BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang berupa Laporan Keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut diperlukan penerapan sistem pelaporan keuangan yang tepat, jelas dan terukur sesuai prinsip transpanrasi dan akuntabilitas. Oleh karena itu diperlukan upaya reformasi dan pengembangan, khususnya di bidang akuntansi 1

2 kepemerintahan yang berkesinambungan sehingga terbentuk suatu sistem yang tepat (Mardiasmo, 2004). Otonomi daerah dilaksanakan sesuai dengan landasan hukum yang mengaturnya yaitu Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kedua landasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan pemerintah pusat dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat serta telah membuka jalan bagi pelaksana reformasi sektor publik di Indonesia. Undang-undang no.17 Tahun 2003 mengenai Keuangan Negara mengatur antara lain pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawabannya. Perwujudan dari pengelolaan keuangan daerah dan pertangggungjawaban direalisasikan melalui pengembangan dan pengaplikasian akuntansi sektor publik yang dilakukan sebagai alat untuk melakukan transparansi dalam mewujudkan akuntabilitas publik untuk mencapai good government governance. Mardiasmo (2004) pada pidato dengan tema perwujudan tranparansi dan akuntabilitas publik melalui akuntansi sektor publik mengatakan, kerangka transparansi dan akuntabilitas sektor publik dibangun paling tidak terdiri atas lima komponen, yaitu sistem perencanaan stategik, sistem pelaporan keuangan, sistem pengukuran kinerja, saluran akuntabilitas publik dan audit sektor publik.

3 Laporan keuangan daerah pada dasarnya merupakan suatu asersi atau pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah kepada pihak lain, yaitu pemangku kepentingan yang ada tentang kondisi keuangan pemerintah daerah. Agar dapat menyediakan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, maka informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan dapat dipenuhi dengan laporan yang disajikan secara wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan mempertimbangkan kriteria kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); kecukupan pengungkapan; kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan efektivitas pengendalian intern ( BPK, 2009). Dari pernyataan yang telah dipaparkan diatas, saya ingin membandingkan opini BPK di provinsi Jawa Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Di provinsi Jawa Barat sendiri, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Tahun Anggaran (TA) 2013 kembali memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Opini WTP yang diraih Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini merupakan yang ketiga kalinya secara berturut-turut dalam tiga tahun terakhir. Tanpa mengurangi kebanggaan atas capaian opini WTP yang diperoleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, BPK memandang perlu untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar mencermati, memberi perhatian dan

4 menindaklanjuti beberapa masalah yang menjadi temuan pemeriksaan, tegas Agung sebagai anggota BPK V. Permasalahan yang ditemukan BPK dalam LKPD Provinsi Jabar TA 2013 antara lain penatausahaan dan pengelolaan Persediaan yang belum tertib, proses penghapusan aset gedung pada Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan yang tidak sesuai prosedur, dan mekanisme penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban, monitoring dan evaluasi belanja hibah tidak sesuai ketentuan. Selain itu, permasalahan lainnya adalah penganggaran Belanja Hibah, Belanja Pegawai, Belanja Modal dan Belanja Barang masih ada yang tidak tepat, dan pengelolaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor masih belum optimal. Tabel 1.1 Berikut Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013 No. Tahun Opini BPK 1 2009 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2011 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 4 2012 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 5 2013 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Sumber: Bandung.bpk.go.id

5 Selanjutnya mengenai opini BPK atas LKPD Kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu ibu kota Jawa Barat yang memiliki potensi begitu besar dan menjadi salah satu pusat perekonomian di Negara Indonesia, namun pengelolaan keuangan nya masih kurang sesuai dengan yang diharapkan. BPK RI memberi opini Disclaimer (Menolak Memberi Pendapat) pada tahun 2009. Penilain itu pertama kali diterima oleh Kota Bandung (BPK RI, 2010). Table 1.2 Berikut adalah Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung tahun 2009-2013 No. Tahun Opini BPK 1 2009 Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) 2 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 4 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 5 2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber: Bandung.bpk.go.id Ada 4 catatan terkait opini WDP Kota Bandung. Yakni soal masalah aset, kelemahan pengendalian sistem internal penatausahaan piutang, pengendalian sistem internal sewa ranah dan bangunan, serta pengendalian internal penatausahaan pertanggungjawabang hibah dan bansos, sehingga opini yang diraih adalah tetap Wajar Dengan Pengecualian. Dan yang ketiga adalah mengenai opini BPK atas LKPD Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah yang kurang baik dalam

6 pengelolaan keuangan nya. Hal ini dibuktikan dari opini yang diterima nya. Kabupaten Bandung Barat menerima opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) hingga saat ini. Laporan hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapat opini wajar dengan pengecualian salah satunya adalah Kabupaten Bandung Barat. Ini dikarenakan penatausahaan dan pelaporan aset tetap masih belum memadai yaitu masih terdapat aset yang dilaporkan dalam laporan keuangan dengan rincian aset yang tidak dapat dijelaskan, aset tetap yang tidak dapat dirinci dan belum jelas statusnya, penambahan aset tetap dari belanja modal yang belum didukung rincian aset, aset tetap tidak dapat ditelusuri keberadaannya, aset tetap yang belum mempunyai nilai dan belum disajikan dalam laporan keuangan. Padahal pemerintah sendiri telah mengeluarkan peraturan mengenai pengolahan aset tetap yaitu PP Nomor 06 tahun 2006 mengenai pengelolaan aset tetap/barang milik Negara, dan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 mengenai Pedoman teknis Pengelolaan Aset Tetap serta standar akuntansi aset tetap yaitu, pernyataaan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07 mengenai akuntansi aset tetap dan PSAP Nomor 01 mengenai Penyajian Laporan Keuangan. Dimana standar ini mengatur tentang perencanaan, pengelolaan dan pelaporan aset tetap. Dari data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Bandung Barat masih memiliki kekurangan untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang cukup baik.

7 Tabel 1.3 Berikut adalah Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kab. Bandung Barat tahun 2009-2013 No. Tahun Opini BPK 1 2009 Disclaimer (Menolak Memberi Pendapat) 2 2010 WDP (Wajar Dengan Pengecualian) 3 2011 WDP (Wajar Dengan Pengecualian) 4 2012 WDP (Wajar Dengan Pengecualian) 5 2013 WDP (Wajar Dengan Pengecualian) Sumber: Bandung.bpk.go.id Dari pemberian opini tersebut apa jaminan manajemen suatu entitas bahwa laporan-laporan keuangan bisa tepat waktu, membuat penjelasan yang diperlukan, teliti dan benar atau dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Hanya dengan pemeriksaan yang terus berkesinambungan dan analisa, laporan dan catatan-catatan darimana laporan tersebut didapat, manajemen dapat meletakkan kepercayaannya terhadap laporan yang akan digunakan nya. Pemeriksaan terus menerus dan analisa laporan serta catatan-catatan sering disebut pengendalian intern. Pengendalian intern akan menghasilkan laporan yang dikehendaki manajemen, dalam arti yang tegas, dan sistem tersebut akan; (1) mengamankan sumber pemborosan, kecurangan, dan ketidakefisienan; (2) Meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi; (3) Mendorong ditaatinya serta dilaksanakannya kebijakan organisasi; (4) Meningkatkan efisiensi.

8 Dalam akuntansi, pengendalian intern yang berlaku dalam organisasi/instansi merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Oleh karena itu, dalam memberi pendapat atas kewajaran laporan yang diauditnya, auditor meletakkan kepercayaan atas efektivitas sistem pengendalian intern dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material. Dari pemberian opini yang telah dijabarkan sebelumnya disebutkan bahwa adanya kelemahan pengendalian intern dalam pengelolaan keuangan daerah, yang sebagian besar belum memadai unsur-unsur pengendalian internal. Di dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran (IHPS) BPK pada tiga tahun terakhir, diketahui bahwa terdapat beberapa kelemahan di dalam laporan keuangan pemerintah daerah terutama berkenaan dengan sistem pengendalian antara lain berupa kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan keuangan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja serta kelemahan struktur pengendalian intern. Ironisnya, kelemahan tersebut menunjukkan tren peningkatan pada setiap semesternya sejak tahun 2009. Dari ketiga kondisi tersebut, kelemahan di dalam pengendalian akuntansi dan pelaporan keuangan memberikan kontribusi tertinggi bagi laporan keuangan pemerintah yang buruk. Hal ini merupakan problem besar bagi pemerintah daerah. Penelitian mengenai efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh Rieska Widiani (2013) Menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan.

9 Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat penelitian berjudul Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah pada Pemerintahan Daerah. 2. Bagaimana kualitas laporan keuangan pada Pemerintahan Daerah. 3. Bagaimana pengaruh efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintahan Daerah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data serta informasi yang diperlukan untuk penelitian mengenai pengaruh efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Sedangkan tujuan yang ingin penulis capai dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui dan menilai efektivitas sistem pengendalian internal pada Pemerintahan Daerah.

10 2. Untuk mengetahui dan menilai kualitas laporan keuangan pada Pemerintahan Daerah. 3. Untuk mengetahui dan menilai pengaruh efektivitas sistem pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintahan Daerah. 1.4 Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis Penelitian ini sangat berguna karena dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan dapat memperoleh pemahaman mengenai sistem pengendalian internal dan kualitas laporan keuangan baik secara teori maupun fakta nya. b. Bagi Dunia Pendidikan Sebagai acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kajian ini dalam bidang Akuntansi Sektor Publik. c. Bagi Pemerintah Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan operasional pemerintah demi mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. d. Bagi Pihak Lain Sedangkan bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan dan sumber informasi tambahan, atau hanya sebagai bahan bacaan untuk memperluas wawasan pembaca dalam bidang Akuntansi Sektor Publik.

11 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat, Kantor Pemerintah Kota Bandung Jl. Wastukencana No. 2, Kantor Kabupaten Bandung Barat JL. Raya Padalarang Cisarua Kab, Bandung Barat dan Inspektorat Provinsi Jawa Barat JL. Surapati No.4 sebagai responden didalam nya.