BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhan jasmani dan rohani dapat terpenuhi. Oleh karena itu, bahasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Baik dalam hal pelafalan, intonasi, kosakata, pola kalimat, maupun tata

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui kelas kata dalam gramatika bahasa Jepang dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mirharatulisa Dyah Amoendria, 2013

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinteraksi di berbagai bidang kehidupan, manusia menggunakan bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jepang sebagai bahasa asing pada tingkat SMA

BAB I PENDAHULUAN. Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Lestari, 2013

Bab 1. Pendahuluan. digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa nasionalnnya. (Sudjianto dan Dahidi Ahmad, 2009: 11). Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi

BAB I PENDAHULUAN. Kosakata, yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah goi

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan. Sedangkan metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh

BAB I. yang mengkaji bahasa sebagai bahasa, bukan sebagai disiplin ilmu yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, kita dapat menerjemahkan suatu teks dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki aturan dalam penggunaannya. Misalnya, setiap kata

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan kalimat pasif bahasa Indonesia. Penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap bahasa di dunia ini pasti memilikinya. Meskipun suatu kata mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan dan dikuasai. Di antaranya, diatesis (tai), aspek (sou), kala (jisei), dan

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dan interaksi diantara dua

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

Bab 1. Pendahuluan. tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi, sehingga komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

RINGKASAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi yang mengandung suatu makna. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saluran perumusan maksud, pengungkapan perasaan, dan memungkinkan terciptanya kerjasama antar manusia. Dengan bahasa, maka segala kebutuhan jasmani dan rohani dapat terpenuhi. Oleh karena itu, bahasa menjadi sarana komunikasi vital dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika mempelajari sebuah bahasa, kita akan menemukan bahwa setiap bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Sama halnya dengan bahasa yang memiliki karakter tersendiri dan berbeda dengan bahasa Indonesia, sehingga dianggap sulit untuk dipelajari. Dari perbedaan tersebut, sering muncul berbagai masalah yang dapat menghambat proses pembelajaran. Masalah yang dihadapi oleh pembelajar saat mempelajari bahasa, umumnya menyangkut penguasaan huruf, pemahaman kaidah kebahasaan serta penguasaan kosakata. Kualitas kemampuan berbahasa seorang pembelajar bahasa asing tergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang ia miliki. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, maka akan semakin besar pula kemungkinan ia terampil dalam berbahasa.

Kosakata dalam bahasa memiliki nuansa dan makna yang spesifik. Sering pembelajar menemukan beberapa kata yang sepintas memiliki kemiripan arti, namun ternyata setelah ditelaah lebih lanjut memiliki arti atau penggunaan yang berbeda. Dalam bahasa, terdapat banyak kata yang bersinonim (ruigigo), baik dalam kategori nomina (meishi), adjektiva (keiyooshi), maupun verba (dooshi). Penggunaan ruigigo sering ditemukan, baik dalam buku pelajaran maupun dalam percakapan sehari-hari. Akan tetapi, baik dalam kamus -Indonesia maupun dalam buku pelajaran, informasi mengenai kosakata bersinonim masih sangat kurang, baik penjelasan persamaan dan perbedaan, makna, ataupun contoh penggunaannya, sehingga pembelajar tidak tahu bahwa kalimat yang dibuat atau diucapkannya sudah tepat sesuai dengan kaidah atau belum. Seperti pada verba bersinonim agaru dan noboru. Kedua verba tersebut berarti naik bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Perhatikan contoh berikut. 1) 猫が屋根のてっぺんに { アガッタ / ノボッタ } Neko ga yane no teppen ni (agatta/nobotta). Kucing naik ke puncak atap. 2) 子供たちが山の頂上に { アガッタ / ノボッタ } Kodomotachi ga yama no choojoo ni (agatta/nobotta). Anak-anak naik ke puncak gunung. Verba agaru dan noboru pada kedua contoh di atas bisa digunakan karena

ada dua macam penafsiran. Pertama, jika kita menafsirkan bahwa puncak gunung dan puncak atap merupakan titik akhirnya, maka digunakan verba agaru. Dengan kata lain, baik kucing maupun anak-anak yang menjadi subjek dalam kedua kalimat tersebut, tiba disana sebagai hasil perpindahan dari tempat lain. Misalnya, kucing dari halaman rumah naik ke atas atap, atau anak-anak naik ke puncak gunung dari kaki gunung dan sebagainya. Jadi, yama no choojoo dan yane no teppen merupakan toutatsuten (tujuan akhir). Kedua, noboru digunakan jika kita memandang bahwa tempat tersebut bukan hanya berupa titik akhir (tempat tujuan) saja, melainkan juga sebagai tempat kegiatan/ aktivitas naik tersebut. Misalnya pada contoh 2), proses naiknya kucing ke puncak atap, bisa dari halaman melalui dinding; atau kucing tersebut bergerak dari atap bagian bawah hingga ke atap bagian puncaknya. Dinding atau bagian atap yang dilalui kucing tadi tentunya merupakan suatu jalan yang dilalui atau keiro. Tetapi, jika kata teppen dan choojoo pada kedua kalimat tersebut dihilangkan, maka penjelasannya akan lain lagi (Sutedi, 2010: 135). Dalam penelitian ini, penulis memilih verba tetsudau, tasukeru dan sukuu yang merupakan kata bersinonim dalam bahasa. Ketiga verba tersebut memiliki kemiripan arti sehingga dapat menimbulkan kesalahan pemakaian. Perhatikan ketiga kalimat di bawah ini. 1) 彼は兄の店を手伝った Kare wa ani no mise o tetsudatta. 2) 彼は兄の店を助けた

Kare wa ani no mise o tasuketa. 3) 彼は兄の店を救った Kare wa ani no mise o sukutta. Ketiga kalimat di atas benar secara gramatikal dan lazim digunakan. Akan tetapi, ketiganya mengandung makna dan memiliki nuansa yang jelas berbeda. Masih banyak pembelajar bahasa yang tidak mengetahui perbedaan makna ketiga kalimat tersebut. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, pembelajar perlu mengetahui perbedaan ketiganya dan mampu menggunakan ketiga verba tersebut dalam situasi yang tepat. Dengan demikian, apa yang hendak ia sampaikan bisa diterima dan dipahami maksudnya dengan baik oleh lawan bicara. Sebelumnya, telah dilakukan penelitian mengenai sinonim verba tetsudau dan tasukeru oleh Nenin Sawiah (2009) yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis Makna Verba Tasukeru dan Tetsudau sebagai Sinonim. Dalam penelitian terdahulu ini, hanya membahas mengenai persamaan dan perbedaan kedua verba bersinonim tersebut. Sementara itu, penulis merasa untuk memahami sebuah kelompok verba bersinonim secara menyeluruh, tidak akan cukup bila hanya dengan mengetahui persamaan dan perbedaannya saja. Oleh sebab itu, penulis melanjutkan penelitian terdahulu dengan menambahkan satu verba lain yang memiliki makna mirip yakni sukuu sebagai objek penelitian, juga menambahkan analisis mengenai makna yang terkandung dalam masing-masing verba dan analisis mengenai apakah verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu dapat saling menggantikan dalam sebuah konteks kalimat atau tidak.

Verba tetsudau, tasukeru dan sukuu sering digunakan baik dalam ragam tulisan maupun ragam lisan bahasa sehingga perlu dipelajari secara jelas dan tepat penggunaannya agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pihak lawan bicara. Dalam buku pelajaran bahasa yang digunakan di Universitas Pendidikan Indonesia khususnya, ketiga verba ini cukup sering ditemukan, seperti dalam buku pelajaran bunpoo ditemukan sekitar 5% penggunaan, dalam kaiwa juga sekitar 5%, dan dalam dokkai ditemukan sekitar 3% penggunaan. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari orang, ketiga verba ini amat sering digunakan. Yang menarik adalah, berdasarkan pengalaman penulis, meskipun orang (masyarakat biasa, bukan ahli linguistik atau yang berkecimpung dalam bidang akademis) sering menggunakannya, tapi mereka tidak bisa menjelaskan pada orang lain, khususnya orang asing, apa dan bagaimana perbedaannya. Oleh karena itu, penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan penggunaan. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian yang dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apa makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa? 2. Apa persamaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam konteks kalimat bahasa? 3. Apa perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam konteks kalimat bahasa? 4. Apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat saling menggantikan dalam kalimat bahasa? 2. Batasan Masalah Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis membatasi penelitian ini yakni hanya dengan membahas tentang makna, persamaan, dan perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa, serta mengkaji apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat saling menggantikan dalam kalimat bahasa. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dipaparkan pada rumusan masalah di atas. Adapun tujuan dari penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut. 1. Untuk memahami makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa.

2. Untuk memahami persamaan verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam konteks kalimat bahasa. 3. Untuk memahami perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam konteks kalimat bahasa. 4. Untuk mengetahui apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat saling menggantikan dalam kalimat bahasa serta dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperjelas pengetahuan mengenai makna, persamaan dan perbedaan verba bersinonim tetsudau, tasukeru dan sukuu, serta mengetahui apakah ketiga verba tersebut dapat saling menggantikan, yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan penguasaan bahasa. b. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi reverensi dalam upaya mengatasi masalah pembelajar bahasa terutama dalam penggunaan verba tetsudau, tasukeru dan sukuu, serta sebagai masukan bagi pengajar dalam pengajaran bahasa di lembaga-lembaga pendidikan bahasa di Indonesia. Untuk lebih jelasnya, penelitian ini diperuntukan bagi: 1) Pembelajar bahasa di Universitas Pendidikan Indonesia

khususnya, dan di seluruh Indonesia pada umumnya. 2) Pengajar bahasa di Universitas Pendidikan Indonesia khususnya, dan di seluruh Indonesia pada umumnya. D. Definisi Operasional Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang digunakan. Untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan istilah yang digunakan, penulis memaparkan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Analisis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 58), tertulis beberapa pengertian analisis yakni sebagai berikut: 1)Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); 2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan; 3) penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dsb; 4) penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; 5) pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis terhadap penggunaan verba bersinonim tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa.

2. Verba Kridalaksana (2008: 254) menjelaskan dalam kamusnya bahwa verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan atau proses; kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dsb.; mis. datang, naik, bekerja, dsb. Nomura dalam Sudjianto dan Dahidi (2007: 149) mengungkapkan bahwa dooshi (verba) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa, yang dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Verba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu. 3. Sinonim Menurut tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1315), sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain; muradif. Dalam kamus linguistik yang disusun oleh Kridalaksana (2008: 222) sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat,

walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja. Sedangkan dalam istilah linguistik bahasa, sinonim (ruigigo) adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip. Jadi bentuk kata antara 生徒 dan 学生, 学ぶ dan 習う berbeda tetapi artinya mirip. Kata-kata seperti inilah yang disebut ruigigo (Iwabuchi dalam Sudjianto & Dahidi, 2007: 114). 4. Kalimat Menurut Bloomfield (dalam Ba`dulu & Herman, 2005: 48) kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk kedalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal. Kemudian menurut Kridalaksana dkk. (dalam Ba`dulu & Herman, 2005: 49) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa. Dan menurut Muslich (2010: 123) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisannya kalimat diiringi alunanan nada, disela jeda, diakhiri intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam bahasa tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital, diakhiri tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, serta kemungkinan di dalamnya ada spasi, koma,

tidak koma, titik dua, atau sepasang garis apit pendek. E. Metode Penelitian Menurut Suprapto (dalam Permana, 2010: 5) penelitian adalah suatu kegiatan mengkaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut adalah kaidah metode. Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan dengan maksud dan tujuan. 1. Jenis Metode Penelitian Metode yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual (Sutedi, 2009: 58). Objek penelitian ini adalah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu sebagai sinonim. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang relevan penulis melakukan studi literatur. Selain dengan mengacu pada teori peneliti terdahulu, penulis juga mengumpulkan buku-buku literatur atau sumber yang

relevan dengan masalah penelitian, kemudian dianalisis berdasarkan contoh kalimat atau jitsurei yang diperoleh. Adapun langkah-langkah pengumpulan datanya sebagai berikut. a. Mencari dan mengumpulkan berbagai referensi seperti buku sumber dan lainnya yang relevan dan menunjang penelitian. b. Mencari dan mengumpulkan contoh-contoh kalimat jitsurei yang relevan dan representatif mengenai penggunaan verba tetsudau, tasukeru dan sukuu. 3. Sumber Data Penelitian Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yaitu berupa jitsurei yang diambil dari jurnal, kamus, buku teks, novel, dorama, anime, manga, majalah, atau internet dalam bahasa, dan dari kalimat buatan sendiri (sakurei). 4. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data berupa literatur mengenai verba tetsudau, tasukeru dan sukuu diperoleh dari data hasil kepustakaan dari sumber-sumber sebagai berikut. a. Buku-buku referensi, baik yang berbahasa maupun bahasa Indonesia. b. Novel, komik, majalah dan lainnya yang memuat jitsurei verba

tetsudau, tasukeru dan sukuu. c. Kamus. d. Karya tulis ilmiah terdahulu. e. Internet. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan disusun dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I adalah pendahuluan yang di dalamnya diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah kajian teori, yang di dalamnya diuraikan penjelasan mengenai sinonim (ruigigo), verba (dooshi), serta makna verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Bab III adalah metodologi penelitian, didalamnya penulis menguraikan tentang pengertian metode itu sendiri, objek penelitian, instrumen dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berupa analisis data yang menguraikan tentang hasil penelitian terhadap verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu yang terdapat dalam kalimat-kalimat bahasa. Terakhir adalah bab V yang merupakan kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Di sini penulis menguraikan kesimpulan-kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan, serta saran dalam menentukan tema bagi penelitian selanjutnya.