BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian keterpinggiran perempuan Hindu pekerja Hotel Berbintang Lima,

BAB III METODE PENELITIAN. Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitiannya berkarakteristik kualitatif. Kirk dan Miller (dikutip Moleong, 2013; 4)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa kelompok warga yang menjadi seniman begalan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Mandala Wisata Samuantiga 1

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut H.B

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian Pemetaan Profil Risiko Spekulatif PDAM

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan.

BAB III METODE PENELITIAN. dorongan penuh terhadap keberhasilan pengembangan Cigugur sebagai Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

METODE PENELITIAN. dengan menginterpretasikan data kualitatif. Menurut Ronny Kountur (2003:105),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap ritual sebagai syarat pengambilan sarang burung walet terletak di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebagaimana dilakukan dalam ilmu-ilmu humaniora pada umumnya. Secara

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA, DESKRIPSI KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Sasih sesungguhnya sangat dibutuhkan untuk dijadikan bahan pembanding.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode case study.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi gambaran umum remaja

BAB III METODOLOGI. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

METODE PENELITIAN. penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Dipilihnya

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III Metodologi Penelitian. waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

2010; Hussey 2003; Leedy & Ormrod 2005). Penggolongan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Modinan masih melestarikan tradisi Suran Mbah Demang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

BAB III METODE PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif.

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi (2005:14) lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. program pelatihan dengan mendeskripsikan hasil temuan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paradigma yang ingin memodifikasi kelemahan kelemahan yang terdapat pada

1. BAB III 2. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang sebaiknya harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Paguyaman dan dilaksanakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Dusun Puron memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berarti suatu cara teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. 42

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bagaimana strategi produser program RADIONET SHOW di BINUS TV dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODE PENELITIAN. dapat membantu memudahkan peneliti dalam menjalankan proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi nonverbal pada klub

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara holistik, dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Baru Kota Medan, dengan demikian penelitian akan mengarah pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional, empiris

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian

Transkripsi:

35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma (pendekatan) sangat diperlukan, yaitu untuk dapat memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2006: 9). Penelitian yang berjudul Komodifikasi Warisan Budaya sebagai Daya Tarik Wisata di Pura Penataran Sasih, apabila dilakukan melalui pendekatan yang cermat, niscaya lebih mudah dapat dilihat dan dipahami berbagai fenomena yang terjadi di lapangan. Berdasarkan judul yang diangkat, jenis penelitian yang dilakukan dapat dikategorikan ke dalam penelitian budaya yang berorientasi kekinian (pos modern). Dalam konteks ini komodifikasi dicirikan oleh dominannya kekuatan kapitalisme, yakni dijadikannya warisan budaya sebagai daya tarik wisata di Pura Penataran Sasih dengan nekara Bulan Pejeng sebagai ikonnya untuk menarik kunjungan wisatawan. Sebagaimana diketahui bahwa nekara Bulan Pejeng sangat disakralkan dan dipuja sebagai manifestasi Ida Ratu Sasih oleh warga masyarakat Desa Pejeng, termasuk sakralisasi terhadap warisan budaya lainnya. Pendekatan (paradigma) yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif kritis, yaitu melalui pendekatan yang saksama atas berbagai fenomena yang dilihat, diamati, dan didengar ketika wawancara. Demikian pula, metode yang digunakan, baik dalam pengumpulan data, pengolahan data, maupun analisis data adalah metode penelitian kritis. Dalam pengumpulan data ada tiga cara pokok yang digunakan, yaitu observasi, wawancara, dan studi pustaka. Sikap 35

36 kritis dikedepankan proses pengumpulan data, baik dalam melihat dan mengamati berbagai fenomena di lapangan, menyampaikan pertanyaan dan mendengarkan berbagai penjelasan dari informan, maupun telaah pustaka yang dilakukan. Begitu pula dalam melakukan analisis, niscaya dilakukan secara cermat demi keabsahan data yang diperoleh. 3.2 Lokasi Penelitian Pejeng adalah sebuah desa yang menjadi bagian wilayah administratif Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, yang posisinya berada di antara dua buah sungai besar, yaitu daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan dan Petanu. Di tengah-tengah desa tersebut berdiri kokoh Pura Penataran Sasih, tepatnya di pinggir sebelah timur jalan raya jurusan Gianyar-Tampaksiring. Untuk mencapainya, dari Kota Gianyar berjarak kurang lebih 6 km ke arah barat laut melalui pertigaan Semabaung. Kemudian penjalanan dilanjutkan ke arah barat melewati perempatan Bedulu. Dari Bedulu perjalanan dilanjutkan ke arah utara kurang lebih 1 km melewati Museum Balai Penyelamatan Peninggalan Purbakala (BP3) Bali-NTT. Ketika telah tiba di depan lapangan Desa Pejeng, tampak Pura Penataran Sasih berdiri tegak menghadap ke arah barat berhadapan dengan lapangan, yang sekaligus difungsikan sebagai tempat parkir bagi para pengunjung ke situs Pura Penataran Sasih. Bila berangkat dari ibu kota provinsi, yakni dari titik nol Kota Denpasar, jaraknya kurang lebih 26 km menuju ke arah utara melewati jalan jurusan Denpasar-Gianyar. Ketika sampai di pertigaan Sakah (Patung Bayi), perjalanan dilanjutkan ke arah utara sampai bertemu dengan pertigaan Ubud-Bedulu. Dari

37 pertigaan tersebut perjalanan dilanjutkan ke arah timur lewat situs Goa Gajah. Dari perempatan Bedulu, dilanjutkan ke arah utara kurang lebih 1 km, maka sampailah di lokasi Pura Penataran Sasih, Pejeng. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang didikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan data kuantitatif sebagai penunjang. Data kualitatif berupa kata-kata dan tindakan yang berkaitan dengan komodifikasi warisan budaya. Data itu dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara mendalam dari sejumlah informan di lapangan. Sementara itu, data kuantitatif berupa angka-angka, penjumlahan dengan persentase yang diperoleh dari dokumentasi dan wawancara. Data kuantitatif menyangkut jumlah penduduk, kunjungan wisata, dan lain-lain. Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sumber data sekunder. 3.3.1 Data Primer Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2012: 157), sumber data utama atau data primer dalam penelitian kualitatif ialah para informan di lapangan dan objek yang diobservasi. Yang termasuk dalam jenis ini adalah data yang bersumber dari pengamatan langsung (observasi) di lapangan dan dilengkapi dengan wawancara ( interview). Dalam penelitian ini penentuan informan dilakukan melalui teknik purposive, yaitu dengan memilih mereka yang dipandang menguasai bidang permasalahan yang dibahas.

38 3.3.2 Data Sekunder Sumber data sekunder terkait penelitian yang dilakukan adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang menurut Gottschalk (1975: 35) dipadankan dengan dokumen. Sumber tertulis atau dokumen yang dimaksudkan, antara lain hasil-hasil penelitian sebelumnya yang membahas tentang komodifikasi, baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan; buku-buku; sumber-sumber lainnya yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti, seperti jurnal, media sosial, dan sebagainya. 3.4 Instrumen Penelitian Berdasarkan keterbatasan ruang, waktu, dan kemampuan yang dimiliki, maka dalam penelitian di lapangan dibantu dengan instrumen. Selain peneliti, ada berbagai instrumen disiapkan sesuai dengan keperluan di objek, seperti penggunaan block note, tape recorder, tustel, dan alat-alat lainnya yang diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian mutlak dibutuhkan. Tujuannya bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di lapangan, niscaya peneliti yang lebih mengetahui dan memahaminya sehingga dengan cepat dapat dicari solusi untuk penyelesaian permasalahannya. Terkait dengan instrumen yang disiapkan, semuanya itu biasanya dibutuhkan ketika mengadakan pengamatan di objek penelitian dan saat mengadakan wawancara dengan para informan yang telah ditentukan sebagai narasumber. Untuk menjaga kemungkinan hilangnya data yang diperoleh dan mengabadikan data yang terlepas dari pendengaran, yang berakibat tidak lengkapnya data yang diperoleh, maka pemanfaatan tape recorder sangat

39 diperlukan pada waktu wawancara dilaksanakan. Demikian pula tustel, sangat dibutuhkan dalam observasi dan wawancara. Upaya penyiapan instrumen dilakukan secara lengkap dengan harapan agar penyajian data dapat menjadi lebih lengkap. Bentuk penyajiannya dilakukan dengan dua cara yaitu secara nonformal dan secara formal. Penyajian non formal berupa uraian kata-kata. Sebaliknya, secara formal, yakni melengkapinya, baik dengan foto-foto maupun dalam bentuk gambar. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode, baik dalam pengumpulan data maupun dalam analisisnya. Tahapan-tahapan kerja yang dilalui adalah sebagai berikut. 3.5.1 Observasi. Di atas telah disinggung bahwa hasil observasi merupakan data utama dalam penelitian kualitatif. Sehubungan dengan itu, perlu diadakan observasi ke objek (tempat) yang diteliti dan dilakukan dalam kesempatan atau waktu yang relatif banyak, baik pengamatan terhadap objek material maupun tindakan (aktivitas) seseorang, kelompok orang, dan masyarakat yang diamati, untuk mendapatkan gambaran objek yang lebih jelas. Sistem yang ditempuh di lapangan adalah sistem pengamatan terlibat ( participant observation), yaitu dengan cara terlibat langsung di situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan kemasyarakatan (Moleong, 2012: 9). Terkait dengan penelitian yang dilakukan, pilihan waktu (momen) yang tepat adalah ketika upacara piodalan atau pujawali.

40 Pada saat upacara piodalan atau pujawali dilaksanakan, sejak persiapan sampai dengan puncak upacara ada rentang waktu sebelas hari dan dari puncak upacara sampai Ida Batara kasineb ada kesempatan sebelas hari, sehingga ada momen yang amat baik untuk mengadakan pengamatan selama 22 hari. Dikatakan momen yang amat baik karena ketika persiapan menyongsong puncak upacara para warga sekaligus para tokoh masyarakat hadir di pura. Dengan demikian, dapat diamati secara langsung interaksi antarwarga masyarakat yang melakukan kegiatan ngayah; interaksi antar tokoh; interaksi antara tokoh dan pamangku; dan lainlainnya. Berbeda dengan keadaan (situasi) yang tampak pada pelaksanaan upacara piodalan (pujawali) yang khusyuk dengan kegiatan ritual keagamaan, yaitu fenomena keseharian, terutama kehadiran wisatawan yang berkunjung ke utama mandala untuk melihat langsung warisan budaya. Dalam hal pemaknaan ruang dan waktu masuk ke tempat suci wisatawan memiliki persepsi berbeda dengan panyungsung pura. Maksudnya, wisatawan tidak mengenal adanya pembedaan wilayah sakral dan profan. Ketika masuk ke tempat suci tanpa berpretensi ada larangan masuk yang harus dipikirkan, seperti ada kematian, datang bulan (menstuarsi), dan semacamnya. Sebaliknya, orang Bali khususnya panyungsung pura, berkewajiban moral untuk mematuhi larangan masuk ke ruang suci pura. Selain fenomena kehadiran wisatawan ke ruang utama mandala, menarik untuk dikritisi adalah fenomena halaman depan (nista mandala) pura.

41 3.5.2 Wawancara Sebagai sumber data primer, wawancara sangat urgen dilakukan sebagai penunjang validitas data yang diperoleh melalui observasi. Sehubungan dengan itu, dalam pemilihan informan harus ditentukan dengan cara selektif. Maksudnya, yang dilibatkan sebagai informan betul-betul orang yang mengetahui dan memahami objek yang diteliti. Seperti diungkapkan oleh Fontan dan Frey (dalam Bungin, 2001: 92) bahwa informan adalah seseorang yang bertindak sebagai pembantu peneliti, tetapi berasal dari anggota kelompok yang diteliti. Tugas utama informan adalah sebagai penunjuk jalan dan penerjemah kebiasaankebiasaan yang bersifat kultural. Selain itu, juga menerjemahkan istilah-istilah khas atau ungkapan-ungkapan yang dikembangkan secara khusus oleh anggota masyarakat. Untuk itu informan yang dipilih dengan teknik purposive. Artinya, informan yang dipilih betul-betul memahami permasalahan yang dibahas. Cara yang ditempuh dalam wawancara adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Patton (1980), yaitu pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya, tetapi disesuaikan dengan keadaan informan dalam konteks wawancara yang sebenarnya (Moleong, 2011: 187). Dengan cara ini para informan lebih leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Perlakuan seperti ini dapat membuat para informan merasa lebih dihargai. Sebaliknya kehadiran peneliti di tengah-tengah masyarakat menjadi lebih diperhatikan. Sikap saling pengertian di antara kedua belah pihak dapat

42 membangun hubungan yang kondusif. Keadaan seperti ini dapat mempermudah proses kerja peneliti di lapangan. Namun, di balik kebebasan yang diberikan kepada para informan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, niscaya sikap kritis dalam memilah-milah (mereduksi) berbagai informasi yang diperoleh untuk dijadikan sumber data tetap tidak boleh diabaikan. 3.5.3 Studi Pustaka Sebagai langkah selanjutnya, dilakukan kegiatan pengumpulan dan telaah data yang diperoleh dari sumber-sumber buku literatur, hasil-hasil penelitian, terutama yang membahas komodifikasi, baik yang tidak dipublikasikan maupun yang dipublikasikan, berupa jurnal, media sosial, dan sumber-sumber bacaan lainnya yang ada relevansinya dengan permasalahan yang dibahas. Di samping itu, juga diperlukan ketelitian dalam pemilihan sumber pustaka dan pengutipannya. Ketelitian dalam pemilihan sumber dimaksudkan adalah kecermatan memilih pengarang atau penulis buku, baik secara kualitas (nilai) maupun kuantitas (jumlah) buku yang ditulis atau popularitas sang penulis. Selain itu, juga dilengkapi dengan arsip dokumen di kantor desa, kecamatan, dan lembaga-lembaga penyimpanan arsip di kabupaten 3.6 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan interpretatif. Cara ini menekankan pada pemerian (deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala fenomena yang dilihat dan didengar (Bungin, 2001: 56). Pemerian terhadap berbagai fenomena berkenaan dengan warisan budaya,

43 khususnya keberadaan nekara Bulan Pejeng sebagai objek kajian memerlukan analisis secara kritis, baik dari segi tipe, motif hiasan, maupun tradisi lisan yang berkembang di masyarakat. Sikap kritis juga dilakukan terhadap perubahan halaman depan (nista mandala) pura dari lapangan terbuka untuk kegiatan publik menjadi ruang ekonomi (bisnis). Hal yang tidak kalah penting adalah melihat, mengamati, dan mendeskripsikan dengan teliti (kritis) perilaku masyarakat ketika mengabdikan karma baktinya ( ngayah); perilaku masyarakat dalam melaksanakan upacara maplengkungan yang merupakan salah satu upacara penting serangkaian dengan upacara piodalan di Pura Penataran Sasih; mengamati dan mendeskripsikan perilaku sutri; dan banyak lagi fenomena lainnya. Dalam kegiatan analisis yang dilakukan atas berbagai fenomena yang diamati dan hasil wawancara yang melengkapinya, kemudian dilanjutkan dengan tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian dan penafsiran data, serta penarikan simpulan (Silalahi, 1999: 264). Kegiatan tersebut merupakan sebuah rangkaian kerja yang dilakukan secara berulang-ulang. 3.7 Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian sangat penting, untuk mendapatkan gambaran sejauh mana keberadaan data yang sudah ada dan diyakini validitasnya. Bilamana dirasakan masih kurang memadai, harus diupayakan melengkapinya dengan menempuh jalan seperti telah diuraikan di atas (observasi, wawancara, dan studi pustaka), kemudian menganalisisnya disesuaikan metode analisis yang ada.

44 Dalam penyajian hasil analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu penyajian secara informal dan formal. Penyajian informal maksudnya, yaitu penyajian dalam bentuk narasi atau deskripsi kata-kata atau ungkapan-ungkapan. Di pihak lain penyajian formal, yaitu penyajian yang dilengkapi dengan tabel, gambar-gambar, foto-foto, dan denah pura.