BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di. umum, dan meluasnya hak-hak orang yang ambil bagian dalam pemilihan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Partai Politik dan Kelompok Penekan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

PARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

PENDAHULUAN Latar Belakang

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Presiden sebagai kepala pemerintahan. Hal ini merupakan momentum yang tepat

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

TANTANGAN DAN PROSPEK PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

BAB V PENUTUP. Dari analisis hasil penelitian sebagaimana dikemukakan dalam bab sebelumnya. dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

SISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada). Momen-momen politik. berjalannya proses politik di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

BAB II KONFIGURASI POLITIK MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI Konfigurasi Politik Megawati

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

PARTAI POLITIK. R. HERLAMBANG PERDANA WIRATRAMAN, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga perwakilan, dilaksanakannya pemilihan umum, dan meluasnya hak-hak orang yang ambil bagian dalam pemilihan umum (Irsyam, 2003 : 11). Menurut catatan para ahli, pada tahun 1950-an hampir semua nation states di dunia, baik negara maju maupun berkembang sudah mengenal dan memiliki partai politik (Dhakidae, 1985 : 189). Partai Politik merupakan salah satu institusi inti dari pelaksanaan demokrasi modern. Demokrsi modern mengandaikan sebuat sistem keterwakilan, baik dalam lembaga formal kenegaraan seperti parlemen (DPR/DPRD) maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Berbeda dengan demokrasi langsung sebagai praktek di masa Yunani kuno, demokrasi modern sebagai demokrasi tak langsung membutuhkan media penyambung pesan politik kepada negara (pemerintah). Media yang berupa institusi tersebut biasa kita sebut dengan partai politik dan keberadaannya diatur dalam konstitusi negara modern. Mengingat pentingnya fungsi partai politik, sering keberadaan dan kinerja merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. Meskipun ia bukan merupakan pelaksana dari pemerintahan, namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana dan ke arah mana pelaksanaan 1

pemerintahan yang berjalan. Terutama bagi partai pemenang pemilihan atau partai yang berkuasa dan partai oposisi yang berjalan efektif, partai politik merupakan pelaksana pemerintah yang tersembunyi. Keberadaannya mempengaruhi ragam kebijakan yang dikembangkan. Karena itu bisa dikatakan bahwa kegagalan sekaligus keberhasilan suatu pemerintahan dalam melayani dan memakmurkan rakyatnya adalah kegagalan dan keberhasilan partai politik menjalankan fungsinya secara efektif. Meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik lahir dan berkembang untuk menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah dipihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Oleh karena itulah, di negara-negara berkembang umumnya partai politik sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai. Pentingnya partai politik dalam mencapai tujuan-tujuan politik, dikatakan oleh Richard M. Merelman dengan, politisi modern tanpa partai politik sama dengan ikan yang berada di luar air (Duverger, 1981 : v) Mempertegas pentingnya keberadaan partai dalam proses politik, secara lebih elaboratif Miriam Budiharjo (2004 : 163-164) memaparkan empat macam fungsi partai politik, yakni : pertama, partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Dalam konteks ini ada yang disebut interest aggregation (penggabungan kepentingan) dan interest articulation (perumusan kepentingan); kedua, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik (instrumentof political socialization); ketiga, partai politik sebagai sarana 2

rekruitmen politik, dengan pengertian bahwa partai akan terus aktif mencari anggota (political recruitment); dan keempat, partai politik sebagai sarana conflic management (pengatur konflik). Kehidupan kepartaian di Indonesia sangat menarik untuk diamati, terlebih ketika pintu keterbukaan demokrasi mulai dirasakan bangsa kita. Melalui reformasi paket undang-undang politik, pendirian politik mengingatkan kita pada Maklumat Wakil Presiden Republik Indonesia Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 yang disusul kemudian dengan maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, maka lahirlah sistem multipartai politik sebagai manifestasi ide demokrasi yang merupakan cita-cita jaman pergerakan kebangsaan. Semenjak bulan Mei 1998, diperolehnya kembali kebebasan dan hak partai politik yang sesungguhnya dituntut demokrasi, tuntutan modernisasi partai politik salah satunya adalah dampak positif dan demokrasi di Indonesia. Setelah Orde Baru tumbang menunjukkan gejala adanya desakan yang sangat kuat dari masyarakat agar demokrasi dijalankan oleh pemerintah di bidang kepartaian sebagai bagian dari tuntutan demokrasi dan reformasi. Sejarah telah menunjukkan kepada kita bahwa desakan itu sedemikian kuat sehingga pemerintah tidak pernah melarang pembentukan partai baru karena pemerintah memang tidak mau berhadapan dengan arus besar demokrasi. Menurut Sigmound Neumann, partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada pengendalian kekuasaan 3

pemerintah dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Carl J. Friedrich mengemukakan partai politik adalah suatu kelompok manusia yang diorganisir secara stabil dengan tujuan mengamankan atau memelihara penguasaan para pemimpinnya atas suatu pemerintahan yang dapat memberikan anggota-anggotanya keuntungan-keuntungan serta kelebihankelebihan ideal dan material. Mark N. Hogopian, menyebutkan partai politik sebagai organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter kebijaksanaan politik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideology tertentu melalui praktek kekuasaan secara lengkap atau partisipasi rakyat dalam pemilihan. Partai politik merupakan bagian insfratruktur politik yang menjalankan fungsifungsi politik tertentu (Arifin, 2003). Menurut Lance Castle, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik yang artinya partai politik mentrasformasikan norma-norma dan nilai-nilai secara teratur dan sistematis. Sedangkan partai sebagai sarana komunikasi politik adalah peranan partai politik sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah (Castle, 1995). Michael Rush dan Philip Al Thoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai suatu proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya. Diantara sistem-sistem sosial dengan sistem politik, komunikasi politik sebagai layaknya darah mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan dan dukungan aspirasi dan kepentingan ke 4

jantung pusat pemrosesan sistem politik, dan hasil pemrosesan tersebut yang tersimpul dalam fungsi-fungsi output dialirkan kembali menjadi umpan balik sistem politik. Komunikasi politik akhirnya menjadi sistem politik hidup dan dinamis. Maswardi Rouf menerangkan bahwa konflik adalah setiap pertentangan atau perbedaan-perbedaan antara dua orang atau lebih, konflik ini disebut konflik nonfisik atau lisan, sedangkan Austin Ranney, menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia penuh dengan kompleksitas, perbedaan dan pertentangan dari segala sesuatu yang diinginkan dan cara untuk memaenuhinya. Partai politik merupakan bagian insfratruktur politik yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu, sekurang-kurangnya terdapat 4 (empat) fungsi partai politik, yaitu: 1. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik Salah satu dari tugas partai politik yang menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga, kesimpang siuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seorang atau suatu kelompok akan hilang tak terbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan 5

perumusan kepentingan (interest culation). Semua kegiatan tersebut dilakukan oleh partai. Partai politik selanjutnya merumuskannya sebagai usulan kebijaksanaan. Usulan ini dimasukkan dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan kebijaksanaan umum (public policy). Dengan demikian tuntutan dan kepentingan masyarakat di sampaikan kepada pemerintah melalui partai politik. Di lain pihak partai politik berfungsi juga untuk memperjuangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi seperti dialog dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, dimana partai politik memainkan peranan sebagai penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah, antara pemerintah dan warga masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini partai politik sering disebut sebagai broker (perantara) dalam serta bursa ide-ide (clearing house ideas). Kadang-kadang juga dikatakan bahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai pengeras suara. 2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik (instrument of political socialization) Di dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap orientasi terhadap fenomena politik. Yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur melalui mana 6

masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari suatu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam dalam hubungan ini partai politik berfungsi sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai pemerintah melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Partai juga menanamkan solidaritas dan juga mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawab sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional, kursus kader, penataran dan lain sebagainya. 3. Partai politik sebagai rekrutmen politik Partai politik berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik. Sebagai anggota partai turut memperluas partisipasi politik. Caranya dengan melalui kontak menarik golongan muda untuk menjadi kader di masa mendatang mengganti pimpinan lama. 4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik (conflict management) Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar jika sampai terjadi konflik. Partai politik berusaha untuk mengatasinya. Dalam praktek politik sering dilihat bahwa fungsi-fungsi tersebut di atas tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan. Misal, informasi yang diberikan justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan di masyarakat, yang dikejar bukan kepentingan nasional akan tetapi kepentingan sempit partai dengan akibat 7

pengkotakan politik sehingga konflik tidak diselesaikan tetapi malah dipertajam. Tujuan partai politik adalah memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan diperoleh jika mendapat dukungan dari rakyat melalui perolehan suara mayoritas dalam pemilihan umum. Oleh karena itu menjaga agar kepercayaan masyarakat terhadap partai semakin menguat merupakan bagian dari komunitas vertikal antara pemerintah dan masyarakat. Pemilih yang berpartisipasi melalui pemberian suara atau kegiatan lain terdorong mereka akan tersalur skurang-kurangnya di perhatikan. Pemilih sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan saat menentukan pilihan politik. Pilihan seseorang terhadap suatu partai tergantung dari identifikasi orang tersebut terhadap partai politik. Dalam penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat yang memiliki hak pilih dalam pemilu tahun 2009 di wilayah Kabupaten Gresik secara luas baik di daerah pedesaan maupun perkotaan sehingga petinggi partaipartai politik mengetahui karakteristik segmen pemilih. Sedangkan pendekatan segmentasi yang digunakan adalah pendekatan struktural, selanjutnya segmen yang telah dibentuk berdasarkan pendekatan tersebut akan dihubungkan dengan variabel sosiologis, ekologis, psikologi sosial dan pilihan rasional. Untuk melihat karakteristik dan pendorong masingmasing segmen. 8

Pendekatan struktural, digunakan melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih jelas, sperti struktur sosial, sistem kepartaian, sistem pemilihan umum dan program yang ditunjukkan oleh partai. Pendekatan sosiologis mirip dengan pendekatan struktural tetapi lebih menekankan kegiatan memilih dalam kaitannya dengan konteks sosial. Pendekatan ekologis, diperlukan bila suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial, seperti desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan sebagainya, karena data hasil pemilu atau unit teritorial berbeda. Pendekatan psikologis sosial, melihat perilaku dan keputusan seseorang akan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal seperti kepercayaan dan faktor eksternal seperti pengalaman politik. Pendekatan rasional, melihat pemilih sebagai produk kegiatan untuk rugi dalam pendekatan ini yang menjadi pertimbangan tidak sekedar ongkos atau biaya, memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan. Data umum terkait penurunan suara partai politik di Gresik diketahui bahwa pada Pemilu legislative tahun 2009 PDIP memperoleh 65.482 suara atau 11,89 persen dari seluruh jumlah suara yang masuk. Dari jumlah suara itu PDIP berhak menempatkan 7 wakilnya di DPRD Kabupaten Gresik atau sebanyak 14.00 persen. Perbandingannya bahwa tahun 1999 PDIP meraih 166.526 suara atau 27,64 persen dan menempatkan 12 wakilnya (30 persen) di DPRD Kabupaten Gresik. Sedangkan tahun 2004 PDIP memperoleh 76.071 suara atau 12 persen dan menempatkan 6 wakilnya (13 persen) di DPRD Kabupaten Gresik. Dari 9

sisi kuantitas antara Pemilu legislative tahun 1999, 2004, sampai pada 2009 terjadi penurunan. Penurunan perolehan suara yang dialami oleh partai-partai politik di Kabupaten Gresik disebabkan karena parpol dihadapkan dengan berbagai problema, baik secara internal maupun eksternal. Selain dua problema tersebut, fenomena penurunan perolehan suara partai-partai pada pemilu 2009 di Kabupaten Gresik menarik untuk dikaji karena karakteristik pemilih di daerah. Adapun karakteristik pemilih yang digunakan di dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kerekatan hubungan antara partai dengan pemilih digunakan acuan Saiful Mujani (2005) tentang relasi pemilih terdiri dari empat tipe: loyal, terasing, bersekutu dan pragmatis. Terkait dengan persoalan loyalitas pemilih, terdapat tiga karakteristik pemilih, yaitu: a. Pemilih Rasional, pemilih yang memiliki ikatan, sentimen dan loyaitas yang longgar terhadap partai, jika partai dan pemimpin partai tidak menunjukkan kinerja yang baik bahkan penuh konflik, pemilih dengan model ini dengan mudah pindah ke partai lain. b. Pemilih Primordial, pemilih yang memiliki ikatan, sentimen dan loyalitas yang kuat terhadappartai, jika partai dan pemimpin partai tidak menunjukkan kinerja yang baik bahkan penuh konflik, pemilih model ini tidak muda pindah ke partai lain. c. Pemilih Rasional Fanatik, pemilih yang memiliki ikatan, sentimen dan loyalitas yang longgar tetapi jika situasi menguntungkan ia menunjukkan kefanatikannya. Sikap terhadap konflik partai juga 10

demikian, jika menguntungkan ia tetap di partai, tetapi jika merugikan pemilih model ini akan pindah partai lain. Dari tiga jenis pemilih diatas, jelaslah bahwa pemilih yang rentan berubah aspirasi politiknya adalah pemilih yang memiliki Loyalitas Rasional dan Loyalitas Rasional Fanatik, sementara pemilih yang memiliki Loyalitas Fanatik/Primordial adalah pemilih yang sulit berubah dalam memilih partai. Partai yang memiliki basis utama berasal dari ikatan Organisasi Keagamaan, seperti PKB, PAN dan PDI Pejuangan Kabupaten Gresik adalah pemilih yang mulai beranjak dari pemilih Primordial menjadi pemilih yang Rasional, karena itu mereka rentan berubah pilihan ke partai lain. Dalam batas-batas tertentu pemilih model ini sangat baik karena mereka mulai lebih rasional, ingin mandiri dan mulai meninggalkan ikatan Primordial, seperti keterikatan dengan elit Primordial dalam pemilihan partai. Kondisi tersebut diatas yang menyebabkan penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Suara Partai Politik pada Pileg Tahun 2009 di Kabupaten Gresik. Pembahasan masalah ini merupakan tinjauan kualitatif tentang unsur yang mempengaruhi penurunan suara partai politik. 11

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penurunan suara partai politik pada pemilu legislatif di Kabupaten Gresik? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan suara partai politik pada pemilu legislatif di Kabupaten Gresik. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi (kegunaan) dalam pengembangan keilmuan terutama yang berkaitan langsung dengan kegiatan sosial politik masyarakat atau kajian sosiologi politik. 2. Manfaat Praktis Kontribusi penelitian ini tidak hanya memperkaya khasanah teori, tetapi hasil temuan yang diolah secara proporsional dan profesional diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam merancang level kebijakan mengenai proses Pemilihan Umum. Juga Partai- 12

partai politik di kabupaten/kota dapat memberikan gambaran mengenai segmen pemilih dan perbedaan segmen tersebut berdasarkan pendekatan sosiologis, ekologis, Psikologis Sosial dan Pilihan Rasional, sehingga partai memiliki informasi untuk menargetkan langkah strategi berikutnya yaitu targeting dan positioning. 13