1 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS 2008

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI UNTUK RUMAH TANGGA SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI

Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB II SASARAN DAN PROSES PENYALURAN KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM PENANGANAN KEMISKINAN

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari secara penuh, masih terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,

STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. anggaran belanja pemerintah pusat berupa anggaran subsidi sebagai salah satu

sasaran dalam rangka penanggulangan kemiskinan tahun 2009, dengan ini

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

Untuk : PERTAMA : Melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi dan menghentikan segala bentuk penyalahgunaan pada penyediaan dan pelayanan bahan bakar

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah... 11

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SOSIALISASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah selalu mempunyai peranan penting. Peranan pemerintah sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI EVALUASI PROGRAM KEMISKINAN 2006 INTEGRASI SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL (SUSENAS) PANEL 2006

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, yang menjadi unsur pokok dalam aktivitas Public Relations (PR).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

Regulasi Kebijakan Umum

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAHAN PAPARAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) DAN SOSIALISASINYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S)

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KESATU : Melakukan sosialisasi kepada masyarakat atas kebijakan Pemerintah Pusat terhadap kenaikan harga jual bahan bakar minyak (BBM).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang

Laporan Akhir SURVEI EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KOTA SEMARANG

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015

TEORI PENGELUARAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

USULAN KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BBM: PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012

Pidato Presiden RI tentang Pelaksanaan Penghematan Energi Nasional, Jakarta, 29 Mei 2012 Selasa, 29 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kenaikan harga minyak mentah dunia berimbas kepada meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Walaupun sumber daya migas di Indonesia cukup berlimpah namun konsekuensi Indonesia sebagai anggota OPEC mengharuskan pemerintah untuk menaikkan harga jual minyak ke luar negeri maupun dalam negeri. Lonjakan harga minyak ini juga memiliki efek meningkatnya harga-harga komoditas dalam negeri yang disebabkan kenaikan harga dasar Bahan Bakar Minyak yang konsumsi di dalam negeri digunakan pada sektor industri, transportasi, serta konsumsi oleh masyarakat. Dalam petunjuk teknis penyaluran BLT tahun 2008 disebutkan bahwa Kenaikan harga dapat mengakibatkan harga kebutuhan pokok meningkat dan bagi masyarakat miskin dapat mengakibatkan daya beli mereka semakin menurun, karena akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar. Warga masyarakat miskin akan terkena dampak sosial yakni semakin menurunnya taraf kesejahteraannya atau menjadi semakin miskin. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang berefek pada sektor transportasi dan kenaikan harga barang barang kebutuhan pokok dirasakan dampak sosialnya oleh setiap lapisan masyarakat, terutama masyarakat ekonomi lemah atau masyarakat miskin. Kemampuan daya beli masyarakat yang semakin menurun diakibatkan oleh kenaikan harga yang tidak berimbang dengan tingkat penghasilan yang tetap. Hal tersebut menimbulkan tekanan bagi masyarakat miskin, yang dikhawatirkan akan menambah jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Pemerintah pada awalnya mengeluarkan kebijakan subsidi untuk menekan harga Bahan Bakar Minyak di dalam negeri agar tetap dapat terjangkau oleh masyarakat dan menjaga stabilitas harga agar tingkat konsumsi masyarakat tidak menurun. Namun dalam pelaksanaanya sendiri kebijakan subsidi tersebut membebani APBN dan beresiko terjadinya defisit yang harus ditanggung pemerintah. Dampak lainnya adalah subsidi yang digunakan untuk menekan harga BBM tersebut mengakibatkan adanya selisih antara harga di dalam negeri dengan 1

2 harga di luar negeri, dengan harga jual di luar negeri yang lebih tinggi berdampak pada adanya penyelundupan bahan bakar minyak ke luar negeri, sehingga BBM di dalam negeri menjadi langka yang menghambat berbagai kegiatan perekonomian di dalam negeri. Dalam pelaksanaanya sendiri yang menikmati pemberian subsidi BBM tersebut sebagian besar adalah sektor transportasi dan industri, sementara konsumsi dari sektor rumah tangga hanya sedikit, selain itu sektor transportasi diantaranya kepemilikan kendaraan pribadi dan sektor industri mayoritas dimiliki oleh golongan masyarakat mampu, sehingga ketepatan sasaran dari kebijakan subsidi tersebut belum dirasakan. Pemerintah kemudian mulai mengurangi subsidi bahan bakar minyak untuk masyarakat dengan merancang kebijakan baru berupa Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM). Skema Kegiatan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) pada tahun 2005 dan 2006 meliputi : Tabel 1.1 Skema Kegiatan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) PKPS BBM Tahap 1 PKPS BBM Tahap 2 a. Bidang pendidikan, yang diarahkan untuk menyukseskan program wajib belajar 9 tahun melalui pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM). b. Bidang Kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui sistem jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi layanan kesehatan dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan penunjang lainnya. c. Bidang infrastruktur pedesaan, diarahkan pada penyediaan infrastruktur di desa-desa tertinggal (jalan, jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa sederhana dan penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerlukan). Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan selama satu tahun, dan setiap tahap diberikan Rp.300.000.- / 3 bulan. Dengan sasaran sejumlah 19,1 juta RTS sesuai hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan DIPA Departemen Sosial yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan. Tahun 2008 Pemerintah melanjutkan skema program PKPS BBM dari bulan Juni s.d Desember 2008 dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan selama 8 bulan dengan rincian diberikan 6 Kali pada tahun 2008 dan 2 Kali pada Tahun 2009. Sumber : Departemen Sosial, Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008

3 Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu bentuk Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan bakar Minyak (PKPS-BBM) yang diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS), program ini telah dilaksanakan sebanyak dua kali, yakni pada saat kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2005, dan kenaikan bahan bakar minyak tahun 2008. Program ini dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2005 Tanggal 10 September 2005 Tentang Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Kepada Rumah Tangga Miskin, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun Tanggal 14 Mei 2008 Tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah Tangga Sasaran, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tanggal 9 Februari 2009 Tentang Pelaksanaan Program Bantuan Untuk Rumah Tangga Sasaran Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan. Ketiga Instruksi Presiden tersebut menginstruksikan berbagai pihak untuk melaksanakan program BLT. Bantuan langsung Tunai tersebut diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran yakni rumah tangga yang masuk ke dalam kategori sangat miskin, miskin, dan hampir miskin. Penggolongan kategori tersebut berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilaksanakan BPS setiap 10 tahun dengan menggunakan metode uji pendekatan kemampuan (proxy-means testing). Rumah Tangga memiliki jumlah anggota rata-rata empat orang. Jumlah Rumah Tangga sasaran tersebut ditetapkan sesuai hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat statistik dan DIPA Departemen Sosial yang diterbitkan Oleh Departemen Keuangan. Pelaksana, Sasaran serta Tujuan program tersebut dijelaskan melalui tabel berikut :

4 Tabel 1.2 Pelaksana, Sasaran, dan Tujuan Program BLT Pelaksana Program Sasaran Program Tujuan Program 1. Menteri Koordinator Bidang 1. Kelompok Sangat Miskin 1. Membantu masyarakat Politik,Hukum dan Keamanan; yaitu mereka yang miskin agar tetap dapat 2. Menteri Koordinator Bidang mengkonsumsi makanan memenuhi kebutuhan Perekonomian; 3. Menteri Koordinator Bidang senilai sampai dengan 1900 kalori perhari yang senilai dasarnya. Kesejahteraan Rakyat; dengan Rp. 120.000,- bila 2. Mencegah penurunan taraf 4. Menteri Keuangan; disetarakan dengan rata-rata kesejahteraan masyarakat 5.Menteri Negara Perencanaan pengeluaran seseorang miskin akibat kesulitan Pembangunan Nasional perbulan (atau Rp.480.000 ekonomi. /Kepala Badan Perencanaan per rumah tangga per bulan). Pembangunan Nasional; 6. Menteri Sosial; 2. Kelompok Miskin yaitu 3. Meningkatkan tanggung 7. Menteri Dalam Negeri; mereka yang mengkonsumsi jawab sosial bersama. 8.Menteri Komunikasi dan makanan senilai sampai Informatika; 9.Menteri Negara Badan dengan 2100 kilo kalori per hari yang senilai dengan Usaha Milik Negara; rata-rata pengeluaran 10.Jaksa Agung Republik seseorang perbulan (atau Indonesia; Rp.600.00,- per rumah 11.Panglima Tentara Nasional tangga per bulan). Indonesia; 12.Kepala Kepolisian Negara 3. Kelompok Hampir Miskin Republik Indonesia; yaitu mereka yang 13.Kepala Badan Pusat mengkonsumsi makanan Statistik; 14.Kepala Badan Pengawasan senilai dengan 2300 kilo kalori per hari yang senilai Keuangan dan Pembangunan ; dengan Rp.175.000 bila 15. Para Gubernur; 16. Para Bupati/Walikota disetarakan dengan rata-ratapengeluaran seseorang per bulan (atau Rp.700.000,- per rumah tangga per bulan). Sumber : Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun Tanggal 14 Mei 2008 dan Buku Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 Mekanisme penyaluran dana program bantuan langsung tunai secara umum digambarkan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

5 Data Base RTS 2005/2006 (BPS) 19,1 Juta Pengiriman data ke Posindo Pencetakan KKB BLT Oleh Posindo Penyediaan Dana BLT oleh Depsos Data Update 1000 Kec (PKH) Pengiriman KKB BLT Ke Kantor Pos Seluruh Indonesia Kantor Pos Ketentuan : 1. Membatalkan/menahan KKB bagi RTS yang pindah, meninggal (tanpa ahli waris), tidak berhak (inclusion error). 2. KKB yang dibatalkan boleh diberikan kepada rumah tangga yang berhak/layak (exclusion error), tidak melebihi dari yang dibatalkan. 3. Rumah tangga pengganti harus sama atau lebih miskin dari rumah tangga yang telah dinyatakan layak. 4. Jumlah kuota KKB per desa/ kelurahan harus tetap/berkurang (total nasional 19,1 juta) 5. Daftar RTS yang dibatalkan atau penambahan RTS baru dimusyawarhkan dalam rembug desa dan harus dilegalisir oleh Kades/Lurah. Penajaman Sasaran : 1. Program BLT 2009 2. Program Raskin 3. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat/Askeskin 4. Program BOS 5. Program PNPM Pengecekan kelayakan daftar RTS di tingkat Desa/Kelurahan Pembagian BLT kepada RTS oleh Petugas Pos Dibantu aparat Desa / Kelurahan Updating awal Database RTS Oleh BPS- Hasil Verifikasi Pembagian KKB Updating lapangan, verifikasi dan evaluasi RTS oleh Petugas BPS dan mitra, serentak di seluruh Indonesia Hasil akhir Database RTS Tahun 2008 BRI Pencairan BLT Oleh RTS di Kantor Pos Gambar 1.1 Mekanisme Penyaluran Dana Program BLT Sumber : Departemen Sosial, Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008

6 Dalam pelaksanaan penyalurannya di lapangan kemudian timbul beragam masalah, sejak awal kegiatan berupa ketidakakuratan data yang disebabkan oleh kesulitan dalam pendataan penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik karena rumah tangga miskin tersebut banyak yang tidak memiliki KTP ataupun Kartu Keluarga. Selanjutnya data yang tidak akurat menyebabkan rendahnya ketepatan jumlah angka sasaran 1, sehingga penduduk yang seharusnya tidak berhak menerima bantuan justru mendapatkan dana BLT dan banyak masyarakat miskin yang berhak mendapatkan bantuan justru tidak terdata. Penggunaan data juga menjadi masalah saat data yang digunakan untuk penyaluran Bantuan Langsung Tunai tahun 2008, pemerintah menggunakan data lama atau mengacu kepada data penerima BLT tahun 2005 dengan alasan keterbatasan waktu 2. Berakibat kepada tidak validnya data tersebut dengan asumsi bahwasannya terdapat kemungkinan terdapat warga yang meninggal ataupun pindah, selain itu masyarakat miskin yang belum terdata sebelumnya tidak dapat menerima karena data yang digunakan adalah data lama serta terdapat warga yang sudah direkomendasikan untuk mendapatkan BLT tetapi dalam pelaksanaanya warga tersebut tidak terdaftar sebagai penerima. Masalah selanjutnya timbul dalam pendistribusian Kartu Kompensasi BBM (KKB), pendistribusian KKB yang tidak merata menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pencairan dana bantuan langsung tunai tersebut, hal ini dipicu antara lain oleh informasi serta sosialisasi mengenai pendistribusian KKB belum terkoordinasi dengan baik antara pihak kelurahan dengan ketua ketua RT yang akan membagikan KKB tersebut. Pelaksanaan pencairan dana BLT tersebut juga menimbulkan masalah saat terdapat penduduk yang tidak dapat mencairkan dana karena tidak membawa identitas diri, mekanisme pembagian yang mengharuskan masyarakat mengambil dana di kantor pos menimbulkan antrian panjang warga, aksi saling dorong serta berdesak desakan seringkali terjadi walaupun telah dilakukan penjadwalan, seringkali warga tidak mematuhi jadwal yang ada sehingga kapasitas tempat yang terbatas di kantor menyebabkan banyak 1 Sekali Lagi Akurasi Data Penting Untuk Salurkan BLT, www.kompas.com, Senin, 12 Mei 2008 13:47 WIB 2 BLT Gunakan Data Lama Warga Kecewa,, www.kompas.com, Selasa, 20 Mei 2008 14:07 WIB

7 penerima bantuan yang lanjut usia yang mengalami kesulitan bahkan terdapat korban meninggal dunia di beberapa daerah. 3 Konflik sosial juga rawan terjadi dalam pelaksanaan penyaluran Bantuan Langsung Tunai, karena adanya kecemburuan sosial akibat ketidakvalidan data, sehingga warga miskin yang tidak mendapatkan dana akan mengajukan protes, sehingga ketua RT dan lurah menjadi sasaran amarah warga. Penolakan kerapkali timbul dari kepala desa terhadap pembagian BLT karena mereka kerapkali menerima ancaman dari warga yang sudah direkomendasikan tetapi tidak menerima pada saat penyaluran dana tersebut. Adanya ketidakharmonisan antar warga juga timbul antara warga yang menerima dengan warga miskin yang tidak menerima bantuan yang berpotensi menimbulkan potensi bentrok antar warga. Konflik sosial serta potensi kerawanan juga menjadi alasan penolakan BLT oleh beberapa kepala daerah selain alasan ketepatan sasaran dan tidak memberdayakan masyarakat. 4 Penyaluran dana BLT juga rawan akan timbulnya pemotongan dana oleh oknum oknum yang terlibat dalam penyaluran dana tersebut, berdasarkan data dari Bappenas 5 disebutkan bahwa sebanyak 5,83% pada pembayaran pertama dan 10,38 % warga pada pembayaran kedua dikenai pemotongan dana oleh berbagai pihak diantaranya sejumlah 42,6 % pada pembayaran pertama dan 61 % pembayaran kedua pungutan dilakukan oleh kepala dusun ataupun dari pihak RT/RW, walaupun berdasarkan laporan tersebut mayoritas warga menerima dana utuh akan tetapi potensi akan timbulnya pemotongan dana seringkali terjadi. Penggunaan dan efektifitas dana bantuan oleh masyarakat, juga menjadi pertanyaan apakah dana yang diberikan kepada masyarakat benar benar dapat meningkatkan daya beli masyarakat ataupun setelah bergulirnya program ini apakah tingkat kemiskinan berkurang atau tidak bertambah dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak, kemudian apakah penggunaan dana tersebut oleh masyarakat telah sesuai peruntukannya. Program ini pun bukan merupakan program tetap pemerintah, melainkan program yang timbul sebagai kebijakan akibat naiknya harga bahan bakar minyak, disaat kondisi harga bahan bakar 3 Inilah Para Korban BLT 2005, www.kompas.com, Selasa, 20 Mei 2008 14:00 WIB 4 BLT Ditolak Pemerintah Akan Evaluasi, www.kompas.com, Senin, 19 Mei 2008 14:06 WIB 5 Bappenas, Perkembangan perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT, 2008.

8 minyak yang cenderung menurun dan belum ada kenaikan terdapat kemungkinan program ini akan dihentikan, apakah pengaruhnya bagi daya beli masyarakat dan tingkat kemiskinan jika program ini dihentikan. Bantuan langsung tunai pun menjadi senjata ampuh dalam pelaksanaan pemilihan umum, isu BLT menjadi daya tarik untuk menarik simpati masyarakat dalam pelaksanaan kampanye, sehingga timbul pertanyaan apakah pemberian BLT memang efektif untuk meringankan beban masyarakat atau justru menjadi suap politik. Dari uraian diatas, terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan program Bantuan langsung Tunai, hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaanya tersebut perlu dianalisa lebih lanjut agar diketahui faktor faktor yang menjadi sebab serta akibat yang ditimbulkannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengevaluasi kebijakan bantuan langsung tunai di Kabupaten Muara Enim, dengan studi kasus di Kecamatan Lawang Kidul dengan jumlah penerima terbanyak di Kabupaten Muara enim, sehingga didapatkan informasi yang menyeluruh tentang kinerja kebijakan serta faktorfaktor yang menjadi penghambat dalam mewujudkan target ataupun tujuan yang ditetapkan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu : Bagaimana Kinerja Kebijakan Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim menurut persepsi Rumah Tangga Sasaran selaku penerima bantuan serta penentuan strategi kebijakan menurut persepsi aparat pemerintah selaku pelaksana kebijakan? 1.3 Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja kebijakan Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim menurut persepsi Rumah Tangga Sasaran selaku penerima bantuan serta penentuan strategi kebijakan menurut persepsi aparat pemerintah selaku pelaksana kebijakan.

9 1.4 Signifikansi Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Akademis Secara akademis melalui peneltian ini diharapkan menambah litertur ilmiah ataupun menjadi sarana informatif tentang pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai yang merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. 2. Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan ataupun sebagai kajian ilmiah dalam pelaksanaan program bantuan langsung tunai agar dapat dievaluasi untuk keberlanjutan program selanjutnya. 1.5 Sistematika Penulisan sebagai berikut : Secara sederhana penulisan tesis ini disusun berdasarkan sistematika BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bab yang menyajikan landasan teori atau literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian,. Teori-teori yang diuraikan yaitu mengenai kebijakan publik. Serta disajikan model analisis dan hipotesis kerja. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

10 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Bab ini menggambarkan tentang profil Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim sebagai objek penelitian dalam penulisan tesis ini. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi deskripsi hasil penelitian dan disertai dengan pembahasan sehingga diketahui hasil evaluasi program serta dapat diketahui berbagai kendala yang terjadi pada pelaksanaan program tersebut. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari pelaksanaan penelitian dan disertai dengan saran-saran perbaikan.