FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI TOHO KABUPATEN PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

KONTRIBUSI ZAT GIZI MAKRO MAKAN SIANG TERHADAP STATUS GIZI DI SDIT Ar. RAIHAN, TRIRENGGO, BANTUL, YOGYAKARTA. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Dan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) IBU DAN PENINGKATAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013

METODE PENELITIAN. n =

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK USIA TAHUN DI KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN...

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. cross sectional, dimana variabel bebas yaitu perilaku makan pagi (sarapan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI TOHO KABUPATEN PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Disusun oleh : DENY YULIANSYAH 04 / 190396 / EKU / 00168 PROGRAM STUDI S 1 GIZI KESEHATAN F A K U L T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS GADJAH MADA Y O G Y A K A R T A 2007 i

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja Putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak. Disusun oleh: DENY YULIANSYAH 04/190396/EKU/0068 Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 4 Januari 2007 Ketua SUSUNAN DEWAN PENGUJI Siti Helmyati, DCN.M.Kes NIP. 140 170 570 tanggal:. Anggota Nur Hidayat, SKM, M.Kes tanggal:... NIP. 140 123 665 Anggota Dawam Djamil, SKM, M.Kes tanggal:... NIP. 140 216 147 Mengetahui: An. Dekan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, Ph.D NIP. 131 860 994 ii

INTISARI Faktor - Faktor Yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja Putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak., Deny Yuliansyah¹, Siti Helmyati, DCN, M.kes², Nur Hidayat SKM, M.Kes.³ Latar Belakang : Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat, sehingga berpengaruh pada daya beli dan prilaku masyarakat menyebabkan terjadinya penurunan status gizi ( Irianto, et al, 2004 ). Remaja putri dengan ukuran Lingkar Lengan Atas ( LLA ) kurang dari 23.5 cm berisiko memberikan kontribusi kurang baik terhadap kenaikan berat badan selama hamil. Ibu yang mempunyai riwayat kekurangan berat badan berisiko mengalami kenaikan berat badan tidak adekuat selama hamil dan cenderung melahirkan lebih cepat ( premature ) dan berisiko bagi kelangsungan hidup ibu dan bayinya ( Moore, 1997 ). Kajian susenas menunjukkan proporsi Wanita Usia Subur ( WUS ) umur 15-49 tahun dengan Lingkar Lengan Atas ( LLA < 23,5 ) pada tahun 2000 berisiko Kurang Energi Kronis ( KEK ) mencapai 21,5% ( Depkes, 2001 ). Data profil dinas kesehatan Kabupaten Pontianak, menunjukkan persentase WUS berisiko KEK rata-rata sebesar 15,8% pada tahun 2003, dan meningkat menjadi 22,8% pada tahun 2004. Dari rerata data tersebut persentase tertinggi terdapat di Kecamatan Toho yaitu sebesar 46.5 %. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada remaja putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat desktiptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua siswi remaja putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho di Kabupaten Pontianak. Hasil Penelitian : Hasil penelitian diperoleh dari 99 sampel 33,4% mempunyai status gizi kurus dan 66.6% mempunyai status gizi normal, 94.9% mempunyai asupan energi kurang dan 5.1% baik, 37.4% mempunyai asupan protein kurang dan 62.6% asupan protein baik, 46.5% mempunyai pengetahuan gizi kurang dan 53.5% pengetahuan gizi baik, 23.7% mempunyai sikap hidup sehat negatif dan 72.7% mempunyai sikap hidup sehat positif. 73.7% mempunyai jumlah anggota keluarga besar dan 26.3% dengan keluarga kecil. Kesimpulan : Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara asupan energi dan protein, pengatahuan gizi, sikap perilaku hidup sehat, jumlah anggota rumah tangga dengan status gizi dengan comfidence Interval 95% Kata Kunci : Status Gizi, Remaja Putri 1. Mahasiswa Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM 2. Dosen Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM 3. Politekhnik Kesehatan Negeri Yogyakarta iii

NASKAH PUBLIKASI Pendahuluan Undang - undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 yang memuat tujuan pembangunan kesehatan Bangsa Indonesia merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara proaktif melalui paradigma sehat dengan harapan dalam jangka waktu panjang dapat mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri menjaga kesehatannya ( Depkes RI, 2003 ) 1. Pada saat ini masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat tentang nilai gizi makanan, sehingga berpengaruh pada daya beli dan prilaku masyarakat yang dapat menurunkan status gizi ( Irianto, et al, 2004 ) 2 Kebutuhan energi dan protein setiap orang berbeda tergantung jenis kelamin, usia dan kondisi tubuhnya. Seseorang harus menjaga keseimbangan kebutuhan energi agar tubuh dapat melakukan segala proses fisiologis guna menjamin kelangsungan hidup. Bila seorang salah dalam menghitung dan merencanakan kebutuhan energi dan protein maka dapat menimbulkan dampak yang tidak baik pada status gizi ( Irianto, et al, 2004 ). 2 Status gizi baik di usia remaja sangat diperlukan terutama remaja putri agar di masa kehamilannya nanti sehat dan pertambahan berat badannya adekuat Seorang remaja putri dengan ukuran Lingkar Lengan Atas ( LLA ) kurang dari 23.5 cm berisiko terjadinya keadaan Kurang Energi Kronik ( KEK ) sehingga memberikan kontribusi kurang baik terhadap kenaikan berat badan selama hamil. Ibu yang mempunyai riwayat kekurangan berat badan cenderung melahirkan lebih cepat ( premature ) serta berisiko bagi kelangsungan hidup ibu dan bayinya ( Moore, 1997 ) 3. Kajian susenas menunjukkan bahwa proporsi Wanita Usia Subur ( WUS ) umur 15-49 tahun dengan Lingkar Lengan Atas ( LLA < 23,5 ) pada tahun 2000 mencapai 21,5% ( Depkes, 2001 ) 4. Data profil dinas kesehatan Kabupaten Pontianak, menunjukkan persentase WUS berisiko KEK rata-rata sebesar 15,8% pada tahun 2003, dan meningkat menjadi 22,8% pada tahun 2004. Dari rerata data tersebut persentase tertinggi terdapat di Kecamatan Toho yaitu sebesar 46.5 % ( Dinkes Kab. Pontianak, 2004 ). 5 iv

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai: Faktor- faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi? 2. Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi? 3. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi? 4. Apakah ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan energi? 5. Apakah ada hubungan antara jumlah anggota dalam rumah tangga dengan asupan energi? 6. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan protein? 7. Apakah ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan protein? 8. Apakah ada hubungan antara jumlah anggota dalam rumah tangga dengan asupan protein? Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada remaja putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian desktiptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dan Subjek Penelitian Populasi Populasi penelitian ini adalah semua siswi remaja putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho di Kabupaten Pontianak. v

1. Subjek Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara acak sederhana ( Budiarto, 2003 ) 6. 3. Besar Sampel Besarnya sampel ditentukan berdasarkan perhitungan dengan mengunakan rumus ( Stanly Lameshow, 1997 ) 7 o Rumus besar sampel : n = Za 2 PQ d 2 Keterangan : n Za 2 = Besar Sampel = Tingkat kepercayaan. d = Tingkat presisi yang dipakai 10% P = Proporsi prevalensi KEK ( 46.5%) Q = ( 1 - P ) n = n = 96 orang (1.96) 2 (0.465)(0.535) ( 0.1 ) 2 Definisi Operasional 1. Pengetahuan Gizi Gambaran Pengetahuan tentang gizi yang diperoleh dengan menjawab seluruh pertanyaan yang telah dipersiapkan berdasarkan score nilai rata-rata. Parameter : a. Baik : nilai rata-rata pengetahuan responden b. Kurang : < nilai rata-rata pengetahuan responden Skala : Ordinal vi

2. Sikap prilaku tentang hidup sehat Pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak tentang prilaku hidup sehat diperoleh berdasarkan keterangan dari jawaban terhadap seluruh pertanyaan berupa gambar dengan tulisan pendukung yang telah dikelompokkan berdasarkan score nilai rata-rata. Parameter : a. Positif : nilai rata-rata sikap hidup responden b. Negatif : < nilai rata-rata sikap hidup responden Skala : Ordinal 3. Jumlah anggota dalam rumah tangga. Jumlah anggota dalam rumah tangga adalah jumlah keseluruhan orang yang tinggal dan hidup dalam satu rumah ( Depkes RI, 1991 ) 8. Parameter : a. Keluarga Kecil : 4 orang b. Keluarga besar : > 4 orang Skala : ordinal. 4. Tingkat asupan energi dan protein Rata-rata masukan energi dan protein ditentukan berdasarkan pada angka kecukupan energi protein ( %AKG ) remaja putri usia 12 18 tahun dari makanan yang dimakan selama 2 X 24 jam dengan mengunakan format recall dengan analisis mengunakan komputer ( Depkes RI, 1990 ) 9 Parameter : a. Baik : 100 % AKG b. Sedang : 80 99 % AKG c. Kurang : 70 79 % AKG d. Defisit : <70 % AKG. Skala : Ordinal 5. Status Gizi Keadaan gizi seseorang yang diukur dengan cara antropometri. Klasifikasi status gizi dilihat berdasarkan Indeks Massa Tubuh / IMT. (IOTF, WHO, 2000) 10 Rumus IMT = BB TB 2 vii

Parameter : a. Kurus : IMT < 18.5 b. Normal : IMT 18.5 22.9 c. Overwight : IMT > 23 d. Resiko Obes : IMT23 24.9 e. Obesitas : IMT 25 Skala : Ordinal Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Jumlah responden menurut kelas Berdasarkan hasil penelitian jumlah responden menurut kelas diperoleh sebanyak 20 orang berasal dari kelas I, 47 responden kelas II dan 32 responden b. Responden Menurut Pola Makan Pola makan responden menunjukkan sebagian besar mempunyai pola makan satu kali makanan utama ditambah dua kali makanan penganti makanan utama memiliki persentase terbesar yaitu sebanyak 49.49% (49 orang), sedangkan responden yang mempunyai pola makan tiga kali makanan utama tanpa makanan pengganti hanya sebanyak 3.3 %. Pola makanan seperti ini mempengaruhi jumlah asupan makan secara keseluruhan. c. Responden Menurut Gangguan Asupan Makan Adanya beberapa kendala ( gangguan ) yang dialami responden berhubungan dengan asupan makanan. Responden yang mempunyai keluhan rasa sakit di perut memiliki persentase tertinggi ( 22.22% ), sedangkan persentase gangguan terendah responden dengan keluhan rasa nyeri pada gigi yaitu sebanyak 5 orang ( 5.05% ). Terdapat juga beberapa responden yang mengalami keluhan pada gusi, tenggorokkan, keterbatasan makanan, kebiasaan mengurangi makanan untuk menjaga berat badan dan prilaku malas makan yang berpengaruh langsung terhadap jumlah asupan makan. viii

d. Persepsi Status Gizi Menurut Responden Persepsi responden dalam menentukan status gizi sebagian besar berdasarkan penilaian atau anggapan orang lain ( 64,64% ), sedangkan persentase terkecil mengetahui status gizinya berdasarkan perasaan sendiri yaitu 25.25% ( 25 orang ). Kondisi ini berpengaruh terhadap terjadinya kesalahan persepsi tentang status gizi. e. Pekerjaan Orang tua Pekerjaan orang tua menunjukkan sebagian besar responden memiliki orang tua bekerja sebagai pegawai swasta yaitu 50 orang ( 50.50% ), sedangkan paling sedikit orang tua responden bekerja sebagai petani yaitu 12 orang ( 12.12% ). Status pekerjaan orang tua akan memberikan gambaran tingkat kemampuan orang tua. 2. VARIABEL UNIVARIAT a. Variabel Status Gizi Salah satu metode untuk mengetahui status gizi secara antropometri adalah dengan perhitungan mengunakan rumus Indeks Massa Tubuh ( IMT). Hasil pengukuran terhadap 99 responden diperoleh sebagian besar berstatus gizi normal yaitu 64 orang ( 64.65% ), sedangkan status gizi kurus sebanyak 35 orang ( 33.4% ). b. Variabel Asupan Energi Asupan energi menggambarkan sejumlah makanan yang dimakan responden. Hasil recall makanan selama 2 hari terhadap 99 responden diperoleh rata-rata asupan energi 1234.86 Kal. Paling banyak responden mempunyai asupan energi kurang yaitu 94 orang ( 94.9%) sedangkan untuk asupan energi baik 5 orang ( 5.1%). c. Variabel Asupan protein Asupan protein menggambarkan sejumlah gram protein yang dimakan responden. Hasil recall makanan selama 2 hari terhadap 99 responden diperoleh rata-rata asupan protein 44.33 gram, Responden dengan asupan protein baik memiliki jumlah terbesar yaitu sebanyak 62 orang( 62,2% ) sedangkan untuk asupan protein kurang sebanyak 37orang ( 37.4%). ix

d. Variabel Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang manfaat dan fungsi makanan serta zat gizi. Hasil penelitian ditemukan responden mempunyai pengetahuan gizi baik memiliki persentase terbesar yaitu 53.5% ( 53 orang ), sedangkan untuk pengetahuan gizi kurang sebanyak 46.5% ( 47 orang). e. Variabel Sikap Perilaku Hidup Sehat Sikap merupakan pandangan atau perasaan terhadap suatu objek. Hasil penelitian sikap perilaku hidup sehat responden yang memiliki sikap positif persentasenya lebih besar ( 72,7% ) dibandingkan dengan responden yang bersikap negatif ( 27,3%). f. Jumlah Anggota Dalam Rumah Tangga (ART) Jumlah anggota rumah tangga menggambarkan sejumlah individu yang hidup dan tinggal dalam satu rumah. Hasil penelitian ditemukan sebagian besar responden memiliki katagori keluarga besar ( 73,7% ) sedangkan responden dengan kategori keluarga kecil hanya sebanyak 26,3%. 3. ANALISIS BIVARIAT a. Asupan Energi dengan Status Gizi Hasil uji statistik Fisher s Exact ( confidence interval 95% ) maka diperoleh nilai p= 0,653 ( p > 0,05 ), Hasil ini disimpulkan tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi, dengan nilai odds ratio diperoleh nilai OR = 2.266, artinya bahwa pada asupan energi yang kurang mempunyai risiko terjadinya status gizi kurus 2 kali lebih besar dibandingkan dengan asupan energi baik. Tabel. 11 Distribusi Responden Menurut Asupan Energi dan Status Gizi Asupan Energi Status Gizi Total Kurus % Normal % n % Kurang 32 34 62 66 94 100 Baik 1 20 4 80 5 100 Jumlah 33 66 99 x

b. Asupan protein dengan status gizi. Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan (comfidence interval 95%) maka diperoleh nilai hasil uji dengan P = 0.405, ( p > 0,05 ), hasil ini disimpulkan tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi, dengan nilai odds ratio OR = 1.431, artinya bahwa pada asupan protein yang kurang mempunyai risiko terjadinya status gizi kurus 1.4 kali lebih besar dibandingkan dengan asupan protein baik. Tabel. 2 Distribusi Responden Menurut Asupan Protein dan Status Gizi Asupan Status Gizi Total Protein Kurus % Normal % n % Kurang 15 40.54 22 59.46 37 100 Baik 20 32.26 42 67.74 62 100 Jumlah 35 64 99 c. Pengetahuan gizi dangan asupan energi Hasil uji statistik yang dipakai adalah Fisher s Exact dengan tingkat kepercayaan (confidence interval 95%) diperoleh nilai signifikansi p=1.000 ( p > 0,05 ), hasil ini disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi, dengan nilai odds ratio OR = 1.321, artinya bahwa pengetahuan gizi kurang mempunyai risiko terjadinya asupan energi kurang 2 kali lebih besar dibandingkan dengan asupan energi baik. Tabel. 13 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Gizi dan Asupan Energi Pengetahuan Asupan Energi Total Gizi Kurang % Baik % n % Kurang 44 95.7 2 4.3 46 100 Baik 50 94.3 3 5.7 53 100 Jumlah 94 94.9 5 5.1 99 d. Sikap perilaku hidup sehat dengan asupan energi Hasil uji statistik yang dipakai adalah Fisher s Exact dengan tingkat kepercayaan ( confidence interval 95%) diperoleh nilai signifikansi p=1,000 ( p > 0,05 ), hal ini disimpulkan tidak ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan energi. xi

Tabel. 14 Distribusi Responden Menurut Sikap Perilaku Hidup Sehat dan Asupan Energi Sikap perilaku hidup Asupan Energi Total sehat Kurang % Baik % n % Negatif 26 96.3 1 3.7 27 100 Positif 68 94.9 5 5.1 72 100 Jumlah 94 6 99 e. Anggota Rumah Tangga Dengan Asupan Energi Hasil uji statistik yang dipakai adalah Fisher s Exact dengan tingkat kepercayaan ( confidence interval 95% ) diperoleh nilai signifikansi p= 0,112 ( p > 0,05 ), hal ini disimpulkan tidak ada hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dengan asupan energi. dengan nilai odds ratio OR = 2.041, artinya bahwa jumlah anggota keluarga besar mempunyai resiko terjadinya asupan energi kurang 2 kali lebih besar dibandingkan dengan anggota keluarga kecil. Tabel. 15 Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Rumah Tangga dan Asupan Energi Katagori Asupan Energi Total Kurang % Baik % n % Kel. besar 71 97.3 2 2.7 73 100 Kel. kecil 23 88.5 3 11.5 26 100 Jumlah 94 5 99 f. Pengetahuan gizi dengan asupan protein Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan (confidence interval 95%) diperoleh nilai hasil uji dengan P = 0.452, ( p > 0,05 ), hal ini disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan protein, dengan nilai odds ratio OR = 1.368 artinya bahwa pengetahuan gizi yang kurang mempunyai risiko terjadinya asupan protein kurang 1.3 kali lebih besar dibandingkan dengan pengetahuan gizi baik. xii

Tabel. 16 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Gizi dan Asupan Protein Pengetahuan Asupan Protein Total Gizi Kurang % Baik % n % Kurang 19 41.3 27 58.7 46 100 Baik 18 34 35 66 53 100 Jumlah 37 62 99 g. Sikap prilaku hidup sehat dengan asupan protein Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan ( confidence interval 95% ) diperoleh nilai P = 0.332, ( p > 0,05 ), hal ini disimpulkan tidak ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan protein, dengan nilai odds ratio OR = 1.6 artinya bahwa sikap perilaku hidup sehat negatif mempunyai resiko terjadinya asupan protein kurang 1.6 kali lebih besar dibandingkan dengan sikap perilaku hidup sehat positif. Tabel. 17 Distribusi Responden Menurut Sikap Perilaku Hidup Sehat dan Asupan Protein Sikap perilaku Asupan Protein Total hidup sehat Kurang % Baik % n % Negatif 8 29.6 19 70.0 27 100 Positif 29 40.3 43 62.6 72 100 Jumlah 37 62 99 100 h. Jumlah anggota rumah tangga dengan asupan protein Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan ( confidence interval 95% ) diperoleh nilai P = 0.591, ( p > 0,05 ), hal ini disimpulkan tidak ada hubungan sikap perilaku hidup sehat dengan asupan protein, dengan nilai odds ratio OR = 0.929 artinya bahwa kelompok katagori keluarga besar mempunyai resiko terjadinya asupan protein kurang 0.929 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok katagori keluarga kecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : xiii

Tabel. 18 Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Rumah Tangga Dan Asupan Protein Kategori Asupan protein Total Kurang % Baik % n % Kel. besar 23 31.5 50 68.5 73 100 Kel. kecil 14 53.8 12 46.2 26 100 Jumlah 37 62 99 PEMBAHASAN 1. Asupan energi dengan status gizi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Hal ini dilihat dari responden pada kelompok yang mempunyai asupan energi kurang sebagian besar mempunyai status gizi normal. Menurut muhji, 2003 11 mengatakan bahwa asupan energi yang kurang dari kebutuhan berpotensi terjadinya penurunan status gizi. Studi epidemiologi menyatakan bahwa asupan energi kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadi penurunan status gizi, bila asupan energi seimbang akan membantu memelihara status gizi normal, jika asupan energi berlebihan atau berkurangnya pengeluaran energi berpotensi terjadinya kegemukan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran faktor sebagai penyebab rendahnya asupan makanan yaitu adanya bebepapa gamgguan dalam konsumsi makanan yang belum berlangsung lama sehingga belum berdampak pada penurunan berat badan. 2. Asupan protein dengan status gizi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Hal ini dilihat dari kelompok responden dengan tingkat asupan protein kurang ternyata lebih dari setengah jumlahnya mempunyai status gizi normal. Protein tubuh berguna sebagai bagian dari struktur tubuh dan juga merupakan bagian yang mempunyai peranan fungsional. Dalam konsep dasar terapi gizi pada buku pedoman pengobatan hal :(53) 12 menyebutkan bahwa tubuh tidak mempunyai tempat menyimpan cadangan protein, protein didalam tubuh tetap dijaga dalam kondisi seimbang. Dari teori ini di-asumsikan asupan protein kurang atau lebih tidak berpengaruh pada perubahan xiv

berat badan karena kelebihan asupan protein tidak disimpan oleh tubuh seperti yang terjadi pada kelebihan energi. 3. Pengetahuan gizi dengan asupan energi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi. Hal ini dilihat dari kelompok responden dengan pengetahuan gizi baik sebagian besar mempunyai asupan energi kurang. Hasil penelitian diperoleh gambaran faktor sebagai penyebab rendahnya asupan energi adalah adanya bebepapa gangguan masukan makanan. Hasil uji statistik terhadap faktor gangguan tersebut ternyata menyimpulkan adanya hubungan yang amat sangat significance dengan asupan energi dengan nilai Fisher s Exact diperoleh nilai P = 0.004. 4. Sikap perilaku hidup sehat dengan asupan energi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan energi. Hal ini dilihat dari pada kelompok responden yang mempunyai sikap perilaku hidup sehat positif sebagian besar mempunyai asupan energi kurang. Menurut Purwanto, 1997 13, Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Bila melihat tabel 2 yang menggambarkan pola makan responden membuktikan bahwa sikap perilaku hidup sehat positif responden belum disertai kecenderungan untuk berbuat hal ini disebabkan adanya beberapa gangguan terhadap masukan makanan seperti yang tergambar dalam tabel 3. 5. Jumlah anggota rumah tangga dengan asupan energi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dengan asupan energi. Hal ini dilihat dari kedua kelompok responden ternyata sebagian besar mempunyai asupan energi kurang. Menurut muhji, 2003 11 mengatakan bahwa keluarga besar dengan tingkat ekonomi rendah maka pemerataan dan kecukupan makanan akan semakin kurang terjamin. Hasil penelitian ini berlainan dengan pendapat muhji, 2003 11 karena ternyata pada kelompok keluarga kecilpun akan berisiko terjadinya asupan energi yang kurang bila terdapat faktor gangguan terhadap masuknya makanan seperti yang tergambar dalam tabel 3. xv

6. Pengetahuan gizi dengan asupan protein Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan protein. Hal ini dilihat dari kelompok responden dengan tingkat pengetahuan gizi kurang ternyata lebih dari setengah jumlahnya mempunyai asupan protein baik. Hasil penelitian diperoleh gambaran faktor penyebab asupan protein baik pada responden dengan pengetahuan gizi kurang adalah kemampuan orang tua dalam menyediakan sumber protein cukup memadai, hal ini dilihat dari pekerjaan orang tua responden sebanyak 62% orang tua responden bekerja sehingga ketersedian sumber protein dimungkinkan tercukupi. 7. Sikap perilaku hidup sehat dengan asupan protein Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan protein. Hal ini dilihat dari kelompok responden mempunyai sikap perilaku hidup sehat negatif sebagian besar mempunyai asupan protein baik. Hasil penelitian ini diperoleh gambaran faktor penyebab asupan protein baik pada kelompok responden dengan sikap perilaku hidup sehat negatif adalah kemampuan orang tua dalam menyediakan sumber protein cukup memadai. Hal ini dikarenakan sebanyak 62% orang tua responden bekerja. 8. Jumlah anggota rumah tangga dengan asupan protein Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dengan asupan protein. Hal ini dilihat dari kelompok responden yang mempunyai jumlah anggota keluarga besar sebagian besar mempunyai asupan protein baik, sebaliknya pada kelompok responden yang mempunyai anggota keluarga kecil lebih dari setengah jumlahnya mempunyai asupan protein kurang. Hasil penelitian diperoleh faktor berpengaruh terhadap asupan protein baik pada kelompok keluarga besar adalah ketersediaan sumber protein keluarga yang mencukupi, sedangkan pada kelompok keluarga kecil yang mempunyai asupan protein kurang diduga disebabkan karena adanya beberapa gangguan masukan makanan. xvi

Simpulan Berdasarkan hasil analisa data dari penelitian ini dengan tingkat kepercayaan (confidence interval 95%) dapat disimpulkan sebagai berikut.: 1. Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi 2. Tidak ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan status gizi 3. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi. 4. Tidak ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan energi 5. Tidak ada hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dengan asupan 6. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan protein. 7. Tidak ada hubungan antara sikap perilaku hidup sehat dengan asupan protein 8. Tidak ada hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dengan asupan protein. Saran 1. Walaupun tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi, namun dari nilao OR perlu dicermati bahwa sebagian besar responden dengan asupan energi kurang mempunyai resiko sebanyak 2 kali lebih besar terjadinya status gizi kurus dibandingkan asupan gizi baik maka disarankan: membuat program penetalaksanaan gizi individu yang dilaksanakan secara proaktif oleh siswa dan orang tua dengan pengawasan guru UKS dengan bimbingan petugas gizi untuk mengatasi masalah gizi Membuat dan melaksanakan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah secara terpadu Membuat dan melaksanakan penyuluhan program hygiene sanitasi siswa dan lingkungan sekolah Melakukan penelitian lebih lanjut dengan metode rancangan penelitian yang berbeda seperti study prospektif untuk mengikuti perkembangan status gizi siswi atau study restrospektif untuk mencari tahu tentang latar belakang asupan energi yang kurang. xvii

DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI., 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010. Depkes RI, Jakarta. 2. Irianto K., Waluyo K., 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. CV. Yrama Widya, Jakarta. 3. Moore M.C, 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II. Penerbit Hipokrates, Jakarta. 4. Depkes RI., 2001. Analisis Susenas 1999 dan 2000 untuk LILA pada Wanita Usia Subur. 5. Dinas Kesehatan Kab. Pontianak 2004. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pontianak. Dinkes Kabupaten Pontianak. 6. Budiarto, E., 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran, EGC Jakarta. 7. Lameshow,dkk, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan Gadjah Mada University Press Jogyakarta. 8. Depkes RI, 1991. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, Depkes RI. Jakarta. 9. Depkes., RI 1990. Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas Depkes RI, Jakarta. 10. Depkes RI., 2002. Buku Teknis Pemantauan Status Gizi Dewasa Indeks Massa Tubuh. Dan IMT standart Asia (IOTF, WHO, 2000). 11. Moehji S, 2003. Penanggulangan Gizi Buruk. Papar Sinar Sinanti, Jakarta. 12. Woodley, M.D, dkk, 1995. Manual Of Medical Therapeutics atau Pedoman Pengobatan Penerbit Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta. 13. Purwanto H, 1999. Pengantar Prilaku Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta xviii

xix