BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat fundamental karena yang diberikan Tuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

DESKRIPSI KECERDASAN KINESTETIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang. perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk. spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM FANTASI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG. Martini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan usia dini (Early childhood education) adalah pendidikan

HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN GERAKAN TERKOORDINASI ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh Anisa Ayu Lestari ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan investasi yang sangat besar dan merupakan suatu hal yang sangat fundamental karena yang diberikan Tuhan ketika anak baru lahir, baru berupa potensi, baik potensi fisik (jasmani dengan semua alat inderanya) maupun potensi non fisik (akal, kalbu). Potensi tersebut harus ditumbuhkembangkan melalui berbagai stimulasi atau rangsangan. Oleh karena itu, melalui pendidikan anak usia dini stimulasi atau rangsangan diberikan untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak. Oleh karena itu, lembaga pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik. Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 (UU RI No 20/2003 tentang Sisdiknas) dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

2 sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini, Adalilla (Suparyanto 2011). Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan, minat dan kemampuan pada masing-masing anak. Anak Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bagian dari pendidikan anak usia dini yang sedang mengalami pertumbuhan, terutama pertumbuhan jasmani yang sangat pesat. Secara jelas hal tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan motorik, koordinasi otot-otot dan kecepatan jasmaniahnya menunjukkan kemajuan-kemajuan yang mencolok. Pertumbuhan keterampilan motorik, baik motorik kasar maupun halus pada anak, tidak akan berkembang melalui kematangan begitu saja, melainkan juga keterampilan itu harus dipelajari. Perkembangan keterampilan motorik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan dipelajari satu demi satu. Apabila salah satu

3 faktor tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan jasmani anak akan berada di bawah kemampuannya, (Depdiknas,2007:1). Oleh karena itu, pada masa anak usia dini mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengoptimalkan segala aspek keterampilan dan kecerdasan. Lwin (Muslihuddin dan Agustin, 2008) menegaskan tentang pentingnya pengembangan kecerdasan kinestetis bagi individu, khususnya anak-anak, bahwa kecerdasan kinestetis menjadikan anak memiliki kemampuan psikomotor yang baik. Kemampuan ini merujuk kepada kemampuan untuk mengkoordinasikan bagian-bagian tubuh seseorang dengan otak supaya berfungsi secara sinergis dan padu untuk mencapai tujuan tertentu dalam bekerja. Berikutnya, Lwin menegaskan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan kinestetis yang baik akan memberikan lebih banyak kesempatan kepada anak untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Lebih lanjut, anak-anak yang dengan kecerdasan kinestetis yang tinggi akan dapat mengungkapkan diri mereka dengan baik. Hal ini akan meningkatkan keterampilan komunikasi secara efektif dengan orang lain, khususnya teman-teman sebayanya. Anak-anak yang sadar akan kemampuan fisik mereka dan mudah menemukannya, mudah untuk memanfaatkannya, akan merasa lebih yakin dihadapkan dengan segala situasi yang memerlukan partisipasi fisik mereka. Apabila anak cerdas secara kinestetis, maka ia akan menunjukkan sikap senang pada suatu aktivitas. Misalnya berenang, bermain sepak bola, yang tentunya dengan ini semua menjadikan anak mampu membentuk suatu gaya hidup yang baik.

4 Kecerdasan kinestetis menurut Gardner (1993:9) adalah kemampuan seseorang untuk menggerakan atau mengendalikan sebagian atau seluruh tubuh melalui koordinasi belahan otak yang mendominasi atau mengendalikan setiap gerakan tubuh. Menurut Amstrong (Sujiono dan Sujiono 2010), kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya sesorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan hasta karya. Musfiroh (2004:69) memaparkan bahwa kecerdasan kinestetis berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekpresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsangan, sentuhan dan tekstur. Stimulasi kecerdasan kinestetis terjadi pada saat anak bermain. Pada saat bermain itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Adapun wilayahwilayah yang dapat dijadikan stimulasi kinestetis adalah sebagai berikut: a. Koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, dan menangkap. b. Keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling dan merangkak.

5 c. Keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk, menjangkau, memutar tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk dan bediri. d. Kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan kemampuan untuk mengambil start, kemampuan untuk menghentikan dan mengubah arah. Selain kecerdasan kinestetik, yang perlu dikembangkan pada anak taman kanak-kanak adalah kecerdasan interpersonal. Menurut Gardner (1993:9), Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain, memotivasi, bekerjasama, berhubungan dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini menekankan kepada upaya untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati dan keinginan orang lain serta upaya untuk menanggapinya secara layak. Menurut Humprey (Muslihuddin dan Agustin, 2008:85), bahwa kecerdasan interpersonal merupakan bentuk yang paling penting dalam kecerdasan manusia, karena dengan kecerdasan itu ia mampu memelihara hubungan dengan manusia secara efektif, mampu mempertimbangakan konsekuensi dari perilakunya sendiri serta mengantisipasi perilaku orang lain. Keberhasilan dalam kehidupan seseorang seringkali sangat tergantung pada kecerdasan interpersonalnya. Kecerdasan Interpersonal ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.

6 Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, mampu membedakan suasana hati, temperamen, motivasi dan keterampilan-keterampilan dalam memahami orang lain. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain serta memahami berbagai peran dalam kelompok. Selanjutnya Sujiono (2009:192) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal adalah berfikir lewat berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain. Adapun kegiatan yang mecakup kecerdasan interpersonal adalah: memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, bersosialisasi, bekerjasama, permainan kelompok. Oleh karena itu cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak dengan: Mengembangkan dukungan kelompok, menetapkan aturan tingkah laku, memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah, bersama-sama menyelesaikan konflik, melakukan kegiatan sosial di lingkungan, menghargai perbedaan pendapat antar anak dengan teman sebaya, menumbuhkan sikap ramah, memahami keragaman budaya lingkungan sosial, melatih kesabaran menunggu giliran berbicara serta mendengarkan permbicaraan orang lain terlebih dahulu. Anak-anak yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung mudah memahami orang lain. Mereka sering memimpin di antara teman-temannya. Anak yang cerdas dalam interpersonal pandai mengorganiasasi teman-teman mereka dan pandai mengomunikasikan keinginan kepada orang lain. Mereka memiliki perhatian yang besar kepada teman sebayanya sehingga seringkali mengetahui berita-berita yang berkembang di seputar mereka. Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal, secara efektif dapat dilakukan

7 sejak dini, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal seperti pendidikan anak usia dini melalui pembelajaran jasmani. Pembelajaran jasmani merupakan bagian dari proses pendididkan yang diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anak secara menyeluruh yaitu fisik, motorik, mental, sosial, intelektual, emosional, spriritual melalui media aktivitas fisik, dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Pembelajaran jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional (Lutan, 200l:62). Oleh karena itu pembelajaran jasmani secara total berkontribusi pada perkembangan individual melalui media alamiah aktivitas jasmani gerak insani. Pembelajaran jasmani adalah urutan pengalaman belajar yang direncanakan secara seksama, dirancang untuk memenuhi perkembangan, pertumbuhan, dan kebutuhan perilaku setiap anak. Pembelajaran jasmani dimulai dari usia yang sangat dini, dalam merangsang pembentukan pertumbuhan organik, motorik, perkembangan emosional dan Intelektual. Sperry (Sucipto, 2008:228) memaparkan bahwa otak manusia sejak kecil harus dirangsang (distimuli) supaya sel-sel otak bisa berkembang karena konstruksi jaringan otak hanya akan hidup bila diprogram melalui berbagai rangsangan. Dengan demikian rangsangan sejak kecil sangatlah penting. Penundaan pemberian rangsangan hanya akan membuat otak menjadi tertutup, karena pertumbuhan otak punya keterbatasan waktu. Sementara hasil penelitian

8 menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat mendorong terbukanya simpul-simpul syaraf untuk menghasilkan kemampuan berpikir yang lebih baik, Gabbard, LeBlank dan Lowy (Samsudin, 2008:14) menyatakan bahwa untuk mengembangkan aktivitas fisik dengan pola-pola gerak anak sebaiknya dilakukan melalui aktivitas-aktivitas permainan, menari, senam dan olahraga dimana aktivitas-aktivitas tersebut masuk ke dalam wilayah pendidikan jasmani. Pertumbuhan dan perkembangan dan belajar melalui aktivitas jasmani akan mempengaruhi tiga ranah dalam pendidikan yaitu: 1. Ranah Kognitif Kemampuan berpikir (bertanya, kreatif dan menghubungkan) kemampuan memahami (perceptual ability), menyadari gerak, dan penguatan akademik. 2. Ranah Psikomotor Pertumbuhan biologis, kebugaran jasmani, kesehatan, keterampilan gerak, dan peningkatan keterampilan gerak. 3. Ranah Apektif Rasa senang, penanggapan yang sehat terhadap aktivitas jasmani, kemampuan menyatakan dirinya (aktualisasi diri), menghargai diri sendiri dan terdapatnya konsep diri. Ketiga ranah pendidikan di atas, ditambahkan oleh Annario, Cowell, dan Hazelton (Samsudin, 2008), dengan istilah ranah jasmani yang meliputi kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan dan daya kardiovaskuler. Dalam salah satu tujuan pendidikan jasmani terdapat suatu tujuan yang disebut keterampilan gerak, ini dapat diartikan keterampilan gerak olahraga atau keterampilan gerak bukan

9 olahraga. Dengan demikian, anak TK harus dipersiapkan ke arah kebutuhan gerak dasar olahraga melalui pendidikan jasmani dengan pendekatan multirateral yang disesuaikan dengan tahap perkembangan dan kematangannya. Hal senada diungkapkan oleh Wuest dan Bucher ( Sucipto, 2008) bahwa dalam pelaksanannya tujuan pembelajaran jasmani mengungkapkan bahwa pembelajaran jasmani meliputi pengembangan kebugaran fisik, pengembangan keterampilan motorik, pengembangan kognitif dan pengembangan afektif. Pembelajaran jasmani memiliki potensi untuk mengembangkan domaindomain kecerdasan kinestetik dan interpersonal pada anak. Karena pembelajaran jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik dengan menggunakan berbagai medium kegiatan yang dalam bentuk-bentuk aktivitas yang dinamakan olahraga. Adapun karakteristik pengajaran anak usia dini adalah bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain, sehingga sangatlah tepat bila pengembangan jasmani dijadikan sebagai media untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal anak taman kanak-kanak. Berdasarkan hasil observasi, anak setiap hari selalu diberikan rangsangan terhadap kemampuan membaca, menulis dan berhitung, serta dasar-dasar keagamaan sebagian besar kegiatan di dalam kelas dengan posisi duduk. Walaupun ada pengembangan kecerdasan kinestetik berupa olah fisik sederhana dan berbagai permainan lainnya, dari hasil observasi yang dilakukan penulis, anakanak dalam melakukan kegiatan tersebut kurang lincah, kurang fokus, tidak bersemangat dan mudah bosan.

10 Oleh karena itu, peranan guru dalam pembelajaran sangat menentukan dan sangat strategis karena seorang guru dituntut untuk dapat memilih dan menentukan metode pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, inovatif dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Karena guru berfungsi sebagai fasilitator dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu metode dalam pembelajaran jasmani yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal yaitu metode pembelajaran kooperatif. Cohen (Masitoh, 2007:7.24), mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran yang melibatkan anak-anak untuk bekerja sama dalam kelompok yang cukup kecil dan setiap anak berpartisipasi dalam tugas-tugas bersama yang telah ditentukan dengan jelas, tetapi tidak terus menerus, dan supervisi diarahkan secara langsung oleh guru. Pembelajaran kooperatif menjadi sangat penting karena pada anak usia dini aspek perkembangan sosialnya sedang berkembang dengan pesat. Anak senang berteman, bermain bersama, berkompetisi, berkomunikasi, dan bekerjasama dalam kelompok kecil. Menurut Solehuddin (Sugiarti, 2012:30) menekankan pentingnya kontek sosial untuk proses belajar anak, pengalaman interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak, lebih lanjut ia menjelaskan bahwa bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari kontek sosial dan budaya tempat anak berinteraksi dengan teman-temanya atau orang lain. Para ahli konstruktivis Jean Piaget dan Lev Vigotsky berpendapat bahwa anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya. Secara

11 mental anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperoleh pengetahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, tetapi dengan cara membangun sendiri secara aktif melalui interaksi dengan lingkungannya. Selain pembelajaran kooperatif ada juga metode pembelajaran eksplorasi, Kegiatan eksplorasi memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan kinestetik berupa lari, lompat, lempar, tangkap dan tendang secara langsung melalui langkah-langkah spontan, tentang apa yang dilakukan bagaimana cara melakukannya, dan kapan melakukannya. Diharapkan juga melalui pembelajaran metode kooperatif dan eksplorasi anak-anak menemukan sesuatu yang berhubungan dengan interpersonal anak seperti kerjasama, respek, kompetisi, imitasi, komunikasi dan empati sehingga melalui pembelajaran dengan metode kooperatif dan metode eksplorasi ini anak mengambil prakarsa untuk melakukan kegiatan. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Efektivitas Pembelajaran Jasmani Melalui Metode Kooperatif dan Metode Eksplorasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik dan Interpersonal Anak Taman Kanak-Kanak (Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak TK B di TK Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang)

12 B Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, bahwa mengembangkan kecerdasan kinestetik dan interpesonal harus diajarkan sejak anak usia dini. Oleh sebab itu, penelitian ini ingin memfokuskan kajian bagaimana efektivitas pembelajaran jasmani dengan menggunakan metode kooperatif dan eksplorasi untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal pada anak taman kanak-kanak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah profil kecerdasan kinestetik anak di TK Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang? 2. Bagaimanakah profil kecerdasan interpersonal anak di TK Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang? 3. Bagaimanakah rancangan pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan kinestetik anak yang mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan metode eksplorasi? 5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan interpersonal anak yang mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan metode eksplorasi?

13 C. Tujuan Penelitian Penelitian tentang pembelajaran jasmani dengan metode pembelajaran kooperatif dan eksplorasi dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal anak, bertujuan untuk mengetahui dan mengungkap informasi secara empiris yaitu : 1. Untuk mengetahui profil kecerdasan kinestetik anak di TK Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. 2. Untuk mengetahui profil kecerdasan interpersonal anak di TK Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. 3. Untuk mengetahui rancangan pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi. 4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecerdasan kinestetik anak yang mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan metode eksplorasi 5. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecerdasan interpersonal anak yang mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan metode eksplorasi. D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan menghasilkan dua manfat baik secara teoretis maupun praktis yaitu: 1. Manfaat Teoretis

14 a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang penerapan pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. b. Memberikan informasi tentang kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. c. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi tentang pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dalam penerapan pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal. b. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru Taman Kanak-Kanak yang lain dalam penerapan pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal. c. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan dalam pengembangan, perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan sejenis. E. Definisi Operasional a. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan anak untuk menggunakan seluruh tubuh dalam melakukan gerakan berlari, melompat, melempar menangkap, menendang.

15 b. Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan anak untuk melakukan kegiatan, kerjasama, respek, kompetisi, imitasi, komunikasi dan empati. c. Pembelajaran jasmani adalah Pembelajaran melalui aktivitas fisik yaitu; berlari, melompat, melempar, menangkap, menendang. d. Metode kooperatif adalah mengelompokan anak di dalam satu kelas ke dalam kelompok kecil agar dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. e. Metode eksplorasi adalah anak melakukan sendiri kegiatan pembelajaran, untuk menemukan pengetahuannya. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain non equivalent pretest-post test design yaitu penelitian yang digunakan untuk menguji satu pengaruh atau lebih dari satu variabel terhadap variabel lain. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal anak dalam pembelajaran jasmani dengan menggunakan metode kooperatif dan eksplorasi. Data penelitian diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir kelas yang menggunakan metode kooperatif dan metode eksplorasi yang dilakukan oleh guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi dan dokumentasi.

16.