BAB I PENDAHULUAN. manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

PENENTUAN PELARUT TERBAIK DALAM MENGEKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DARI KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus

Oleh Florentina Maria Titin Supriyanti Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber

STUDI INHIBISI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG Artocarpus Sp DALAM MENCEGAH HIPERPIGMENTASI KULIT

PENENTUAN AKTIVITAS DAN JENIS INHIBISI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus LAMK SEBAGAI INHIBITOR TIROSINASE

STUDI INHIBISI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG Artocarpus Sp DALAM MENCEGAH HIPERPIGMENTASI KULIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPLORASI INHIBITOR TIROSINASE DARI KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus Lamk DAN APLIKASINYA PADA PRODUKSI TEPUNG KENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia. Di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BIOKIMIA (Kode : F-08) AKTIVITAS INHIBITOR TIROSINASE SENYAWA BIOAKTIF KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus Lamk: PROSPEKTIF SEBAGAI ANTI-BROWNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KELOMPOK BIDANG KAJIAN (KBK) MAKANAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SANTON SERTA UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

3 Percobaan dan Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

3. METODOLOGI PENELITIAN

Sampel basah. Dikeringkan dan dihaluskan. Disaring

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. 1

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang esensial dan vital (Tortora dan Derrickson, 2009). Warna kulit ditentukan oleh

AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA

Hidrokinon dalam Kosmetik

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks. menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur.

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

LAPORAN HASIL PENELITIAN. EKSTRAKSI FLAVONOID PADA DAUN KERSEN dengan PELARUT ETANOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suren ( Toona sureni Merr.)

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia. Warna kulit setiap manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat, dan hitam. Perbedaan warna kulit ini disebabkan karena adanya perbedaan kandungan melanin dalam tubuh. Melanin merupakan suatu pigmen penentu utama pada warna kulit. Melanin disintesis dari L-tirosin dengan bantuan tirosinase, yaitu suatu biokatalis yang terdapat pada mikroorganisme, tumbuhan, hewan, dan juga manusia. Proses pembentukan melanin ini disebut dengan pigmentasi. Pigmentasi pada keadaan tidak normal mengakibatkan kandungan melanin pada kulit tidak tersebar secara merata yang disebut dengan hiperpigmentasi (Ohguci et al., 2008). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi, diantaranya adalah penggunaan obat-obatan, penggunaan kosmetik yang tidak aman, atau penyerapan sinar ultraviolet (UV) yang berasal dari cahaya matahari (Novita, 2007). Untuk mencegah terjadinya hiperpigmentasi, maka produksi melanin harus dihambat dengan menggunakan suatu bahan pengahambat atau inhibitor. Inihibitor ini akan menginhibisi aktivitas tirosinase dan menekan produksi melanin pada kulit. Banyak bahan kimia yang mampu berperan sebagai inhibitor tirosinase, diantaranya hidrokuinon, asam kojik, dan

2 benzaldehid-o-alkiloksim. Bahan-bahan kimia tersebut telah digunakan sebagai bahan kosmetik atau obat-obatan yang berhubungan dengan kulit. Namun, semuanya memiliki dampak yang kurang baik bagi kulit seperti hidrokuinon menyebabkan iritasi kulit, kulit memerah, panas, dan gatal, sementara itu asam kojik selain menyebabkan iritasi pada kulit, juga bersifat karsinogenik. Oleh sebab itu, perlu ditelusuri bahan-bahan alam yang berpotensi sebagai inhibitor tirosinase dan aman bagi kesehatan. Para peneliti berupaya untuk memperoleh senyawa inhibitor tirosinase dari alam dan meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan. Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan dalam memperoleh senyawa inhibitor tirosinase. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai inhibitor adalah Artocarpus heterophyllus (nangka). Tanaman ini mengandung senyawa fenol dari golongan flavonoid lebih banyak dibandingkan dengan senyawa non fenol dari golongan terpenoid dan steroid (Hano et al., 1998). Disamping itu, Telah dilaporkan bahwa getah kayu tumbuhan Artocarpus heterophyllus mengandung senyawa yang berpotensi sebagai inhibitor tirosinase, senyawa tersebut adalah artocarpanone merupakan suatu senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktifitas inhibisi lebih besar dibandingkan arbutin, tetapi lebih lemah dari kojic acid (Arung et al., 2006). Namun demikian penelitian yang dilakukan oleh Arung et al. ini terdapat hambatan yaitu sulitnya mengisolasi getah kayu pada tanaman Artocarpus heterophyllus, sehingga hal ini mempengaruhi hasil

3 perolehan senyawa inhibitor tirosinase pada saat proses ekstraksi. Berdasarkan alasan tersebut perlu adanya alternatif lain untuk mendapatkan senyawa inhibitor tirosinase secara maksimal. Rustianingsih, 2007 melakukan penelitian terhadap kulit batang Artocarpus (nangka-nangkaan) untuk diteliti bioaktivitasnya sebagai inhibitor tirosinase. Jenis Artocarpus yang digunakan adalah Artocarpus heteropyllus (nangka), Artocarpus altilis (sukun), dan Artocarpus communis (kluwih). Hasil Ketiga spesies Artocarpus diekstraksi dengan mmenggunakan metanol dan diuji aktivitas inhibisinya terhadap tirosinase. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang Artocarpus heterophyllus memiliki daya inhibisi terkuat dibandingkan dengan spesies Artocarpus lainnya. Dari hasil penelitian Rustianingsih tersebut memberikan suatu dasar pemikiran bahwa kulit batang Artocarpus heterophyllus yang diekstraksi dengan metanol dapat menginhibisi aktivitas tirosinase lebih baik dibandingkan dengan tanaman Artocarpus lainnya. Namun demikian, penelitian untuk mencari inhibitor tirosinase yang lebih efektif harus terus dilakukan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui jenis pelarut organik lain yang dapat mengekstrak inhibitor tirosinase lebih baik dari pelarut metanol.

4 Aditya Rakhmawan, 2008, melakukan penelitian mengenai optimalisasi pelarut dalam mengekstraksi senyawa inhibitor tirosinase dari kulit batang Artocarpus heterophyllus. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah heksana dan diklorometan. Adapun hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa diklorometan dapat mengekstraksi senyawa kimia dari ekstrak metanol hasil maserasi kulit batang Artocarpus heterophyllus lebih banyak dibandingkan pelarut heksana. Namun ketika diuji aktivitasnya terhadap tirosinase, fraksi diklorometan memiliki daya inhibisi yang lebih rendah dibandingkan dengan fraksi metanol sisa, yaitu fraksi sisa hasil ekstraksi dengan menggunakan diklorometan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelarut yang digunakan masih belum optimal dalam mengekstraksi senyawa inhibitor tirosinase dari kulit batang Artocarpus heterophyllus. Berdasarkan penelitian tersebut di atas masalah yang diperoleh ternyata terdapat pada jenis pelarut yang digunakan maka dalam penelitian ini akan digunakan beberapa jenis pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda agar diperoleh senyawa inhibitor tirosinase yang optimal. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah menentukan jenis pelarut organik yang dapat digunakan untuk memperoleh inhibitor tirosinase yang lebih banyak dan lebih baik dalam

5 menginhibisi tirosinase. Permasalahan tersebut dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Tergolong senyawa apakah inhibitor tirosinase yang terdapat dalam ekstrak metanol kulit batang Artocarpus heterophyllus? 2. Pelarut apakah yang paling banyak mengekstraksi senyawa kimia dalam ekstrak metanol kulit batang Artocarpus heterophyllus dan paling baik daya inhibisinya? 3. Apakah fraksi yang memiliki daya inhibisi paling baik memiliki keefektifan konsentrasi dalam menginhibisi tirosinase? 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian Mengingat bahwa rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini cukup luas maka perlu adanya pembatasan masalah diantaranya: 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang tanaman Artocarpus heterophyllus. 2. Identifikasi dilakukan untuk senyawa flavonoid. 3. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi kulit batang Artocarpus heterophyllus adalah n-butanol, metanol, dan aseton. 4. Menentukan IC 50 dari fraksi yang memiliki daya inhibisi paling baik.

6 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa bioaktif dari kulit batang Artocarpus heterophyllus yang berpotensi sebagai inhibitor tirosinase. Sementara itu, sebagai tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menentukan pelarut yang paling optimal dalam mengekstraksi senyawa inhibitor tirosinase pada kulit batang Artocarpus heterophyllus dari pelarutpelarut yang memiliki tingkat kepolaran berbeda. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan industri kosmetik di Indonesia terutama kosmetik pemutih kulit yang bersifat alami. 1.6 Waktu dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009. Adapun tempat pelaksaan penelitian yaitu di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI.