PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI

LABOLATORIUM PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda.

Ada beberapa prinsip umum mengenai reflek : 1. Lesi UMN cenderung akan mengakibatkan peningkatan reflek, kecuali : a. stadium akut

PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK

Panduan Praktikum Blok 15 GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

SISTEM NEUROPSIKIATRI

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITAL

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan respon refleksnya digolongkan pada suatu skala tertentu. Refleks regang

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 ANAMNESIS KARDIOVASKULAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

BAB 3 PENURUNAN KESADARAN

PROSEDUR PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL & EKSTREMITAS

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI

Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi. Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

Penjelasan Tentang Penelitian

Carpal tunnel syndrome

ROM (Range Of Motion)

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR

1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

PEMERIKSAAN DERAJAT KESADARAN (GLASGOW COMA SCALE) DAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR (MINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE))

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

1. Pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan pada pasien ini a. Pemeriksaan refleks fisiologis 1) Refleks biseps Siku pasien dalam keadaan fleksi

DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

Sistem motorik mengurus pergerakan Rangkaian neuron-neuron dan otot : - Upper motor neuron (UMN) - Lower motor neuron (LMN) - Sambungan saraf otot

Perilaku gerak pada anak sudah muncul saat masih dalam kandungan ibu dan bulan

ROM (Range Of Motion)

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

SUSUNAN NEUROMUSKULAR

PENUNTUN PEMBELAJARAN

Log-book Kegiatan Praktik Keperawatan Intensif I

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION)

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS PENGISIAN REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

UKDW BAB Latar Belakang

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN

Rehabilitasi pada perdarahan otak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 3 SEMESTER 5 BLOK 3.3 ( NEUROPSIKIATRI) URIN 2 & 3 TAHUN AJARAN 2016/2017 EDISI I, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

STATUS BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

CARA JALAN - macam gait!!!!

I. PENDAHULUAN. 1 Penuntun Praktikum Fisiologi Refleks pada Manusia blok 3

BAB Latar Belakang Masalah Stroke

Gangguan Neuromuskular

BUKU PANDUAN KERJA. Keterampilan Anamnesis & Pemeriksaan Pembesaran kelenjar tiroid Penilaian Kelenjar Tiroid - Hipertiroid dan hipotiroid

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

Keterampilan Klinis PEMERIKSAAN FISIS SISTIM RESPIRASI

BAB II TINJAUAN TEORI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan


Transkripsi:

MANUAL CSL IV SISTEM NEUROPSIKIATRI PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF PENYUSUN: dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS dr. Devi Wuysang, M.Si, Sp.S DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 0

PENDAHULUAN Keterampilan medik adalah keterampilan motorik yang harus dikuasai oleh seorang tenaga medik agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaikbaiknya. Melalui fasilitas berupa skill lab mahasiswa dapat berlatih keterampilan keterampilan medik yang mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium, bukan dalam suasana kontak antara dokter-pasien di rumah sakit. Latihan keterampilan klinik ini mengajar mahasiswa agar dapat berlatih secara trial and error, dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama (dengan kadang-kadang melakukan kekeliruan) sampai betul-betul terampil. Keadaan seperti ini hampir tidak mungkin dilakukan pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit. Apabila keterampilan motorik sudah dikuasai, dilanjutkan dengan latihan yang mengandung unsur emosi. Latihan ini diteruskan sampai menjadi suatu rangkaian keterampilan medik yang kompleks. Karena mahasiswa telah menguasai keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan, rasa percaya diri menjadi lebih besar, dan mahasiswa dapat bersikap lebih baik terhadap pasien, serta mengurangi kendala-kendala emosional antara mahasiswa dengan pasien pada waktu koass harus kontak dengan pasien. 1

TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY) SEBELUM PELATIHAN Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem Neuropsikiatri dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan. SETELAH PELATIHAN 1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai 2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan. 3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan CSL. 4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium 5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan 6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model tersebut seperti manusia atau bagian tubuh manusia. 7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL. 8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan. 9. Bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 100 % maka wajib hadir pada saat review CSL PADA SAAT UJIAN CSL 1. Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada kegiatan CSL minimal 100%. 2. Membawa kartu kontrol yang telah ditandatangani oleh koordinator instruktur CSL. 3. Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa keterangan bukti diagnosis dari dokter paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit. SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL 1. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwal rotasinya dianggap tidak hadir. 2. Bagi mahasiswa yang presentase kehadiran CSLnya <100% dari seluruh jumlah tatap muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL. 2

DAFTAR ISI NEUROLOGI CSL NO. KETERAMPILAN TINGKAT PEMERIKSAAN FISIK KETERAMPILAN IV. PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS, DAN PRIMITIF 4A PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF 1 Inspeksi: postur, habitus, gerakan involunter 2 Penilaian tonus otot 4A 3 Penilaian kekuatan otot 4A 4A 1 Refleks tendon (bisep, trisep, pergelangan, platela, tumit) 2 Refleks abdominal 4A 1 Tanda Hoffmann-Tromner 4A 4A 2 Respon plantar (termasuk grup Babinski) 1 Snout reflex 4A 4A 2 Refleks menghisap/rooting reflex 3 Refleks menggenggam palmar/grasp reflex 4A 4 Refleks glabella 4A 5 Refleks palmomental 4A 3

DESKRIPSI KEGIATAN 3. Praktek bermain peran dengan Umpan Balik 4. Curah Pendapat/ Diskusi 70 menit 10 menit Total waktu 105 menit Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pengantar 5 menit Pengantar 2. Bermain Peran 20 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa Tanya & Jawab menit 2. Dua orang dosen memberikan contoh bagaimana cara melakukan pemeriksaan neurologis. Mahasiswa mengamati peragaan dengan menggunakan Penuntun Belajar. 3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan dosen memberikan penjelasan tentang aspekaspek yang penting 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan. Diperlukan minimal seorang Instruktur untuk mengamati setiap langkah yang dilakukan oleh paling banyak 4 pasangan. 2. Setiap pasangan berpraktek melakukan langkah-langkah pemeriksaan neurologis secara serentak 3. Instruktur berkeliling diantara ma-hasiswa dan melakukan supervisi menggunakan check list. 4. Instruktur memberikan pertanyaan dan umpan balik kepada setiap pasangan 1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang dirasakan mudah? Apa yang sulit? Menanyakan bagaimana perasaan mahasiswa yang pada saat melakukan pemeriksaan Apa yang dapat dilakukan oleh dokter agar klien merasa lebih nyaman? 2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengerti 4

PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK PENGERTIAN Segala aktifitas susunan saraf pusat yang dilihat, didengar dan direkam dan yang diperiksa adalah berwujud gerak otot. Otot-otot skeletal dan neuronneuron yang menyusun susunan neuromuskular voluntar adalah sistem yang mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. Sebagian besar manifestasi kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot. Manifestasi obyektif inilah yang merupakan bukti nyata adanya suatu kelainan atau penyakit. DASAR TEORI Secara anatomi sistem yang menyusun pergerakan neuromuskular tersebut terdiri atas unsur saraf yang terdiri dari (1) Neuron tingkat atas atau upper motor neuron (UMN) (2) Neuron tingkat bawah atau lower motor neuron (LMN) dan unsur muskul/otot yang merupakan pelaksana corag gerakan yang terdiri dari (3) Alat penghubung antara saraf dan unsur otot motor end plate dan (4) Otot. Gaya saraf yang disalurkan melalui lintasan-lintasan neuronal adalah potensial aksi, yang sejak dulu dijuluki impuls dan tidak lain berarti pesan. Dan impuls yang disampaikan tersebut menghasilkan gerak otot yang kita sebut impuls motorik. Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong ke dalam kelompok UMN. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik, kelompok UMN dibagi ke dalam susunan saraf pyramidal dan susunan saraf ekstrapyramidal. Sindrom upper motor neuron dijumpai jika terdapat kerusakan pada sistem saraf pyramidal dan memiliki gejala berupa lumpuh, hipertoni, hiperrefleks, dan klonus serta dapat ditemukan adanya refleks patologis. Sementara sindrom lower motor neuron didapatkan jika terdapat kerusakan pada neuron motorik, neuraksis neuron motorik (misalnya saraf spinal, pleksus, saraf perifer, myoneural junction dan otot. Gejalanya berupa lumpuh, atoni, atrofi dan arefleksia. Kelumpuhan bukanlah merupakan suatu gejala yang harus ada pada tiap gangguan gerak. Pada gangguan gerak oleh kelainan di sistem ekstrapiramidal dan serebellar, kita tidak mendapatkan kelumpuhan. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal didapatkan gangguan pada tonus otot, gerakan otot abnormal yang tidak dapat dikendalikan, gangguan pada kelancaran otot volunteer dan gangguan gerak otot asosiatif. Gangguan pada serebelum mengakibatkan gangguan gerak berupa gangguan sikap dan tonus. Selain itu juga terjadi ataksia, dismetria, dan tremor intensi. Tiga fungsi penting dari serebelum ialah 5

keseimbangan, pengatur tonus otot, dan pengelola serta pengkoordinasi gerakan volunteer. PEMERIKSAAN Pada tiap bagian badan yang dapat bergerak harus dilakukan : (1) Inspeksi (2) Palpasi (3) Pemeriksaan gerakan pasif (4) Pemeriksaan gerakan aktif (5) Koordinasi gerak. SASARAN BELAJAR Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara-cara pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil pemeriksaan. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai gejala dan cara pemeriksaan sistem motorik 2. Mampu melakukan pemeriksaan motorik secara sistematik 3. Menentukan letak lesi kelumpuhan otot MEDIA DAN ALAT BANTU Penuntun belajar Manekin otot dan saraf STRATEGI DAN CARA PELATIHAN Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar. 6

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN MOTORIK LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN MOTORIK KASUS A. UKURAN OTOT 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring dengan santai Lakukanlah observasi pada semua otot 2 Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi, hipotrofi) 3 Carilah ada atau tidaknya tremor, khores, atetose, distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni otot B. TONUS OTOT 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring dengan santai. 2 Alihkanlah perhatian klien dengan mengajaknya berbicara. 3 Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan bawah klien di sendi siku secara pasif, lakukan berulang kali secara perlahan dan kemudian secara cepat 4 Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan dan meluruskan tangan 5 Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada anggota gerak kanan dan kiri, Cara pemeriksaan lain: Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. C. KEKUATAN OTOT 1. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disamping kanan tempat tidur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua lengan ke atas sampai melewati kepala. Nilailah kekuatan lengan dengan membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat bila lengan yang satu lebih berat atau lebih lambat bergerak dibandingkan lengan yang lainnya. 1 2 3 2 Berikan tahanan ringan sampai berat pada lengan klien dan nilailah besar kekuatan yang dimilki oleh klien. 7

3 Hal yang sama dilakukan pada kedua tungkai. 4 Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat : 5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat dilakukan berulang-ulang tanpa terlihat adanya kelelahan 4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat melawan tahan ringan dan sedang dari pemeriksa 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat 2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi) 1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot yang bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total. 5 Lakukan cuci tangan rutin 8

PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS PENGERTIAN Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik terdapat suatu hubungan. DASAR TEORI Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktifasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi. Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah inteligensinya dan orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam refleks fisiologis yaitu refleks dalam dan releks superfisial. Refleks dalam (refleks regang otot) Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks tendon, refleks periosteal, refleks miotatik dan refleks fisiologis. Refleks superfisialis Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu contohnya adalah refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal). Tingkat jawaban refleks Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat yaitu : - (negatif) : tidak ada refleks sama sekali - ± : kurang jawaban, jawaban lemah 9

- + : jawaban normal - ++ : jawaban berlebih, refleks meningkat TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan refleks baik refleks fisiologis maupun refleks patologis. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa : 1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar 2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien. 3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dengan benar dan tepat 4. Dapat melakukan pemeriksaan refleks patologis dengan benar dan tepat MEDIA DAN ALAT BANTU Penuntun Belajar Hammer Refleks METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar. 10

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS REFLEKS DALAM (REFLEKS REGANG OTOT) NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS A. PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang dengan santai 2 Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku 3 Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah umbilikus 4 Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien lalu ketuklah tendo tersebut palu ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH : B. PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring dengan santai 2 Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan 3 Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas umbilikus 4 Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani 11

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH : C. PEMERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring dengan santai 2 Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dan tangan sedikit dipronasikan 3 Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya sepenuhnya 4 Ketuklah pada processus styloideus ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH : D. PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang dengan santai 2 Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut 3 Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut 1 2 3 4 Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah patella 12

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH : E. PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring dengan santai 2 Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki 3 Ketuklah pada tendo achilles 4 Lakukan cuci tangan rutin ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH : 13

14

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS REFLEKS SUPERFISIALIS NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS PEMERIKSAAN REFLEK DINDING PERUT SUPERFISIALIS (REFLEKS ABDOMINALIS) 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang dengan santai 2 Posisikan kedua lengan pasien berada di samping badan 3 Goreslah dinding perut dengan benda yang agak runcing, misalnya ujung gagang palu refleks, kayu geretan atau kunci. Penggoresan dilakukan dengan dari samping menuju ke garis tengah perut pada setiap segmen (pada berbagai lapangan dinding perut) 4 Segmen epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh Th 6 Th 7) 5 Supra umbilikus (perut bagian atas, diinervasi oleh Th 7 Th 9) 6 Umbilikus (perut bagian tengah, diinervasi oleh Th 9 Th 11) 7 Infraumbilikus ( perut bagian bawah, diinervasi oleh Th 11, Th 12 dan lumbal atas) 8 Lakukan cuci tangan rutin ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: A B A. Goresan pada kulit dinding perut untuk membangkitkan refleks kulit dinding perut B. Refleks dinding perut superfisialis INTERPRETASI : (+) Jika terdapat kontraksi otot, dimana terlihat pusar 15

bergerak kea rah otot yang berkontraksi. (-) Biasanya negatif pada wanita normal yang banyak anak (sering hamil), yang dinding perutnya lembek, demikian juga pada orang gemuk dan orang usia lanjut, juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun. Pada orang muda yang otot-otot dinding perutnya berkembang baik, bila refleks ini negatif (-), hal ini mempunyai nilai patologis. Refleks dinding perut superfisialis menghilang pada lesi piramidalis. Hilangnya refleks ini berkombinasi dengan meningkatnya refleks otot dinding perut adalah khas bagi lesi di susunan piramidalis. Pada keadaan-keadaan perut tersebut di atas dan lesi di segmen-segmen medulla spinalis yang dilintasi busur refleks kulit dinding perut, sudah barang tentu refleks kulit dinding perut tidak dapat dibangkitkan. 16

PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS PENGERTIAN Refleks patologik adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-rang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh akifitas susunan piramidalis. Anak kecil umur antara 4 6 tahun masih belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga aktifitas susunan piramidalnya masih belum sepmpirna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang dinilai sebagai refleks patologik pada orang dewasa tidak selamanya patologik jika dijumpai pada anakanak kecil, tetapi pada orang dewasa refleks patologikselalu merupakan tanda lesi UMN. Refleks-refleks patologik itu sebagian bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisialis. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologik itu sebagian besar adalah sama, akan tetapi mendapatkan julukan yang bermacam-macam karena cara membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks patologik yang sering diperiksa di dalam klinik antara lain refleks Hoffmann, refleks Tromner dan ekstensor plantar response atau tanda Babinski. SASARAN BELAJAR Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan refleks patologis. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa : 1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar. 2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien. 3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks patologis dengan benar dan tepat MEDIA DAN ALAT BANTU Penuntun Belajar Hammer Refleks METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar. 17

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS A. PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai 2 Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jarijarinya disuruh fleksi-entengkan 3 Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah kita. 4 Dengan ibu jari kita gores kuat ujung jari tengah klien ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: INTERPRETASI : Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari. Kadang disertai fleksi jari lainnya. B. PEMERIKSAAN REFLEKS TROMNER 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai 2 Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jarijarinya disuruh fleksi-entengkan 3 Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah (ibu jari) kita. 4 Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari klien 18

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: INTERPRETASI : Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari. Kadang disertai fleksi jari lainnya. C. PEMERIKSAAN REFLEKS BABINSKI (EXTENSOR PLANTAR RESPONSE) 1 Mintalah klien berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan. 2 Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki klien supaya tetap pada tempatnya. 3 Telapak kaki klien digores dengan menggunakan ujung gagang palu refleks secara perlahan dan tidak menimbulkan rasa nyeri untuk menghindari refleks menarik kaki. Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal ibu jari. ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: 1 2 3 A. Cara menggores B. Ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari-jari kaki 19

INTERPRETASI : Positif (+) jika didapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari, yang dapat disertai mekarnya jari-jari lainnya. 20

PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF PENGERTIAN Refleks primitif adalah gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi dan tidak dijumpai lagi pada anak-anak yang sudah besar. Bilamana pada orang dewasa refleks tersebut masih dapat ditimbulkan, maka fenomena itu menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun refleks-refleks yang menandakan proses regresi tersebut ialah refleks menetek, snout reflex, refleks memegang (grasp refleks), refleks glabella dan refleks palmomental. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan refleks primitif. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa : 1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar. 2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukannya, apa manfaatnya, serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien. 3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks primitif dengan benar dan tepat. MEDIA DAN ALAT BANTU Penuntun Belajar Hammer Refleks METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar. 21

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS A. PEMERIKSAAN SNOUT REFLEX 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai 2 Stimulasi klien dengan melakukan perkusi pada bibir atas ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: INTERPRETASI : Refleks positif (+), bila bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot di sekitar bibir atau di bawah hidung. B. PEMERIKSAAN REFLEKS MENGHISAP (ROOTING REFLEX) 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai 2 Stimulasi klien dengan memberikan sentuhan pada bibir / menyentuhkan sesuatu benda pada bibir ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: 22

INTERPRETASI : Refleks positif (+), bila stimulasi tersebut menimbulkan gerakan bibir, rahang bawah seolah-olah menetek. C. PEMERIKSAAN REFLEKS MENGGENGGAM PALMAR/GRASP REFLEX 1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai 2 Lakukan stimulasi dengan penekanan atau penempatan jari pemeriksa pada telapak tangan klien ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: 1 2 3 INTERPRETASI : Refleks positif (+) jika tangan klien mengepal D. REFLEKS GLABELLA 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai 2 Lakukan stimulasi dengan pukulan singkat pada glabella atau sekitar daerah supraorbitalis. ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: 23

Refleks positif (+), bila terdapat kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli. Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini berkurang atau negatif, sedangkan pada sindrom Parkinson refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini terletak di Pons. E. REFLEKS PALMOMENTAL 1 2 3 1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai 2 Lakukan stimulasi dengan goresan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks terhadap kulit telapak tangan bagian tenar ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: Refleks positif (+), bila terdapat kontraksi pada muskulus mentalis dan orbikularis oris ipsilateral. 24