PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG KEPENGURUSAN BADAN USAHA MILIK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Menimbang : Mengingat :

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KAPUAS INDAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH UPUN TAKA DI KABUPATEN TANA TIDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BERDIKARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH RUMAH SAKIT BENGKALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH Nomor : 15 Tahun 2002 Seri E Nomor : 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA MAKMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN ACEH UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH SAPEUE PAKAT KABUPATEN PIDIE

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PARKIR KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 9 Tahun : 2010 Seri : D Nomor : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 9 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH JASA TRANSPORTASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI SIMEULUE PEMERINTAH ACEH QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) DISEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BUPATI MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA UMBUL KABUPATEN MADIUN

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAKA DARANANTE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 9 TAHUN 2012

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH LAWADI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMBA BARAT DAYA, a. bahwa dalam rangka upaya secara bertahap untuk menata struktur ekonomi Kabupaten Sumba Barat Daya yang seimbang dengan sektor pertanian, maka perhatian perlu diarahkan pada pengembangan berbagai sektor modern seperti sektor industri, sektor perdagangan dan jasa-jasa lainnya dalam rangka menggeser paradigma angkatan kerja dari sektor pertanian maupun sektor lainnya; b. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah, pendirian Perusahaan Daerah diatur dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pendirian Perusahaan Daerah Lawadi; 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 1

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Sumba Barat Daya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4692); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA dan BUPATI SUMBA BARAT DAYA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH LAWADI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sumba Barat Daya. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya. 3. Bupati adalah Bupati Sumba Barat Daya. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya. 5. Perusahaan Daerah Lawadi yang selanjutnya disingkat PD. Lawadi adalah Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya. 6. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Lawadi. 7. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Lawadi. 2

Dengan Peraturan Daerah ini didirikan PD. Lawadi. PD. Lawadi berkantor pusat di Tambolaka. BAB II PENDIRIAN Pasal 2 BAB III TEMPAT KEDUDUKAN DAN WILAYAH KERJA Pasal 3 BAB IV TUJUAN PENDIRIAN DAN LAPANGAN USAHA Pasal 4 (1) Tujuan PD. Lawadi ialah untuk : a. mempercepat perkembangan dibidang Perusahaan modern, bidang industri, bidang pertambangan, bidang jasa konstruksi, bidang perdagangan eksport dan bidang jasa lainnya; b. meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah dari sumber penerimaan bukan pajak. (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PD. Lawadi menjalankan berbagai usaha dan kegiatan yang mempunyai kegiatan langsung secara berdayaguna dan berhasilguna dengan berpegang pada prinsip-prinsip ekonomi perusahaan. Pasal 5 Dalam mengembangkan usahanya, PD. Lawadi dengan persetujuan Bupati dapat : a. membentuk unit-unit usaha lainnya di dalam dan/atau diluar wilayah daerah; b. melakukan usaha bersama dengan Badan Usaha Milik Daerah / Negara, koperasi dan sektor swasta lainnya. BAB V MODAL Pasal 6 (1) Modal PD. Lawadi terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya. (2) Besarnya modal PD. Lawadi adalah Rp. 150.000.000,- (Seratus Lima Puluh Juta Rupiah) dan dipisahkan secara bertahap sesuai kebutuhan, dari kekayaan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 7 Semua alat liquid PD. Lawadi disimpan dalam PT. Bank Nusa Tenggara Timur atau bank lain milik pemerintah yang ditunjuk oleh Bupati. BAB VI PENGURUSAN Pasal 8 (1) Pengurus PD LAWADI terdiri dari : a. Direksi; b. Badan Pengawas. (2) Dalam melaksanakan pengurusan perusahaan, Direksi bertanggung jawab kepada Bupati. 3

BAB VII DIREKSI Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 9 (1) Direksi diangkat oleh Bupati dan diutamakan dari swasta atas usul Badan Pengawas melalui proses penjaringan yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. (2) Calon Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan berasal dari swasta maka yang bersangkutan harus melepaskan terlebih dahulu status kepegawaiannya. (3) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. sehat jasmani dan rohani; b. diutamakan mempunyai pendidikan sekurang-kurangnya sarjana (S1); c. mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun diperusahaan yang dibuktikan dengan surat keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya dengan penilaian baik; d. membuat dan menyajikan proposal tentang visi, misi dan strategi perusahaan dihadapan panel yang ditetapkan oleh Bupati; e. tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan anggota Direksi atau dengan Anggota Badan Pengawas lainnya. (4) Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 10 (1) Jumlah Anggota Direksi paling banyak 4 (empat) orang dan seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama. (2) Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Direktur Utama dibantu oleh para Direktur yang pembagian kerjanya ditetapkan oleh Direktur Utama. Pasal 11 (1) Seorang dapat menduduki Jabatan Direksi paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan dalam kedudukan yang sama. (2) Dikecualikan dari ayat (1) apabila Direktur diangkat menjadi Direktur Utama. (3) Masa jabatan Direksi ditetapkan selama 4 (empat) tahun. (4) Pengangkatan untuk masa jabatan yang kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah setiap tahun. Pasal 12 Direksi dilarang memangku jabatan rangkap baik di Perusahaan Daerah maupun diperusahaan lain. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 13 Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut : a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan Daerah; b. menyampaikan Rencana Kerja 5 (lima) tahunan, Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Anggaran Tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan; c. melakukan perubahan terhadap rencana kerja setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas; d. membina pegawai; e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan Daerah; 4

f. menyelenggarakan adminitrasi Umum dan Keuangan; g. mewakili Perusahaan Daerah baik didalam maupun di luar Pengadilan; h. menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi kepada Badan Pengawas; i. menumbuh kembangkan jaringan bisnis yang luas. Pasal 14 Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai wewenang sebagai berikut : a. mengangkat dan memberhentikan Pegawai; b. mengangkat, memberhentikan dan memindahtugaskan Pegawai dari Jabatan dibawah Direksi; c. menandatangani Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi; d. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. Pasal 15 Direksi memerlukan persetujuan dari Badan Pengawas dalam hal - hal. a. mengadakan perjanjian-perjanjian kerjasama usaha dan pinjaman yang mungkin dapat berakibat terhadap berkurangnya asset dan membebani anggaran Perusahaan Daerah; b. memindah tangankan atau menghipotekkan atau menggadaikan benda bergerak atau tidak bergerak milik Perusahaan Daerah; c. Penyertaan Modal dalam Perusahaan lain. Bagian Ketiga Tahun Buku, Laporan Keuangan dan Tahunan Pasal 16 (1) Tahun Buku Perusahaan adalah Tahun Takwin. (2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Tahun Buku, Direksi menyampaikan Laporan Keuangan kepada Bupati melalui Ketua Badan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan, yang terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi Tahunan, setelah diaudit oleh Akuntan Publik. (3) Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi Tahunan yang telah mendapatkan pengesahan dari Bupati memberikan pembebasan tanggung jawab kepada Direksi dan Badan Pengawas. (4) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Tahun Buku, Direksi telah mengajukan Rancangan Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah. (5) Apabila pada tanggal 31 Desember Tahun berjalan Badan Pengawas belum mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah yang diajukan, dianggap telah disahkan. Bagian Keempat Penghasilan dan Hak-Hak Direksi Pasal 17 (1) Penghasilan Direksi terdiri dari : a. gaji; b. tunjangan. (2) Gaji Direksi ditetapkan oleh Bupati. (3) Jenis dan besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas dan pengesahan Bupati. 5

Bagian Kelima Cuti Pasal 18 (1) Direksi memperoleh Hak Cuti sebagai berikut : a. cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. cuti besar/cuti panjang selama 2 (dua) bulan untuk setiap satu kali masa jabatan; c. cuti bersalin selama 3 (tiga) bulan bagi Direktris; d. cuti alasan penting; e. cuti sakit. (2) Pelaksanaan Hak Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (3) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas. (4) Direksi selama melaksanakan cuti mendapat penghasilan penuh dari Perusahaan Daerah. Bagian Keenam Pemberhentian Pasal 19 Direksi berhenti dan diberhentikan dengan alasan : a. atas permintaan sendiri; b. meninggal dunia; c. karena kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; e. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah; f. dihukum pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 20 (1) Apabila Direksi melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, huruf d dan huruf e, Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti, Badan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati. (3) Bupati paling lama 12 (dua belas) hari setelah menerima laporan hasil pemeriksaan Badan Pengawas, sudah mengeluarkan : a. Keputusan Bupati tentang pemberhentian sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d; b. Keputusan Bupati tentang pemberhentian sementara sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e. (4) Selama menjalani masa pemberhentian sementara, Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dihentikan hak-hak keuangannya. (5) Dalam waktu 12 (dua belas) hari setelah menerima Keputusan Pemberhentian Sementara, Direksi yang bersangkutan dapat mengajukan pembelaan diri kepada Bupati. (6) Apabila pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diterima, maka dalam waktu paling lama 12 (dua belas) hari Bupati mencabut Keputusan Pemberhentian Sementara dan Direksi yang bersangkutan diaktifkan dengan mendapatkan kembali hak-hak keuangannya terhitung sejak Keputusan Pemberhentian Sementara ditetapkan. (7) Apabila pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditolak, maka dalam waktu paling lama 12 (dua belas) hari Bupati mengeluarkan keputusan pemberhentian definitif. (8) Apabila dalam 12 (dua belas) hari setelah pembelaan diri diajukan, Bupati belum mengeluarkan Keputusan atas pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (5), pembelaan diri dimaksud dianggap diterima, maka Direksi yang bersangkutan dikerjakan kembali dan hak-hak keuangannya dibayarkan. 6

(9) Bupati paling lama 12 (dua belas) hari setelah menerima putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap mengeluarkan Keputusan tentang pemberhentian bagi Direksi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf f. Pasal 21 (1) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, huruf c dan huruf d diberhentikan dengan hormat. (2) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e, huruf f dan huruf g diberhentikan tidak dengan hormat. (3) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b selain diberikan uang duka sebesar 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai dengan masa jabatannya. (4) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d selain diberikan uang pesangon sebesar 5 (lima) kali penghasilan yang diterimanya pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai dengan masa jabatannya. (5) Direksi yang diberhentikan karena habis masa jabatannya dan tidak diangkat kembali diberikan uang penghargaan sesuai dengan kemampuan Perusahaan Daerah. Pasal 22 Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Badan Pengawas sudah mengajukan calon Direksi kepada Bupati Pasal 23 (1) Bupati mengangkat Pelaksana Tugas (PLT), apabila Direksi diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir. (2) Pengangkatan Pelaksana Tugas ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk masa jabatan paling lama 3 (tiga) bulan. Pasal 24 Apabila dalam 2 (dua) tahun berturut-turut Direksi tidak mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah, Bupati dapat mengganti Direksi. Pasal 25 Struktur Organisasi dan Tata Kerja PD. Lawadi ditetapkan oleh Bupati. BAB VIII BADAN PENGAWAS Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 26 (1) Badan Pengawas diangkat oleh Bupati. (2) Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari orang yang profesional sesuai dengan bidang usaha Perusahaan Daerah yang bersangkutan. (3) Untuk dapat diangkat sebagai Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. menyediakan waktu yang cukup; b. tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan Direksi atau dengan Anggota Badan Pengawas lainnya; c. mempunyai pengalaman dalam bidang keahliannya minimal 5 (lima) tahun. 7

(4) Pengangkatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 27 Jumlah Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya dipilih menjadi Ketua merangkap Anggota dan seorang Sekretaris merangkap anggota. Pasal 28 (1) Badan Pengawas diangkat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan. (2) Masa jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun (3) Pengangkatan Badan Pengawas untuk kedua kali dilaksanakan apabila: a. mampu mengawasi Perusahaan Daerah sesuai dengan program kerja; b. mampu memberikan saran kepada Direksi agar Perusahaan Daerah mampu bersaing dengan Perusahaan lainnya; c. mampu memberikan pendapat mengenai peluang usaha yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 29 Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut : a. mengawasi kegiatan operasional Perusahaan Daerah; b. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi; c. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap program kerja yang diajukan oleh Direksi; d. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap laporan neraca dan perhitungan laba/rugi; e. memberikan pendapat dan saran atas laporan kinerja Perusahaan Daerah. Pasal 30 Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut: a. memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan rencana kerja yang disetujui; b. memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan Daerah; c. mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah; d. menerima atau menolak pertanggung jawaban keuangan dan Rencana Kerja Direksi tahun berjalan. Bagian Ketiga Penghasilan Pasal 31 Badan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium. Pasal 32 (1) Ketua Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 40% (empat puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. (2) Sekretaris Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 35% (tiga puluh lima Perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. 8

(3) Anggota Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 30% tiga puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. Pasal 33 Selain honorarium, kepada Badan Pengawas setiap tahun diberikan badan jasa produksi. Bagian Keempat Pemberhentian Pasal 34 Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan: a. atas permintaan sendiri; b. meninggal dunia; c. karena kesehatan sehingga tidak melaksanakan tugasnya; d. tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya; e. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah; f. dihukum pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 35 (1) Apabila Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c, huruf d dan huruf e Bupati segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan Bupati, Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, Bupati paling lama 12 (dua belas) hari kerja segera mengeluarkan: a. Keputusan Bupati tentang pemberhentian sebagai Badan Pengawas bagi Badan Pengawas yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c dan huruf d; b. Keputusan tentang pemberhentian sementara sebagai Badan Pengawas yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c. (3) Bupati paling lama 12 (dua belas) hari telah mengeluarkan Keputusan bagi Badan Pengawas yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf f. BAB IX TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 36 Semua pegawai PD LAWADI termasuk Direktur Utama dan atau Direktur yang karena perbuatan melanggar hukum atau melalaikan kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka, dengan langsung atau tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi Perusahaan diwajibkan mengganti kerugian tersebut. BAB X PENERIMAAN Pasal 37 Penerimaan PD LAWADI terdiri dari : a. Dividen atau bagian dari dividen yang diterima karena penyertaan modal dalam perusahaan lain; b. Ketentuan perusahaan dari berbagai transaksi dengan pihak lain. 9

BAB XI PENETAPAN DAN PENGGUNAAN PENDAPATAN Pasal 38 Bilamana terdapat sisa pendapatan bersih (laba) setelah dikurangi terlebih dahulu biaya Perusahaan, penyusutan, pengurangan lain yang dapat dibenarkan menurut ketentuan Perturan Perundangundangan yang berlaku maka penggunaan pendapatan bersih ditetapkan dengan perincian sebagai berikut : a. Untuk Anggaran Keuangan Daerah, 50 % b. Untuk cadangan umum, 20 %; c. Untuk jasa produksi, 15 %; d. Untuk Dana Pensiun dan Sosial, 15 %. BAB XII KEPEGAWAIAN Pasal 39 (1) Pegawai perusahaan diangkat dan diberhentikan oleh Direksi. (2) Ketentuan tentang hak dan kewajiban pegawai perusahaan ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas. BAB XIII PENGAWASAN Pasal 40 Pengawasan dibidang adminitrasi keuangan yang bersifat eksternal diselenggarakan oleh Inspektorat Kabupaten atas petunjuk Bupati. BAB XIV PEMBUBARAN Pasal 41 (1) Pembubaran PD. Lawadi ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Bupati menunjuk Panitia pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Jika PD. Lawadi dibubarkan semua hutang dan kewajiban lainnya dibayar oleh Pemerintah Daerah dari harta kekayaan PD. Lawadi yang masih ada, sedangkan apabila terdapat sisa lebih akan menjadi milik Pemerintah Daerah. (4) Pertanggung jawaban likwidasi oleh Liquidator dinyatakan selesai setelah Liquidator mempertanggung jawabkan kepada Bupati. BAB XV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 42 (1) Untuk membantu tugas Badan Pengawas dibentuk Sekretariat yang terdiri dari 2 (dua) orang. (2) Honorarium Sekretariat ditetapkan oleh Badan Pengawas dan dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah. (3) Besarnya jasa produksi untuk Direksi, Badan Pengawas, Pegawai dan tenaga kerja lainya ditetapkan oleh Direksi paling tinggi 15 % (lima belas persen) dari laba bersih tahun bersangkutan setelah diaudit. (4) Direksi yang dapat melakukan perjalanan dinas ke luar negeri harus mendapat izin dari Bupati. 10

(5) Dana representatif bersumber dari Anggaran Perusahaan Daerah paling tinggi 75 % (tujuh puluh lima persen), dari jumlah penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun yang diterima pada bulan terakhir, dan penggunaannya diatur oleh Direksi secara efisien dan efektif dalam rangka pengembangan Perusahaan Daerah. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 43 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya. Ditetapkan di Tambolaka pada tanggal 8 April 2011 BUPATI SUMBA BARAT DAYA, Diundangkan di Tambolaka pada tanggal 16 April 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA, KORNELIS KODI METE A. UMBU ZAZA. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 NOMOR 4 11

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH LAWADI I. UMUM Bahwa untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan Perusahaan Daerah LAWADI dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pengagunan ekonomi Kabupaten Sumba Barat Daya, maka perlu menata kepengurusannya sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah. II. PASAL-DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 LAWADI singkatan dari Loura, Waijewa dan Kodi. Angka 6 Angka 7 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 12

Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Yang dimaksud dengan pemberhentian sementara sebagai Direksi adalah apabila diduga terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan dan setelah pemeriksaan ternyata tidak terbukti keterlibatannya dapat dipekerjakan kembali sebagai Direksi. Pasal 21 Yang dimaksud dengan proporsional adalah sesuai dengan masa jabatan dan laba perusahaan. Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Yang dimaksud dengan orang profesional adalah orang profesional sesuai bidang usaha Perusahaan Daerah yang bersangkutan, dan apabila belum ada disesuaikan dengan kondisi setempat. Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Yang dimaksud dengan pemberhentian sementara sebagai Badan Pengawas adalah apabila terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan dan setelah pemeriksaan ternyata tidak terbukti keterlibatannya dapat dipekerjakan kembali sebagai Badan Pengawas. Pasal 36 13

Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR... 14