NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN / RESTORAN

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IV.1 Karakteristik Air Limbah

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK)

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada sistem pengolahan desentralisasi karena memiliki. beberapa keunggulan, diantaranya; kompak, kokoh, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB IV PILOT PLANT PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PROSES PENGENDAPAN KIMIA DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

Kelompok 3. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RSUP dr.sardjito

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam kegiatannya banyak menggunakan bahan-bahan yang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

A. Karim Fatchan 1); Prillia Rahmawati 2)

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

Transkripsi:

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT (Studi Kasus Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II, Yogyakarta) 1 Mahendra Adyatama 2, Jazaul Ikhsan, ST, MT, Ph.D. 3, Burhan Barid, ST, MT 4 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar bagi lingkungan yang dapat memberi dampak negatif. Limbah rumah sakit bisa mengandung berbagai macam mikroorganisme bergantung pada tingkat pengolahan yang dilakukan sebeklum limbah tersebut dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit dan mencemari lingkungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995, tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, bahwa rumah sakit diwajibkan menyediakan sarana pengelolaan limbah cair maupun limbah padat agar seluruh limbah yang akan dibuang ke saluran umum memenuhi baku mutu yang ditetapkan menurut peraturan yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kuantitas air limbah yaitu debit dan beban pencemaran air limbah (BPM dan BPA), mengevaluasi hasil kualitas IPAL jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan pemerintah serta memberi solusi atau alternative dari permasalahan yang ada yaitu dengan cara menghitung ulang dimensi IPAL agar dapat menghasilkan hasil olahan yang sesuai standar baku mutu yang ditetapkan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, debit rata-rata IPAL Rumah Sakit PKU II Muhammadiyah Yogyakarta yang ada sebesar 0,63 liter/detik atau 54,91m 3 /hari,dari parameter pencemaran Suhu, NH 3, PO 4 dan Coli tidak memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur DIY No.7 tahun 2010 yang dikarenakan tidak adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbahnya. Solusi atau alternative dari permasalahan yang ada yaitu dengan membuat SOP guna meningkatkan efisiensi penurunan agar sesuai baku mutu yang ditetapkan. Kata Kunci : limbah rumah sakit, BPM, BPA, BOD, SOP 1 Disampaikan pada seminar Tugas Akhir 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas UMY (20030110072) 3 Dosen Pembimbing I 4 Dosen Pembimbing II

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah merupakan buangan dari setiap kegiatan yang dilakukan perorangan maupun kegiatan industri. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solid wastes), limbah cair (liquid wastes), maupun limbah gas (gaseous wastes) (Sugiharto, 1987). Sumber limbah berasal dari setiap tempat yang terdiri dari perorangan atau beberapa orang dengan masing-masing aktifitasnya, seperti rumah tangga, industri, rumah sakit (RS), kantor-kantor kelembagaan, tempat rekreasi dan sebagainya. Rumah sakit adalah salah satu tempat umum sebagai tempat pelayanan kesehatan, tentunya di Rumah sakit terdapat sekumpulan manusia dengan banyaknya kegiatan-kegiatan medis yang berlangsung. Dengan banyaknya kegiatan tersebut, maka setiap manusia dapat menghasilkan buangan atau limbah. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan di Yogyakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II mempunyai permasalahan yang dihadapi berupa hasil tes laboratorium untuk outlet IPAL yang menunjukkan beberapa indikasi berupa suhu, NH 3, PO 4 dan Coli yang memiliki nilai diatas standar baku mutu. Seperti hasil suhu = 30,4 0 Celcius > baku mutu = 30 0 Celcius, NH 3 0,79 mg/l > baku mutu = 0,1 mg/l, PO 4 3,66 mg/l > baku mutu = 2 mg/l. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tidak sesuai. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisa kuantitas beban pencemaran air limbah yang diolah pada IPAL. 2. Evaluasi kualitas air limbah hasil dengan baku mutu. 3. Evaluasi IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Studi evaluasi dilakukan terhadap unit IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Gamping, Sleman Yogyakarta. 2. Parameter air limbah yang dianalisis kualitasnya adalah suhu, Ph, BOD 5, COD, TSS, NH 3 Bebas, Phospat, dan kuman golongan Coli. 3. Perancangan ulang dilakukan berdasarkan atas kuantitas dan kualitas BOD dan TSS. D. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis penelitian mengenai Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II belum pernah ditulis oleh penulis sebelumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit yakni yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah domestik maupun limbah klinis dikumpulkan melalui pipa pengumpul selanjutnya dialirkan ke bak kontrol. Fungsinya untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah. Dari bak control kemudian air limbah dialirkan ke bak anaerob. Air limpasan dari bak pengurai anaerob selanjutnya dialirkan ke unit pengolahan lanjutan. Unit pengolahan lanjutan terdiri dari beberapa buah ruangan yang berisi media dari bahan PVC berbentuk sarang tawon untuk pembiakan mikroorganisme yang akan menguraikan senyawa polutan. Setelah dari pengolahan lanjutan, air hasil olahan dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi air limbah dikontakan dengan khlor agar seluruh mikroorganisme pathogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum. III. LANDASAN TEORI 1. Peraturan Pemerintah Tentang Limbah Berdasarkan peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menyebutkan bahwa kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair yang dibuang ke lingkungan dengan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Bapedal, 1995). Dalam peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 pasal 7. 2. Debit dan Beban Pencemaran Menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 1. Debit/ Volume Limbah Cair Maksimum Debit atau volume limbah cair maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut : DM=Dm x Pb Dengan, DM = Debit/Volume limbah cair maksimum yang diperbolehkan bagi setiap jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan dalam m 3 /bulan.

Dm Pb = Debit/Volume limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan lampiran 1 Nomor 1 s/d 51 sesuai dengan jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan m 3 limbah cair per satuan produk atau bahan baku. = Produksi atau Bahan Baku sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk atau bahan baku yang sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran I, II, III Nomor 1 s/d 51 untuk jenis industri yang bersangkutan. 2. Debit limbah cair Debit atau volume limbah cair sebenarnya berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut: DA = Dp x H Dengan, DA Dp H = Debit limbah cair yang sebenarnya, dinyatakan dalam m 3 per bulan. = Hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam m 3 per hari. = Jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan. Catatan : DA tidak boleh lebih besar dari DM 3. Beban Pencemaran Maksimum Beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut: BPM = (CM)j x DM x f Dengan, BPM (CM)j DM = Beban pencemaran maksimum per satuan produk atau bahan baku dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk atau bahan baku. = Kadar maksimum unsure pencemar j, dinyatakan dalam mg/l. = Debit/Volume limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran 1 Nomor 1 s/d 32, sesuai dengan jenis industri yang bersangkutan dinyatakan dalam m 3 limbah cair per satuan produk atau bahan.

f = Faktor konversi x 4. Beban Pencemar Sebenarnya Beban pencemaran maksimum sebenarnya tidak boleh melebihi beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut: BPA = (CA)j x DA/Pb x f Dengan, BPA (CA)j DA Pb f : Beban Perencanaan Sebenarnya dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk atau bahan baku. : Kadar sebenarnya unsur j, dinyatakan dalam mg/l : Debit limbah cair sebenarnya dinyatakan dalam m 3 /bulan : Produksi atau Bahan Baku Sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk atau bahan baku yang sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran I Nomor 1 s/d 51 untuk jenis industri yang bersangkutan. : Faktor konversi IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lahan yang dimiliki Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II seluas sekitar 44.000 m 2 dan jumlah tempat tidur sebanyak 100 buah.

2.Diagram Alir Penelitian MULAI IDE PENELITIAN Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit PERUMUSAN MASALAH STUDI LITERATUR - Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit - Keputusan Gubernur D.I.Y No. 7 Tahun 2010 - Instalasi Pengolahan Air Limbah PENGAMBILAN DATA Data Sekunder Data Primer TIDAK ANALISIS DATA - Kuantitas dan beban pencemaran air limbah - Kualitas Air Limbah - Perencanaan Ulang Instalasi YA KESIMPULAN SELESAI

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Kuantitas Air Limbah Untuk kuantitas dapat dilakukan dengan menghitung debit limbah cair dan beban pencemaran. Untuk analisa kualitas dengan cara menghitung efesiensi penrunan kadar untuk setiap parameter. Peritungan debit limbah cair, beban pencemaran, dan efesiensi penurunan adalah sebagai berikut : 1. Debit Menurut Peraturan DIY No 7 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu air limbah, perhitungan debit atau volume limbah cair maksimum dan yang di perbolehan adalah sebagai berikut : a. Debit / Volume Limbah Cair Maksimum DM = Dm x Pb Diketahui : Dm = Untuk kegiatan pelayanan kesehatan RSU kelas B dan C (lampiran II nomor 2) = 500 liter/orang/hari/bed = 0,5 m 3 /orang/hari/bed. Pb = 200 TT Sehingga : DM = (0,5 x 30) x 200 = 3000 m 3 /bulan b. Debit Limbah Cair Sebenarnya DA = Dp x H Diketahui : Dp = Hasil pengukuran debit limbah cair per hari adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Tabel Hasil Pengamatan Debit Perhari DEBIT HARI KE- (M 3 /HR) 1 58 2 55 3 59 4 52 5 50 6 53 7 49 8 63 9 56 10 51 11 58 RATA RATA 54,91 Sumber : Data Primer, 2013 H = Diasumsikan jumlah hari rata-rata dalam 1 bulan = 30 hari Sehingga : DA = 54,91 x 30 = 1647,2 m 3 /bulan

2. Evaluasi Kualitas Air Limbah Parameter yang diuji di laboratorium untuk kualitas air limbah adalah suhu, ph, BOD 5, COD, TSS, NH 3 Bebas, Phospat (PO 4 ), dan kuman golongan coli. Untuk mengevaluasi air limbah hasil pengolahan, parameter yang ada dibandingkan dengan Peraturan DIY No 7 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu air limbah. Hasil analisa untuk setiap parameter adalah sebagai berikut : 1. ph Hasil pemeriksaan ph dari outlet IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.5 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter ph Bulan Hasil Tes ph Baku Mutu Outlet April 6 S/D 9 7,9 Mei 6 S/D 9 7,8 Juni 6 S/D 9 8,1 Juli 6 S/D 9 7,6 Agustus 6 S/D 9 7,4 September 6 S/D 9 7,9 Oktober 6 S/D 9 8,3 November 6 S/D 9 8,0 Desember 6 S/D 9 7,7 Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Hasil Pemeriksaan ph Untuk hasil pemeriksaan parameter ph yang ada menunjukkan bahwa air limbah berada pada kondisi basa yang masih berada pada ambang baku mutu yang ditentukan. 2. Phospat (PO 4 ) Hasil pemeriksaan untuk parameter Phospat dan perbandingannya dengan baku mutu bisa dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter Phospat (PO 4 ) Hasil Tes Phospat Bulan Baku Mutu Outlet April 2 9,86 Mei 2 7,81 Juni 2 9,27 Juli 2 5,98 Agustus 2 7,78 September 2 7,27 Oktober 2 8,25 November 2 8,53 Desember 2 5,85 Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Hasil Pemeriksaan Phospat (PO 4 ) Untuk hasil pemeriksaan parameter phospat tidak memenuhi syarat baku mutu, karena masih banyak yang berada di atas baku mutu. Penurunan nilai phospat juga dikarenakan oleh proses aerobic dan anaerobic. Oleh karena itu penyebab masih tingginya nilai phospat dikarenakan pada pengolahan aerobik dan anaerobik masih kurang optimal 3. Kuman Golongan Coli Hasil pemeriksaan untuk parameter kuman golangan coli dan perbandingannya dengan baku mutu bisa dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini : Tabel 5.11 Hasil pemeriksa untuk parameter Golongan Coli Bulan Hasil Tes Kuman Coli Baku Mutu Outlet April 5000 240 x 10 2 Mei 5000 1600 x 10 1 Juni 5000 9,3 x 10 0 Juli 5000 < 1,8 x 10 0 Agustus 5000 4,5 x 10 0 September 5000 94 x 10 0 Oktober 5000 540 x 10 0 November 5000 46 x 10 0 Desember 5000 23 x 10 0 Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta

Gambar 5.8 Grafik perbandingan Hasil Pemeriksa Kuman Golongan Coli Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa kuman golongan coli pada bulan April dan Mei berada diatas baku mutu. Sehingga untuk parameter kuman golongan coli tidak memenuhi standar baku mutu. Berdasarkan pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh BBTKL-PP Yogyakarta terhadap beberapa parameter pengukuran limbah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta dalam satu tahun pemeriksaan rutin menunjukkan bahwa hanya dalam parameter Suhu, NH 3, PO 4 dan Coli tidak memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur DIY No. 7 tahun 2010, hal ini menunjukkan bahwa masih adanya pengelolaan limbah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta belum maksimal. Sehingga perlu adanya perbaikan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbahnya. A. Evaluasi IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tidak diperlukan adanya desain ulang dikarenakan untuk kapasitas debit yang masih mencukupi, dimana dalam perenacanaannya untuk 200 tempat tidur hanya terpakai 50 % dari kapasitasnya yaitu 100 tempat tidur. Akan tetapi perlu adanya Standar Operasional Prosedur ( SOP ) yang sesuai. Pengertian : Perawatan instalasi pembuangan air limbah Rumah Sakit adalah suatu tata cara perawatan instalasi pembuangan air limbah. Tujuan : - Untuk mencegah kemampetan aliran air. - Untuk membersihkan materiil filter dari massa bakteri aktif yang sudah mati. - Untuk menjaga supaya sinar matahari bisa masuk dengan maksimal ke dalam gravel filter. - Agar oksigen dapat disuplai ke dalam gravel filter disaat air kosong. Kebijakan : Dilaksanakan sesuai jadwal oleh pelaksana sanitasi Prosedur :

I. Perawatan Septic tank 1. Pengecekan permukaan air septic tank. Pengecekan permukaan air di septic tank bertujuan untuk menjaga agar zat-zat padat berukuran besar seperti plastik, pembalut wanita, dan kertas tidak masuk ke dalam filter anaerobik. Apabila terdapat zat-zat padat maka perlu dibersihkan dengan cara mengangkat zat padat tersebut dan membuangnya. Pengecekan pada septic tank dianjurkan dilakukan dua kali dalam 1 tahun untuk menghindari masuknya zat-zat padat tidak terurai ke bak selanjutnya. Apabila zat-zat padat itu masuk ke bak selanjutnya, kemampetan aliran air di dalam bak tidak terhindarkan. 2. Pengurasan Rutin II. Perawatan Inlet Prosedur : Pengurasan rutin dilakukan setiap 1 3 tahun sekali. Pengurasan dilakukan dengan bantuan jasa penguras. Telah disediakan lubang pengurasan di setiap septic tank untuk memudahkan pengurasan. Pada saat pengurasan, lumpur aktif harus tetap ditinggal di dalam septic tank untuk meneruskan proses pembusukan zat padat yang baru terendap. Lumpur yang dikuras adalah lumpur yang berwarna kehitaman. Pengurasan harus dihentikan jika lumpur sudah berwarna kecoklatan. Lumpur yang berwarna kecoklatan inilah yang dimaksud lumpur aktif. Perlu diperhatikan bahwa jumlah lumpur pada bak pertama akan selalu lebih banyak daripada bak selanjutnya. 1. Pengecekan permukaan bertujuan menjaga agar sampah padat tidak masuk filter anaerobik. 2. Pengecekan dilakukan seminggu sekali. 3. Apabila terdapat sampah padat harus dibersihkan dengan cara mengangkat sampah tersebut. III. Perawatan Anaerobik Filter 1. Pengecekan man hole dilakukan sebulan sekali. Selain untuk melihat permukaan air pada Anaerobik Filter juga dilihat kondisi man hole ada tidaknya karat maupun kotoran yang menempel di man hole, jika ada dibersihkan dengan

menggunakan sikat besi dan dilakukan pengecatan jika cat sudah mengelupas. 2. Pengecekan permukaan air bak anaerobik filter Pengecekan permukaan air di bak anaerobik filter bertujuan untuk menjaga masuknya zat-zat padat berukuran besar seperti plastik masuk ke dalam filter. Apabila terdapat zat-zat padat maka perlu dibersihkan dengan cara mengangkat zat padat tersebut dan membuangnya. 3. Pengurasan rutin Pengurasan rutin dilakukan setiap 1 3 tahun sekali. Pengurasan dilakukan dengan bantuan jasa penguras. Telah disediakan saluran pengurasan di setiap bak anaerobic filter untuk memudahkan pengurasan. Pada saat pengurasan, lumpur aktif harus tetap di tinggal di dalam tangki septik untuk meneruskan proses pembusukan zat padat yang baru terendap. Lumpur yang dikuras adalah lumpur yang berwarna kehitaman. Pengurasan harus dihentikan jika lumpur sudah berwarna kecoklatan. Lumpur yang berwarna kecoklatan inilah yang bernama lumpur aktif. Perlu diperhatikan bahwa jumlah lumpur pada bak pertama akan selalu lebih banyak daripada bak selanjutnya. 4. Back Flushed Back flushed adalah proses pembalikan aliran air limbah di dalam bak anaerobik filter. Proses ini bertujuan untuk membersihkan material filter dari massa bakteri aktif yang sudah mati. Dengan pembalikan aliran, maka bakteri mati yang menempel di material filter atau dinding anaerobik filter terlepas dan mengendap. Setelah mengendap, dimulai pengurasan. IV. Perawatan Horizontal Graver Filter Plant 1. Penjarangan, pemangkasan, dan penyiangan Penjarangan, pemangkasan, dan penyiangan rumput phragmites / sejenisnya dianjurkan setiap tiga bulan sekali atau melihat kepadatan tanaman. Apabila penjarangan, pemangkasan, dan penyiangan terlambat, maka air akan mengalir diatas koral karena terjadi penyumbatan di dalam koral dan akan menimbulkan bau. Pemotongan daun-daun juga diperlukan untuk menjaga supaya sinar matahari bisa masuk dngan maksimal ke dalam gravel filter.

2. Pembersihan permukaan Horizontal Gravel Filter Plant Permukaan gravel filter harus dibersihkan dari rerontokan rumput phragmites atau sampah padat lainnya seperti plastik dan sebagainya. Apabila terlalu banyak rerontokan rumput, maka sinar matahari dan oksigen tidak bisa masuk ke dalam gravel filter dengan maksimal yang pada akhirnya akan mengganggu proses kerja aerobik. 3. Pencucian kerikil dilakukan tiap 2 tahun sekali Prosedur : 1) Tanaman dicabut dulu, kemudian tempat dikosongkan kurang lebih 2 m 2) Kerikil dicuci dengan cara diayak dan disemprot dengan air sampai bersih 3) Kerikil yang sudah bersih diletakkan ditempat yang kosong tadi. 4) Kemudian dilanjutkan mencuci kerikil yang belum dicuci sesuai langkah tersebut di atas. 5) Selesai pencucian kerikil tanaman ditanam lagi 4. Pengurasan ( Dewatering ) Pengurasan dengan cara mengeringkan air yang ada di Horizontal Gravel Filter Plant dengan membuka saluran pengurasan yang sudah tersedia. Hal ini dilakukan sekali sebulan, bertujuan untuk mensuplai oksigen ke dalam gravel filter di saat air kosong. V. Perawatan Kolam Indikator 1. Pembersihan algae pada dinding kolam Algae membantu menyuplai oksigen pada kolam. Tetapi, apabila pertumbuhan algae yang terlalu banyak dan tingginya kekeruhan air akan menyebabkan sulitnya sinar matahari menembus lapisan terbawah kolam. Apabila ini terjadi maka fotosintesis tidak terjadi dan akan timbul bau karena kondisi anaerobic tidak tercipta. Kandungan BOD dan COD juga akan meningkat. 2. Pembersihan permukaan air kolam indikator Untuk menjaga kandungan air maka kebersihan permukaan air kolam indikator perlu dijaga agar suplai oksigen dan penyinaran matahari tidak terhambat.

Unit Terkait : Unit Sanitasi Untuk mendapatkan hasil parameter Suhu, NH 3, PO 4 dan Coli yang sesuai baku mutu yang telah ditetapkan maka dalam pelakasanaan harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur. 1. Kesimpulan VI. PENUTUP 1. Kuantitas air limbah atau debit sebenarnya (DA) yang dihasilkan adalah sebesar 1647.2 m 3 per bulan sedangkan debit maksimum yang diperbolehkan (DM) sebesar 3000 m 3 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk Kuantitas limbah yang dihasilkan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta masih memenuhi syarat dimana nilai debit sebenarnya (DA) tidak melebihi nilai debit maksimum yang diperbolehkan (DM). 2. Evaluasi Kualitas Air limbah yang dihasilkan oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta parameter BOD 5, COD,, ph, dan TSS masih memenuhi syarat baku mutu yang ditentukan, sedangkan untuk parameter lainnya yakni Suhu, NH 3, PO 4 dan E Coli tidak memenuhi baku mutu yang ditentukan seperti hasil uji pada Suhu dan NH 3 didapatkan hasil sebesar 32,9 0 celcius dan 5,85 mg/l dimana untuk baku mutu parameter suhu yakni 30 0 celcius dan untuk parameter NH 3 sebesar 0.1 mg/l. 3. Evaluasi IPAL RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tidak diperlukan adanya desain ulang dikarenakan untuk kapasitas debit masih mencukupi dimana dalam perencanaannya untuk 200 tempat tidur hanya terpkai 50 % dari kapasitasnya yaitu 100 tempat tidur, akan tetapi perlu adanya Standar Operasional Prosedur untuk IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. 2. Saran 1. Menambahkan alat ukur atau laju air pada saluran inlet dan outlet sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No. 7 Tahun 2010 yang mewajibkan agar memasang pengukur debit dan agar pengukuran debit lebih akurat. 2. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta menerapkan dan melaksanakan Standar Operasional Prosedur untuk IPAL yang teratur dan berkelanjutan. 3. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya memiliki data yang lebih lengkap agar dapat memberikan solusi yang tepat pada permasalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2013.Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Goysen Publishing :Yogyakarta Besty Afriandini. 2013 Tugas Akhir Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit (Sudi kasus Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap,Cilacap) Sinta Kusumawati. 2013 Tugas Akhir Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit (Sudi kasus Rumah Sakit TNI AU Dr. S. Hardjolukito,Yogyakarta) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor Kep-58/MENLH/12/1995, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Nomor 65 Tahun 1999, Tentang Baku Mutu Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. http://www.cets-uii.org/bml/air/bmlc/bmlc%20rs/kepmen5895/ http://documents.tips/documents/sop-ipal-56b1f54b1ec7d.html https://www.scribd.com/doc/95826934/pergub-7-th-2010-ttg-baku-mutu- Limbah-Cair