WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013 PROFIL AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF Y. S. Zaelani, D. E. Tarigan, H. Rusnayati * Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ysz_asgar@yahoo.co.id ABSTRAK Profil dan Prestasi Belajar Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif Penelitian berjudul Profil aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya prestasi belajar siswa serta untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA-Fisika di sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil aktivitas dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain one group pretest posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X salah satu SMA di kota Bandung yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes prestasi berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda serta lembar observasi belajar siswa dan lembar observasi keterlaksanaan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif. Analisis data yang dilakukan adalah dengan cara menghitung skor gain yang dinormalisasi. Hasil analisis data diperoleh rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif berada pada kategori sedang. Hasil untuk profil aktivitas belajar siswa yaitu untuk pertemuan ke- 1 besarnya persentase rata-rata aktivitas visual adalah 65,5%, untuk pertemuan ke- 2 adalah 68,5% dan untuk pertemuan ke- 3 adalah 80%. Untuk profil aktivitas lisan, besarnya persentase rata-rata pada pertemuan ke- 1 adalah 41,3%, untuk pertemuan ke- 2 adalah 49,7% dan pada pertemun ke- 3 sebesar 52,3%. Sedangkan untuk profil aktivitas motorik, besarnya persentase rata-rata pada pertemuan ke- 1 adalah 69,7%, pada pertemuan ke- 2 adalah 71% dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 79%. Kata kunci: Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif, Belajar, Prestasi Belajar. Penulis penanggung jawab
2 Y. S. Zaelani, dkk, -Penerapan Model Pembelajaran ABSTRACT Profile Activities and Student Achievement with Application of Creative and Productive Learning Model The study entitled "Profile Activities and Student Achievement with Application of Creative and Productive Learning Model" is motivated by low student achievement and to determine the students' learning activities in science subjects-physics in school to be a place of research. This study aims to determine the activity profile and student achievement after the implementation of Creative and Productive Learning Model. The method used in this study is a quasi experiment with the design of one-group pretest-posttest design. The samples in this study were the students of class X one high school in the city were taken by purposive sampling technique. Data collection was carried out in this study using achievement test questions in the form of multiple choice and student activity sheets observation and observation sheets keterlaksanaan Creative and Productive Learning Model. Data analysis was performed by calculating the normalized gain scores. Results of data analysis, the average normalized gain of 0.60, so it can be concluded that the increase in student achievement after application of Creative and Productive Learning Model in middle category. The results for the profile of students' learning activities for the 1st meeting of the percentage of the average visual activity was 65.5%, for the meeting of 2 is 68.5% and for the 3rd meeting is 80%. For oral activity profiles, the percentage of the average at the meeting to-1 is 41.3%, for a meeting to-2 was 49.7% and in pertemun 3rd at 52.3%. As for the profile of motor activity, the percentage of the average at the meeting to-1 is 69.7%, at a meeting of the 2nd is 71% and at the meeting of the 3rd at 79%. Keywords: Creative Learning and Earning, Learning Activity, Learning Achievement. Berdasarkan petunjuk teknis pengembangan silabus dan contoh/ model silabus SMA/MA untuk mata pelajaran fisika disebutkan bahwa kegiatan pembelajaran dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia No.23 tahun 2006 menetapkan salah satu standar kompetensi lulusan (SKL) SMA untuk mata pelajaran fisika adalah siswa dituntut untuk dapat melakukan percobaan, yang meliputi merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Berdasarkan petunjuk teknis dan SKL ini dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran fisika siswa dituntut untuk dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini siswa harus melakukan aktivitas belajar yang melibatkan fisik maupun mental sesuai dengan pengklasifikasian oleh Dierich (Hamalik, 2001: 172-173), yaitu visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities dan emotional activities. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada salah satu SMA
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013 3 swasta di kota Bandung pada kelas X yang mana didapatkan respon siswa menunjukkan bahwa fisika termasuk mata pelajaran yang kurang disukai siswa. Sebesar 26% siswa yang menyenangi fisika, selebihnya 74% menjawab tidak suka. Alasan siswa tidak menyukai fisika karena siswa beranggapan bahwa dalam pelajaran fisika terlalu banyak rumus yang dihapalkan sebesar 36%, metode pembelajaran yang membosankan sebesar 54%, dan kurang menyukai pelajaran hitungan sebesar 10%. Siswa yang menganggap bahwa fisika sebagai pelajaran sulit sebesar 53% dan sisanya yaitu sebesar 6 % siswa yang menganggap fisika sebagai pelajaran yang biasa saja dan yang menganggap fisika itu pelajaran yang mudah. Serta dalam pembelajaran fisika di dalam kelas masih berpusat pada guru, kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang disampaikan oleh guru. Hasilnya, banyak siswa (60%) yang belum mencapai nilai dari kriteria kelulusan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa dimungkinkan karena siswa bosan dengan pembelajaran yang monoton dengan kata lain, penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat. Penggunaan metode ceramah memang baik, kondisi kelas menjadi lebih tertib dan tidak menghabiskan waktu yang lama karena guru memaparkan dan menjelaskan semua materi yang dipelajari. Metode ceramah cocok jika diterapkan pada materimateri fisika yang bersifat abstrak seperti relativitas, gelombang elektromagnetik dan sebagainya, dimana siswa tidak dapat melihat fenomena konkret untuk materi tersebut. Sedangkan untuk materi-materi fisika yang fenomenanya dapat diperlihatkan kita bisa melakukan demonstrasi ataupun praktikum kemudian setelah itu siswa mendiskusikan hasil demonstrasi atau praktikum tersebut secara berkelompok untuk menyimpulkan konsep materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya kegiatan tersebut siswa diajarkan untuk lebih aktif, kreatif dan bekerjasama manggali materi pelajarannya secara mandiri. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul : PROFIL AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF. Tujuan diadakan penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui profil aktivitas belajar dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kreatif dan produktif. 2) Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kreatif dan produktif. METODE Berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui profil aktivitas dan peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kreatif dan produktif, maka metode penelitian yang dipilih adalah quasi experiment. Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kreatif dan produktif, profil aktivitas siswa serta prestasi belajar siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-postest design. Desain ini merupakan desain yang menggunakan satu kelas dengan pemberian tes awal (pretest) sebelum pembelajaran dan tes akhir (posttest) setelah pembelajaran dilaksanakan. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: T 1 X,O T 2 Gambar 1. Desain Penelitian
4 Y. S. Zaelani, dkk, -Penerapan Model Pembelajaran Keterangan: T 1 = pretest T 2 = posttest X = perlakuaan dengan menggunakan model pembelajaran kreatif dan produktif O = observasi keterlaksanaan model pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA swasta di kota Bandung. Sedangkan sampel untuk penelitian ini adalah siswa kelas X yang dipilih secara purposive sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Belajar Siswa siswa dinilai melalui pengamatan observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi yang diisi oleh observer menunjukkan sejauh mana aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kreatif dan produktif di kelas. Hasil observasi aktivitas siswa berdasarkan indikator dapat dilihat melalui tabel rekapitulasi persentase aktivitas siswa yang ditunjukan pada tabel 1 sebagai berikut: Kerjasama 69 73 80 kelompok a. Visual Hasil untuk persentase rata-rata aktivitas visual pada setiap pertemuan tercantum pada tabel 2. Tabel 2. Persentase rata-rata aktivitas visual (%) Visual 65,5 68,5 80 Kategori Baik Baik Sangat Baik Apabila Tabel 2. disajikan ke dalam bentuk diagram, maka diperoleh hasil seperti gambar berikut. Tabel 1. Rekapitulasi Persentase Siswa (%) Visual Lisan Motorik Memperhatikan 61 71 82 penjelasan guru Mengambil data 70 66 78 Menjawab 46 54 63 pertanyaan Mengajukan 38 49 44 pertanyaan Mengemukakan 40 46 50 pendapat Merangkai alat 68 67 76 Melakukan 72 73 81 percobaan Gambar 2. Persentase rata-rata aktivitas visual Berdasarkan Tabel 2. dan Gambar 2. aktivitas siswa dalam setiap pertemuan mengalami peningkatan, untuk pertemuan pertama, aktivitas visual sebesar 65,5% yang termasuk dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih serius dalam menyimak atau memperhatikan penjelasan dari guru. Untuk pertemuan kedua aktivitas visual siswa sebesar 68,5%. Hal ini dikarenakan selain siswa serius memperhatikan penjelasan guru, siswa juga dalam pengambilan data lebih teliti. Sementara
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013 5 untuk pertemuan ketiga, besar aktivitas visual adalah 80%. Hal ini siswa selain sudah terbiasa dengan pembelajaran, siswa pun lebih serius baik untuk perhatikan guru ataupun mengambil data, serta waktu yang digunakan dalam pembelajaran ini lebih panjang dari pada pembelajaranpembelajaran sebelumnya. b. Lisan Hasil untuk persentase rata-rata aktivitas lisan pada setiap pertemuan tercantum pada tabel 3. Tabel 3. Persentase Rata-rata Lisan (%) Visual 41,3 49,7 52,3 cukup. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran siswa belum terbiasa dengan orang baru (peneliti) sehingga siswa dalam hal mengajukan atau menjawab pertanyaan mereka masih malu. Untuk pertemuan kedua aktivitas lisan siswa sebesar 49,7%. Pada pertemuan ini aktivitas lisan ada peningkatan, hal ini dikarenakan kurangnya rasa malu atau canggung terhadap peneliti hal ini dapat diamati dari mulai meningkatnya dalam hal mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Sementara untuk pertemuan ketiga, besar aktivitas lisan adalah 52,3%. Secara keseluruhan untuk aktivitas lisan mempunyai persentase yang rendah dibandingkan dengan aktivitas yang lain, hal ini dikarenakan siswa lebih suka atau pun focus terhadap aktivitas yang lainnya. c. Motorik Kategori Cukup Cukup Cukup Apabila tabel 3. disajikan ke dalam bentuk diagram, maka diperoleh hasil seperti gambar berikut. Hasil untuk rata-rata aktivitas motorik pada setiap pertemuan tercantum pada tabel 4. Tabel 4 Rata-rata Persentase Motorik (%) Motorik 69,7 71 79 Kategori Baik Baik Baik Apabila tabel 4. disajikan ke dalam bentuk diagram, maka diperoleh hasil seperti gambar berikut. Gambar 3. Persentase Rata-rata aktivitas Lisan Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 aktivitas lisan siswa dalam setiap pertemuan mengalami peningkatan. Untuk pertemuan pertama aktivitas lisan sebesar 41,3% yang termasuk dalam kategori
6 Y. S. Zaelani, dkk, -Penerapan Model Pembelajaran Gambar 4. Persentase Rata-rata Motorik Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 4 aktivitas motorik siswa dalam setiap pertemuan mengalami peningkatan. Pada jenis aktivitas ini persentase rata-rata aktivitasnya lebih besar dibandingkan dengan aktivitas yang lainnya. Untuk pertemuan pertama aktivitas motorik sebesar 69,7% yang termasuk dalam kategori Baik. Untuk pertemuan ini walaupun siswa melakukan aktivitas yang baik akan tetapi siswa pun dalam hal melakukannya masih ada bercanda dengan teman hal ini mungkin dikarenakan suasana atau situasi yang baru dalam pembeljaran dikelas yang biasanya tidak melakukan kegiatan dengan alat-alat. Pada pertemuan kedua, aktivitas motorik ini memiliki persentase rata-rata sebesar 71% yang mana termasuk dalam kategori baik. Untuk pertemuan ini siswa mulai kurang bercanda dengan alat ataupun temannnya. Hal ini dikarenakan sudah mulai terbiasanya siswa dengan alat-alat ataupun model pembelajaran. Sedangkan untuk pertemuan ketiga, besarnya aktivitas ini adalah 79% dan termasuk kepada kategori baik. Pada pertemuan ini aktivitas motorik siswa tidak jauh beda dengan aktivitas motorik pada pertemuan kedua, akan tetapi yang membedakannya waktu sehingga dalam pertemuan ini siswa lebih serius dalam hal melakukan percobaan. 2. Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar siswa dinilai menggunakan tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 21 soal. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Skor rata-rata pretest dan posttest yang diperoleh siswa tercantum pada tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 5. Rekapitulasi Skor Rata-Rata Pretest dan Posttest Tes X ideal X min X max X G < g > Pretest 21 3 12 6,2 Posttest 21 9 19 15 Kriteria 8,8 0,60 Sedang Tabel 5. tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa sebelum dilakukan pembelajaran (pretest) adalah 6,2, sedangkan skor rata-rata setelah dilakukan pembelajaran (posttest) adalah 15. Selisih rata-rata skor pretest dan posttest dinyatakan dengan nilai gain ratarata yaitu sebesar 8,8 dengan gain yang dirnormalisasi sebesar 0,60. Berdasarkan data skor pretest dan posttest siswa yang terdapat pada tabel 5 diperoleh diagram rata-rata skor pretest dan posttest seperti yang tercantum pada gambar 5. sebagai berikut: Gambar 5. Skor Rata-Rata Prestasi Siswa
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013 7 Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest siswa masih rendah. Ini menunjukkan bahwa sebelum pembelajaran siswa belum memahami materi pelajaran, namun setelah diberi perlakuan hasil prestasi belajar siswa meningkat. Skor rata-rata yang diperoleh siswa sebelum dilakukan pembelajaran (pretest) adalah 6,2, skor rata-rata setelah dilakukan pembelajaran (posttest) adalah 15 dan nilai gain rata-rata yaitu sebesar 8,8. Jika nilai yang diperoleh tersebut dikonversi dalam skala 1-100 maka diperoleh nilai rata-rata pretest adalah 30, nilai rata-rata posttest adalah 71. Dari hasil konversi tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata posttest berada diatas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai yaitu sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa setelah model pembelajaran kreatif dan produktif diterapkan dalam pembelajaran maka prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari gain yang dinormalisasi, yaitu sebesar 0,60 yang termasuk ke dalam kategori sedang. Berdasarkan aspek pada ranah kognitif untuk prestasi belajar diperoleh data seperti yang tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi Skor Rata-rata Pretest dan Posttest Setiap Aspek Pretasi Belajar Aspek Kognitif Pretest Posttest <g> Kriteria C 1 0.04 0.88 0,88 Tinggi C 2 4,6 10,12 0,59 Sedang C 3 0,56 1,68 0,78 Tinggi C 4 1 2,32 0,44 Sedang Apabila Tabel 6. disajikan kedalam bentuk diagram, maka diperoleh hasil seperti gambar berikut. Gambar 6. Nilai Gain yang Dinormalisasi Tiap Aspek Ranah Kognitif Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai gain yang dinormalisasi pada aspek kognitif jika diurutkan dari yang terbesar sampai ke yang terkecil yaitu, aspek kognitif C 1, aspek kognitif C 3, aspek kognitif C 2 dan aspek kognitif C 4. Apabila diinterprestasikan dalam kriteria maka peningkatan pada ranah kognitif untuk aspek C 1 dan C 3 termasuk pada kriteria tinggi sedangkan untuk aspek C 2 dan C 4 termasuk pada kriteria sedang. Hal ini dikarenakan untuk aspek C 1 dan C 3 memiliki jumlah soal yang sedikit, dimana untuk aspek C 1 hanya memiliki jumlah soal 1 butir sedangkan untuk aspek C 3 memilki jumlah 2 butir soal. Selain dari faktor tersebut keadaan ini juga bisa terjadi karena untuk aspek hafalan (C 1 ) bisa dengan mudah diingat oleh siswa yang mana dalam proses pembelajaran siswa mengalami atau melakukan proses sendiri, hal ini dapat terlihat dalam proses orientasi dan eksplorasi. Sedangkan untuk aspek pemahan (C 2 ) walaupun dalam proses pembelajaran lebih banyak porsinya, hal ini dapat terlihat dalam tahapan orientasi, eksplorasi dan interpretasi. Sedangkan untuk aspek analisi (C 4 ) hanya terdapat pada tahapan Rekreasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA swasta
8 Y. S. Zaelani, dkk, -Penerapan Model Pembelajaran di Kota Bandung kelas X semester genap mengenai model pembelajaran kreatif dan produktif untuk mengetahui aktivitas dan prestasi belajar siswa, diperoleh kesimpulan: 1. Hasil skor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) untuk prestasi belajar siswa sebesar 0,60 yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kreatif dan produktif. 2. Hasil persentase rata-rata aktivitas belajar siswa: Visual, pada pertemuan ke- 1 sebesar 65,5% yang termasuk dalam kategori baik, pada pertemuan ke- 2 sebesar 68,5% yang termasuk kedalam kategori baik dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 80% yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Lisan, pada pertemuan ke- 1 sebesar 41,3% yang termasuk dalam kategori cukup, pada pertemuan ke- 2 sebesar 49,7% yang termasuk kedalam kategori cukup dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 52,3% yang termasuk kedalam kategori cukup. Aktivtas Motorik, pada pertemuan ke- 1 sebesar 69,7% yang termasuk dalam kategori baik, pada pertemuan ke- 2 sebesar 71% yang termasuk kedalam kategori baik dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 79% yang termasuk kedalam kategori baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jogjakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Hake, R.R., (1998). Interactive- Engagement Versus Tradisional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data for Introductory Physics Course, Am. J. Phys. 66 (1) 64-74. Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Kemendikbud. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Dirjendikti. Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Murjono. (1996). Intelegensi dalam hubungan dengan prestasi belajar. Jurnal Anima, 2,174-183. Nuh, U. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan (Diktat). Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Transito. Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya: Bandung. Sukmadinata, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syamsuddin, A. (2003). Perubahan Perilaku dan Hasil Belajar. Jakarta: Bina Aksara. Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.