PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu Rizki

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

PENGGUNAAN ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RAMSUM TERHADAP KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU SKRIPSI. Oleh: TRIS NELLY TARIGAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

III. MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang

PERSENTASE BOBOT KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM KOMERSIAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

MATERI DAN METODE. Materi

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS SERTA LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER YANG DIBERI ACIDIFIER ASAM SITRAT DALAM PAKAN DOUBLE STEP DOWN SKRIPSI.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...Rina Ratna Dewi.

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

PEMANFAATAN TEPUNG PUPA ULAT SUTRERA (Bombyx mori) UNTUK PAKAN PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) JANTAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PENGARUH PENAMBAHAN FITASE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP BOBOT AKHIR, POTONGAN KARKAS DAN MASSA PROTEIN DAGING AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI.

PENGARUH PRODUKSI KARKAS AYAM BROLILER YANG DIBERI PAKAN SUPLEMENTASI LIMBAH RESTO MASAKAN PADANG DENGAN KANDUNGAN PROTEIN YANG BERBEDA

THE EFFECT OF ADDITION DURIAN SEED FLOUR IN FEED ON FEED CONSUMPTION, BODY WEIGHT GAIN, AND CARCASS PERSENTAGES OF QUAIL (Coturnix-coturnix japonica)

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS UBI KAYU SEBAGAI PENGGANTI JAGUNGTERHADAP KARKAS AYAM BROILER

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G

Transkripsi:

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN EFFECT OF PROTEIN LEVEL IN THE DIET ON SLAUGHTER WEIGHT, CARCASS AND ABDOMINAL FAT PERCENTAGE OF MALE QUAILS Disa Sakina Ahdanisa*, Endang Sujana**, dan Siti Wahyuni H.S** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2014 **Dosen Fakultas Peternakan Unpad Email: kaka.sakina@gmail.com Abstrak Penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Protein Ransum Terhadap Bobot Potong, Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Puyuh Jantan telah dilaksanakan selama lima minggu, sejak bulan Agustus sampai dengan September 2014 di Pusat Pembibitan Puyuh, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat protein yang menghasilkan bobot potong dan persentase karkas tinggi serta lemak abdominal rendah. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan P1 = (Protein 18%, ME 2800 kkal/kg), P2 = (Protein 20%, ME 2800 kkal/kg), P3 = (Protein 22%, ME 2800 kkal/kg dan P4 = (Protein 24%, ME 2800 kkal/kg) setiap perlakuan diulang lima kali. Data hasil penelitian dianalisis ragam dan perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat protein ransum berpengaruh terhadap bobot potong dan persentase karkas, namun tidak berpengaruh terhadap persentase lemak abdominal puyuh jantan. Tingkat protein ransum 22% menghasilkan produktivitas puyuh jantan yang optimal. Kata kunci: protein, bobot potong, persentase karkas, lemak abdominal, puyuh jantan. Abstract A research entittled Effect of Protein Level in the Diet on Slaughter Weight, Carcass and Abdominal Fat Percentage of Male Qualis has been conducted for five weeks at Quails Breeding Center, from August to September 2014, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. Aim of the research was to find out the effect of protein level on slaughter weight, carcass and abdominal fat percentage of male quails. This research used completely randomized design (CRD) there were four treatments: P1 = (protein 18% ME 2800 kkal/kg), P2 = (protein 20% ME 2800 kkal/kg), P3 = (protein 22% ME 2800 kkal/kg), P4 = (protein 24% ME 2800 kkal/kg) each treatment was replicated five times. Observed data were variance analyzed followed by Duncan s Multiple Range Test. The result showed that protein level significantly affected (P<0,05) slaughter weight and carcass percentage, but has no effect on abdominal fat percentage of male quails. Dietary protein level of 22% produces optimal productivity male quails. Keywords: protein, slaughter weight, carcass percentage, abdominal fat, male quail. 1

PENDAHULUAN Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) telah lama dibudidayakan sebagai penghasil telur dan daging. Puyuh yang biasa dibudidayakan berjenis kelamin betina untuk menghasilkan telur, sedangkan puyuh jantan yang tidak digunakan sebagai pejantan dapat dimanfaatkan sebagai sumber daging. Puyuh jantan masih kurang mendapatkan perhatian karena beternak puyuh masih dititikberatkan pada puyuh petelur, padahal daging puyuh sudah merupakan komoditas yang disukai oleh masyarakat. Puyuh yang digunakan sebagai pedaging biasanya berupa puyuh jantan dan puyuh betina atau puyuh yang sudah tidak berproduksi, sehingga kualitas dagingnya rendah. Sebagian puyuh jantan sengaja dipotong karena bila diternakan hanya menghabiskan pakan sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan. Puyuh yang dipanen pada umur muda, akan menghasilkan mutu daging yang lebih baik dan dagingnya empuk karena perbedaan umur potong puyuh akan terkait dengan tinggi dan rendahnya bobot potong. Oleh karena itu ransum yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan akan proteinnya agar menghasilkan bobot potong dan persentase karkas tinggi serta lemak abdominal rendah. Ternak yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan protein yang kurang sesuai dengan kebutuhannya menyebabkan pertumbuhan berjalan lambat dan produksi yang dihasilkan menjadi rendah. Cara untuk mengatasinya perlu ditunjang dengan pemberian protein yang tepat kedalam ransum. Informasi mengenai tingkat protein dalam ransum yang sesuai untuk puyuh jantan masih terbatas, maka perlu dilakukan penelitian agar didapatkan standar kebutuhan protein optimal untuk mendapatkan bobot potong dan persentase karkas yang tinggi serta lemak abdominal rendah. Atas dasar pemikiran di atas maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat protein dalam ransum terhadap bobot potong, persentase karkas, dan lemak abdominal puyuh jantan serta untuk mengetahui tingkat protein dalam ransum yang menghasilkan bobot potong dan persentase karkas tinggi namun lemak abdominal rendah. 2

BAHAN DAN METODE Ternak Percobaan Menggunakan puyuh jantan yang dipelihara pada umur 3-8 minggu sebanyak 100 ekor. Puyuh dialokasikan dalam 4 perlakuan ransum yang diulang 5 kali, masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh jantan. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan adalah kandang baterai koloni, yang mana kandang dibagi menjadi 20 unit dan masing-masing kandang berisi lima ekor. Kandang berukuran 30 x 60 x 30 cm, setiap kandang masing-masing dilengkapi dengan satu buah tempat ransum dan tempat air minum. Peralatan Percobaan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tempat ransum. 2. Tempat air minum. 3. Lampu pijar 40 watt. 4. Timbangan analitik. 5. Peralatan sanitasi dan fumigasi kandang. 6. Peralatan kebersihan kandang. 7. Peralatan kesehatan dan vaksinasi. 8. Pisau untuk memotong puyuh. 9. Alat tulis. Ransum Percobaan Ransum percobaan terdiri atas jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus, premiks dan grit, dengan berbagai tingkat protein ransum. Perlakuan yang diberikan terdiri atas P1 (Tingkat Protein 18%, ME 2800 kkal/kg); P2 (Tingkat Protein 20%, ME 2800 kkal/kg); P3 (Tingkat Protein 22%, ME 2800 kkal/kg); P4 (Tingkat Protein 24%, ME 2800 kkal/kg). 3

Tabel 1. Susunan Ransum Penelitian Bahan Pakan Ransum Perlakuan P1 P2 P3 P4... %...... Jagung 50,00 44,10 44,60 41,1 Bungkil kedelai 18,00 20,80 25,00 28,7 Tepung ikan 3,50 5,50 6,90 8,50 Dedak halus 28,20 29,40 23,20 21,5 Premiks 0,05 0,05 0,05 0,05 Grit 0,25 0,25 0,25 0,25 Jumlah 100 100,1 100 100,1 Tabel 2. Kandungan Zat-zat Makanan dan Energi Metabolis Ransum Penelitian Zat Makanan P1 P2 P3 P4 Kebutuhan Nutrisi Puyuh Jantan %...... Protein Kasar 18,00 20,02 22,00 24,02 20-24* Calsium 0,48 0,57 0,65 0,74 0,65*# Phosfor 1,00 0,74 0,70 0,72 0,65-1*# Lisin 0,80 0,92 1,10 1,26 0,7-1.4*# Metionin 0,30 0,30 0,35 0,39 0,35*# Serat Kasar 6,00 5,75 5,27 5,23 6,5*# Lemak Kasar 6,10 6,28 5,67 5,51 7*# EM (Kkal/kg) Imbangan EM- Protein 2845 156 2801,57 140 2825,94 127 2808,67 116 *2600-2800 Sumber: Hasil perhitungan berdasarkan tabel 1 * : NRC, 1994 *# : Pratiwi, 1984 Tahap Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan selama 5 minggu. Sebelum pemeliharaan, dilakukan persiapan pemeliharaan, yaitu persiapakan kandang, ternak, dan ransum. Pemberian ransum dan air minum ad libitum. Keadaan ransum dan air minum rutin diperiksa setiap hari. Ransum diberikan 2 kali setiap hari secara bertahap pagi dan sore hari, air minum selalu diberikan dalam keadaan bersih dan segar. 4

Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot potong, persentase karkas, dan lemak abdominal menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis perlakuan menggunakan analisis ragam dan dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Tingkat Protein dalam Ransum Terhadap Bobot Potong pada Tabel 3. Rata-rata bobot potong yang dianalisis dengan menggunakan analisis ragam disajikan Tabel 3. Bobot Potong Puyuh Jantan Pada Umur 8 Minggu Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4...(gram)... 1 109,3 114,7 117,8 119,7 2 109,4 115,1 118,3 121,8 3 109,7 114,3 117,5 123,1 4 112,9 116,6 119,6 121,2 Total 5 109,1 114,2 117,7 121,5 Jumlah 550,4 574,9 590,9 607,2 2323,4 Rata-rata 110,08 114,98 118,2 121,44 Keterangan : P1 : Protein 18%, ME 2800 kkal/kg P2 : Protein 20%, ME 2800 kkal/kg P3 : Protein 22%, ME 2800 kkal/kg P4 : Protein 24%, ME 2800 kkal/kg Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat protein dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot potong puyuh jantan. Perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Jarak berganda Duncan seperti yang terlihat pada Tabel 4. 5

Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan Bobot Potong Puyuh Jantan Perlakuan Rata-rata Bobot Potong (gram) Signifikasi P1 110,08 a P2 114,98 b P3 118,20 c P4 121,44 c Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan terlihat bahwa bobot potong puyuh jantan yang mendapat perlakuan P3 dan P4 tidak berbeda nyata, namun nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada yang mendapat perlakuan P1 dan P2, bobot potong puyuh jantan yang mendapat perlakuan P2 nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada yang mendapat perlakuan P1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan kandungan protein ransum dari 18% sampai 22% nyata meningkatkan bobot potong, peningkatan kandungan protein ransum dari 22% menjadi 24% tidak lagi berpengaruh terhadap bobot potong seperti nampak pada Tabel 4. Peningkatan kandungan protein ransum dari 18% sampai 22% berpengaruh terhadap bobot potong, hal ini sejalan dengan rekomendasi NRC, (1994) bahwa puyuh pada umur 3 di atas 5 minggu membutuhkan protein 22%. Kandungan protein yang terdapat dalam ransum harus sesuai dengan kebutuhan puyuh jantan untuk mendapatkan bobot potong yang optimal, karena tingkat protein dalam ransum merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi bobot potong. Peningkatan kandungan protein ransum dari 22% menjadi 24% tidak berpengaruh terhadap bobot potong, hal ini disebabkan karena kandungan protein sebesar 22% sudah memenuhi bobot puyuh untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal. Apabila protein ditingkatkan lagi maka akan berlebih sehingga kelebihannya dibuang lewat urine dan tidak lagi digunakan untuk pertumbuhan. 6

Pengaruh Tingkat Protein dalam Ransum terhadap Persentase Karkas Rata-rata persentase karkas yang dianalisis dengan menggunakan analisis ragam disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Karkas Puyuh Jantan Pada Umur 8 Minggu Perlakuan Ulangan P1 P2 P3 P4...(%)... 1 67,89 66,75 71,05 71,93 2 67,73 70,29 71,85 71,62 3 68,82 69,20 71,06 73,11 4 69,71 70,50 71,65 71,57 5 67,09 70,40 71,62 71,11 Total Jumlah 341,24 347,14 357,23 359,34 1404,95 Rata-rata 68,25 69,43 71,45 72,07 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat protein dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase karkas puyuh jantan. Perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Jarak berganda Duncan seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Jarak Berganda Duncan Persentase Karkas Puyuh Jantan Perlakuan Persentase Karkas (%) Signifikasi P1 68,25 a P2 69,43 ab P3 71,45 bc P4 72,07 bc Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan terlihat bahwa persentase karkas puyuh jantan yang mendapat perlakuan P1 menghasilkan persentase karkas yang tidak berbeda nyata dengan P2 dan persentase karkas puyuh jantan yang mendapat perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P3 dan P4, namun P3 dan P4 menghasilkan persentase karkas yang nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada P1. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa persentase karkas puyuh jantan meningkat pada peningkatan kandungan protein ransum sebesar 4% (18% 7

menjadi 22%), namun peningkatan kandungan protein di atas 20% tidak lagi berpengaruh terhadap persentase karkas. Peningkatan kandungan protein ransum sebesar 4% (18% menjadi 22%) berpengaruh terhadap persentase karkas hal ini disebabkan karena bobot potong yang berbeda nyata antara P1 dengan P3. Perbedaan protein 4% berpengaruh pada pembentukan otot terutama otot dada dan paha yang bagian tersebut merupakan proporsi yang besar pada karkas. Ransum yang memiliki kandungan tingkat protein yang tepat dan seimbang akan menghasilkan persentase karkas yang optimal karena tingkat protein dalam ransum yang tepat akan mudah dicerna dan diserap dengan baik oleh tubuh ternak. Peningkatan kandungan protein ransum di atas 20% tidak lagi berpengaruh terhadap persentase karkas, hal ini disebabkan oleh proporsi tubuh ternak yang tetap karena peningkatan bobot tubuh sejalan dengan peningkatan karkas, genetik dan jenis kelamin puyuh serta umur bobot potong yang sama, sehingga kemampuan puyuh dalam mencerna ransum hampir sama. Persentase karkas dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ternak. Laju pertumbuhan ternak ditunjukkan oleh bobot badan yang mempengaruhi bobot potong, hal ini sesuai dengan pendapat Hardjasworo (1987) bahwa bobot potong mempunyai pengaruh besar terhadap produksi karkas, meskipun hal ini tergantung pada bangsa, jenis kelamin dan makannya. Keseimbangan kandungan protein dalam ransum sangat diperlukan untuk memperoleh produksi daging yang baik, puyuh yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan protein yang sesuai dengan kebutuhannya akan menghasilkan daging yang optimal. Berdasarkan pendapat Resnawati (2002) bahwa perbandingan bobot karkas terhadap bobot hidup digunakan sebagai ukuran produksi daging, hal ini berpengaruh karena bobot karkas dan bobot hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persentase karkas. Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Lemak Abdominal Rata-rata persentase lemak abdominal yang dianalisis dengan menggunakan analisis ragam disajikan pada Tabel 7. 8

Tabel 7. Persentase Lemak Abdominal Puyuh Jantan Pada Umur 8 Minggu Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 Total...(%)... 1 0,09 0,09 0,08 0,08 2 0,18 0,09 0,59 0,49 3 0,36 0,20 0,17 0,08 4 0,53 0,26 0,50 0,25 5 0,09 0,34 0,17 0,08 Jumlah 1,25 0,98 1,51 0,98 4,72 Rata-rata 0,25 0,20 0,30 0,20 Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pengaruh tingkat protein dalam ransum tidak berbeda nyata (P 0,05) terhadap persentase lemak abdominal puyuh jantan, hal ini disebabkan oleh kandungan energi dalam ransum yang sama dan pemotongan pada umur yang sama sehingga menghasilkan persentase lemak abdominal yang relatif sama, hal ini sejalan dengan pendapat Al-Sultan (2003). Berdasarkan pendapat Wahyono (2012) bahwa penimbunan lemak abdominal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu lingkungan, tingkat energi dalam ransum, umur dan jenis kelamin, serta kandungan lemak abdominal akan meningkat sejalan dengan bertambahnya bobot badan dan umur ternak. Pemberian energi dalam ransum yang sesuai dengan kebutuhan akan menghasilkan persentase lemak abdominal yang rendah karena energi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persentase karkas lemak abdominal. Energi yang diberikan pada setiap perlakuan sama yaitu 2800 kkal/kg, sedangkan berdasarkan pendapat Listyowati dan Roospitasari (2001) bahwa puyuh yang berumur 3-5 minggu dan di atas 5 minggu membutuhkan energi sebesar 2600 kkal/kg. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat protein dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase lemak abdominal puyuh jantan karena kandungan energy dalam ransum yang sama serta tingkat protein yang berbeda pada setiap perlakuan. Kualitas karkas yang baik adalah yang mengandung kadar lemak sedikit, dengan demikian perlakuan yang memberikan persentase lemak abdominal paling sedikit akan lebih baik terhadap kualitas karkas yang dihasilkan. 9

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat protein ransum berpengaruh terhadap bobot potong dan persentase karkas, namun tidak berpengaruh terhadap persentase lemak abdominal. Ransum yang mengandung protein 22 persen menghasilkan produktivitas puyuh jantan yang optimal. Saran Puyuh jantan fase pertumbuhan sebaiknya diberi ransum dengan kandungan protein 22 persen dan energi metabolis 2800 kkal/kg untuk menghasilkan produktivitas yang optimal. UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, Endang Sujana S.Pt, MP dan Dr. Ir. Hj. Siti Wahyuni H. S, MS., dan. yang telah memfasilitasi penelitian ini melalui Program Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (Ib IKK), yang berjudul Model Breeding Center Puyuh Petelur yang diketuai Endang Sujana, S.Pt., MP. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para pembahas Dr. Ir. Wiwin Tanwiriah, MP., Dr. Ir. Abun, MP., dan Dr. Ir. Hj. Elvia Hernawan, MS. yang telah memberikan masukan kepada penulis, serta seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran atas segala perhatian dan bantuan selama menempuh pendidikan disini. DAFTAR PUSTAKA Al-Sultan, S. 2003. The Effect of Curcuma Longa (Tumeric) On Overall Performance of Broiler Chickens. International Journal of Poultry Science. Hardjasworo, P.S., 1987. Beternak Puyuh. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Listiyowati, E dan Roospitasari, K., 2001. Puyuh : Tata laksana Budi Daya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 89 National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Press,Washington, D.C. Resnawati, H. 2002. Bobot potong, karkas, lemak abdomen, dan daging dada ayam pedaging yang diberi ransum dengan menggunakan tepung cacing tanah. Balai Penelitian Ternak Bogor. Wahyono, F. dkk. 2012. Pemberian Orok Orok (Crotalaria usaramoensis) Pada Ransum Burung Puyuh Periode Layer Terhadap Lemak Abdominal dan Lemak Telur. Jurnal. Vol. 1. No. 1. 10

11