SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

dokumen-dokumen yang mirip
Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

Pematangan Gonad di kolam tanah

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) - Bagian 2: Produksi induk

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB III BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA IKAN LELE. Oleh: YULFIPERIUS FORCE. Community Empowerment Organizations Pembenihan Ikan, Pembesaran Ikan & Teknologi Pengolahan Ikan

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) Bagian 3: Produksi benih

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 2: Produksi induk kelas induk pokok (Parent Stock)

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

BAB III BAHAN DAN METODE

Produksi induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

MODUL TEACHING FACTORY

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

BAB III BAHAN DAN METODE

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT NASIONAL XXIII 2015 SERPONG INFORMATION SHEET BIDANG LOMBA FISHERY

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB III BAHAN DAN METODE

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 4: Produksi benih

BAB III BAHAN DAN METODE

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 3: Benih kelas benih sebar

Transkripsi:

SNI : 01-6483.4-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Istilah... 1 5. Persyaratan Produksi... 2 6 Cara pengukuran dan pemeriksaan... 9

Pendahuluan Standar produksi benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) kelas benih sebar disusun sebagai upaya meningkatkan jaminan mutu (quality assurance) mengingat produk ini banyak diperdagangkan serta mempunyai pengaruh terhadap mutu produk benih yang dihasikan sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu. Standar produksi benih ikan patin siam kelas benih sebar diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai pihak yang berwenang mengkoordinasikan standar sesuai dengan Keppres RI No. 13 tahun 1997. Standar produksi benih ikan patin siam kelas benih sebar dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen benih, penangkar dan instansi yang memerlukan serta digunakan untuk pembinaan mutu dalam rangka sertifikasi.

1 Ruang lingkup Standar produksi benih ikan patin siam kelas benih sebar meliputi : definisi, istilah dan persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan. 2 Acuan Penyusunan standar produksi ikan patin siam kelas benih sebar ini menggunakan acuan dari : 1. Keputusan Menteri Pertanian No. 26/Kpts/OT.210/1/98 tentang Pedoman Pengembangan Perbenihan Perikanan Nasional dalam konsiderans. 2. Pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (Pedoman 8 tahun 2000). 3. Data dan informasi teknis dari pihak dan instansi terkait yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan), Perguruan Tinggi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan. 4. Hasil penelitian dan perekayasaan produksi benih ikan patin siam UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dan UPT Direktorat Jenderal Perikanan. 3 Definisi Produksi benih Ikan patin siam kelas benih sebar ukuran larva, benih ukuran 0,75 inci. benih ukuran 1 inci -2 inci, dan benih 2 inci -3 inci, adalah suatu rangkaian pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih ikan patin siam kelas benih sebar (SNI 01-6483.2-2000). 4 Istilah a) Pra produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam memproduksi benih ikan patin siam kelas benih sebar yang terdiri dari persyaratan : lokasi, sumber air sarana (wadah, induk dasar, bahan dan peralatan). b) Proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangkaian kegiatan untuk memproduksi benih ikan patin siam kelas benih sebar. c) Pemanenan adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan tahap akhir 1 dari 10

proses produksi benih ikan patin siam kelas benih sebar larva, benih ukuran 0,75 inci, benih ukuran 1inci -2 inci dan 2 inci -3 inci. d) Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih sebar. e) Benih sebar ikan patin, kelas benih sebar terdiri dari larva (ukuran 0,1 inci - 0,2 inci), benih ukuran 0,75 inci, benih ukuran 1,0 inci - 2,0 inci, dan benih ukuran 2,0 inci - 3,0 inci yang berasal dari induk pokok dan telah teruji keunggulannya serta siap untuk disebarluaskan kepada petani/pengguna. f) Induk Pokok (Parent Stock, PS) adalah induk keturunan pertama dari induk dasar. g) Sintasan adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada saat panen dari jumlah ikan yang ditebar. h) Pemijahan adalah rangkaian kegiatan pengeluaran telur dari induk betina dan sperma dari induk jantan. i) Pendederan pertama (PI) adalah pemeliharaan dari tingkat larva ukuran 0,1 inci - 0,2 inci sampai ketingkat benih ukuran 0,75 inci. j) Pendederan kedua (PII di akuarium/bak) adalah pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 0,75 inci sampai ketingkat benih ukuran 1 inci -2 inci. k) Pendederan kedua (PII dikolam) adalah pemeliharaan benih dari tingkat benih ukuran 0,75 inci sampai ke tingkat benih ukuran 2 inci -3 inci. 5. Persyaratan Produksi 5.1. Pra Produksi 5.1.1. Lokasi a) Kawasan Perkolaman : dekat dengan sumber air dan tersedia cukup sesuai kebutuhan, mudah dikontrol, sarana transportasi lancar. b) Tanah dasar : liat berpasir. c) Peruntukkan lokasi tidak tumpang tindih dengan pertanian. 5.1.2. Sumber air a) Tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologis dari alam, industri pemukiman dan pertanian. b) Kuantitas air mencukupi kebutuhan dan tersedia sepanjang tahun. c) Adanya saluran pemasukan dan pembuangan air yang terpisah. 2 dari 10

5.1.3. Wadah a) Wadah inkubasi induk : hapa,kolam, atau bak sesuai kebutuhan b) Wadah penetasan telur : akuarium, dan fibre glass. c) Wadah pendederan I : akuarium, atau fibre glass d) Wadah pendederan II di akuarium/bak: akuarium, bak kayu, atau bak beton e) Wadah pendederan II di kolam : kolam tanah 5.1.4. Induk : Induk ikan patin siam sesuai dengan SNI 01-6483.1-2000 5.1.5. Bahan a) Pakan : - Pakan induk : pakan buatan dengan kandungan protein : 28% 35%. - Pakan benih sampai umur 15 hari : nauplii Artemia sp, dan Tubifex sp hidup. - Pakan benih dari umur 15 hari sampai 36 hari (di akuarium/bak) : Tubifex sp hidup dan pakan buatan protein 35%. - Pakan benih dari umur 15 hari sampai 45 hari (di kolam): pakan buatan dengan kadar protein min 28 % dan pakan alami (Moina sp dan Daphnia sp yang ditebar pada waktu persiapan kolam). b) Pupuk organik : pupuk kandang. c) Pupuk anorganik: Urea dan TSP d) Kapur: kapur tohor (CaO). e) Bahan kimia dan obat-obatan : hormon gonadotropin, hormon antidopamin, kelenjar hypofisa, natrium klorida, larutan sera, alkohol, desinfektan dan antibiotik (bila diperlukan). 5.1.6. Peralatan. a) Pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva 1. Peralatan kawin suntik. 2. Peralatan pengukuran kualitas air : termometer, ph meter, dan DO meter. 3. Peralatan lapangan : ember, waskom, gayung, selang plastik, saringan serok, timbangan, jaring penangkap induk, hapa inkubasi induk dan lain-lain. 4. Peralatan aerator/blower dan instalasinya, listrik. 3 dari 10

b) Pendederan II (akuarium/ bak dan dikolam) 1. Peralatan pengukuran kualitas air : termometer, ph meter, dan DO meter. 2. Peralatan lapangan : ember, waskom, saringan serok, lambit, waring, cangkul, hapa penampungan benih, timbangan dan lain-lain. 5.2. Proses produksi 5.2.1. Pemijahan buatan a) Kualitas air inkubasi induk. 1. Suhu : 29 C - 31 C 2. Nilai ph : 6,5-8,5 3. Oksigen terlarut : > 4 mg/l b) Penyuntikan induk 1. Induk-induk yang terpilih diberok dalam hapa penampungan selama satu hari. 2. Seleksi induk siap pijah dengan pengecekan kualitas telur dengan menggunakan kanulator (kateter). 3. Penyuntikan hormon (Tabel 1). Tabel 1 Jenis dan dosis hormon, interval waktu penyuntikan dan waktu ovulasi dalam pemijahan buatan ikan patin siam No Jenis hormon Dosis total Penyuntikan I II Interval waktu penyuntikan Waktu ovulasi 1 Antidopamin 0,5 cc/kg 1/3 2/3 6 jam 6-8 jam 1. HCG 3.000.IU 1/3 2/3 6 jam 6-8 jam 2. Kelenjar Hipofisa 3 4 1/3 2/3 6 jam 6-8 jam 4 dari 10

5.2.2. Penetasan Telur a) Kualitas Air media penetasan telur. 1. Suhu : 27 C - 30 C 2. Nilai ph : 6,5-8,5 3. Oksigen terlarut : >5 mg/l 4. Ketinggian air : 25 cm - 30 cm b) Penetasan telur. 1. Padat penebaran telur : 6 butir /cm² - 10 butir /cm² 2. Lama penetasan telur : 20 jam - 26 jam c) Panen larva Panen larva dilakukan 6 jam- 8 jam setelah menetas dengan cara disiphon kemudian ditampung dalam ember. 5.2.3. Pendederan benih di PI a) Kualitas air media pendederan benih 1. Suhu : 27 C - 30 C 2. ph : 6,5-8,5 3. Oksigen terlarut : > 5 mg/l 4. Ketinggian air : 20 cm - 50 cm b) Teknik Pemeliharaan larva (PI) 1. Wadah yang digunakan berupa akuarium, atau fibre glass. 2. Persiapan wadah (sanitasi), dan pemasangan perlengkapan aerasi. 3. Larva ditebar dalam akuarium/fibre glass dengan kepadatan 40 ekor/liter. 4. Jumlah naupli Artemia dan Tubifex hidup yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 2. c) Penggunaan Bahan 1. Penggunaan pakan : pakan alami (naupli Artemia sp, dan Tubifex sp hidup) lihat Tabel 3. 2. Penggunaan desinfektan untuk sterilisasi dan antibiotik (jika diperlukan) 3. EDTA : menghilangkan kandungan logam pada air 2 mg/l 10 mg/l. 5 dari 10

5.2.4 Teknik Pendederan Benih di P II a) Kualitas air media pemeliharaan benih di P II, sesuai Tabel 2. Tabel 2 Kualitas air media pendederan benih di P II No Parameter Satuan Kisaran P II di akuarium/bak P II di kolam 1 Suhu o C 27 30 25 30 2 PH - 6,5 8,5 6,5 8,5 3 Oksigen terlarut mg/l >5 >5 4 Ketinggian air cm 20-30 80 90 b) Teknik pemeliharaan benih 1. Wadah yang digunakan untuk pendederan benih ukuran sedang (di PII) berupa akuarium, bak kayu atau beton dan benih ukuran besar (P II) berupa kolam tanah. 2. Persiapan wadah (sanitasi), dan perlengkapan aerasi untuk P II di akuarium atau bak, sedangkan persiapan untuk P II kolam tanah meliputi pengolahan tanah dasar, penjemuran, pengapuran dan pemupukan serta pengisian air. 3. Benih ditebar dalam akuarium/bak kayu dengan kepadatan 20 ekor/liter sedangkan padat penebaran dikolam tanah adalah 40 ekor/m 2. 4. Untuk menjaga kualitas air tetap baik dilakukan penyiponan kotoran (P II akuarium atau bak) dan penggantian air sebanyak 50% - 60 % setiap 2 hari, sedangkan untuk P II kolam tanah pergantian air sebanyak 20% - 30 %/hari ( tergantung kualitas air). c) Penggunaan Bahan. 1. Penggunaan pakan : lihat Tabel 3. 2. Penggunaan obat-obatan : Formalin 10 ppm-25 ppm (hanya untuk P II di akuarium/bak. 3. Penggunaan kapur : lihat Tabel 4 4. Penggunaan pupuk organik : lihat Tabel 4 5. Penggunaan pupuk anorganik : lihat Tabel 4 6 dari 10

Tabel 3 Jumlah penggunaan pakan untuk pendederan benih P I (untuk benih 100 000 ekor) Hari ke Jenis Pakan Nauplii Artemia sp (g)* Tubifex sp hidup (liter) 1 - - 2 3,2 3 6,4 4 8,3 5 13,3 6 20,0 7 26,6 1,0 8 29,3 1,0 9 1,0 10 1,5 11 1,5 12 1,5 13 2,0 14 2,0 15 2,0 *) Jumlah cyste Artemia yang ditetaskan, dengan daya tetas 80 % 7 dari 10

Tabel 4 Proses produksi benih ikan patin siam pada setiap tingkat pemeliharaan No Uraian Satuan P I P II Akuarium atau bak Kolam tanah 1 Pupuk organik g/m 2 - - 500-1000 Pupuk anorganik g/m 2 - - 20-50, 10 - (urea, TSP) 25 2 Kapur g/m 2 - - 25-100 3 Ukuran benih Inci 0,1-0,2 0,75 0,75 4 Padat tebar benih di P I dan P II ekor/l ekor/m 2 40-20 - - 40 5 Jenis pakan Artemia+ Tubifex Tubifex hidup + Pakan buatan hidup Pakan buatan 6 Pakan % bobot - - 20 biomas 7 Frekuensi kali/hari 5 4 3 pemberian pakan 8 Waktu hari 15 21 30 pemeliharaan 9 Sintasan % 50 85 80 10 Ukuran panen inci 0,75 1-2 2-3 5.3 Pemanenan 5.3.1. Sintasan a) Benih pada P I : lihat Tabel 4. b) Benih pada P II : lihat Tabel 4. 5.3.2. Ukuran panjang total dan bobot benih yang dipanen a) Benih pada P I sesuai dengan SNI 01-6483.2-2000 b) Benih pada P II akuarium/bak sesuai dengan SNI 01-6483.2-2000 c) Benih pada P II kolam tanah sesuai dengan SNI 01-6483.2-2000 8 dari 10

6 Cara pengukuran dan pemeriksaan 6.1. Cara mengukur suhu Cara mengukur suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer yang dinyatakan dalam satuan C. Pengukuran suhu air dilakukan dipermukaan air dan dasar wadah ( untuk P II kolam tanah ), pengukuran dilakukan dengan frekuensi dua kali yaitu pagi dan sore hari. 6.2. Cara mengukur oksigen terlarut Cara mengukur oksigen terlarut dengan menggunakan DO-meter, pengukuran oksigen air dilakukan di permukaan air dan dasar wadah ( untuk P II kolam tanah ), pengukuran dilakukan dengan frekuensi dua kali yaitu pagi dan sore hari. 6.3. Cara mengukur ph air Cara mengukur ph air dilakukan dengan menggunakan ph meter atau ph indikator. 6.4. Cara mengukur debit air Cara mengukur debit air dilakukan dengan mengukur volume air kedalam wadah penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan dalam satuan liter per detik. 6.5. Cara mengukur ketinggian air Cara mengukur ketinggian air dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan meteran atau alat sejenis dalam satuan centimeter. 6.6. Cara mengukur kecerahan air Cara mengukur kecerahan air dilakukan dengan menggunakan piringan berwarna putih bergaris hitam yang diberi tali atau tangkai dan dimasukkan ke wadah pemeliharaan dan ukuran kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara permukaan air dengan batas piringan yang tampak jelas dalam satuan centimeter. 6.7. Cara menentukan jumlah penggunaan bahan 6.7.1. Cara menentukan jumlah pakan Cara menentukan jumlah pakan dilakukan dengan menghitung bobot rata-rata ikan (minimal dari 30 ekor ikan sampel) dikalikan jumlah populasi ikan yang ditanam dilkalikan persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan dalam satuan 9 dari 10

gram atau kilo gram. 6.7.2. Cara menentukan jumlah pupuk Cara menentukan jumlah pupuk adalah dosis pupuk per meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilo gram. 6.7.3. Cara menentukan jumlah kapur Cara menentukan jumlah kapur adalah dosis kapur per meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilo gram. 6.7.4. Cara menentukan padat tebar benih Cara menentukan padat tebar benih adalah perkalian antara jumlah benih yang ditebar per satuan meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan atau total volume air. 6.7.5. Cara mengukur panjang total benih Cara mengukur panjang total benih dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam satuan centimeter atau milimeter. 6.7.6. Cara mengukur bobot benih Cara mengukur bobot benih dilakukan dengan menimbang benih menggunakan timbangan analitik yang dinyatakan dalam satuan gram atau miligram. 10 dari 10