bukti yang berupa surat, yaitu setiap rentetan atau susunan huruf bacaan dengan apa diwujudkan suatu pikiran tertentu. Tidak peduli di atas kertas, maupun di atas kayu, batu, kain dan lain-lain.

5 Alat bukti tertulis (surat) bisa berupa akta otentik, akta di bawah tangan, dan bukan akta. Akta otentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau dihadapan Pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap antara para pihak dan para ahli warisnya dan mereka yang mendapat hak daripadanya tentang yang tercantum di dalamnya sebagai pemberitahuan belaka. Akta otentik merupakan bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak, ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak dari padanya. Akta otentik termasuk akta yang dibuat oleh pejabat seperti berita acara yang dibuat oleh polisi dan panitera pengganti di persidangan dan akta yang dibuat oleh para pihak. Akta di bawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna seperti akta otentik kalau tanda tangan yang tercantum disitu, diakui oleh penanda-tanganan. Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan notaris, seperti kuitansi, perjanjian sewa-menyewa dsb. 2. Alat bukti saksi Alat bukti saksi dapat berupa hasil pemeriksaan saksi (Pasal 144 152 HIR dan Pasal 171 179 RBg) dan keterangan dari saksi (Pasal 168 172 HIR/Pasal 306 309 RBg dan Pasal 1895 dan 1902 1912 BW). Menurut Sudikno (1993: 134) suatu kesaksiaan adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh

6 orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil dipersidangan. 3. Alat bukti persangkaan Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undangundang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yang terang nyata kearah peristiwa lain yang belum terang kenyataannya (Pasal 1915 ayat (1) BW). Dengan demikian persangkaan merupakan alat bukti yang tidak langsung yang ditarik atau disimpulkan dari alat bukti lainnya, yakni dengan menyimpulkan dari fakta yang sudah terbukti kearah fakta yang belum terbukti. 4. Alat bukti pengakuan (Pasal 174, 175 dan 176 HIR/Pasal 311, 312 dan 313 RBg) Pengakuan di muka hakim di persidangan merupakan keterangan sepihak baik tertulis maupun lisan yang tegas dan dinyatakan oleh salah satu pihak dalam perkara dipersidangan yang membenarkan baik seluruhnya atau sebagian dari suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh lawannya yang mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut oleh hakim tidak perlu lagi (Sudikno, 1999: 149). 5. Alat bukti sumpah (Pasal 155 158 dan Pasal 177 HIR/Pasal 182 185 dan Pasal 314 RBg) Pasa umumnya sumpah adalah suatu pernyataan yang khidmat diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat maha kuasa dari Tuhan, dan percaya bahwa

7 siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-nya. Jadi hakikatnya sumpah merupakan tindakan yang bersifat religius yang digunakan dalam peradilan (Sudikno, 1993: 154). Kelima keterangan tentang alat-alat bukti di atas, dalam penelitian ini menitik beratkan pada alat bukti pengakuan sebagai fokus utama yang akan dikupas dalam penelitian ini. Pengakuan bukan hanya sekedar merupakan alat bukti yang sempurna saja, tetapi juga merupakan alat bukti yang bersifat menentukan yang tidak memungkinkan adanya pembuktian lawan. Dalam hal ini pengakuan yang dimaksudkan adalah pengakuan dari tergugat dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Surakarta. Pengakuan tergugat inilah yang akan menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara perceraian. Apabila ada orang yang digugat kemudian mengakui gugatan itu maka secara nyata perselisihan itu dianggap tidak ada. Oleh karena itu pengakuan dalam pembuktian suatu perkara memiliki peranan penting, sehingga mempercepat dan mempermudah dalam penanganannya secara hukum. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA. B. Pembatasan Masalah Agar dalam mengadakan penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan serta agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai, maka penulis perlu membatasai terhadap permasalahan yang

8 akan diteliti. Selanjutnya di dalam membahas permasalahanini penulis membatasi haya pada pokok permasalahan hukum acara peradilan agama mengenai pengakuan sebagai alat bukti dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Surakarta. C. Perumusan Masalah Agar permasalahan yang dibahas lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian maka penting sekali dirumuskan permasalahan, yaitu: 1. Bagaimanakah peranan pengakuan sebagai alat bukti dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Surakarta 2. Bentuk-bentuk pengakuan yang bagaimanakah yang dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Surakarta? 3. Apakah pengakuan dalam sengketa perceraian akan mengikat hakim dalam memutus perkara perceraian itu? D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan obyektif a. Untuk mengetahui peranan pengakuan sebagai alat bukti perceraian di Pengadilan Agama Surakarta b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengakuan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara perceraia di muka sidang Peradilan Agama

9 c. Untuk mengetahui apakah pengakuan berbuat zina yang diucapkan oleh suami atau istri di muka Pengadilan Agama dapat mengikat hakim dalam memutus perkara perceraian 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memenuhi syarat akademik guna memperoleh gelar Sarjana Strata I dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta b. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman akan arti pentingnya Ilmu Hukum dalam teori dan praktek E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat mengembangkan pemikiran mengenai Ilmu Hukum yang telah diperoleh selama perkuliahan b. Dapat menyumbangkan pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat di bidang Ilmu Hukum khususnya bagian Hukum Acara Peradilan Agama, mengenai alat bukti khususnya pengakuan dalam kasus perceraian 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan ini dapat lebih memberikan keterangan tentang peranan pengakuan sebagai alat bukti dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama

10 b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadikan sebagai bahan masukan dan refernsi bagi peneliti berikutnya F. Metode Penelitian Peneltian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah 36. Dalam penelitian ini metode yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian hukum dengan pendekatan non-doktrinal yang yuridis empiris mempertimbangkan berbagai macam obyek dan merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan sumber data atau informasi yang diperoleh. Penelitian ini dititikberakan pada penelitian terhadap sistematikan hukum dari perangkat kaedah-kaedah hukum, yang terhimpun di dalam suatu kodifikasi atau peraturan perundang-undangan tertentu 2. Penelitian yuridis empiris, dimaksudkan menggunakan strategi penelitian dilakukan guna mencari pemecahannya dari unsur-unsurnya digeneralisasikan dengan cara kualitatif, yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh, sepanjang hal itu mengenai manusia. 36 Metode Research I, Sutrisno Hadi, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, hal.4 2 Metode Penelitian Hukum, Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, FH UMS, Surakarta, 2004, Hal 48.

11 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada tentang pengakuan sebagai alat bukti dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Surakarta secara jelas. 3. Lokasi Penelitian Dalam melaksanaan penelitian memilih lokasi penelitian di Pengadilan Agama Surakarta, karena di Pengadilan Agama Surakarta mudah dalam mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 4. Jenis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, yaitu yang langsung diperoleh dari lokasi penelitian di Pengadialn Agama Surakarta. b. Data Sekunder Data sekunder adalah yang tidak diperoleh secara langsung dari lapangan, melainkan diperoleh melalui bahan perpustakaan, yang terdiri dari beberap literatur, hasil-hasil penelitian, peraturan perundang-undangan, putusan Pengadilan Agama serta buku-buku yang berkaitan dengan masalah pengakuan secara alat bukti.

12 5. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu semua pihak yang telah terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti, pihak-pihak itu meliputi: ketua Pengadilan Agama Surakarta, Hakim dan Panitera pengadilan Agama. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sejumlah data yang diperoleh melalui studi pustaka, meliputi buku : berkas perkara dari Pengadilan Agama Surakarta, keterangan saksi, dan yurisprodensial. 6. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dari sumber data yang telah disebutkan diatas, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Observasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan baiak langsung maupun tidak langsung di lokasi penelitian untuk kemudian dicatat secara sistematis dari hasil pengamatan tersebut. b. Wawancara Wawancara yang akan diadakan oleh penulis untuk mendapatkan data yang diperlukan dilaksanakan dengan cara tanya jawablangsung atau tatap muka guna memperoleh baik secara lisan maupun tulisan sejumlah keterangan dan data yang diperlukan dalam penelitian. Pihak-pihak yang berkepentingan diantaranya meliputi Hakim dan

13 Panitera Pengadilan Agama Surakarta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. c. Studi Kepustakaan Metode ini dilakukan dengancara mengunmpulkan dan mempelajari serta memahami bahan tertulis berupa buku-buku, artike-artike dan peraturan-peraturan tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti 7. Teknik Analisis Data Pada kegiatan penelitian ini, penulis tidak hanya berhenti pada tahap pengumpulan data, karena setelah data yang dikumpulkan di dapat data tersebut masih perlu diolah dan dianalisa agar data tersebut nantinya dapat menjawab segala permasalahan yan timbul dalam penelitian ini. Penulis menggunakan teknik analisa interaktif, maksudnya adalah suatu model analisa data yang terdiri dari tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian dta dan penarikan kesimpulan 37 Dengan model analisa ineraktif, maka data akan diproses melalui tiga komponen tersebut, sehingga data yang terdapat nantinya benar-benar data yang mewakili dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini berisi tentang bab-bab bagian utama dalam skripsi secara garis besar dengan maksud untuk mempermudah pemahaman 37 Pengantar Penelitian Hukum, Soerjono Soekanto Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, Hal. 250

14 dan pembahasan gambaran seluruh isi skripsi. Oleh karena itu, dengan tetap mengikuti ketentuan yang berlaku umum, skripsi ini disusun ke dalam empat bab gambaran umum tentang tiap babnya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Peneltitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Penelitian BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Islam 2. Pengertian Perkawinan Menurut UU No.1 Th 1974 dan KUH Perdata B. Tinjauan Umum tentang Perceraian 1. Bentuk-Bentuk Perceraian 2. Alasan-Alasan Perceraian 3. Akibat-Akibat Perceraian C. Tinjauan Umum tentang pembuktian 1. Pengertian Pembuktian 2. Beban Pembuktian 3. Alat-alat Bukti

15 D. Pengakuan 1. Pengertian Pengakuan 2. Dasar Hukum 3. Akibat Pengakuan 4. Macam-macam Pengakuan BAB III HASIL PENELITAIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Peranan Pengakuan Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Surakarta 2. Bentuk-bentuk Pengakuan yang Dapat Dipergunakan Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Surakarta 3. Pengakuan Dalam Sengketa Perceraian akan Mengingat Hakim Dalam Memutus Perkara Perceraian B. Pembahasan 1. Peranan Pengakuan Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Surakarta 2. Bentuk-bentuk Pengakuan yang Dapat Dipergunakan Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Surakarta 3. Pengakuan Dalam Sengketa Perceraian akan Mengingat Hakim Dalam Memutus Perkara Perceraian

16 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN