BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah kelebihan kolesterol di dalam darah. Kolesterol yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan akan menimbulkan suatu kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Faktor yang paling penting dalam menyebabkan aterosklerosis adalah konsentrasi kolesterol yang tinggi dalam plasma darah dalam bentuk Low Density Lipoprotein (LDL). Selain itu, peningkatan rasio Low Density Lipoprotein (LDL) dibanding dengan rasio high Density Lipoprotein (HDL) dan rasio kolesterol total (KT) dibanding High Density Lipoprotein (HDL) dapat dijadikan suatu indikator terjadinya aterosklerosis (Davey, 2006). Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2002 tercatat 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterolemia atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian di usia muda. Penelitian Framingham mendapatkan bahwa bila kadar kolesterol darah meningkat dari 150 mg/dl menjadi 260 mg/dl, maka resiko penyakit jantung meningkat tiga kali lipat. Suatu penelitian yang dilakukan oleh klinik Riset Lipid di Amerika Serikat juga menemukan korelasi yang sama antara kadar kolesterol darah dan resiko penyakit kardiovaskuler seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan stroke (WHO, 2008). Penyakit jantung sampai saat ini merupakan penyakit yang banyak diderita dan menyebabkan kematian di dunia termasuk di Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyakit sirkulasi (jantung dan pembuluh darah) di Indonesia
mencapai angka 26,4%. Prosentase ini meningkat dibandingkan data tahun sebelumnya, yaitu 1995 sebesar 19% dan tahun 1992 sebesar 19,9%. Di Amerika Serikat sekarang ini sekitar 12,6 juta jiwa terdiagnosis penyakit kardiovaskuler dan 25% warga Amerika Serikat memiliki minimal satu faktor resiko penyakit kardiovaskuler (Gsianturi, 2004). Untuk pengobatan dan pencegahan hiperkolesterolemia, banyak usaha yang dapat dilakukan diantaranya adalah perbaikan pola makan, gaya hidup dengan memperbanyak olah raga dan aktifitas fisik serta dengan terapi obat. Beberapa jenis obat untuk hiperkolesterolemia yang beredar di Indonesia terdapat lima golongan, yaitu asam fibrat, resin, penghambat HMG- KoA reduktase, asam nikotinat dan ezetimibe. Obat-obatan ini memiliki efek samping seperti gangguan pencernaan, mual, dan muntah. Serta adanya interaksi dengan beberapa obat lain yang memiliki efek merugikan, sehingga saat ini orang beralih ke pengobatan herbal untuk menghindari efek-efek tersebut (Suyatna, 2009 ). Beberapa bahan-bahan alam antara lain buah belimbing, daun jati belanda, daun pacar air, bawang putih telah terbukti dapat membantu menurunkan kadar kolesterol yang berlebihan. Kelebihan dari bahan alam ini adalah aman untuk dikonsumsi, hasil uji toksisitas bahan alam umumnya mengkatagorikan sebagai bahan yang aman (practically non toxic). Faktor inilah yang menyebabkan bahan alam dapat dikonsumsi secara kontinyu (Rukmana, 1995). Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan hiperkolesterolemia adalah bawang putih (Allium sativum L.). Umbi-umbian berwarna putih ini sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu komponen berbagai bumbu masakan. Penggunaan bawang putih untuk pengobatan alternatif juga sudah dikenal sejak jaman nenek moyang. Meski demikian aplikasi untuk suatu penyakit tertentu yang didukung data ilmiah relatif belum lama dikenal (Wahyuono,1999).
Sejauh ini hanya diketahui satu jenis senyawa dalam bawang putih yang mempunyai aktivitas farmakologi yaitu senyawa thiosulfinat dimana allicin sebagai kandungan utamanya (70%). Senyawa thiosulfinat dalam bawang putih terbentuk karena aktivitas enzim alliinase terhadap alliin (asam amino yang mengandung atom sulfur). Asam amino ini sendiri tidak mempunyai aktivitas farmakologi, sehingga dapat dikatakan bahwa alliin adalah semacam prodrug allicin yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah (Sunarto, 2000). Mekanisme penurunan kolesterol darah oleh allicin diduga terjadi melalui penghambatan secara langsung aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-KoA) reduktase oleh allicin, sebagaimana aktivitas yang ditunjukkan oleh obat modern penurun lemak yaitu Lovastatin. Penghambatan aktivitas enzim ini menyebabkan tidak terbentuknya mevalonat dari HMG-KoA, dimana mevalonat ini mestinya akan diubah menjadi skualen, lanosterol, dihidrolanosterol, D 8-dimetilsterol, 7-dihidrokolesterol dan akhirnya menjadi kolesterol (Yeh, et al, 1994 dalam Afshari, 2005). Yu Yan-Yeh (2005) melaporkan bahwa penggunaan ekstrak bawang putih dalam bentuk kering telah terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus, namun belum diketahui dosis penggunaannya secara optimal oleh karena dalam penelitiannya ekstrak bawang putih sudah dicampur dengan bahan-bahan alam lainnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian esktrak bawang putih tanpa dicampur dengan bahan-bahan lainnya terhadap penurunan kadar kolesterol pada Rattus norvegicus strain wistar dengan berbagai dosis yang dapat digunakan untuk pengobatan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh ekstrak bawang putih terhadap perbaikian profil lipid pada Rattus norvegicus strain wistar dengan hiperkolesterolemia?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Membuktikan bahwa ekstrak bawang putih dapat memperbaiki profil lpid pada Rattus norvegicus strain wistar hiperkolesterolemia. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Membuktikan dengan pemberian ekstrak bawang putih berbagai dosis dapat menurunkan kadar kolestrol total pada Rattus norvegicus strain wistar hiperkolesterolemia 2. Membuktikan dengan pemberian ekstrak bawang putih berbagai dosis dapat menurunkan kadar trigliserida pada Rattus norvegicus strain wistar hiperkolesterolemia 3. Membuktikan dengan pemberian ekstrak bawang putih berbagai dosis dapat menurunkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) pada Rattus norvegicus strain wistar hiperkolesterolemia 4. Membuktikan dengan pemberian ekstrak bawang putih berbagai dosis dapat meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) pada Rattus norvegicus strain wistar hiperkolesterolemia 4. Membuktikan dengan pemberian ekstrak bawang putih berbagai dosis dapat menurunkan rasio kolesterol total : HDL pada Rattus norvegicus strain wistar hiperkolesterolemia. 5. Membuktikan dengan pemberian ekstrak bawang putih berbagai dosis dapat menurunkan rasio LDL : HDL pada Rattus norvegicus strain wistar hiperkolesterolemia.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Klinisi 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti ilmiah yang menjelaskan tentang pengaruh ekstrak bawang putih terhadap perbaikan profil lipid. 2. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan kedokteran 1.4.2 Masyarakat 1. Penelitian ini dapat digunakan masyarakat untuk mengetahui lebih jauh tentang manfaat ekstrak bawang putih untuk perbaikan profil lipid 2. Masyarakat dapat menggunakan bawang putih sebagai pengobatan herbal perbaikan profil lipid. 1.4.3 Akademisi 1. Penelitian ini dapat dijadikan bukti ilmiah bahwa bawang putih dapat memberikan efek perbaikan profil lipid. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya oleh akademisi lainnya.