Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : NUR KHASANAH J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS PADA REMAJA (Studi Kasus di SMU Batik I Surakarta)

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

KUESIONER GAMBARAN TAYANGAN IKLAN FAST FOOD

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J

Kuesioner Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji (fast food)

PERILAKU MAHASISWA ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI TERHADAP MAKANAN CEPAT SAJI

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Serat termasuk bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna dan. sumbangan gizinya dapat diabaikan, namun serat makanan sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi

POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FIK DAN FT UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI NARAPIDANA UMUM (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang Tahun 2016)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Transkripsi:

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract This study analyzes the Nutritional knowledge relationship, fast food consumption frequency and student s anthropometry status.the method used in this study was observasional with crossectional. The result of this study there is no connection between nutritional knowledge with anthropometry status (p>0,05, p value: 0,228) and there is no connection between fast food consumption frequency with anthropometry status (p>0,05, p value: 0,116). Keywords: Adolescent, nutritional knowledge, fast food, fast food consumption frequency, anthropometry status. PENDAHULUAN Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi dan kesalahan dalam memilih makanan akan berpengaruh terhadap status gizi (Sediaoetama, 2000). Berdasarkan Penelitian Muniroh (2008), menunjukkan tingkat pengetahuan gizi remaja di Jombang adalah baik sebesar 81,5% tetapi masih terdapat remaja yang berstatus gizi kurang sebesar 20% walaupun pengetahuan gizinya baik. Kehadiran fast food di Indonesia sangat mempengaruhi pola makan para remaja di kota besar. Tidak bisa dipungkiri dengan gaya hidup kota yang serba praktis para remaja sulit menghindar dari fast food. Fast food mengandung tinggi kalori, lemak, gula dan sodium (Na), tetapi rendah serat, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang inilah yang apabila terlanjur menjadi pola makan, akan berdampak negatif bagi status gizi remaja. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Sementara itu tujuan khusus penelitian ini adalah 1) mengetahui pengetahuan gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta; 2) mengetahui frekuensi konsumsi fast food siswa SMA Negeri 4 Surakarta; 3) mengetahui status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta; 4) mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta; 5) mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat guna menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food, memberikan informasi kepada pihak terkait mengenai hubungan pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi serta meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para orang tua siswa tentang fast food Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 39

dan pentingnya pengetahuan gizi yang harus dimiliki guna mencapai status gizi baik dan kesehatan yang optimal. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan rancangan crossectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan wawancara secara langsung dimana variabel bebas dan variabel terikat diambil pada satu waktu secara bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas I di SMA Negeri 4 Surakarta yang berjumlah 360 siswa sedangkan besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel minimal yaitu sebesar 75 siswa. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Signifikansi nilai p adalah jika nilai p<0,05 Ho ditolak, berarti ada hubungan antara pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta dan bila nilai p 0,05 Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Dari 75 respoden dapat diketahui jenis kelamin berdasarkan Tabel 4, berikut ini: Tabel. 4 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki 24 32,0 Perempuan 51 68,0 Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah responden lakilaki adalah 24 orang (32,0%) dan responden perempuan berjumlah 51 orang (68,0%). Distribusi Responden Menurut Ukuran Antropometri a. Berat Badan Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2002). Berdasarkan pengukuran berat badan diperoleh rata-rata berat badan responden adalah sebesar 49,62 kg, dengan nilai minimal 39 kg dan nilai maksimal 85 kg. b. Tinggi badan TB merupakan antropometri yang menggambarkan suatu keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek (Supariasa dkk, 2002) Berdasarkan pengukuran tinggi badan diperoleh rata-rata tinggi badan responden adalah 40 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47

sebesar 160,74 cm, dengan nilai minimal 149 cm dan nilai Pengetahuan Gizi maksimal 176 cm. Tabel. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 35 46,7 Cukup Kurang 39 1 52,0 1,3 Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan gizi cukup (52,0%), pengetahuan gizi baik (46,7%) dan pengetahuan gizi kurang (1,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki pengetahuan gizi yang cukup. Cukupnya pengetahuan gizi siswa berhubungan dengan tersedianya fasilitas bacaan dan fasilitas informasi yang ada di sekolah, seperti perpustakaan, laboratorium komputer dan ruang multimedia yang menunjang para siswa untuk selalu mengakses informasi terkini. Pendidikan formal merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah menyerap informasi gizi dan kesehatan sehingga pengetahuan gizi dan kesehatan akan semakin baik. Intensitas Konsumsi Fast Food Tabel. 6 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Konsumsi Fast Food Intensitas Konsumsi Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%) Jarang (< median) 34 45,3 Sering ( median) 41 54,7 Berdasarkan Tabel 6 tersebut, terlihat bahwa keseluruhan responden yang sering mengkonsumsi fast food sebesar 54,7% dan yang jarang mengkonsumsi fast food sebesar 45,3%. Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan pada remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan remaja. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang sehingga tidak jarang remaja untuk mengkonsumsi fast food (Sayogo, 2006). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 41

Alasan Mengkonsumsi Fast Food Tabel. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Sering Mengkonsumsi Fast Food Alasan Sering Mengkonsumsi Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%) Malas makan di rumah 47 62,7 Rasanya enak 28 37,3 Sebagian besar responden menyatakan alasan sering mengkonsumsi fast food karena malas makan di rumah (62,7%). Hasil suatu penelitian menyatakan sebagian besar. alasan remaja mengkonsumsi fast food karena fast food enak, cepat saji, praktis dan sebagai makanan selingan pada saat remaja merasa bosan karena malas makan di rumah Alasan Memilih Fast Food Tabel. 8 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Fast Food Alasan Memilih Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%) Rasanya enak 17 22,7 Hemat waktu 1 1,3 Suka saja 31 41,3 Baru ngetrend 8 10,7 Diajak teman 13 17,3 Coba-coba 5 6,7 Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa alasan terbanyak responden memilih fast food adalah karena suka saja ( 41,3%). Kesukaan memilih fast food didasarkan pada daya tarik dan bentuk fast food serta cocok untuk gaya hidup orang modern (Sari, 2008). 42 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47

Jenis Fast Food Yang Dikonsumsi Tabel. 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Fast Food Yang Dikonsumsi Jenis Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%) KFC 13 17,3 Mc. Donald s 15 20,0 Nasi goreng 1 1,3 Mie Instan 10 13,3 Mie ayam /bakso 6 8,0 Steak 1 1,3 Texas Chicken 3 4,0 Pizza Hut 18 24,0 Hoka-Hoka Bento 2 2,7 Siomay 3 4,0 Batagor 3 4,0 Jumlah 75 100.0 Informasi mengenai jenis fast food yang sering dikonsumsi responden dari tabel tersebut, terlihat bahwa jenis fast food yang banyak dikonsumsi responden adalah dari jenis fast food modern yaitu Pizza Hut (24,0%), Mc. Donald s (20,0%), dan KFC (17,3%) Alasan Menyukai Jenis Fast Food Tabel. 10 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Menyukai Jenis Fast Food Alasan Menyukai Jenis Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%) Memenuhi selera 35 46,7 Penyajian cepat dan praktis 23 30,7 Bergizi tinggi 1 1,3 Higienis 7 9,3 Pelayanan ramah 1 1,3 Tempatnya menarik 8 10,7 Alasan terbanyak responden menyukai jenis fast food adalah karena fast food memenuhi selera (46,7%). Alasan responden bahwa fast food memenuhi selera dapat diasumsikan karena fast food menawarkan berbagai macam menu makanan yang bervariasi dengan rasa yang sangat enak dan lezat sehingga sangat disukai dan pas dengan selera oleh siapa saja yang mengkonsumsinya (Sari, 2008). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 43

Tempat Membeli Fast Food Tabel. 11 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Membeli Fast Food Tempat Membeli Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%) Mall 37 49,3 Lingkungan rumah 12 16,0 Outlet Fast Food 10 13,3 Kantin sekolah 9 12,0 Supermarket 3 4,0 Pinggir jalan 2 2,7 Restoran 2 2,7 Berdasarkan Tabel 11, didapatkan informasi bahwa sebagian besar responden membeli fast food adalah di mall (49,3%). Kecenderungan responden membeli fast food di mall dikarenakan lokasi mall yang sangat strategis sehingga memungkinkan responden membeli dan menikmati fast food setelah kegiatan jam tambahan dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Selain itu, mall juga menyediakan berbagai macam jenis fast food. Secara sosiologis, orang akan merasa lebih nyaman dengan datang di tempat makan yang ber-ac dengan pelayanan yang memuaskan dibandingkan dengan makan di warung yang sederhana meskipun menu makanannya tidak kalah enaknya dengan menu makanan yang ada di mall yang juga menyediakan menu makanan fast food (Sari, 2008). Waktu Mengkonsumsi Fast Food Tabel. 12 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Mengkonsumsi Fast Food Waktu Mengkonsumsi Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%) Siang 23 30,7 Sore 52 69,3 Waktu yang paling sering digunakan responden untuk mengkonsumsi fast food adalah sore hari (69,3%). Hal ini cukup relevan karena sore hari merupakan waktu berkumpul bersama teman sehabis kegiatan jam tambahan dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. 44 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47

Status Gizi Tabel. 13 Kategori IMT Responden Kategori IMT Frekuensi (n) Persentase (%) Kurus 37 49,3 Normal 35 46,7 Gemuk 3 4,0 Dilihat dari Tabel 13, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi kurus (49,3%), status gizi normal (46,7%) dan status gizi gemuk (4,0%). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja yaitu kebiasaan makan yang buruk (kebiasaan makan yang kurang baik sejak kecil akan berpengaruh terhadap pola makan disaat remaja), pemahaman gizi yang keliru (tubuh langsing idaman para remaja putri), kesukaan terhadap makanan tertentu (produk yang tengah marak beredar) dan promosi yang berlebihan melalui media massa. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Tabel. 15 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Status Gizi Pengetahuan Normal Tidak Normal Jumlah n % n % n % Baik 16 45,71 19 54,29 35 100,0 Cukup Kurang 18 1 46,15 100,0 21 0 53,85 0 39 1 100,0 100,0 Jumlah 35 46,66 40 53,34 75 100,0 p 0,228 Berdasarkan Tabel 15, statistik yang digunakan untuk memperlihatkan bahwa dari 35 mengetahui ada tidaknya hubungan responden yang mempunyai antara pengetahuan gizi dengan status pengetahuan gizi baik, yang memiliki status gizi normal sebanyak 16 orang (45,71%), dan status gizi tidak normal sebanyak 19 orang (54,29%), dari 39 gizi menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Didapatkan dari uji tersebut nilai p sebesar 0,228, nilai ini lebih responden yang mempunyai besar dari 0,05 sehingga dapat pengetahuan gizi cukup, yang disimpulkan bahwa tidak ada memiliki status gizi normal sebanyak 18 orang (46,15%) dan status gizi tidak normal sebanyak 21 orang (53,85%), sedangkan 1 responden mempunyai hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi responden. Tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi ini pengetahuan gizi kurang dengan dikarenakan status gizi tidak hanya status gizi normal (100,0%). Distribusi data yang dihasilkan dipengaruhi oleh pengetahuan saja yang merupakan faktor tidak langsung tidak normal (p<0,05), maka uji tetapi dipengaruhi pula oleh faktor Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 45

langsung seperti infeksi dan konsumsi pangan. Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Tabel. 16 Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Status Gizi Frekuensi konsumsi Fast Jumlah Normal Tidak Normal Food n % n % n % Sering 21 51,21 20 48,79 41 100,0 Jarang 14 41,17 20 58,83 34 100,0 Jumlah 35 46,66 40 53,34 75 100,0 p 0,116 Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa dari 41 responden yang sering mengkonsumsi fast food, yang memiliki status gizi normal sebanyak 21 orang (51,21%), dan status gizi tidak normal sebanyak 20 orang (48,79%), sedangkan dari 34 responden yang jarang mengkonsumsi fast food, yang memiliki status gizi normal sebanyak 14 orang (41,17%), dan status gizi tidak normal sebanyak 20 orang (58,83%). Data yang dihasilkan berdistribusi tidak normal (p<0,05), maka uji statistik yang digunakan adalah Rank Spearman. Pengujian hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi menunjukkan nilai p sebesar 0,116, nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi. Tidak adanya hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi ini dikarenakan banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi antara lain infeksi, pendapatan, ketersediaan pangan, pendidikan gizi, pengetahuan gizi, sosial budaya dan aktifitas fisik. Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini tidak mengukur recall asupan makan sehari, sehingga tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari. 2. Penelitian ini hanya mengukur frekuensi konsumsi fast food dan tidak mengukur asupan konsumsi fast food. Kesimpulan 1. Keseluruhan jumlah responden yang memiliki pengetahuan gizi baik sebesar 46,7%, pengetahuan gizi cukup sebesar 52,0% dan pengetahuan gizi kurang sebesar 1,3%. 2. Keseluruhan jumlah responden yang sering mengkonsumsi fast food sebesar 54,7% dan yang jarang mengkonsumsi fast food sebesar 45,3%. 3. Keseluruhan jumlah responden yang memiliki status gizi kurus sebesar 49,3 %, status gizi gemuk sebesar 4.0 % dan status gizi normal sebesar 46,7 %. 4. Hasil uji statistik (p>0,05), tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta. 5. Hasil uji statistik (p>0,05), tidak ada hubungan antara frekuensi 46 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47

konsumsi fast food dengan status gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Saran a. Bagi Pihak Sekolah Meningkatkan kerja sama dengan Instansi Kesehatan (Dinas Kesehatan) melalui program KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) dan meningkatkan fungsi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai tempat pencapaian kesehatan siswa dan sebagai tempat / wahana pemberian informasi tentang gizi yang berhubungan dengan pengaruh frekuensi konsumsi fast food terhadap kesehatan b. Bagi Siswa Diharapkan para siswa agar teliti dalam memilih makanan, memperhatikan kualitas makanan dan manfaatnya bagi tubuh serta mengatur frekuensi dalam mengkonsumsi fast food untuk mencapai status gizi yang normal. c. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini bisa menjadi rujukan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh frekuensi konsumsi fast food pada remaja dengan menggunakan pengukuran status gizi secara biokimia. DAFTAR PUSTAKA Muniroh. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan Status Gizi Remaja Putri di Daerah Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Jombang. Skripsi. Universitas Air Langga. Surabaya. Sari, R., Sapril, M. 2008. Bahaya Makanan Cepat Saji dan Gaya Hidup Sehat. Panembahan. Yogyakarta. Sayogo, S. 2006. Gizi Remaja Putri. FKUI. Jakarta. Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta. Supariasa, ID N., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 47