PERANCANGAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK TERPADU DI APARTEMEN MEWAH DENGAN MODEL DIVIDED TRANSIT MATERIAL PROCESSING

dokumen-dokumen yang mirip
1.2 Tujuan Penelitian

Ratih Agustine Putri, Gabriel S.B. Andari Kristanto, Cindy Rianti Priadi

Karakteristik dan Komposisi Sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Kota Ternate dan Alternatif Pengelolaannya

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

Studi Timbulan..., Ayu Nitami, FT UI, 2013

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

Anissa Yanuarina Putri, Cindy Rianti Priadi, Gabriel S.B. Andari. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

SATUAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH DOMESTIK KABUPATEN TANAH DATAR

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN JATIASIH, KOTA BEKASI

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

SATUAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH INSTITUSI KOTA PADANG GENERATED SOLID WASTE AND COMPOSITIONS OF INSTUTIONAL WASTE IN PADANG CITY

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

SATUAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH INDUSTRI KOTA PADANG

BAB III STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI DISAIN PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTEK

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

POTENSI PEMANFATAN SAMPAH DI PASAR LEUWILIANG, CIGUDEG DAN JASINGA KABUPATEN BOGOR MELALUI PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Timbulan Komposisi Dan Karakteristik Sampah Domestik Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru

Timbulan dan Pengurangan Sampah di Kecamatan Klojen Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Widya Anantya, ST, M.EnvMan

ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT PENGOLAHAN SAMPAH (UPS) DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN BEJI, DEPOK

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

Tersedia online di : Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

Kata Kunci: Pengelolaan sampah, berbasis masyarakat

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

PPM REGULER. Oleh : Suhartini

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

ABSTRAK. Kata Kunci : Kabupaten Tabanan, Peran serta masyarakat, pengelolaan sampah, TPS 3R

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN BUBUTAN SURABAYA

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TANDES KOTA SURABAYA

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

STUDI EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KONSEP 3R (STUDI KASUS : KEC. CILANDAK, JAKARTA SELATAN)

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengolahan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya YOANITA PUSPITA RATIH

STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH KAWASAN PT SEMEN PADANG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

Rizki Anisa, Djoko M. Hartono dan El Khobar Muhaemin Nazech. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

ANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENGELOLAAN SAMPAH KERTAS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

Transkripsi:

PERANCANGAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK TERPADU DI APARTEMEN MEWAH DENGAN MODEL DIVIDED TRANSIT MATERIAL PROCESSING Fajri Mulya Iresha, Cindy R. Priadi, dan Gabriel S. B. Andari K. Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia fajri.resha@gmail.com ABSTRAK Timbulan sampah di DKI Jakarta sebesar 5.598 ton per hari (BPS DKI Jakarta, 2012) dapat menimbulkan masalah bila tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan limbah padat dengan model Divided Transit Material Processing (DTMP) menekankan pemikiran proaktif dan sistem desentralisasi terutama di daerah apartemen. Hasil dari penelitian ini adalah seberapa besar potensi pengurangan sampah yang terjadi di apartemen Essence on Darmawangsa. Metode yang digunakan yaitu SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Dari hasil pengukuran, didapat timbulan rata-ratanya sebesar 0,578 kg/orang/hari dan volume rata-ratanya sebesar 5,07 L/orang/hari dengan komposisi sampah terdiri dari 39,4% sampah organik, 21,4% kertas, 17,0% pamper dan pembalut wanita, 14,0% plastik, 4,00% kaca, 1,40% logam, 0,50% tekstil, 0,100% kayu, dan 2,20% sampah lain-lain. Untuk potensi sampah layak jual yaitu sebesar 18,1% dan sampah layak kompos sebesar 31,5% dari total timbulan rata-rata. Berdasarkan hasil pengukuran timbulan, teknis operasional dirancang dengan menggunakan model DTMP yang terdiri dari pemilahan dengan pemikiran proaktif, pewadahan dan pengumpulan yang terdiri dari organik dan anorganik, pengolahan yang dilakukan pengelola sampah, serta pemindahan dan pengangkutan residu. Lalu, dirancang pula Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R. Potensi pengurangan sampah bila dilakukan pengelolaan adalah sebesar 39,4% yang diharapkan dapat mengurangi beban TPA Bantar Gebang. Kata kunci: komposisi sampah, TPS 3R, model Divided Transit material Processing, pengelolaan sampah, timbulan sampah INTEGRATED MUNICIPAL SOLID WASTE MANAGEMENT DESIGN IN HIGH-RISE APARTMENT WITH DIVIDED TRANSIT MATERIAL PROCESSING MODEL ABSTRACT The waste generation in Jakarta at 5,598 ton per day (BPS DKI Jakarta, 2012) can cause problems if it is not well managed. Solid Waste Management (SWM) with Divided Transit Material Processing (DTMP) model emphasizes proactive thinking and decentralized systems, focusing on SWM in apartments. The aim from this study is to measure the waste reduction potential in the apartment. The method used is SNI 19-3964-1994 on methods of sampling and measurement of the waste generation and composition. The average waste generation is measured at 0.578 kg/person/day and the average volume at 5.07 L/person/day with the compositions are 39.4% organic waste, 21.4% paper, 17.0% pamper and sanitary napkins, 14.0% plastic, 4.00% glass, 1.40% metals, 0.50% textiles, 0.100% wood, and 2.20% other waste. The potential reduction of recyclable waste is 18.1% and compostable is 31.5% of the total waste generation. Meanwhile, technical operation designed using DTMP model consists of separation with proactive thinking, storage and collection consisting of organic and anorganic fraction, waste processing, and transfer fajri 8/28/13 12:39 PM Deleted: yaitu fajri 8/28/13 12:40 PM Deleted: besar fajri 8/28/13 12:40 PM Deleted: menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) priadi 8/28/13 9:00 AM Comment [1]: Lihat ulang kalimat ini priadi 8/28/13 9:01 AM Deleted: Sementara itu fajri 8/28/13 12:42 PM Deleted: yang disertai priadi 8/28/13 9:01 AM Formatted: English (US) priadi 8/28/13 9:01 AM Comment [2]: Pengurangan sampah ke TPA kan? Sampahnya diapakan? priadi 8/28/13 9:01 AM Formatted: English (US) priadi 8/28/13 9:01 AM Formatted: English (US) 1

and transport of residue. In addition, Material Recovery Facility (MRF) was designed as a solid waste treatment facility. The potential waste reduction is about 39.4%, expected to reduce the load impact on Bantar Gebang landfill. Keywords: Divided Transit Material Processing model, Material Recovery Facility, waste composition, waste generation, solid waste management PENDAHULUAN Urusan pengelolaan sampah telah menjadi masalah besar bagi setiap negara dan juga di setiap daerah masing-masing negara tersebut. Sampah bila tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Permasalahan sampah juga menimpa ibukota negara Indonesia. Pada tahun 2011, tercatat jumlah timbulan sampah DKI Jakarta sebesar 5.598 ton per hari (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2012). Pemerintah daerah setempat hanya mampu mengolah sekitar 1.000 ton per hari dan sisanya diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bantar Gebang yang hanya memiliki luas 108 ha (BPLHD Jakarta, 2012). Dalam hal keberlanjutan, sudah tentu TPA ini tidak akan mampu lagi menampung sampah milik warga kota Jakarta dalam beberapa waktu ke depan. Di lain hal, pertumbuhan penduduk dan tingkat kepadatan yang tinggi di Jakarta, yakni 13.158 orang per km 2 di tahun 2010 (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2012) membuat Jakarta menjadi kota terpadat nomor 6 di dunia versi majalah TIME. Hal tersebut menjadikan kebutuhan akan hunian semakin meningkat. Sementara ketersediaan lahan semakin sedikit. Oleh karena itu, kini sedang marak dibuat alternatif hunian vertikal yang dekat dengan pusat kota, yaitu apartemen. Apartemen mulai berkembang pada kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta, dengan sasaran penghuni dari kalangan menengah dan atas. Dengan berkembangnya kalangan elit di Indonesia ini, turut memicu pula konsep apartemen mewah yang memiliki luasan lebih dari 100 m 2 (SNI 03-1733-2004) yang ditawarkan para pengembang asing maupun lokal. Laris manisnya unit apartemen mewah bahkan sebelum apartemen itu selesai proses konstruksinya menunjukkan animo masyarakat yang tinggi terhadap hunian vertikal. Seluruh aktivitas yang ada apartemen merupakan salah satu sumber penghasil sampah dalam jumlah yang besar. Hal ini dikarenakan dalam area yang relatif kecil, apartemen mampu menampung penghuni dengan jumlah yang relatif besar. Selain itu, semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pula timbulan sampah yang dihasilkan karena pengaruh gaya hidup. Oleh 2

sebab itu, dibutuhkan perencanaan sistem pengelolaan sampah apartemen yang baik untuk mengurangi permasalahan sampah di Jakarta. Perencanaan ini harus didasarkan pada jumlah timbulan dan komposisi yang ada pada sampah apartemen. Perlu adanya perubahan paradigma dalam menyikapi pengelolaan sampah di Indonesia. Paradigma lama yang memposisikan TPA menjadi tujuan akhir dari sampah terbukti gagal. Banyak permasalahan yang timbul dimulai dari beban TPA, penyediaan lahan, dampak pencemaran yang timbul dari TPA hingga keberlanjutan lahan TPA yang sudah ditutup. Dengan luasan DKI Jakarta yang terbatas disertai dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, TPA eksisting yang saat ini beroperasi yaitu TPA Bantar Gebang tidak akan mampu lagi menampung sampah warga Jakarta dalam beberapa waktu ke depan. Berdasarkan hal tersebut, solusi dapat dituangkan dalam suatu model pengelolaan sampah dengan menghilangkan ketergantungan terhadap TPA. Model ini berusaha menghidupkan reverse chain (rantai kebalikan) dari suatu proses daur hidup suatu material dengan menyambungkan kembali rantai pemakaian konsumen menuju ke pengepul dan kembali menuju industri. Model tersebut dinamakan Model Divided Transit Material Processing yang diterapkan oleh Fehr pada tahun 2006 di Brazil. Solusi yang ditawarkan pada Model Divided Transit Material Processing (Fehr, 2006) pada pengelolaan limbah padat domestik adalah dengan melakukan pengurangan sampah yang diangkut menuju TPA dengan pemikiran proaktif dan sistem desentralisasi. Model pemikiran proaktif ini mengubah pemikiran sampah mulai dari penamaan sampah itu sendiri, tujuan akhir sampah yang bukan lagi menuju TPA, serta pemanfaatan sampah itu sendiri sehingga terbentuk rantai pengelolaan sampah yang tidak terputus sampai ke pembuangan, tetapi berlanjut sampai ke proses produksi kembali. Di Brazil, khususnya di kawasan apartemen Uberlandia, model ini diterapkan oleh Fehr (2006) dalam penelitiannya yang berjudul A Successful Pilot Project of Decentralized Household Waste Management in Brazil. Dalam penelitian ini telah berhasil diukur pengurangan sampah menuju TPA sebesar 62%. TINJAUAN TEORITIS Teknis Operasional dalam Pengelolaan Sampah Dalam teknis operasional sampah, menurut Tchobanoglous (1993), dapat terdiri dari beberapa dasar perencanaan kegiatan kegiatan yang meliputi: 1. Pewadahan sampah 3

2. Pengumpulan sampah 3. Pemindahan sampah 4. Pengangkutan sampah 5. Pengolahan sampah 6. Pemrosesan akhir sampah Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari penanganan sampah yang dilakukan untuk mengurangi dampak akibat pembuangan langsung sampah ke lingkungan. Di Indonesia, SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan mengatur secara rinci tentang perencanaan teknis operasional dalam melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R TPS 3R merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk menerima, memilah, memproses dan menyimpan bahan daur ulang untuk dibentuk dan dijual kembali. Berdasarkan SNI 03-3242-2008, klasifikasi TPS sebagai berikut : 1) TPS tipe I Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan : (a) Ruang pemilahan (b) gudang (c) tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (d) Luas lahan ± 10-50 m 2 2) TPS tipe II Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan : (a) Ruang pemilahan ( 10 m 2 ) (b) Pengomposan sampah organik ( 200 m 2 ) (c) Gudang ( 50 m 2 ) (d) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan kontainer (60 m 2 ) (e) luas lahan ± 60 200 m 2 3) TPS tipe III 4

Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan : (a) Ruang pemilahan ( 30 m 2 ) (b) Pengomposan sampah organik ( 800 m 2 ) (c) Gudang ( 100 m 2 ) (d) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m 2 ) (e) luas lahan > 200 m 2 Pengelolaan Sampah dengan Model Divided Transit Material Processing Menurut penelitian dan pengalaman Fehr (2006) tentang manajemen limbah padat perkotaan yang ada di Brazil, hasilnya telah menunjukkan adanya kebutuhan untuk melakukan perubahan paradigma tentang sampah di kalangan masyarakat. Saat ini, paradigma yang berkembang di masyarakat adalah menjadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sebagai tujuan akhir sampah. Jadi semua sampah akan dibuang secara terpusat pada satu tempat. Pola yang tersentralisasi itu telah banyak menemui masalah dan jalan buntu dalam pengelolaan sampah. Hal tersebut dikarenakan permasalahan sampah sudah sangat dinamis dan kompleks yang mencakup juga permasalahan sosial dan ekonomi, bukan hanya masalah lingkungan hidup. Model Divided Transit Material Processing ini dimulai dengan penamaan yang baru pada sampah, lalu menuju ke interaksi yang terjadi antara warga dan pengepul sampah dan bekerja melalui inisiatif dari tiap individu tanpa menunggu perintah dari pemerintah kota, sejumlah angka 62% pengurangan sampah menuju TPA telah dicapai dengan model ini. Hal ini juga menunjukkan bahwa untuk mewujudkan pengurangan yang maksimum, model juga perlu menyertakan pemilahan sampah menjadi dua jenis, yaitu biodegradable (organik) dan inert (anorganik). Detail Operasional Pada bagian ini akan dijelaskan tentang model pengelolaan sampah secara desentralisasi. Jika dibandingkan dengan PP no 81 tahun 2012 yang juga mengatur pengelolaan sampah secara desentralisasi, secara umum model Divided Transit Material Processing ini juga tidak jauh berbeda dan tidak ada ciri khas dalam melakukan pengelolaannya. Fehr (2006) melakukan penelitian terhadap konsep desentralisasi yang dimulai dengan pemilihan sebuah gedung apartemen di Uberlandia dan sebuah sekolah di Araguari sebagai komunitas yang diuji. Di 5

gedung apartemen, koordinasi dilakukan dengan bagian Building Management, seluruh sosialisasi telah diprogramkan dengan semua penghuni, dan wadah terpisah untuk sampah oganik dan anorganik disediakan. Pada awalnya, tim peneliti memberikan contoh cara melakukan pemilahan di TPS gedung. Setelah pelatihan awal, para petugas cleaning service yang seterusnya mengambil alih. Semakin baiknya kualitas pemilahan di sumber, maka tugas mereka akan menjadi semakin sederhana. Namun, untuk menjaga kualitas ini, upaya yang konstan dan dorongan semangat kepada penduduk diperlukan. Berbagai cara terus dilancarkan kepada warga untuk mempertahankan partisipasi mereka, terutama dengan mengadakan evaluasi secara berkala tentang pengurangan yang terjadi menuju ke TPA. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian ini, dilakukannya pendekatan kuantitatif dikarenakan adanya pengukuran jumlah timbulan dan komposisi sampah yang dihasilkan di apartemen. Kemudian dari data pengukuran yang diperoleh akan dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus untuk mengetahui timbulan yang dihasilkan dalam satuan kg/orang/hari dan komposisi limbah padat dalam bentuk persentase. Sedangkan pendekatan kualitatif berupa wawancara dengan Building Management dan pengamatan langsung yang diperlukan dalam membuat usulan perancangan pengelolaan sampah dalam bentuk teknis operasional pengelolaan sampah yang berdasarkan Model Divided Transit Material Processing yang dapat diterapkan pada area apartemen. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh sampah yang berasal dari apartemen Essence on Darmawangsa setiap harinya. Sedangkan sampel yang akan diteliti adalah sampah yang berasal dari tower apartemen dan sampah taman di apartemen Essence on Darmawangsa. Anggota sampel kemudian akan diambil secara simple random sampling. Adapun jumlah ukuran sampel minimal dapat ditentukan dari rumus Slovin sebagai berikut: 6

Keterangan: n = jumlah sampel N= jumlah populasi Jumlah unit pada tower Eminence apartemen Essence on Darmawangsa sejumlah 208 unit dengan jumlah unit terisi sebanyak 100 unit. Akan tetapi, jumlah sampel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebesar 17 titik sampel disesuaikan dengan waktu penelitian yang singkat dan tingkat kesulitan dalam pengambilan sampel di apartemen serta perizinan dari pihak apartemen. Dengan begitu, tingkat kepercayaan data statistik yang akan diperoleh pun akan menurun sebesar berikut: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Timbulan Sampah Rumah Tangga Apartemen Essence on Darmawangsa Pengukuran timbulan sampah dilakukan di apartemen Essence on Darmawangsa, tepatnya pada Eminence Tower. Terdapat 17 unit apartemen yang diukur timbulannya dari total 100 unit yang sudah terisi di tower tersebut. Jumlah 17 unit tersebut dipakai berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan sebesar 80%. Berikut gambar 5.1 yang menunjukkan kegiatan pengukuran sampah di apartemen Essence on Darmawangsa. Pengambilan sampah dilakukan atas kerja sama dengan petugas cleaning service apartemen Essence on Darmawangsa dengan mengambil sampah dari sulo tiap lantai selama 3 kali waktu pengambilan yaitu pada jam 07.00 pagi, jam 10.00 pagi, serta jam 19.00 untuk kemudian dilakukan pengukuran di satu waktu yaitu pada pukul 13.00. Pengukuran dilakukan mulai dari tanggal 16 Januari 2013 sampai dengan tanggal 23 Januari 2013. Adapun lantai yang diambil adalah 3 lantai dengan tingkat okupansi tertinggi dan jumlah lantai tersebut merupakan kesepakatan dengan pihak building management apartemen Essence on Darmawangsa mengingat ketatnya aturan di apartemen tersebut dalam menjaga kenyaman penghuninya. Timbulan sampah yang diukur selama 8 hari beserta rata-ratanya ditampilkan pada tabel 1 berikut. priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [3]: Tiap ada highlight seperti ini, berarti ejaan, tata bahasa dsb harus dilihat ulang priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [4]: Karena nama apartemen dan bahasa Inggris, mungkin seharusnya italic ya. 7

Tabel 1 Timbulan Sampah Apartemen Essence on Darmawangsa Berdasarkan Berat Nomor Lantai Massa hari ke- (kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Ratarata (kg) 3 11,3 14,2 13,0 12,0 12,4 18,2 7,30 24,5 14,1 8 14,5 22,3 19,5 17,0 10,2 11,7 13,7 15,7 15,6 12 16,9 8,90 11,0 3,30 5,80 10,6 5,80 13,4 9,46 Total 42,7 45,4 43,5 32,3 28,4 40,5 26,8 53,6 39,2 Sumber: Olahan Penulis, 2013 Berat sampah terbesar terdapat pada pengukuran pada hari ke-8 yaitu sebesar 53,6 kg. Sementara yang terkecil adalah pada hari ke-7 yaitu 26,8 kg. Sedangkan rata-ratanya adalah sebesar 39,2 kg. Adapun pada tabel 2 berikut ini merupakan volume sampah yang diukur selama 8 hari berturut-turut beserta rata-ratanya. Tabel 2 Timbulan Sampah Apartemen Essence on Darmawangsa Berdasarkan Volume priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [5]: Satu angka di belakang koma Nomor Lantai Volume hari ke- (L) 1 2 3 4 5 6 7 8 Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Ratarata (L) 3 105 110 120 115 120 137,5 75 190 121,6 8 130 190 130 157,5 110 130 105 120 134,1 12 155 100 110 21 22,5 120 47,5 117,5 86,7 Total 390 400 360 293,5 252,5 387,5 227,5 447,5 344,8 Sumber: Olahan Penulis, 2013 Volume sampah terbesar terdapat pada pengukuran hari ke-8 yaitu sebesar 447,5 L. Sementara yang terkecil adalah pada hari ke-7 yaitu 227,5 L dengan rata-rata selama 8 hari sebesar 344,8 L. Perbandingan Hasil Pengukuran Rata-rata Timbulan Dari angka timbulan rata rata perharinya, dapat ditentukan rata-rata per orang perhari. Dari keterangan yang didapat dari bagian tenant relation apartemen Essence on Darmawangsa, pendataan mengenai jumlah orang per unit belum rampung, tetapi sebagian besar penghuni biasanya adalah keluarga muda baik dari dalam maupun luar negeri yang menyewa apartemen tersebut. Oleh karena itu, diasumsikan satu unit terdiri dari bapak, ibu, dan anak, serta pembantu. priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [6]: Sesuai dengan kapasitas unit, ga? 8

Hal ini juga sesuai dengan data yang didapat dari essencedarmawangsa.com yang menyebutkan bahwa sebagian besar dari unit apartemen terdiri dari 3-4 kamar dan sebagian kecil terdiri dari 2 kamar. Dengan unit yang diteliti berjumlah 17 unit, jadi jumlah penghuninya menjadi 68 orang. Berikut ini adalah perhitungan timbulan sampah per orang perhari. Tabel 3 Rata-rata Timbulan Apartemen Essence on Darmawangsa Tanggal Jumlah Timbulan Penghuni (kg) Rata-Rata Timbulan (kg/org/hari) Volume (L) Rata-Rata Volume (L/org/hari) 16 Januari 2013 68 42,7 0,63 390 5,74 17 Januari 2013 68 45,4 0,67 400 5,88 18 Januari 2013 68 43,5 0,64 360 5,29 19 Januari 2013 68 32,3 0,48 294 4,32 20 Januari 2013 68 28,4 0,42 252 3,71 21 Januari 2013 68 40,5 0,60 388 5,70 22 Januari 2013 68 26,8 0,39 228 3,35 23 Januari 2013 68 53,6 0,79 448 6,58 Maksimum Minimum Rata-Rata Standar Deviasi Sumber: Olahan Penulis, 2013 0,79 Maksimum 6,58 0,39 Minimum 3,35 0,58 Rata-Rata 5,07 0,14 Standar Deviasi 1,15 Menurut SNI 19-3964-1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan), angka timbulan sampah untuk kota besar adalah sebesar 2-2,5 L/orang/hari, atau 0,4-0,5 kg/orang/hari. Dari angka timbulan sampah apartemen Essence on Darmawangsa, terlihat berada di atas angka yang diberikan dalam SNI 19-3964-1994, yaitu sebesar 0,58 kg/orang/hari. Sementara untuk volume juga sangat tinggi yaitu sebesar 5,07 L/orang/hari. Hasil Pengukuran dan Analisis Komposisi Limbah Padat Komposisi limbah padat yang diteliti terbagi menjadi 8 komponen, yaitu organik, plastik, kertas, logam, kaca, kayu, tekstil, karet, dan lain-lain. Hasil pengukuran komposisi limbah padat diperlukan untuk menentukan upaya pengelolaan sampah dalam mengatasi timbulan limbah padat yang dihasilkan dari sumber. Dari 8 komponen tersebut, masing-masing komponen masih dapat dipisahkan lagi menjadi beberapa bagian kecil. 9

Komposisi sampah di apartemen Essence on Darmawangsa yang tergolong apartemen mewah sangat didominasi oleh sampah anorganik. Hal ini dikarenakan pendapatan penghuni yang tinggi sehingga berbanding lurus dengan tingkat konsumsi berbagai macam barang seperti plastik kemasan, kertas, barang-barang elektronik, dan lainnya. Berikut ini detail komposisi sampah apartemen Essence on Darmawangsa: Gambar 1 Komposisi Limbah Padat Apartemen Essence on Darmawangsa Sumber: Olahan Penulis, 2013 Komposisi sampah secara garis besar yaitu organik mencapai 39,4% dari keseluruhan, sementara anorganik mencapai 60,6%. Dalam komposisi yang lebih mendetail lagi, sampah organik yang berasal dari sampah sisa makanan masih berada pada jumlah yang paling besar yaitu 39,4%. Jenis sampah berikutnya yang mendominasi adalah kertas yang mencapai 21,4% lalu diikuti dengan pamper dan pembalut wanita yang mencapai 17,0 %. Sementara itu, untuk sampah plastik adalah sejumlah 14,0% dan kaca sebanyak 4,00%. Jenis sampah lain yang ditemukan dalam jumlah yang kecil yaitu logam sebanyak 1,40 %, tekstil sebanyak 0,50%, kayu sebesar 0,10%, serta sampah lainnya yang mencapai 2,20 %. Walaupun sampah organik menempati urutan paling atas dalam komposisi sampah yaitu sebanyak 39,4%, tetapi jumlah tersebut masih di bawah rata-rata timbulan sampah yang ada di DKI Jakarta yakni sebesar 55,4% (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2005). Tampak pula jenis sampah pampers dan diapers yang jumlahnya tinggi yakni mencapai 17,0% dari total keseluruhannya akibat penggunaan pempers dan diapers yang meningkat di kalangan masyarakat perkotaan. Kepraktisan dan kemudahan dalam pemakaiannya menyebabkan masyarakat banyak yang menggunakan pamper dan pembalut wanita. Selain itu, sifat pamper dan pembalut wanita priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [7]: Popok? priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [8]: Kalau semuanya satu angka di belakang koma, berarti yang ini juga. BErarti kamu harus menuliskannya 17,0 10

yang mudah menyerap air dan juga dapat menampung sisa metabolisme manusia menyebabkan beratnya melonjak sehingga menjadi besar proporsinya dalam komposisi sampah di apartemen Essence on Darmawangsa. Potensi Sampah Layak Jual Limbah Padat di Apartemen Essence on Darmawangsa Dalam timbulan sampah yang terdapat di apartemen Essence on Darmawangsa terdapat beberapa jenis sampah yang dapat dijual untuk selanjutnya dilakukan proses daur ulang. Sampah sampah tersebutlah yang dinamakan sampah layak jual. Tabel 4 Potensi Sampah Layak Jual yang di-recovery di Apartemen Essence on Jenis Sampah Persentase sampah layak jual dari berat total Recovery factor (%)* Sampah layak jual yang direcovery (%) Ember plastik 3,35 80 2,68 Botol plastik bening 1,22 80 0,98 Botol plastik warna 0,10 80 0,08 Tutup botol aqua 0,13 80 0,10 Bekas botol yakult, mika 0,02 50 0,01 Impact 1,17 50 0,59 Putihan 3,15 50 1,58 Boncos 1,02 50 0,51 Kardus 2,41 35 0,84 Koran kotor 4,16 50 2,08 Majalah 1,79 50 0,90 Dupleks 3,07 30 0,92 Buku 0,39 50 0,20 Tissue 4,49 50 2,25 Tetrapak 0,89 50 0,45 Potongan Kaca 0,48 70 0,34 Botol kaca 2,39 70 1,67 Botol bir 1,16 70 0,81 Umplung/kaleng 0,74 85 0,63 Kaleng minuman 0,41 85 0,35 Stainless 0,17 85 0,14 CD 0,02 50 0,01 Persentase potensi sampah layak jual (%) Darmawangsa 32,73 Sumber: *Tchobanoglous & Kreith, 2002 Total sampah layak jual yang direcovery (%) Dari tabel 4, didapatkan potensi sampah layak jual sebesar 32,73% dari berat total sampah. Namun, adanya recovery factor mempengaruhi persentase sampah yang benar-benar dapat di- 18,10 11

recovery setelah dijalankannya pengelolaan sampah sehingga siap untuk dijual atau langsung didaur ulang. Sehingga diperkirakan potensi sampah layak jual yang di-recovery sebesar 18,10% dari berat total sampah. Potensi Sampah Layak Kompos Limbah Padat di Apartemen Essence on Darmawangsa Untuk potensi sampah layak kompos di apartemen Essence on Darmawangsa terdapat pada sampah yang berasal dari taman dan juga dari sampah sisa makanan. Sampah layak kompos adalah sampah yang terdiri dari sampah-sampah potongan daun, rumput, batang-batang kecil, dan sisa dapur yang dapat diolah menjadi pupuk kompos sehingga memiliki nilai guna kembali. Untuk mengetahui seberapa besar potensinya dapat diukur dengan menghitung persentase komposisi sampah sisa makanan terhadap berat total dikalikan dengan recovery factor. Untuk nilai recovery factor ditetapkan sebesar 80% (Ramandhani, 2011). Jadi, untuk perhitungannya adalah sebagai berikut: dari total timbulan sampah rata-rata per harinya Pemilahan dan Pewadahan di Sumber Untuk pewadahan yang ada di apartemen Essence on Darmawangsa terdiri atas pewadahan individu dan pewadahan komunal. Kondisi pewadahan individual eksisting yang terdapat di tiap unit belum ada proses pemilahan.di dalam SNI 19-2454-2002, ada tiga jenis pembagian pewadahan limbah padat berdasarkan jenis limbah padat yang dihasilkan, yaitu limbah padat organik (dedaunan, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan) dengan wadah berwarna gelap, limbah padat anorganik (gelas, plastik, logam, dan lainnya) dengan wadah berwarna terang, dan limbah padat bahan berbahaya beracun rumah tangga dengan warna merah yang diberi lambang khusus. Bila dibandingkan dengan model Divided Transit Material Processing, sampah harus dalam kondisi terpilah antara organik dan anorganik. Jumlah tersebut lebih sedikit dari yang diatur di dalam SNI 19-2454-2002, dikarenakan penyesuaian keadaan dan memudahkan penghuni dalam melakukan pemilahan. Kecilnya jumlah sampah B3 yang dihasilkan yaitu sebesar 1,58% dari total timbulan rata-rata yang dihasilkan per hari juga priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [9]: Coba hubungan teori dan ide kamu ini dengan kondisi social dan ekonomi di lapangan,. Serta kondisi komposisi sampah... Maaf mbak, di bagian ini saya kebingungan mengukur parameter sosial dan ekonominy karena saya tidak membagikan kuesioner akibat tidak diperbolehkan pengelola apartemen 12

menyebabkan tidak adanya pewadahan untuk sampah B3 dan akan masuk ke pewadahan sampah anorganik. Sampah B3 akan dipilah dari sampah anorganik di TPS 3R. Berdasarkan hasil sampling timbulan yang sudah dilakukan, rata-rata volume sampah yang dihasilkan per orang per hari adalah sebesar 5,07 L. Dengan asumsi penghuni per unit adalah 4 orang maka akan dihasilkan 20,28 L sampah perhari per unitnya. Untuk itu, tiap unit dapat menyiapkan 2 tong sampah masing masing untuk sampah organik dan anorganik dengan volume 20 L dan diberi kantong kresek di dalamnya untuk membawa sampah ke pewadahan komunal. Untuk sampah organik memakai kresek yang berwarna gelap, sedangkan anorganik dengan wadah yang terang. Berikut ini ilustrasi pewadahan individual. Gambar 2 Ilustrasi Pewadahan Individual di Apartemen Essence on Darmawangsa Setelah Diterapkannya Model Divided Transit Material Processing Sumber: https://dreamindonesia.wordpress.com/category/panduan/page/2/ Untuk pewadahan komunal yang telah dilakukan, wadah ditaruh di masing-masing lantai di setiap gedung. Wadah ini adalah sulo yang disediakan satu buah dan berisi campuran sampah. Untuk mengaplikasikan model Divided Transit Material processing perlu adapenambahan satu sulo sampah lagi setiap lantainya untuk mengakomodir sampah anorganik dengan memakai warna kuning. Sementara untuk sampah organik tetap memakai sulo yang sebelumnya yaitu yang berwarna hijau. Berikut gambaran pewadahan komunal yang ada di setiap lantai apartemen setelah diterapkannya model Divided Transit Material Processing. priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [10]: Dibuat gambarnya 13

Gambar 3 Ilustrasi Pewadahan Setelah Diterapkannya Model Divided Transit Material Processing Sumber :http://minibinsgermany.wordpress.com/ Pengumpulan Limbah Padat ke TPS 3R Pengumpulan sampah dari sumber menuju ke TPS 3R dilakukan petugas cleaning service yang ada di apartemen.setiap satu gedung, ada 2 orang yang bertugas untuk mengumpulkan sampah menuju ke TPS. Frekuensi pengumpulnya 3 kali setiap harinya setiap jam 7 pagi, 10 pagi dan jam 7 malam. Dengan adanya model Divided Transit Material Processing tidak terlalu mempengaruhi proses pengumpulan sampah di Apartemen Essence on Darmawangsa dan juga tidak mempengaruhi peran dari petugas cleaning service. Perbedaan yang dapat dilakukan yaitu frekuensi pengumpulan untuk sampah anorganik dapat diperkecil menjadi hanya dua kali yaitu pada jam 10 pagi dan 7 malam. Sementara untuk sampah organik frekuensi tetap 3 kali pengambilan untuk mencegah protes dari penghuni akibat bau yang ditimbulkan dari sampah organik tersebut. Perbedaan lainnya setelah diterapkannya Model Divided Transit Material Processing adalah ketika sampah sampai di TPS 3R, sampah diletakkan di tempat penyimpanan yang juga telah dipisah menjadi dua yaitu tempat penyimpanan sampah organik dan tempat penyimpanan sampah anorganik. priadi 8/22/13 6:11 AM Comment [11]: Ini seharusnya dijelaskan sebelum kamu membahas MRF dan diagram alir dong ya? Pengolahan Limbah Padat Untuk melakukan pengolahan sampah di apartemen Essence on Darmawangsa, perlu dilakukan pemanfaatan potensi sampah layak jual dan sampah layak kompos. Sampah layak jual berpotensi dikurangi sebanyak 18,10% sedangkan yang layak kompos berpotensi sebesar 14

31,52%. Jadi akan ada sebanyak 49,62% sampah yang akan pengurangan sampah menuju ke TPA dengan melakukan pengelolaan sampah dengan model Divided Transit Material Processing dibandingkan kondisi eksisting yang 100% sampahnya menuju ke TPA. Namun, untuk sampah organik diasumsikan yang dikompos hanya 50% dari total sampah organik dengan pertimbangan keterbatasan alat pengomposan dan juga lahan yang tersedia serta pertimbangan sampah organik yang tidak bisa dikompos. Dengan demikian terjadi pengurangan sampah menuju TPA sebesar 39,4%. Potensi tersebut akan teroptimalisasi apabila ada bangunan/unit pengolahan sampah yang didalamnya terdapat proses penyimpanan, pemilahan tahap kedua, serta pemrosesan sampah yang disebut Material Recovery Facility (MRF). Di Indonesia ada beberapa penamaan MRF yang seringkali disebut diantaranya adalah Unit Pengelolaan Sampah (UPS), Intermediate Treatment Facility (ITF), maupun TPS 3R. Perancangan TPS 3R pada apartemen Essence on Darmawangsa dilakukan berdasarkan rata-rata timbulan limbah padat perhari yang akan masuk. Tchobanoglous (1993), ada 3 langkah dasar dalam merencanakan dan mendesain TPS 3R. Ketiga langkah tersebut diantaranya adalah studi kelayakan (feasibility study), desain awal (Preliminary Design), dan desain akhir (final design). Tahap Perancangan TPS 3R Dalam tahap perancangan ini akan dibahas tentang rencana detail desain tata letak serta spesifikasi fasilitas fisik di TPS 3R. Untuk letak TPS 3R ini direncanakan akan dibangun di dalam kawasan Apartemen Essence on Darmawangsa itu sendiri. Setelah dilakukan perhitungan didapat hasil kebutuhan luas ruang di dalam bangunan TPS 3R sebagai berikut. Tabel 5 Kebutuhan Luas Ruang di Dalam Bangunan TPS 3R No. Daerah Ruang Total Luas (m 2 ) 1 Penerimaan sampah Sampah organik 5 Sampah anorganik 11 2 Pemilahan Conveyor Belt 11 15

Tabel 5 Kebutuhan Luas Ruang di Dalam Bangunan TPS 3R (Sambungan) Mesin Pencacah sampah 6 organik Penyimpanan sementara 5 sampah anorganik 3 Pemrosesan Pengomposan 15 Pencacahan dan pengayakan 11 Pemrosesan sampah anorganik 8 4 Penyimpanan Kompos 6 Sampah anorganik 16 Sampah khusus B3 3 5 Kantor - 4 6 Ruang ganti pakaian - 4 7 Sanitasi Kamar mandi 3 Cuci tangan 2 8 Ruang gerak (jalan) dan dilatasi 26 Total 136 Sumber: Analisis Penulis, 2013 Berdasarkan SNI 03-3242-2008, TPS 3R yang didesain tersebut termasuk dalam TPS tipe II dengan luas antara 60-200 m 2. Sedangkan untuk penampungan residu didapatkan hasil 20 m 2 untuk kebutuhan lahannya. Pemindahan dan Pengangkutan Pemindahan dan pengangkutan residu dilakukan oleh Dinas Kebersihan dengan menggunakan dump truck dengan kapasitas 20 m 3. Pemindahan dilakukan manual oleh tenaga kerja dengan menggunakan alat. Sementara itu pengangkutan dilakukan 2 kali seminggu (1 kali dalam 3 hari) dengan dump truck menuju ke TPA Bantar Gebang oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 16

KESIMPULAN Berdasarkan hasil sampling timbulan dan komposisi sampah beserta data sekunder dari apartemen Essence on Darmawangsa diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Timbulan sampah rata-rata di apartemen Essence on Darmawangsa adalah sebesar 0,58 kg/orang/hari dan volume rata-ratanya sebesar 5,07 L/orang/hari. Menurut SNI 19-3964- 1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan), angka timbulan sampah untuk kota besar adalah sebesar 2-2,5 L/orang/hari, atau 0,4-0,5 kg/orang/hari. 2. Komposisi sampah di apartemen Essence on Darmawangsa terdiri dari 39,4% sampah organik, 21,4% kertas, 17,0% pamper dan pembalut wanita, 14,0% plastik, 4,00% kaca, 1,40% logam, 0,50% tekstil, 0,10% kayu, dan 2,20% lain-lain. 3. Potensi sampah layak jual di apartemen Essence on Darmawangsa adalah sebesar 18,1% sedangkan untuk sampah layak kompos adalah sebesar 31,5% 4. Perancangan pengelolaan sampah dengan model Divided Transit Material Processing dituangkan dalam bentuk teknis operasional di apartemen Essence on Darmawangsa, yaitu: a. Pemilahan dan Pewadahan Dilakukan pemilahan oleh penghuni baik pewadahan individu maupun komunal, yaitu organik dan anorganik dengan terlebih dahulu disertai sosialisasi pemikiran proaktif yaitu perubahan nama sampah menjadi Transit Material ataupun perubahan perilaku terhadap sampah, tujuan akhir sampah yang bukan lagi TPA, serta logistik sampah yang membuat sampah menjadi bernilai guna kepada penghuni. b. Pengumpulan Pengumpulan dilakukan dua kali untuk sampah anorganik dan tiga kali untuk sampah anorganik. Sampah diletakkan di daerah penyimpanan TPS 3R dipisah menjadi dua yaitu daerah penyimpanan sampah organik dan daerah penyimpanan sampah anorganik. c. Pengolahan 17

Pengolahan dilakukan di TPS 3R yang akan dibangun di dalam kawasan apartemen Essence on Darmawangsa yang dilakukan oleh pihak pengelola sampah dengan melakukan pemilahan, pemrosesan, dan penyimpanan. d. Pemindahan dan Pengangkutan Pemindahan residu dilakukan secara manual oleh tenaga kerja ke dump truck kapasitas 20 m 3 lalu diangkut ke TPA Bantar Gebang oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang dilakukan 2 kali seminggu. 5. Luas bangunan TPS 3R yang dibutuhkan adalah 136 m 2 untuk di dalam bangunan dan 20 m 2 untuk tempat penyimpanan residu di luar bangunan. Berdasarkan SNI 03-3242-2008, TPS 3R yang didesain termasuk dalam TPS tipe II. Secara keseluruhan TPS 3R terdiri dari daerah penerimaan, pemilahan, pemrosesan, dan penyimpanan, serta dilengkapi kantor, ruang ganti pakaian, sanitasi, serta ruang gerak (jalan) dan dilatasi. 6. Secara keseluruhan, potensi pengurangan yang terjadi dengan adanya pengelolaan sampah dengan model Divided Transit Material Processing adalah sebesar 39,4%. Angka tersebut lebih kecil dari total potensi sampah layak jual dan layak kompos yang sebesar 49,6% dikarenakan tidak semua sampah organik diolah menjadi kompos karena keterbatasan lahan. Namun, direkomendasikan sampah organik yang tidak diolah di apartemen tersebut tetap diolah lagi di tempat lain dan tidak langsung dibuang ke TPA sehingga angka 49,6% tetap tercapai. priadi 8/28/13 9:03 AM Deleted: SARAN Beberapa hal dapat dilakukan sehubungan dengan adanya perancangan pengelolaan limbah padat di apartemen Essence on Darmawangsa diantaranya: 1. Membuat penelitian lanjutan tentang simulasi penerapan pengelolaan sampah model Divided Transit Material Processing dan mengukur secara nyata tingkat partisipasi dan pengurangan yang terjadi menuju ke TPA. 2. Mengadakan sosialisasi kepada penghuni untuk pemilahan sampah dan memberikan informasi tentang adanya pengelolaan sampah terdesentralisasi dengan model Divided Transit Material Processing di kawasan apartemen Essence on Darmawangsa. 18

3. Direkomendasikan bagi Building Management apartemen Essence on Darmawangsa untuk segera melakukan pengelolaan sampah untuk mengurangi timbulan sampah menuju TPA. 4. Bagi para pengusaha yang bergerak di bidang pengelolaan sampah hendaknya dapat melihat peluang untuk melakukan pengelolaan sampah di Apartemen. 5. Untuk sampah sisa makanan yang dihasilkan, hendaknya dilakukan pengukuran kualitas secara kimiawi terutama C:N ratio mengukur kualitas pupuk kompos yang dapat dihasilkan. 6. Membuat analisis benefit cost untuk mengukur keuntungan yang didapat dengan adanya pengelolaan sampah di apartemen Essence on Darmawangsa. KEPUSTAKAAN Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2012). Jakarta Dalam Angka 2012. Badan Standarisasi Nasional. (1993). Standar Nasional Indonesia 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.. Badan Standarisasi Nasional. (2004). Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 Badan Standarisasi Nasional. (2008). Standar Nasional Indonesia 3242-2008 Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman. Badan Standarisasi Nasional. (2002). Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Fehr, M (2006). A Successful Pilot Project of Decentralized Household Waste Management in Brazil. The Environmentalist-Springer Science, 26, 21 29. Fehr, M (2004). Summit Directives And Local Compliance. Uberlandia: Federal University. Nazir, M. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 19

Ramandhani, T. A. (2011). Analisis Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Mekar Jaya (Depok) Dihubungkan dengan Tingkat Pendapatan-Pendidikan- Pengetahuan-Sikap-Perilaku-Masyarakat. Depok: FTUI. Tchobanoglous, G. & Frank Kreith. (2002). Handbook Of Solid Waste Management Second Edition. New York: McGraw-Hill. Tchobanoglous, G., Theisen, H., & Vigil, S. (1993). Integrated Solid Waste Management. Singapore: McGraw-Hill. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 20