HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN KELINCAHAN TUBUH TERHADAP HASIL DRIBBLE BOLA PADA PERMAINAN BOLA BASKET. Heri Rustanto

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA SSB BENGKULU USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat

HUBUNGAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLING PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI SMP KARTIKA 1-7 PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA. Jurnal. Oleh. Chandra Sasongko

SKRIPSI OLEH : GABRI ZELA CYNTIA NOVITASARI NPM:

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN LARI TERHADAP KCEPATAN TENDANGAN PENALTI JURNAL. Oleh SINGGIH PRADITO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

KORELASI ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA KAKI TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLE PADA PERMAINAN SEPAKBOLA MINI

Hubungan antara Kekuatan...(Zidni Husni Hukmawan) : Zidni Husni Hukmawan, POR : : Aris Fajar Pambudi, M.Or

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

Diah Pitaloka PJKR JPOK FKIP Unlam Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Andrianus Rio Elmino, Eka Supriatna, Ahmad Atiq Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP UNTAN

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI,LENGAN, DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS. Jurnal. Oleh OKTRI MAHARANI

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki tersebut. Apabila tidak dikembangkan, maka akan

KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KEMAMPUAN LAY-UP SHOOT. Jurnal. Oleh ANIS SUCIATY RAMIO

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN KELENTUKAN TUBUH DAN KECEPATAN REAKSI DENGAN KETERAMPILAN MENGIRING BOLA PERMAINAN SEPAKBOLA JURNAL. Oleh JULIANDA TRI IMAM

Disusun Oleh: Claudia Mutiara Putri NIM

HUBUNGAN KECEPATAN LARI 30 METER DENGAN KEMAMPUAN DRIBBLING TIM SEPAKBOLA LIPURI PEKANBARU TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat.

HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA USIA TAHUN DI SSB DESA KETRO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

SURVEI TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 1 PANGGANG GUNUNGKIDUL

DISUSUN OLEH : ADI DHARMA SAPUTRA

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Penjaskesrek OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

S K R I P S I. Oleh: YUDHA WAHYU BASUKI NPM

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN HASIL SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA EKSTRAKULIKULER MTs PEMBANGUNAN PACITAN TAHUN 2015 SKRIPSI

PERBEDAAN KEEFEKTIFAN ANTARA LAY UP SHOOT

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi

HUBUNGAN KELINCAHAN DENGAN KEMAMPUAN DRIBBLING SEPAKBOLA PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SMP NEGERI 2 KUBU JURNAL. Oleh SUPIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN SERVIS ATAS BOLA VOLI MAHASISWA PUTRA PENJASKES IKIP-PGRI PONTIANAK

Hubungan Split Dengan Kemampuan Shooting Bola Club Sepak Bola Unhalu*

Oleh : Watak Putra Wijaya Kusuma, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN MENGGIRING BOLA. (Jurnal) Oleh IRFANDRI VANIKO NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

KETERAMPILAN SERVIS ATAS BOLA VOLI

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI DENGAN KETERAMPILAN GERAK DASAR SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh YUDHA PURNAMA PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER II STKIP-PGRI PONTIANAK

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: KARTONO NIM P

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTURAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG. Jurnal MUHAMMAD INDRA KURNIAWAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk

Kata kunci: Kebugaran Jasmani, Tinggi Badan, Keterampilan Dasar Bolabasket.

Riska Bhakti Utomo ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSENTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA PADA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SMP N 1 NGAGLIK E-JOURNAL

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN, DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM SEPAKBOLA. Jurnal.

KONTRIBUSI ANTARA POWER OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK TERHADAP KEMAMPUAN MELEMPAR BOLA (THROW-IN) PADA KLUB SEPAKBOLA PERSAS SABANG TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

HUBUNGAN KEMAMPUAN MOTORIK DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KETERAMPILAN BERMAIN BOLABASKET SISWA PUTRA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN TINGGI RAIHAN DENGAN KETEPATAN SMASH OPEN ATLET BOLA VOLI PUTRA KLUB YUSO SLEMAN

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK

Kata kunci: hubungan tinggi badan, kekuatan otot lengan, power tungkai, kemampuan tembakan free throw

HUBUNGAN KELINCAHAN DAN KOORDINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA. Jurnal. Oleh. Deni Setya Budi

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET PUTRA SMA NEGERI 1 COMAL KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO,

Competitor, Nomor 2 Tahun 4, Juni 2012

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

Oleh : Ahmad Syaifuddin Anwari, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Universitas Negeri Yogyakartasebagai berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dengan Akurasi Smash Bola Voli Pada Tim Voli Putra SMK Negeri 5 Pekanbaru Tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN

S K R I P S I. Oleh : HARIS KURNIAWAN

PENGARUH PERBEDAAN LATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI. Slamet Riyadi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UNP KEDIRI 2015

gawang agar terhindar dari PENDAHULUAN kemasukan bola. Oleh karena itu teknik Permainan Bola Tangan di Indonesia pada masa sekarang ini belum

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

TINJAUAN KONDISI FISIK ATLET BOLABASKET SMA NEGERI 3 PAYAKUMBUH JURNAL

ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak perubahan, dari permainan yang primitive dan sederhana sampai menjadi

SUMBANGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN TERHADAP HASIL LAY UP SHOOT PADA SISWA PUTRA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek.

SKRIPSI. Oleh : DIDIK SISWANTO NPM :

Oleh: Cahyo Nugroho

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN DENGAN KEMAMPUAN PASSING

GAMBARAN KETERAMPILAN SHOOTING DAN PASSING SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) TALAWI PUTRA USIA DI BAWAH 17 TAHUN KECAMATAN TALAWI KOTA SAWAHLUNTO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, dari anak-anak, dewasa, dan orang tua, pria, maupun wanita. Hakekat sepakbola menurut Sucipto (1999:7) bahwa.

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN KELINCAHAN TUBUH TERHADAP HASIL DRIBBLE BOLA PADA PERMAINAN BOLA BASKET Heri Rustanto Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jalan Ampera No. 88 Pontianak 78116 Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah hubungan antara tinggi badan dan kelincahan tubuh terhadap hasil dribble bola pada permainan bola basket. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang dilakukan dengan metode survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu 20 siswa SMP N 11 Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi sederhana antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling sebesar 0,383 dan sumbangan efektif sebesar 6,9% yang berarti terdapat hubungan tapi tidak signifikan. Koefisien korelasi sederhana antara kecepatan lari dengan kemampuan dribbling sebesar -0,727 dan sumbangan efektif sebesar 28,5% yang berarti terdapat hubungan yang signifikan. Koefisien korelasi sederhana antara kelincahan dengan kemampuan dribbling sebesar -0,737 dan sumbangan efektif sebesar 36,3% yang berarti terdapat hubungan yang signifikan. Kata Kunci: tinggi badan, kelincahan tubuh, Dribble, bola basket. Abstract Problems in this study is the relationship between height and agility of the body to the results dribble the ball in the game of basketball. This study is a correlational study conducted by survey method. The sampling technique used was purposive sampling of 20 students of SMP N 11 Pontianak. The results showed modest correlation coefficient between height with 0.383 dribbling skills and effective contribution of 6.9 %, which means, there is a relationship but not significant. Simple correlation coefficient between the speed to run with the dribbling skills of - 0.727 and effective contribution of 28.5%, which means, there is a significant relationship. Simple correlation coefficient between agility with the dribbling skills of -0.737 and effective contribution by 36.3 %, which means, there is a significant relationship. Keywords: body height, agility, dribble, basketball. PENDAHULUAN Pada hakekatnya pendidikan itu merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinyu atau terus menerus dalam situasi dan lingkungan berbeda. Perbedaan itu pada akhirnya akan memberikan pengaruh pada tingkah laku dan perkembangan diri dan kepribadian seseorang, dengan kata lain bahwa proses perkembangan diri dan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh situasi atau 144

lingkungan pendidikan yang ada disekitarnya. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 yang menyatakan: Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah menengah. Pendidikan Jasmani berperan penting dalam pembinaan dan pengembangan pribadi baik individu maupun kelompok dalam menunjang pertumbuhan serta perkembangan jasmani dan rohani. Aktifitas bermain merupakan sebagian besar kegiatan di sekolah yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian bagi siswa, gerak adalah kehidupan dan apabila gerak berhenti, maka kehidupannya pun berakhir. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Jasmani di sekolah menengah tingkat Pertama. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I Pasal 1 butir 20). Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Bola basket di sekolah menengah pertama merupakan salah satu media dalam Pendidikan Jasmani untuk mendorong keterampilan motorik, kemampuan fisik (psikomotor), pengetahuan dan penalaran (kognitif), serta menghayati nilainilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial). Tomoliyus (2001 : 3) Bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang begitu cepat perkembangannya, sehingga begitu banyak kalangan terutama kaum muda dan anak-anak melakukan olahraga ini. Permainan olahraga ini sangat menarik karena pada dasarnya bisa dimainkan oleh semua golongan. Disamping itu juga karena dari para pemain dituntut untuk menguasai keterampilan dasar bermain, koordinasi, kesegaran fisik, serta daya tahan tubuh yang baik. Dalam permainan ini, kontak tubuh jarang 145

terjadi sehingga permainan ini benar-benar melindungi atlet dari cedera. Olahraga ini merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh 5 orang pada setiap regunya. Karena sifat permainan bola basket ini beregu, maka dibutuhkan suatu kekompakan dan kerjasama yang baik antar pemain dalam satu regu, tetapi tidak menutup kemungkinan pemain dipaksa bermain individual. Dalam kenyataannya, sering kita melihat bahwa dalam permainan bola basket, unsur menggiring bola yang paling sering dilakukan. Setiap atlet bola basket saat akan melakukan penyerangan ke daerah lawan harus diawali dengan menggiring bola terlebih dahulu, baik itu oleh atlet yang berposisi sebagai forward (penyerang), guard (penjaga), maupun center (poros). Dalam permainan bola basket ada teknik mendasar yang harus dikuasai pemain atau siswa yaitu kemampuan dribble bola atau menggiring bola. Dribble merupakan kemampuan yang sangat mendasar dan mutlak harus dikuasai pemain karena untuk mendapatkan kerjasama yang bagus semua dimulai dari dribble. Tentunya untuk dapat memaksimalkan dribbling ada banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya: faktor mental, kondisi fisik yang baik yang didalamnya ada koordinasi, kelincahan, kekuatan, daya tahan, power, dan kecepatan. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini diarahkan pada komponen kondisi fisik khususnya tinggi badan dan kelincahan karena dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dan kelincahan dengan kemampuan dribble bola dalam permainan bola basket. Dari komponen kondisi fisik yakni daya tinggi badan dan kelincahan tubuh dalam dribble bola pada permainan bola basket tersebut perlu diteliti lebih mendalam, sehingga akan diketahui ada tidaknya hubungan dari komponen tersebut dengan hasil dribble pada permainan bola basket. Di Sekolah Menengah Pertamana Negeri 11 Pontianak proses pembelajaran Pendidikan Jasmani cabang olahraga permainan bola besar khususnya tentang tinggi badan dan kelincahan tubuh dalam menggiring atau dribble bola basket belum diajarkan dengan maksimal yang artinya dengan potensi-potensi siswa, guru, sarana prasarana, dan lingkungan belum 146

diberdayakan dengan maksimal. Hal itu bisa terlihat dengan adanya jadwal latihan rutin, sebagai misal untuk tim bola basket di sekolah, selama ini siswa hanya mengandalkan pada saat jam jam olahraga yang tentunya waktunya hanya sedikit sekali dan mungkin dalam 1 semester maksimal hanya 2 jam pelajaran mendapatkan materi pelajaran tentang bola basket. Tinggi badan dapat ditentukan dengan mengukur tubuh seseorang dari telapak kaki sampai kepala bagian atas, dimana tubuh tersebut dalam posisi berdiri tegak lurus di atas lantai. Hartoko (1994: 18) mengatakan bahwa Tinggi badan adalah jauh antaranya dari sebelah bawah, sedangkan badan adalah tubuh (dalam arti segenap jasad manusia). Tinggi badan secara awam mempunyai keterkaitan terhadap hasil lompatan dalam lompat jauh. Karena tinggi badan akan mempengaruhi jangkauan langkah-langkah menjadi panjang sehingga memperoleh hasil yang baik. Tinggi badan banyak dijadikan pegangan dalam menentukan dan pemilihan seorang atlet agar nantinya tidak sia-sia. Bentuk tubuh atau proporsi tubuh yang sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Faktor anthropometri seorang atlet mempunyai peranan penting pada cabang olahraga yang ditekuninya, sehingga akan mempengaruhi pencapaian prestasi. Dalam hal ini, Sajoto (1995: 11) menyatakan bahwa salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai; (2) ukuran besar, lebar, dan berat badan; (3) somatotype (bentuk tubuh). Tinggi badan berkaitan erat dengan semua anggota badan sebab tinggi badan akan diikuti otot-otot pada semua anggota badan yang panjang juga. Dalam hal ini Hartoko (1994: 35) menyatakan Dalam keadaan sehari-hari otot bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan syaraf motoris. Baik tidaknya kekuatan otot yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Harsono (1998: 39-40) salah satu faktor penentu kekuatan adalah tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki rangka tubuh besar (termasuk tungkai yang panjang) dapat 147

mempengaruhi dalam pencapaian kemampuan menggiring bola dalam permainan bola basket. Kelincahan merupakan salah satu komponen kebugaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian bagiannya. Disamping itu, kelincahan merupakan prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik olahraga, terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerak. Lebih lanjut kelincahan sangat penting untuk jenis olahraga yang membutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan-perubahan situasi dalam pertandingan. Kelincahan yang dilakukan dalam pertandingan menunjukkan bahwa unsur-unsur motorik lainnya yang ikut membantu saat gerakan dilakukan untuk mencapai gerakan yang efisien, yaitu antara kerja sistem syaraf melalui fungsi kontrol muskuler yang hal ini berjalan dengan baik akan membentuk dan mempengaruhi kelincahan dan kondisi tubuh sehingga menghasilkan gerakan yang efisien (Harsono, 1988: 33). Kelincahan dibedakan menjadi kelincahan umum dan kelincahan khusus. Kelincahan umum biasanya yang nampak pada berbagai aktivitas olahraga dan kelincahan khusus yang berkaitan dengan teknik olahraga tertentu. Jika dilihat dari sudut anatomis kelincahan umum melibatkan gerakan seluruh segmen bagian tubuh, kelincahan khusus hanya melibatkan segmen tubuh tertentu. Dari uraian di atas kelincahan adalah Kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan. Dribble bola basket (mengiring bola) Dalam permainan bola basket setiap pemain, baik itu yang menempati posisi forward (penyerang), guard (pertahanan), maupun yang menempati posisi poros (center) dituntut untuk melakukan dribble dengan baik dan benar. Karena penguasaan dribble yang sempurna pada regu yang sedang menyerang akan mudah untuk mendekati daerah pertahanan lawan, yang kemudian dikombinasi dengan operan-operan cepat dan diakhiri dengan tembakan untuk memperoleh angka kemenangan. Melihat kenyataan ini tidaklah telalu berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan dribble 148

perlu dilatih sejak dini untuk memperoleh hasil yang baik. Sedangkan melakukan dribble dengan cara memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan, bisa dilakukan baik tangan kiri maupun tangan kanan, dalam pelaksanaannya usahakan tubuh jangan kaku. Dribble merupakan bagian teknik dasar yang penting untuk dikuasai oleh setiap pemain bola basket. Dribble dapat diartikan menggiring, yaitu memantulkan bola dilantai (lapangan bola basket) dengan satu tangan saja kanan atau kiri dan dapat dilakukan dengan berbagai cara bervariasi guna mengamankan bola dari rampasan lawan. Menurut Abidin (1999: 50) Dribbling merupakan bagian yang tak terpisahkan dari permainan bola basket dan ini penting untuk bermain individu maupun tim. Perubahan dari dribbling tinggi ke rendah atau sebaliknya sangat dibutuhkan untuk gerakan tiba-tiba. Gambar 1 Sikap Dribbling dan Control Dribble Gambar 3. Gerakan Menggiring dan Berbalik Menggiring Mundur Hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil dribble pada permainan bola basket siswa belum bisa memperoleh hasil secara optimal juga didukung dengan siswa yang tidak mau menambah latihan diluar jam pelajaran. Untuk mengetahui apakah tinggi badan dan kelincahan memiliki 149

hubungan dengan hasil dribble pada permainan bola basket, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Tinggi Badan dan Kelincahan Tubuh terhadap Hasil Dribble Bola pada Permainan Bola Basket Siswa Putra Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Pontianak. METODE Desain penelitian ini termasuk dalam penelitian survey yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dan kelincahan terhadap kemampuan dribbling bola basket siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket di SMP N 11 Pontianak. Penelitian ini menggunakan dengan teknik tes. Menurut Arikunto (1993: 102) populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 11 Pontianak yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket yang berjumlah 20 siswa. Menurut Arikunto (1993: 104) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket di SMP N 11 Pontianak sebanyak 20 siswa. Sampel penelitian ditentukan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes yang meliputi: (1) Tinggi badan diukur tanpa mengenakan alas kaki, berdiri tegak lurus membelakangi stadiometer, kedua lengan lurus di samping badan dan kedua tumit menyentuh lantai, pandangan lurus ke depan. Tumit, pinggul menempel di dinding, dagu ditekuk sedikit ke dalam dan kepala tegak lurus. Pada saat stadiometer di atas kepala, ambil nafas dan tekanan di atas kepala testi tidak boleh menyebabkan posisi testi melorot. Hasil pengukuran tinggi badan dicatat dan testi tidak boleh merubah sudut atau posisi sebelum hasil pengukurannya dicatat dan pengukuran dinyatakan dalam satuan cm; (2) Pengukuran untuk memperoleh data mengenai kelincahan yaitu dengan menggunakan Dodging Run Test. Menurut Lehsten (Ngatman, 2001: 20) koefisien validitasnya 0,968. Pelaksanaan tes adalah testi berlari dari garis start menuju pancang yang telah disediakan dan melewati rintangan yang telah ditetapkan dan setelah pancang yang terakhir, testi kembali melewati pancang-pancang tadi sampai ke garis finish; (3) Tes 150

menggiring bola basket (tes dribbling bola basket). Tes ini dilakukan selama 30 detik. Jadi berapa banyaknya gawang atau hurdle yang dapat dilewati oleh testi dengan trial masing-masing testi hanya 1 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan data tinggi badan menghasilkan nilai minimal 158,00, nilai maksimal 167,20, rerata sebesar 161,9900, median 162,7500, modus 159,00, dan standar deviasi 2,89753. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi menurut Sudjana (2002: 47) yaitu dengan terlebih dahulu mencari kelas interval (1+3,3LogN), mencari rentang data (nilai maksimum minimum), dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval). Berikut tabel distribusi frekuensi yang diperoleh: Tabel 1. Tinggi Badan Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Basket di SMP N 11 Pontianak No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Komulatif 1 165,40 167,24 3 15 % 3 2 163,55 165,39 3 15 % 6 3 161,70 163,54 5 25 % 11 4 159,85 161,69 3 15 % 14 5 158,00 159,84 6 30 % 20 Jumlah 20 100 % Hasil perhitungan data kelincahan menghasilkan nilai minimal 18,89, nilai maksimal 20,12, rerata sebesar 19,6385, median 19,7200, modus 19,72, dan standar deviasi 0,36572. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi menurut Sudjana (2002: 47) yaitu dengan terlebih dahulu mencari kelas interval (1+3,3LogN), mencari rentang data (nilai maksimum minimum), dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval). Berikut tabel distribusi frekuensi yang diperoleh: Tabel 2. Kelincahan Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Basket di SMP N 11 Pontianak No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Komulatif 1 19,93 20,18 4 20 % 4 2 19,67 19,92 7 35 % 11 3 19,41 19,66 4 20 % 15 4 19,52 19,40 3 15 % 18 5 18,89 19,14 2 20 % 20 Jumlah 20 100 % 151

Hasil perhitungan data kemampuan dribbling menghasilkan nilai minimal sebesar 20,00, maksimal 26, rerata 22,9000, median 23,0000, modus 22,00, dan standar deviasi 1,44732. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi menurut Sudjana (2002: 47) yaitu dengan terlebih dahulu mencari kelas interval (1+3,3LogN), mencari rentang data (nilai maksimum minimum), dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval). Berikut tabel distribusi frekuensi yang diperoleh: Tabel 3. Kemampuan Dribbling Siswa Putra yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Basket di SMP N 11 Pontianak No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Komulatif 1 25,2 26,4 1 5 % 1 2 23,9 25,1 5 25 % 6 3 22,6 23,8 5 25 % 11 4 21,3 22,5 7 35 % 18 5 20,0 21,2 2 10 % 20 Jumlah 20 100 % Variabel tinggi badan memberikan kontribusi sebesar 6,9% terhadap kemampuan dribbling siswa putra yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket di SMP 11 Pontianak. Berdasarkan pengujian hipotesis secara sederhana ternyata besarnya hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling tidak berarti. Menurut Abidin (1999: 77) bahwa dalam basket ada beberapa posisi pemain yang seringkali disesuaikan dengan skill dan juga postur tubuh. Pemain yang postur tubuhnya tinggi biasanya menempati posisi center dan foward, sedangkan pemain yang postur tubuhnya lebih kecil biasanya akan menempati posisi guard. Hal ini dikarenakan dalam posisi guard dibutuhkan pemain yang memiliki kemampuan dribbling paling baik. Menurut Abidin (1999: 78) bahwa pemain basket yang postur tubuhnya kecil akan lebih mudah dalam menggiring bola dibandingkan dengan pemain yang postur tubuhnya tinggi. Jadi berdasarkan pengujian hipotesis secara sederhana ternyata besarnya hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling tidak berarti itu benar adanya. Korelasi sederhana adalah hubungan antara salah satu variabel bebas terhadap variabel terikat secara apa adanya, tanpa mempertimbangkan keberadaan 152

variabel bebas yang lainnya. Hasil dari perhitungan korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi sederhana pada tabel berikut: Tabel 4. Koefisien Korelasi Sederhana Hubungan antar Variabel Koefisien Korelasi X1.Y 0,383 X2. Y -0,737 Dari Tabel 4. diperoleh koefisien korelasi sederhana antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling sebesar 0,383, koefisien korelasi sederhana antara kelincahan dengan kemampuan dribbling sebesar -0,737. Korelasi parsial adalah hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial atau murni, yaitu dengan mempertimbangkan keberadaan variabel bebas yang lainnya. Hasil dari perhitungan korelasi parsial diperoleh koefisien korelasi parsial pada tabel berikut: Tabel 5. Koefisien Korelasi Parsial Hubungan antar Variabel Koefisien Korelasi X1.Y- X2 0,302 X2.Y- X1-0,608 Dari perhitungan koefisien korelasi parsial antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling, dengan pengontrolan pada kelincahan tubuh sebesar 0,302, koefisien korelasi parsial antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling, koefisien korelasi parsial antara kelincahan tubuh dengan kemampuan dribbling, dengan pengontrolan pada tinggi badan sebesar -0,608. Kelincahan adalah kemampuan untuk bergerak mengubah arah dengan cepat dan tepat sehingga memberikan kemungkinan seseorang untuk melakukan gerakan ke arah yang berlawanan serta mengatasi situasi yang dihadapi lebih cepat dan efisien. Hasil korelasi antara kelincahan dengan kemampuan dribbling nilainya lebih besar dibandingkan dengan variabel kelincahan dribbling diperoleh koefisien korelasi sederhana antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling sebesar 0,383, koefisien korelasi sederhana antara kelincahan dengan kemampuan dribbling sebesar -0,737. Berdasarkan pengujian hipotesis, hubungan antara 153

variabel kelincahan dengan kemampuan dribbling siswa putra yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMP N 11 Potianak nyata keberartiannya. Menurut Abidin (1999: 71) bahwa untuk dapat melakukan kemampuan dribbling yang baik, maka diperlukan proses belajar berlatih dalam jangka waktu relatif lama. Oleh sebab itu seseorang yang ingin terampil dalam permainan bola basket, terutama kemampuan dribbling-nya, maka diperlukan proses latihan yang benar dan didukung oleh unsur-unsur gerak yang baik pula. Menurut Abidin (1999: 71) dengan kelincahan yang baik pemain akan dapat dengan mudah menghindari sergapan lawan pada saat melakukan dribbling. Jadi berdasarkan pengujian hipotesis korelasi parsial antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling, dengan pengontrolan pada kelincahan tubuh sebesar 0,302, koefisien korelasi parsial antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling, koefisien korelasi parsial antara kelincahan tubuh dengan kemampuan dribbling, dengan pengontrolan pada tinggi badan sebesar -0,608. Keberartian korelasi diketahui melalui pengujian koefisien korelasi dengan menggunakan uji t. Hasil penghitungan memperoleh nilai t hitung sebesar -3.064 dengan nilai t tabel (0,05)(19) sebesar 2,093. Nilai t hitung < t tabel, sehingga disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut memiliki keberartian, sehingga hubungan parsial antara kedua variabel signifikan. Sumbangan Relatif (SR) kelincahan terhadap kemampuan dribbling yang diperoleh dari perhitungan korelasi r x2y sebesar 50,6%, sedangkan dari perhitungan korelasi r parsial r x2y - x 1 diperoleh Sumbangan Efektif (SE) kecepatan terhadap kemampuan dribbling sebesar 36,3%. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, deskripsi, pengujian hasil penelitian, dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Ada hubungan tetapi tidak signifikan antara tinggi badan dengan kemampuan dribbling pada permainan bola basket siswa putra yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola basket di SMP N 11 Pontianak, baik secara sederhana maupun parsial; (2) Ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan kemampuan dribbling pada permainan 154

bola basket siswa putra yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola basket di SMP N 11 Pontianak, baik secara sederhana maupun parsial; (3) Secara bersamasama ada hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan, kecepatan lari dan kelincahan dengan kemampuan dribbling pada permainan bolabasket siswa putra yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket di SMP N 11 Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran-saran yang dapat penulis kemukakan, yaitu: (1) bagi para pelatih bola basket, hendaknya dalam memilih calon pemain/atlet yang akan dibina selalu memperhatikan karakteristik fisik dari cabang olahraga tersebut, termasuk juga faktor bakat, yang memungkinkan untuk dibina; (2) bagi guru Pendidikan Jasmani. Mengingat tinggi badan dan kelincahan tubuh merupakan dua unsur yang mempunyai hubungan terhadap hasil dribble bola pada permainan bola basket, diharapkan agar dalam penyampaian materi pelajaran, kedua unsur tersebut selalu disinggung. DAFTAR PUSTAKA Abidin, A. 1999. Bola Basket Kembar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sodikun, I. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Jakarta: Depdikbud, Dirjendikti, PPTK. Sapoetra, I.Z. dkk. 1999. Panduan Teknis Tes dan latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Pusat pengembangan IPTEK Olahraga Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Sajoto, M. 1995. Kondisi Fisik Olahraga. Yogyakarta: Andi Offset. Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Keolahragaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Hartoko, S. 1994. T dan P Bola Basket I. Surakarta: FKIP UNS. Tomoliyus. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajran Bola Basket. Jakarta: Depdikas Dikdasmen dan Dirjen Olahraga. 155

Http://denro.www.dydo.wordpress.com/2008/03/teknik dan prinsip latiahan/html. diakses tgl, 7 bln 5 Tahun 2015. Http://id.wikipedia.org/wiki/Bola_basket. 2011: 20.80 wib Pengertian olahraga Bola basket diakses tgl, 10 bln 5 Tahun 2015. Http://switla.blogspot.com/.../bentuk-bentuk-latihan-kebugaran-jasmani.html diakses tgl, 10 bln 5 Tahun 2015. 156