I. PENDAHULUAN. Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against

dokumen-dokumen yang mirip
Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

1.PENDAHULUAN. di zaman era reformasi ini sangat berpengaruh bagi. masyarakat, khususnya terpengaruh oleh budaya-budaya yang modernisasi.

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

I. PENDAHULUAN. apabila tingkat perekonomian menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis,

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini banyak sekali beredar makanan yang berbahaya bagi kesehatan para

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

I. PENDAHULUAN. dalam rumah tangga saat ini kerap terjadi baik merupakan kekerasan secara fisik

informasi, tetapi setiap pembangunan memiliki dampak negatif dari pembangunan antara lain

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah tujuan pemerintah Indonesia yang dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

I. PENDAHULUAN. didalamnya. Kejahatan tidak dapat kita hindari secara menyeluruh, karena kejahatan

I. PENDAHULUAN. Petasan merupakan peledak yang berdaya ledak rendah atau low explosive.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. sadari, terutama di lingkungan yang penuh dengan perusahaan-perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

PENANGGULANGAN KEJAHATAN TERORISME DENGAN PENDEKATAN HUMANIS

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang. Hal ini terdapat pada Pasal 28 UUD 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Komunikasi ( IPTEK) dan pemanfaatannya dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat pola-pola perilaku atau caracara

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity), serta merupakan ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara karena terorisme sudah merupakan kejahatan yang bersifat internasional yang menimbulkan bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan pemberantasan secara terencana dan berkesinambungan sehingga hak asasi orang banyak dapat dilindungi dan dijunjung tinggi. Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan takut atau cemas terhadap sekelompok mayarakat. Inti dari terorisme adalah menyebarkan ketakutan ditengah kalangan tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan para pelaku. Para pelaku selalu mengandalkan elemen kejutan yang mengakibatkan korban tidak memiliki kesempatan untuk membela diri. Dalam melakukan aksinya, pelaku terorisme seringkali menggunakan cara kekerasan ataupun militer untuk menyebarkan ketakutan atau teror. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan, seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Meski demikian, terorisme

2 sebenarnya tidak terbatas hanya pada cara kekerasan atau militer saja, melainkan juga cara-cara lainnya. Fenomena terorisme belakangan ini semakin menguat seiring dengan menguatnya pula fenomena radikalisme. Radikalisme sendiri merupakan paham yang menggunakan unsur-unsur kekuatan dan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Orang atau kelompok radikal memiliki pandangan bahwa dalam mencapai tujuantujuannya harus menggunakan cara-cara yang radikal atau cepat. Perubahan yang ingin dicapai harus diwujudkan dengan segera dan untuk itu diperlukan kekerasan atau kekuatan. Penggunanaan kekuatan atau kekerasan diperlukan agar perubahan atau hasil yang dinginkan dapat segera dicapai. Hal inilah yang melatarbelakangi kenyataan berkembangnya radikalisme berbanding lurus dengan perkembangan terorisme. Tindak pidana terorisme terjadi merupakan kejahatan yang bermotif kepentingan dan kebutuhan pribadi atau kelompok. Motif kepentingan dan kebutuhan merupakan fenomena dalam pergaulan antar kelompok untuk mendapatkan kekuasaan atau keuntungan materi, fanatisme kelompok akibat wawasan atau cara berfikir yang sempit dan tertutup. Pengelompokan bisa didasarkan atas kesamaan ras, etnis asal negara atau daerah, agama, gender atau kesamaan apapun status sosial yang disampaikan dalam bentuk kekerasan/kejahatan. Terorisme dilakukan untuk menteror supaya diadakan perubahan dalam struktur politik, meniadakan struktur yang telah ada, aksi teror juga dapat dijadikan suatu taktik perang yang pada saat-saat tertentu kadang-kadang efektif namun dengan

3 memakan jumlah korban yang besar dan luas. Dari tahun ketahun aksi terorisme menunjukan angka-angka yang tinggi dan aksi terorisme ini sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan yang tidak saja bagi negara tersebut tetapi juga dunia internasional. Aksi-aksi terorisme ini tidak hanya menyebar secara geografis, sehingga jumlah kelompok yang beroperasional dan jumlah korban yang mati maupun yang luka akibat aksi-aksi tersebut bertambah besar pula, sebagai contoh korban dari berbagai aksi terorisme yang terjadi di Indonesia seperti Bom di Legian, Kuta, Bali pada tanggal 12 oktober 2002, Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1999, kantor Kedutaan Besar Filipina, Kantor BCA Jakarta Utara dan beberapa tempat lainnya, Peledakan Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton di Mega Kuningan ( 17/7/2009 ) sedangkan aksi teror juga lebih sering terjadi di beberapa negara yang berpotensi menjadi sasaran aksi teroris, seperti peristiwa peledakan Gedung WTC (World Trade Center) 11 September 2001 yang menewaskan 3.096 orang. Terorisme adalah kejahatan yang sangat berbahaya oleh sebab itu Pemerintah Indonesia segera membentuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, sebagai upaya represif dan sekaligus preventif, yang kemudian menjadi Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Terorisme. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kejahatan terorisme sebenarnya telah dirangkum oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu dalam Pasal 187 yang mengatur tentang kejahatan yang berkenaan dengan

4 peledakan, kebakaran dan banjir serta pasal-pasal yang berkenaan dengan kejahatan penerbangan seperti yang diatur dalam Bab XXIX a KUHP. Aturan itulah yang dahulunya dipakai untuk menjerat pelaku perusak atau pengebom yang terjadi di wilayah Indonesia selain itu dari Undang-Undang Subversi Undang-Undang Darurat Tentang Senjata Api. Undang-Undang Tindak Pidana Terorisme merupakan ketentuan khusus karena memuat ketentuan-ketentuan baru yang tidak terdapat dalam peraturan perundangundangan yang ada dan menyimpang dari ketentuan umum sebagaimana dimuat dalam kitab dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Undang- Undang Tindak Pidana Terorisme ini merupakan undang-undang materil/hukum pidana materil dan sekaligus merupakan undang-undang formil/hukum pidana formil, karena ia mengatur keduanya dalam satu undang-undang sekaligus. Namun dalam penjelasannya keberlakuan undang-undang ini tetap mengacu kepada KUHP dan KUHAP sebagai Lex Generalisnya. Pencegahan terjadinya tindak pidana terorisme yang terjadi di Indonesia khususnya di Lampung perlu dilakukan upaya-upaya penanggulangan secara dini, maka diperlukan peranan aparat penegak hukum khususnya Kepolisian dengan tugas dan fungsi yang bersifat preventif maupun refresif. Selain peranan dari aparat penegak hukum juga diharapkan peran serta dari masyarakat. Salah satu aparat penegak hukum yang berperan aktif dalam menanggulangi masalah terorisme adalah polisi baik yang bersifat pencegahan maupun proses pidananya.

5 Pencegahan terhadap tindak pidana terorisme yang dilakukan oleh polisi diantaranya seperti membentuk tim khusus, patroli, razia dan penjagaan terhadap tempat-tempat yang diduga sebagai sasaran terorisme. Upaya ini dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya kejahatan terorisme. Patroli dan razia sebagai salah satu bentuk usaha Polisi dalam menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), berdayaguna untuk mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan berbuat jahat, memelihara dan meningkatkan tertib hukum masyarakat serta membina ketentraman masyarakat, menjaga keselamatan orang, harta benda, hak asasi dan termasuk memberikan pelayanan masyarakat, menerima laporan atau pengaduan, melakukan pengawasan dan melakukan tindakan pertama ditempat kejadian perkara. Patroli dan razia polisi merupakan tulang punggung pelayanan dan pelaksanaan garis depan operasional kegiatan dalam upaya mencegah segala bentuk kejahatan maupun timbulnya berbagai pelanggaran hukum termasuk tindak pidana terorisme. Dari latar belakang tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian dan menulis tentang Upaya Preventif terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme oleh Polda Lampung (Studi Pada Polisi Daerah Lampung).

6 B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah digambarkan dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Apakah bentuk upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme? b. Apakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme? 2. Ruang Lingkup penelitian Ruang lingkup penulisan skripsi ini dibatasi pada bentuk upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme dan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme.

7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah : a. Untuk mengetahui bentuk upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme 2. Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah : a. Secara Teoritis Kegunaan penulisan ini adalah untuk pengembangan kemampuan daya nalar dan daya pikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk dapat mengungkapkan secara obyektif melalui metode ilmiah dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada, khususnya masalah yang berkaitan dengan aspek hukum pidana dalam bidang tindak pidana terorisme. b. Secara Praktis Penulisan ini adalah untuk kepentingan penulis sendiri guna memenuhi salah satu syarat bagi penulis dalam meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8 D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti, (Soerjono Soekanto, 1985: 125). Upaya menaggulangi tindak pidana terorisme, juga menggunakan teori penanggulangan kejahatan menurut G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda Nawawi Arief (1996: 48). Penanggulangan kejahatan ditetapkan dengan cara : a. Penerapan hukum pidana (Criminal Law Application), b. Pencegahan tanpa pidana (Prevention Without Punishment), dan c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa. Pada butir (1) diatas menitik beratkan pada upaya yang bersifat Represif (Penindakan/Pemberantasan yaitu upaya yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi upaya ini termasuk dalam sarana penal, sedangkan pada butir (2 dan 3) menititk beratkan pada upaya yang bersifat Preventif (Pencegahan/Penangkalan) yaitu upaya yang dilakukan sebelum kejahatan terjadi, upaya ini dikelompokan dalam sarana Non Penal. Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal), dengan tujuan akhir adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian penegakan hukum pidana yang

9 merupakan bagian hukum pidana perlu ditanggulangi dengan penegakan hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana. Upaya lain yang juga dilakukan adalah melalui sarana non penal, seperti tindakan preventif dari masyarakat untuk tidak menjadi korban kejahatan, peneranganpenerangan melalui media cetak dan elektronik sebagai sarana informasi lainnya, meningkatkan norma, keimanan dan ketakwaan serta memperkuat norma-norma agama. 2. Konseptual Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antar konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diinginkan atau diteliti (Soerjono Soekanto, 1985: 32). a. Upaya adalah ikhtiar untuk mencapai suatu maksut, memecahkan suatu persoalan,dan mencari jalan keluar (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005) b. Preventif adalah mencegah suapaya jangan samapai terjadi sesuatu hal tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005) c. Polisi adalah alat kekuasaan negara yang ditugasi untuk menciptakan dan memelihara ketertiban dalam kerangka hukum yang berlaku (Satjipto Raharjo, 1983: 97). d. Tindakan Kepolisian adalah setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap orang atau benda yang ada hubungannya dengan tindak

10 pidana, (Petunjuk Pelaksanaan Kapolri No. Pol:Juklak/35/V/1989, tanggal 26 Mei 1989). e. Perbuatan pidana (tindak pidana-pen.) adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut (Moeljatno,1987:54). f. Terorisme adalah segala bentuk perbuatan yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan (atau maksud untuk) menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas public internasional (Pasal 6 dan 7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003). g. Penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian dari integral dari perlindungan masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan Bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari politik kriminal adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Barda Nawawi Arief, 1992: 2).

11 E. Sistematika Penulisan Agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi dalam penulisan skripsi ini dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka skripsi ini disusun dalam 5 (lima) Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, dan sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Merupakan Bab yang berisikan tentang pengertian-pengertian dari istilah sebagai latar belakang pembuktian masalah dan dasar hukum dalam membahas hasil penelitian yang terdiri dari: pengertian polisi, tugas dan wewenang polisi, pengertian tindak pidana dan kejahatan, pengertian ruang lingkup terorisme dan penanggulangan kejahatan. III. METODE PENELITIAN Merupakan Bab yang menjelaskan metode yang dilakukan untuk memperoleh dan mengolah data yang akurat. Adapun metode yang digunakan tediri dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta analisa data.

12 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah bentuk upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme dan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan upaya preventif yang dilakukan oleh Polda Lampung dalam menanggulangi Tindak Pidana Terorisme V. PENUTUP Bab yang terakhir berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang berupa jawaban dari permasalahan berdasarkan hasil penelitian serta berisikan saran saran penulis mengenai apa yang harus kita tingkatkan dari pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan hasil penelitian demi perbaikan dimasa mendatang.