FAKTOR RISIKO PENULARAN MALARIA DI DESA PAMOTAN KABUPATEN PANGANDARAN. The Risk Factor of Malaria in Pamotan Village Pangandaran District

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

Status Kerentanan Nyamuk Anopheles sundaicus Terhadap Insektisida Cypermerthrin Di Kabupaten Garut

Faktor Risiko Penularan Malaria Di Jawa Barat (Kajian Epidemiologi Tentang Vektor, Parasit Plasmodium,

HUBUNGAN KEBERADAAN PEKERJA MIGRASI KE DAERAH ENDEMIS MALARIA DAN JARAK KE TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN VEKTOR DENGAN KEBERADAAN PARASIT MALARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Prevalence of Clinical Malaria and Positive Plasmodium spp. Based on the Mass Blood Survey in Rokan Hilir Riau Province

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

Distribution Distribution

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

HUBUNGAN KEPADATAN POPULASINYAMUK ANOPHELES SUNDAICUS DENGAN TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Survei Entomologi Dalam Penanggulangan Wabah Malaria

Hubungan Pengetahuan dengan Peran Serta Masyarakat Pada Program Pemberantasan Malaria Di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya

Prevalensi Malaria Klinis Dan Positif Plasmodium spp. Berdasarkan Mass Blood Survey Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Unnes Journal of Public Health

PREVALENSI DAN KEBERADAAN VEKTOR MALARIA DI DESA TELUK LIMAU, KECAMATAN JEBUS, KABUPATEN BANGKA BARAT, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

DISTRIBUSI KASUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011

DESKRIPSI KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN CEMPAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang Pada Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

Bionomik Nyamuk Anopheles spp di Desa Sumare dan Desa Tapandullu Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

REKONFIRMASI TERSANGKA VEKTOR DALAM PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DESA KEBUTUH DUWUR KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA

PENGKAJIAN BIONOMIK NYAMUKANOPHELES SEBAGAI PENDEKATAN UNTUK MENGENDALIKAN POPULASINYA DALAM UPAYA MENANGGULANGI MALARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

Distribusi Prevalensi Malaria di Puskesmas Kokap I dan Girimulyo I Kabuapten Kulonprogo Tahun dan Hubungannya dengan Faktor-faktor Risiko

Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat)

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DUSUN BENDAWULUH, DESA BEJI, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH

Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

ABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

Situasi Malaria di Kabupaten Lebak

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

KOMPOSISI UMUR NYAMUK ANOPHELES sp YANG DEDUGA SEBAGAI VEKTOR DI DAERAH PEGUNUNGAN KECAMATAN LENGKONG, KABUPATEN SUKABUMI

Transkripsi:

Aspirator, Vol.5, No. 2, 2013 : 45-54 FAKTOR RISIKO PENULARAN MALARIA DI DESA PAMOTAN KABUPATEN PANGANDARAN The Risk Factor of Malaria in Pamotan Village Pangandaran District Lukman Hakim 1 1 Loka Litbang P2B2 Ciamis, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI Jl. Raya Pangandaran Km.03 Ds. Babakan Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia Abstract. Malaria is a disease that could reemerge depending on the development of risk factors for transmission. So, although now the number of cases of malaria in Pamotan village Pangandaran district has decreased, but will back to increase due to have a history as high malaria endemic areas. To anticipate, the further analysis of research data has been carried out with the aim to identify the transmission risk factors as well as to estimate the emergence of malaria cases. Results of data analysis showed that the risk factors for transmission of malaria in Pamotan village are malaria carrier patient that without clinical symptoms with density 35.08, the local malaria transmission (indigenous), outside the region transmission (imports), the high of mobilization of the population, and the presence of Anopheles sundaicus mosquitoes as vectors of malaria with the fluctuating density. It is also known that the population most at risk for malaria transmission is the age group 1-5 years, so it should be a priority in any malaria control activities. The regression test that resulted, if there a source of malaria transmission, rainfall data can be used as a basis for estimating the emergence of malaria cases of in the coming two months. Thus, that the activity planning can be made to anticipate the increasing of malaria transmission in order prevent outbreaks. Keywords: risk factors, Anopheles sundaicus, outbreaks, rainfall, indigenous malaria Abstrak. Malaria adalah penyakit yang bisa muncul kembali tergantung perkembangan faktor risiko penularannya. Maka walaupun sekarang jumlah kasus malaria di Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran sudah menurun, tapi akan meningkat kembali karena mempunyai riwayat sebagai daerah endemis malaria tinggi. Untuk antisipasinya, telah dilakukan analisis lanjut data hasil penelitian dengan tujuan mengidentifikasi faktor risiko penularan serta menghitung perkiraan terjadinya penularan malaria. Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor risiko penularan malaria di Desa Pamotan adalah penderita malaria carier atau tanpa gejala klinis dengan kepadatan 35,08, terjadinya penularan malaria setempat (indigenous) dan di luar wilayah (import), adanya mobilisasi penduduk yang tinggi, adanya nyamuk Anopheles sundaicus sebagai vektor malaria dalam kepadatan yang berfluktuasi. Selain itu juga diketahui bahwa penduduk paling berrisiko tertular malaria adalah kelompok umur 1-5 tahun sehingga perlu mendapat prioritas dalam setiap kegiatan pemberantasan malaria. Berdasarkan hasil analisis regresi, data curah hujan dapat dijadikan dasar untuk memperkirakan kemunculan kasus malaria pada 2 bulan yang akan datang, sehingga dapat dibuat rencana kegiatan antisipasi peningkatan penularan malaria agar tidak menjadi Kejadian Luar Biasa. Kata Kunci: faktor risiko, malaria, Anopheles sundaicus, Kejadian Luar Biasa, curah hujan, malaria indigenous Naskah masuk: 01 September 2013 Review 1: 09 November 2013 Review 2: 17 Desember 2013 Layak Terbit: 24 Desember 2013 Alamat Korepondensi: e-mail: lukmahak@gmail.com; Telp./Faks: (0265) 639375 45

Faktor Risiko Penularan Malaria (Hakim et al) PENDAHULUAN Sepanjang wilayah pantai selatan Jawa Barat, mempunyai riwayat sebagai daerah endemis malaria yang sering mengalami KLB disertai dengan kematian. Terdapat lima kabupaten yang memiliki daerah endemis malaria yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. 1 Penderitanya, terkonsentrasi di wilayah pantai selatan (Samudra Indonsia) mulai dari pantai Kalipucang Kabupaten Ciamis yang berbatasan dengan Jawa Tengah sampai dengan pantai Cikakak Kabupaten Sukabumi yang berbatasan dengan Provinsi Banten, serta daerah pegunungan dan perkebunan. 1 Malaria merupakan re-emerging disease atau penyakit yang bisa muncul kembali sesuai dengan perubahan fenomena alam 2 biasanya dalam periode lima atau sepuluh tahunan 3, misalnya mengikuti perubahan lingkungan yang berkaitan dengan perkembangan nyamuk Anopheles spp. serta mobilisasi penduduk. 4 Karena itu, meskipun pada saat ini, malaria di Jawa Barat sedang ada dalam trend menurun bahkan di beberapa wilayah telah menghilang, tapi di masa yang akan datang sangat berpeluang untuk meningkat kembali bahkan menjadi KLB, karena adanya faktor risiko penularan. Faktor yang paling dominan adalah keberadaan vektor yaitu nyamuk Anopheles spp. yang berhubungan erat dengan perubahan ekosistem dan iklim, serta parasit sebagai sumber penularan. Di wilayah Kabupaten Ciamis, terdapat nyamuk An. sundaicus 1, di Kabupaten Garut ditemukan nyamuk An. sundaicus An. aconitus 5, di Kabupaten Tasikmalaya terdapat nyamuk An. aconitus 6 dan An. sundaicus 1 ; di Kabupaten Sukabumi, ditemukan An. sundaicus 7 dan An. aconitus 8, sedangkan di Cianjur dalam 10 tahun terakhir tidak ditemukan laporan keberadaan nyamuk Anopheles spp. 1 Pada saat tidak ditemukan kesakitan, sebenarnya malaria tidak hilang tapi tetap ada di daerah tertentu yang merupakan kantong malaria, jumlah penderitanya sedikit sehingga tidak berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Bisa juga parasit Plasmodium spp. bersembunyi dalam tubuh manusia tapi tidak menimbulkan kesakitan atau biasa disebut penderita malaria carrier. Apabila terjadi perubahan lingkungan yang mengakibatkan habitat nyamuk Anopheles spp. berubah menjadi lebih kondusif bagi perkembangan nyamuk, maka kontak antara nyamuk dengan Plasmodium spp. serta manusia akan meningkat karena populasi nyamuk akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan infeksi Plasmodium spp. sehingga kesakitan malaria akan muncul. Dan apabila sistem antisifasi belum dilaksanakan, penularan akan terus berlangsung dan bisa menjadi KLB malaria. Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran merupakan desa yang memiliki riwayat sebagai daerah endemis malaria tinggi (sampai tahun 2012, Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang berada dalam wilayah Kabupaten Ciamis). Kasus malaria di Pamotan mulai tercatat meningkat pada tahun 1998 dengan ditemukan 25 orang penderita, semuanya positif P. falciparum karena penularan setempat. Sampai tahun 2005, jumlah penderitanya terus meningkat dan termasuk strata high case incidence atau HCI. 9 Penyebabnya adalah mobilisasi penduduk yang tinggi karena merupakan daerah objek wisata pemancingan alam, berbatasan langsung dengan daerah endemis malaria tinggi wilayah Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah, serta keadaan lingkungannya yang memungkinkan untuk hidup dan berkembangnya nyamuk Anopheles spp. Tempat perkembangbiakan potensial (TPP) vektor malaria yang ditemukan adalah muara sungai dan lagun, sawah air 46

Aspirator, Vol.5, No. 2, 2013 : 45-54 payau, kolam, kobakan kecil di tanah timbulan sekitar muara serta perairan terbuka di hutan bakau yang terus meluas karena pohonnya dijadikan kayu bakar dalam proses pengolahan gula kelapa. 10 Untuk mengetahui faktor risiko penularan serta prakiraan peluang terjadinya kesakitan malaria, telah dilakukan analisis lanjut data hasil penelitian tahun 2005 yang dilakukan di Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran, meliputi data parasitologi, data entomologi serta data curah hujan dan kesakitan malaria bulanan. BAHAN DAN METODE Sumber data Penelitian parasitologi dilakukan pada bulan Maret 2005 dengan pengambilan sampel sediaan darah (SD), selanjutnya diperiksa secara mikroskopis untuk mengetahui keberadaan serta spesies parasit Plasmodium spp. dan menghitung angka parasite rate (PR) per kelompok umur. Untuk mengetahui fluktuasi kesakitan malaria, dilakukan analisis data kesakitan malaria bulanan dari registrasi kesakitan malaria Puskesmas Kalipucang; pencatatan dilakukan selama 12 bulan mulai Maret 2005 sampai dengan Februari 2006. Selanjutnya dihitung angka kesakitan malaria bulanan atau montly parasite incidence (MoPI) dengan cara membagi jumlah penderita positif dengan jumlah penduduk kali konstanta (1000). Terhadap penderita malaria positif P. falciparum, yang diperiksa di Puskesmas dan hasil penelitian ini, dilakukan in-depth interview tentang riwayat kesakitannya; bagi penderita malaria yang belum dewasa, dilakukan terhadap orang tua atau yangmerawatnya. Kepada responden ditanyakan kapan mulai merasakan sakit, kemana meminta pertolongan pengobatan, ada dimana dan apa yang dilakukan pada 14 hari sebelum sakit. Untuk mengetahui faktor risiko penularan malaria yang berasal dari lingkungan, maka dilakukan pengamatan dan pengukuran parameter tertentu yang berperan dalam penularan malaria. Penelitian entomologi malaria dilaksanakan sebulan sekali selama 12 bulan mulai bulan Februari 2005 sampai dengan Januari 2006, tujuannya untuk mengetahui fluktuasi kepadatan menggigit nyamuk vektor malaria. Dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk yang menggigit umpan orang (human landing collection methods) di dalam dan luar rumah pada malam hari, mulai jam 18.00 sampai dengan jam 06.00 dengan lama penangkapan setiap jamnya adalah 40 menit. Nyamuk yang tertangkap kemudian diidentifikasi spesiesnya, dihitung kepadatannya (MHD) serta dilakukan pembedahan ovarium untuk mengetahui umur relatif (longivity). Selain itu juga dilakukan pencatatan curah hujan dari Kantor Kecamatan Kalipucang; kemudian dihitung ineks curah hujan (ICH) bulanan dengan cara mengkalikan angka curah hujan dengan jumlah hari hujan dibagi jumlah hari pada bulan yang bersangkutan. Tujuannya untuk mengetahui fluktuasi tingkat curah hujan bulanan selama setahun. Data curah hujan dicatat mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2005. Analisa Data Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara curah hujan dengan kepadatan menggigit nyamuk An. sundaicus, dilakukan uji korelasi dengan variabel bebas ICH dan variabel terikat MHD bulan berikutnya. Bila diketahui terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, maka dilanjutkan dengan uji regresi untuk mengetahui bentuk hubungannya. Analisa ini bertujuan untuk memperkirakan kepadatan menggigit nyamuk An. sundaicus berdasarkan fluktuasi curah hujan. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara fluktuasi kepadatan menggigit nyamuk An. 47

Faktor Risiko Penularan Malaria (Hakim et al) sundaicus dengan angka kesakitan malaria bulanan, dilakukan uji korelasi dengan variabel bebas MHD dan variabel terikat MoPI bulan berikutnya. Bila diketahui terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, maka dilanjutkan dengan uji regresi untuk mengetahui bentuk hubungannya. Analisa ini bertujuan untuk memperkirakan angka kesakitan malaria berdasarkan kepadatan menggigit nyamuk An. sundaicus. HASIL Parasitologi Malaria Penduduk Desa Pamotan pada tahun 2005 adalah 3.299 jiwa, jumlah sampel untuk pemeriksaan parasitologi adalah 285 orang yang berasal dari 177 rumah tangga, semuanya tanpa gejala klinis malaria. Sampel ditentukan secara acak dengan tidak memperhatikan status kesehatannya, tapi selama empat minggu terakhir tidak minum obat anti malaria. Sampel terbagi secara proporsional berdasarkan kelompok umur (KU); yaitu 2,81% KU 0 - <1 tahun, 3,51% KU 1 - <5 tahun, 12,28% KU 5 - <12 tahun, 8,77% KU 12 - <15 tahun dan 72,63% KU >15 tahun. Dari hasil pemeriksaan secara mikroskopis di laboratorium parasitologi Loka Litbang P2B2 Ciamis, ditemukan 10 SD positif malaria P. falciparum atau PR 35,088, jadi termasuk daerah endemis malaria tinggi atau HCI (Tabel 1). Dari Tabel 1 diketahui, PR yang paling tinggi ada pada KU 1 - <5 tahun sebesar 100, kemudian KU 5 - <12 tahun, KU 12 - <15 tahun dan KU <15 tahun. Proporsi ini menunjukkan banyaknya penularan setempat (indigenous), karena anak berusia 1 sampai 5 tahun, kemungkinan besar pada malam hari berada dalam rumah. Narasumber indept-interview sebanyak 23 orang, yaitu penderita malaria positif P. falciparum yang tercatat di Puskesmas Kalipucang bulan Nopember dan Desember 2004 sebanyak 15 orang dan hasil konfirmasi parasitologi sebanyak 8 orang. Hasilnya menunjukkan, semua penderita yang berumur kurang dari 12 tahun (9 orang), tertular di dalam rumahnya masing-masing. Penderita yang berumur 12-15 tahun, 3 orang tertular di dalam rumah dan 2 orang lagi diperkirakan tertular di luar rumah di sekitar muara ketika mereka memancing ikan, semuanya dikategorikan kesakitan malaria indigenous karena tertular masih di wilayah desa. Penderita berumur lebih dari 15 tahun, tiga di antaranya dikategorikan kasus malaria import karena diperkirakan tertular di luar wilayah desanya, seorang tertular di LP Nusakambangan karena bekerja sebagai sipir penjara dan 2 orang tertular di Kampung Laut Kabupaten Cilacap karena bekerja sebagai petani penggarap yang sering bermalam di ladang garapannya. Sisanya sebanyak 7 orang diperkirakan tertular di desanya, baik di dalam maupun di luar rumah. Tabel 1. Populasi, Sampel, Positif Malaria dan Parasite Rate (PR) Pemeriksaan Parasitologi Malaria berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur (tahun) Populasi Sampel Positif Malaria PR ( ) 0 - < 1 71 8 0 0,000 1 - < 5 154 10 1 100,00 5 - < 12 496 35 2 57,143 12 - < 15 226 25 1 40,000 > 15 2.352 207 6 28,986 Jumlah 3.299 285 10 35,088 Entomologi malaria, kesakitan malaria bulanan dan curah hujan Selama 12 bulan penelitian, spesies nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan terdiri dari An. sundaicus, An. vagus, An. barbirostris dan An. kochi. Spesies yang dominan menggigit manusia adalah An. sundaicus dan ditemukan ada setiap bulan kecuali bulan Januari 2006, dengan demikian spesies ini berpeluang menjadi vektor malaria. 12 Kepadatan menggigit 48

Aspirator, Vol.5, No. 2, 2013 : 45-54 tertinggi An. sundaicus adalah bulan Oktober dengan MHD 3,29 dan terendah Bulan April dengan MHD 0,06 (Tabel 2.), sedangkan setiap malamnya paling tinggi menggigit pada jam 24.00-01.00. Parameter lingkungan yang berpeluang menjadi faktor risiko penularan malaria adalah: (1) genangan air payau yang bisa menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk Anopheles spp, terdiri dari lagun Nusa Were seluas +1,5 hektar berjarak sekitar 500 meter dari pemukiman dengan kadar garam 11 ppm, muara Batu Kakapa berjarak sekitar 600 meter dari pemukiman dengan kadar garam 10 ppm, beberapa buah kolam ikan berjarak sekitar 10 meter dari pemukiman dengan kadar garam 4 ppm, serta sawah air payau seluas +1 hektar berjarak sekitar 50 meter dari pemukiman dengan kadar garam 5 ppm; (2). semak rimbun di sekitar perumahan dan dekat tempat perkembang-biakkan nyamuk Anopheles spp; (3). sebagian besar rumah penduduk masih memungkinkan nyamuk masuk pada malam hari (ventilasi tidak ditutup kain kasa, tidak ada langit-langit, dinding tidak rapat, dan lain-lain). Jumlah penderita malaria di Desa pamotan pada periode bulan Maret 2005 sampai dengan bulan Februari 2006 adalah 108 orang, tertinggi ada pada bulan Oktober dan Nopember 2005 dengan MoPI 5,759s dan terendah pada bulan April 2005 dengan MoPI 0,303 ; sedangkan pada bulan Maret 2005 tidak tercatat ada penderita malaria positif (Tabel 2). Terehadap 23 orang penderita (15 orang penderita dari registrasi penederita nulanan dan 8 orang hasil pemeriksaan SD pada penelitian parasitologi). Diketahui bahwa semua penderita yang berumur kurang dari 12 tahun (9 orang), tertular di dalam rumahnya masing-masing sehingga dikategorikan kesakitan malaria indigenous. Penderita berumur antara 12-15 tahun, 3 orang di antaranya tertular di dalam rumah sedangkan 2 orang lagi diperkirakan tertular di luar rumah di sekitar muara ketika mereka memancing ikan, tapi semuanya dikategorikan kesakitan malaria indigenous karena tertular masih di wilayah desa. Pada penderita berumur 15 tahun, 3 di antaranya dikategorikan kesakitan malaria import karena diperkirakan tertular di luar wilayah desanya, seorang tertular di LP Nusakambangan, karena bekerja sebagai sipir penjara dan 2 orang lagi tertular di Kampung Laut Kabupaten Cilacap karena bekerja sebagai petani penggarap yang sering bermalam di ladang garapannya. Sisanya sebanyak 7 orang diperkirakan tertular di desanya, baik di dalam maupun di luar rumah. Hujan tercatat turun selama 9 bulan dengan ICH yang bervariasi, pada bulan Juni, Juli dan Agustus 2005 hujan tidak turun. Hujan paling tinggi turun pada bulan Desember 2005 dengan ICH 507,26 dan paling rendah pada bulan Mei 2005 dengan ICH 3,60 (Tabel 2). Tabel 2. Indeks Curah Hujan (ICH), Kepadatan Nyamuk An. sundaicus (MHD) dan Kesakitan Positif Malaria Bulanan (MoPI) Curah Hujan Kepadatan An. sundaicus Kesakitan Positif Malaria Bln/Thn ICH Bln/Thn MHD Bln/Thn MoPI 01/05 146,25 02/05 0,10 03/05 0 0,000 02/05 105,68 03/05 0,21 04/05 1 0,303 03/05 203,1 04/05 0,06 05/05 5 1,516 04/05 45,39 05/05 1,42 06/05 5 1,516 05/05 3,60 06/05 3,11 07/05 10 3,031 06/05 0,00 07/05 2,04 08/05 10 3,031 07/05 0,00 08/05 2,22 09/05 11 3,334 08/05 0,00 09/05 1,90 10/05 19 5,759 09/05 4,60 10/05 3,29 11/05 19 5,759 10/05 22,20 11/05 0,45 12/05 9 2,728 11/05 439,74 12/05 0,09 01/06 6 1,819 12/05 507,26 01/06 0,00 01/06 13 3,941 49

Faktor Risiko Penularan Malaria (Hakim et al) 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ICH 146,25 105,68 203,10 45,39 3,60 0,00 0,00 0,00 4,60 22,20 439,74 507,26 MHD 0,10 0,21 0,06 1,42 3,11 2,04 2,22 1,90 3,29 0,45 0,09 0,00 MoPI 0,00 0,29 1,45 1,45 3,03 3,18 3,48 5,79 5,79 2,73 1,74 4,05 6 4 2 0 Gambar 1. Hubungan Curah Hujan dengan Kepadatan Nyamuk An. sundaicus serta Hubungan Kepadatan Nyamuk An. sundaicus dengan Angka Kesakitan Malaria Bulanan Hubungan Curah Hujan Dengan Kepadatan Menggigit Nyamuk An. sundaicus Dan Angka Kesakitan Malaria Bulanan Uji korelasi pada = 0,05 antara ICH dengan MHD nyamuk An. sundaicus bulan berikutnya, menghasilkan bahwa ICH berhubungan erat dengan MHD (p value 0,015). Ini menunjukkan tinggi rendahnya curah hujan berpengaruh pada tinggi rendahnya kepadatan menggigit nyamuk An. sundaicus bulan berikutnya. Dari uji regresi diketahui bentuk hubungannya adalah Y = -0,005 X + 1,828 (X adalah ICH dan Y adalah MHD nyamuk An. sundaicus pada bulan berikutnya). Dari hubungan ini, secara matematika dapat dihitung bahwa pada satu bulan yang akan datang nyamuk An. sundaicus akan ada yang menggigit manusia kalau ICH bulan ini antara 1,8 sampai dengan 365,6. Fluktuasi MHD nyamuk An. sundaicus juga mempengaruhi fluktuasi kesakitan malaria pada bulan berikutnya, karena dari uji korelasi pada 0,05 antara MHD nyamuk An. sundaicus dengan MoPI bulan berikutnya, menghasilkan P value sebesar 0,026. Ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kepadatan menggigit nyamuk An. sundaicus, akan mempengaruhi tinggi rendahnya kesakitan malaria bulan berikutnya. Dari uji regresi diketahui bentuk hubungannya adalah Y = 1,555 X + 0,962, dimana X adalah MHD nyamuk An. sundaicus dan Y adalah MoPI pada bulan berikutnya. Dari hubungan ini, secara matematika dapat dihitung bahwa pada bulan yang akandatang akan terjadi penularan malaria bila MHD bulan ini mencapai 0,619, penularan akan lebih tinggi bila MHD di atas 1,733. Bila kedua persamaan itu disubstitusikan, maka berdasarkan fluktuasi curah hujan dapat diperkirakan kemunculan kesakitan malaria pada 2 bulan yang akan datang, yaitu bila ICH berkisar antara 18,0 sampai dengan 240,8. PEMBAHASAN Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang merupakan daerah endemis malaria tinggi yang mengakibatkan penduduknya sering kontak dengan parasit Plasmodium spp. Ini akan mengakibatkan timbulnya kekebalan terhadap malaria karena terbentuknya sistem imunitas di dalam tubuhnya 12 yang akan mengakibatkan banyaknya penderita malaria carier 13, bahkan di beberapa tempat tertentu kekebalan itu ada yang bisa diturunkan melalui mutasi genetik. 14 Dari pemeriksaan parasitologi malaria, didapatkan 35,088 sampel yang diperiksa adalah penderita malaria carier yang dapat menjadi sumber penularan yang bisa meningkatkan kesakitan malaria 50

Aspirator, Vol.5, No. 2, 2013 : 45-54 bahkan menjadi KLB di masa yang akan datang. Kelompok umur sampel yang paling tinggi angka positif malarianya adalah KU 1-5 tahun (100%) sehingga penduduk dalam KU ini paling tinggi risikonya untuk tertular malaria. Sedangkan dari indept interview diketahui, seluruh penderita malaria pada KU 1-5 tahun, semua malaria indigenous dan tertular di dalam rumah. Penularan malaria akan terjadi ketika adanya interaksi antara parasit, vektor dalam kepadatan dan longivity yang cukup serta host yang rentan. 15 Pada tahun 2005, di Desa Pamotan akan terejadi penularan malaria apabila kepadatan nyamuk An. sunadicus meningkat dan daya tahan penduduk menurun sehingga menjadi rentan, karena parasit Plasmodium spp. sudah ada setiap waktu pada tubuh penderita malaria carier. Selain itu, faktor lingkungan sangat menunjang perkembangan nyamuk An. sundaicus cukup tersedia di Desa Pamotan, seperti tempat genangan air yang bisa dijadikan tempat perkembang-biakkan vektor dengan jarak yang berada dalam jangkauan terbang nyamuk An. sundaicus yaitu ratarata kurang dari 910 meter 16, semak yang bisa dijadikan istirahat oleh nyamuk 17 maupun lingkungan yang masih memungkinkan nyamuk masuk ke dalam rumah. Maka, apabila keadaan iklim atau curah hujan telah kondusif, maka nyamuk An. sundaicus akan berkembang dan ada kemungkinan penularan malaria akan terjadi. Penularan malaria pada penduduk Desa Pamotan, juga terjadi di luar wilayah desa, yaitu di Nusa Kambangan dan Kampung Laut Kabupaten Cilacap karena ada sebagian penduduk yang bermobilisasi ke kedua wilayah tersebut. Dengan demikian, perlu juga dilakukan pengamatan mobilisasi penduduk agar bisa memperkirakan adanya penderita malaria yang tertular di luar wilayah (malaria import). Selain untuk diobati, juga untuk mencegah agar tidak menjadi sumber penularan bagi yang lainnya. Dari uji regresi antara ICH dengan MHD dan dengan MoPI, dapat diperkirakan kemunculan kesakitan malaria, yaitu bila antara 18,0 sampai dengan 240,8 yaitu ketika curah hujan kecil sampai dengan sedang, maka pada 2 bulan mendatang akan muncul kesakitan malaria. Data curah hujan tersedia setiap bulan di Kantor Kecamatan Kalipucang, dengan demikian data tersebut bisa dijadikan sebagai dasar perhitungan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya kesakitan malaria. Sedangkan data MHD cukup sulit diperoleh karena perlu dilakukan survai berketerusan yang membutuhkan biaya besar. Ini hanya perhitungan statistika dan matematika; sedangkan MHD dan MoPI berkaitan dengan mahluk hidup yang dipengaruhi oleh banyak variabel. Kepadatan An. sundaicus dipengaruhi oleh perubahan tempat perkembang-biakkan nyamuk, suhu dan kelembaban udara, berkurang atau bertambahnya tempat istirahat maupun musuh alaminya 18, penularan malaria dipengaruhi oleh umur relatif (longivitas), intensitas menggigit dan virulensi vektor maupun imunitas host. 15 Tapi meskipun begitu, bentuk hubungan ini bisa dijadikan sebagai salah satu dasar untuk membuat rencana antisipasi agar kesakitan malaria yang muncul segera bisa diantisipasi sehingga tidak berkelanjutan dan menjadi KLB. Saat sekarang, karena keberhasilan upaya pemberantasan malaria serta pengaruh penurunan malaria secara global, penularan dan kasus malaria di Desa Pamotan juga sangat rendah, kesakitan tahun 2012 masuk dalam kategori low case incidence (LCI). Malaria merupakan reemerging disease atau penyakit yang bisa muncul kembali sesuai dengan perubahan fenomena alam 2 biasanya dalam periode lima atau sepuluh tahunan 3, misalnya mengikuti perubahan lingkungan yang berkaitan dengan perkembangan nyamuk Anopheles spp. Malaria termasuk kategori travelling disease karena sangat dipengaruhi oleh mobilisasi penduduk. 19 51

Faktor Risiko Penularan Malaria (Hakim et al) Dengan demikian, di Desa Pamotan berpeluang terjadi kembali penularan malaria karena keadaan lingkungan masih belum berubah sehingga populasi nyamuk An. sundaicus tetap tinggi, juga mobilisasi penduduk tetap tinggi untuk tujuan ekonomi dan pariwisata. Apabila suatu waktu nanti, perubahan global kembali meningkatkan penularan dan jumlah kasus malaria, hasil analisis data ini bisa dimanfaatkan untuk memperkirakan kemunculan penderita baru malaria sehingga bisa dijadikan sebagai sub sistem dalam kewaspadaan dini malaria. Hasil pencatatan curah hujan bisa dijadikan salah satu bahan untuk memperkirakan kepadatan nyamuk An. sundaicus dan selanjutnya memperkirakan kejadian malaria pada penduduk. Untuk mengendalikan vektor, perlu dilakukan upaya sesuai data entomologi. Puncak kepadatan menggigit nyamuk An. sundaicus ada pada jam 24.00-01.00, nyamuk ada hampir setiap bulan serta keadaan rumah penduduk masih banyak yang bisa dimasuki nyamuk, maka cara pengendalian yang paling efektif di Desa Pamotan adalah penggunaan kelambu celup insektisida atau insecticide treated net (ITN) yang telah terbukti cukup efektif untuk proteksi diri terhadap gigitan nyamuk dan serangga lainnya 20 serta mampu mencegah penularan malaria 21, selain itu juga bisa dilakukan pembersihan semak dekat rumah dan tempat perkembang-biakkan nyamuk secara berkala. KESIMPULAN Faktor risiko penularan malaria di Desa Pamotan adalah penderita malaria carier atau tanpa gejala klinis, terjadinya penularan malaria setempat dan di luar desa, mobilisasi penduduk, tempat perkembang-biakkan dan tempat istirahat vektor yang masih berada dalam jangkauan terbang nyamuk, serta nyamuk An. sundaicus dalam kepadatan yang berfluktuasi. Penduduk paling berisiko tertular malaria adalah penduduk pada kelompok umur 1-5 tahun sehingga perlu mendapat prioritas dalam kegiatan pemberantasan malaria. Curah hujan berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk An. sundaicus, dan apabila terdapat sumber penularan malaria, maka curah hujan berpengaruh terhadap kasus baru malaria. Dengan demikian, apabila terdapat penderita malaria, ICH bisa dijadikan sebagai bahan untuk memperkirakan munculnya kesakitan malaria pada bulan berikutnya. Pemberantasan vektor yang paling efektif di Desa Pamotan adalah pemasangan kelambu celup insektisida dan pembersihan semak secara berkala. UCAPAN TERIMA KASIH Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya analisis lanjut data hasil penelitian ini, terutama disampaikan kepada tim peneliti parasitologi dan entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis, Camat dan Kepala Puskesmas Kalipucang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat, serta tim manajemen data Loka Litbang P2B2 Ciamis. DAFTAR PUSTAKA 1. Hakim L. Faktor Risiko Penularan Malaria Di Jawa Barat (Kajian Epidemiologi Tentang Vektor, Parasit Plasmodium dan Lingkungan Sebagai Faktor Risiko Kesakitan Malaria). Aspirator. 2010; 2(1) : 45-54. 2. WHO. A Global Strategy for Malaria Control. Geneva. 1993. 3. Eylenbosch, WJ. Noah, ND. Surveillance in Health and Disease. Oxford University Press. London; 1988. 4. Suroso T. Review Program ICDC-ADB Tahun 1997-2002. Jakarta; 2002. 5. Sugianto, Roy NRES. Endang, PA, Andri R. Yuneu Y. Pengembangan Sistem 52

Aspirator, Vol.5, No. 2, 2013 : 45-54 Informasi Malaria Melalui Remote Sensing Dan Studi Entomologi Dalam Sistem Kewaspadaan Dini KLB Malaria di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Inside. 2006; 1: 49-69. 6. UPF-PVRP Jawa Barat. Kepadatan dan Bionomik Nyamuk Vektor Malaria di Desa Mulyasari Kec. Salopa Kab. Tasikmalaya. Lap. Kegiatan UPF-PVRP Jabar; 2002. 7. Hakim L. Fauna Nyamuk Anopheles spp. di Desa Kertajaya Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi. Laporan Kegiatan Loka Litbang P2B2 Ciamis; 2004. 8. Seniawati N, Hakim L. Suratman, M. Fluktuasi Kepadatan Yamuk Anopheles spp. Sebagai Bahan SKD-KLB Malaria di Desa Lengkong Kec. Lengkong Kab. Sukabumi. Lap. Keg. Survai Entomologi Malaria Dinkes Prop. Jawa Barat Th. 2006. 9. Hakim L, Sugianto. Prevalensi Malaria Asymptomatic Pada Kelompok Penduduk Paling Berisiko Tertular Di Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Aspirator. 2009; 1(1) : 04-10. 10. Hakim, L. Tempat Perindukan Nyamuk Anopheles spp. Di Kecamatan Kalipucang Kab. Ciamis. Bulletin Penyakit Tular Vektor (Vector Borne Disease). Loka Litbang P2B2 Ciamis. 2004; 1 (2) : 32-39. 11. Anonim. Bionomik Nyamuk Anopheles spp di Palataragung Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis Tahun 2004-2006. Laporan Kegiatan Loka Litbang P2B2 Ciamis. 2007. 12. Devey DBE. A Guide to Human Parasitology. HK Lewis and Co Ltd. London; 1966, pp. 85-90. 13. Gilles HM, Warel, DA. Essential Malariology. Third Edition.,Edward Arnold : London, Boston, Melbourne Auckland; 1993. pp.12-34. 14. Russel PF, West LS, Manwell RD. Macdonald, G. Practical Malariology. Oxford University Press. London. 1963. 15. Depkes, R.I. Epidemiologi Malaria. Materi Latihan Managemen P2Malaria Untuk Kasubsi Vektor Kabupaten. Jakarta; 1998. 16. Hakim L, Sanusi, A, Ivan M, Delia T. Jangkauan Terbang Nyamuk Anopheles sundaicus Di Wilayah Selatan Kab. Ciamis. Lap. Keg. UPF-PVRP Jabar; 2002. 17. Depkes RI. Modul Entomologi Malaria. Modul Pelatihan Manajemen Malaria bagi Kasubsi Vektor dan Petugas SLPV; 1999. 18. Service MW. Mosquito Ecology. Oxford University Press. London; 1976. 19. USDT. International Travel and Transportation Trends. Washington D. C.: Bureau of Transportation Statistics of U.S. Department of Transportation; 2006. 20. Lindsay SW, Gibson ME. Bed nets, Revisited-old ides, New Angle, Parasitology Today. 1998; 4: 270-272. 21. Lengeler, C. Cattani, J. de Savigny, D. Net Gain. A New Method for Preventing Malaria Deaths. Geneva: IDRC-WHO pub; 1996. 53

54 Faktor Risiko Penularan Malaria (Hakim et al)