PENDAHULUAN Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Perkembangan sepakbola di Indonesia makin pesat sehingga tidak hanya lakilaki yang bermain sepakbola, bahkan sekarang sepakbola juga dimainkan oleh kaum wanita. Di Indonesia dalam rangka memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang diprioritaskan untuk dibina. Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim, maka suatu kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah kesebelasan yang terdiri atas pemainpemain yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai kerjasama tim yang baik. Menurut Soekatamsi, (1993:12) mengatakan bahwa untuk dapat mencapai kerjasama tim yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua bagian-bagian dan macam-macam teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola. Semua pemain sepakbola harus menguasai teknik dasar bermain sepakbola karena orang akan menilai sampai di mana teknik dan skill dalam bermain sepakbola. Adapun teknik dasar permainan sepakbola menurut Soekatamsi, (1993:58) yang harus dikuasai oleh para pemain pada umumnya adalah: menendang bola, menggiring bola, menahan dan menghentikan bola, menyundul bola, melempar bola, merampas atau merebut bola. Suatu kesebelasan agar dapat menguasai jalannya pertandingan salah satu cara yaitu setiap pemainnya harus dapat menguasai teknik-teknik dasar bermain sepakbola. Salah satu teknik dasar yang penting adalah menggiring bola, karena apabila pemain sudah menguasai atau terampil dalam menggiring bola diharapkan pemain akan dapat melewati lawan, mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan kepada teman. Menggiring bola merupakan teknik menendang terputus-putus atau pelanpelan oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Menggiring bola hanya dilakukan pada
saat-saat yang menguntungkan saja yaitu bebas dari lawan. Untuk dapat menggiring bola dengan baik masih menurut Soekatamsi, (1993:162) perlu latihan yang terus menerus dengan memperhatikan hal-hal antara lain: (1) bola harus dikuasai sepenuhnya, (2) jarak bola tetap dalam penguasaan pemain: bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki, dengan demikian bola tetap dikuasai, (3) posisi badan antara bola dan lawan: pandangan melihat bola pada saat kaki menyentuh, kemudian lihat situasi dan kedua lengan menjaga keseimbangan di samping badan, dan (4) bola didorong dengan kaki. Untuk dapat menggiring bola dengan baik diperlukan latihan secara intensif secara terus menerus. Bentuk latihan menggiring bola menurut Marta Dinata, (2003:31-32) yaitu: Pertama menggiring bola dengan kaki bagian dalam dengan cara menggiring bola melingkari dua buah tonggak atau dua orang temen dan membentuk angka delapan dengan menggunakan kaki kanan dan kaki kiri bergantian, kedua menggiring bola dengan menggunakan kaki bagian luar dengan cara pancangkan delapan buah tonggak jarak masingmasing satu meter, bola digiring secara zigzag diantara celah tonggak terlewati dengan menggunakan kaki kiri dan kaki kanan bagian luar secara bergantian. Dalam menggiring bola menurut Soekatamsi, (1993:169) dapat dibedakan beberapa cara menggiring bola yaitu: (1) mengiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam, (2) menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar, (3) menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian atas atau kakipenuh, (4) mengiring bola dengan kaki bagian dalam, dan (5) mengiring bola dengan kaki bagian luar. Penguasaan bola merupakan bagian yang penting dalam setiap permainan. Setiap pemain atau tim berusaha untuk dapat menguasai bola, karena hanya dengan menguasai bola gol dapat terjadi. Setelah bola dapat dikuasai, pemain atau tim akan berusaha supaya bola tidak mudah hilang atau direbut lawan. Oleh karena itu pemain harus dituntut untuk memiliki penguasaan bola. Penguasaan bola dapat ditunjukan dengan kemampuan seorang pemain dalam menggiring bola. Sedangkan untuk memiliki kesempatan memasuki daerah lawan dan kesempatan memasukkan bola dibutuhkan keterampilan menggiring bola. Dalam menggiring bola seorang pemain harus dapat merubah arah dan melewati lawan dengan cepat serta harus dapat menggunakan seluruh bagian kakinya sesuai dengan yang ingin dicapai. Untuk dapat melakukan semua
itu sangat dibutuhkan unsur fisik karena dukungan fisik yang baik diharapkan seorang pemain atau atlet akan dapat bermain dengan baik pula. Selain itu apabila pemain memiliki kondisi fisik yang baik akan memiliki beberapa keuntungan yang akan menjadikan pemain dapat: meningkatan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain-lain dari komponen kondisi fisik, pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, respon atau tanggapan yang cepat dari organisme tubuh kita, apabila sewaktu-waktu respon atau tanggapan sedemikian diperlukan. Selain itu apabila kondisi fisik atlet baik, maka ia akan lebih cepat pula menguasai teknikteknik gerakan yang dilatihkan. Secara psikologi ada keuntungannya, karena atlet yang memiliki kondisi fisik yang baik akan merasa lebih percaya diri dan lebih siap dalam menghadapi tantangan tantangan latihan dan pertandingan. Komponen kondisi fisik tersebut tentunya mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam mendukung kemampuan seorang pesepakbola dalam menggiring bola. Diantara komponen fisik yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kelincahan atau agility. Menurut M. Sajoto, (1995: 9) dinyatakan bahwa: Kelincahan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik. Sedangkan menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro, (1984:8) bahwa kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kelincahan adalah salah satu komponen fisik dengan tujuan mengubah arah tubuh secara cepat tanpa ada gangguan keseimbangan dan dilakukan dengan kecepatan tinggi dan koordinasi yang baik. Kelincahan sangat membantu foot work dalam permainan. Jadi kelincahan yang dimiliki seseorang semakin baik, maka foot work-nya semakin baik pula. Tanpa gerakan kaki yang lincah dan teratur, jangan mengharap atlet dapat bermain dengan baik. Gerakan kaki yang lincah dan teratur berarti altet pada saat menggiring bola dapat merubah-ubah arah dan menghindari lawan dengan cepat. kelincahan diperlukan sekali dalam melakukan gerak tipu pada saat menggiring bola. Gerak tipu dapat kita
kerjakan dengan mengendalikan ketepatan, kecepatan, dan kecermatan. Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-ulang seperti halnya lari bolak-balik memerlukan konsentrasi secara bergantian pada kelompok otot tertentu. Sebagai contoh saat lari bolakbalik seorang atlet harus mengurangi kecepatan pada waktu akan mengubah arah. Untuk itu otot perentang otot lutut pinggul (knee ekstensor and hip ekstensor) mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini memperlambat momentum tubuh yang bergerak kedepan. Kemudian otot ini memacu tubuh kearah posisi yang baru. Gerakan kelincahan menuntut terjadinya pengurangan kecepatan dan pemacuan momentum secara bergantian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelincahan merupakan kemampuan untuk bergerak mengubah arah dan posisi dengan cepat dan tepat sehingga memberikan kemungkinan seseorang untuk melakukan gerakan ke arah yang berlawanan dan mengatasi situasi yang dihadapi lebih cepat dan lebih efisien. Dalam olahraga beregu, seperti halnya sepak bola, kelincahan jelas memberi arti penting terhadap kemampuan menggiring bola para pemain sepak bola. Sebagai salah satu teknik dasar permainan sepak bola, menggiring bola merupakan teknik dasar yang membutuhkan kemampuan bergerak dan mengubah arah dengan cepat terutama ketika menghindar dari lawan yang menghadang. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghindar dari lawan dan tetap mempertahankan penguasaan bola agar tetap berada dalam penguasaannya ataupun timnya. Demikian pentingnya faktor kelincahan pemain ini, maka diperlukan sebuah upaya atau latihan untuk meningkatkan kelincahan para pemain sepak bola. Di antara sekian banyak bentuk latihan kelincahan, maka penulis dalam hal ini akan meneliti dua bentuk latihan, yaitu latihan Menggiring bola dengan pola T-Drill dan latihan menggiring bola dengan pola Slalom Cone. Penulis akan menjelaskan tentang dua latihan tersebut. Kedua latihan yang penulis berikan kepada testee merupakan latihan untuk melatih dan meningkatkan agilitas testee pada saat menggiring bola. Secara umum dapat dijelaskan bahwa menggiring bola dengan pola T-drill adalah latihan untuk mengukur kemampuan testee untuk menggiring bola dengan melewati rintangan berupa corong yang disusun membentuk huruf T. Masing-masing corong berjarak 5 yard (4,57 m). Latihan menggiring bola dengan pola Slalom Cone adalah latihan menggiring bola
sambil melewati rintangan berupa corong yang disusun secara zig-zag dengan jarak masing-masing corong 2,4 meter. Dari kedua bentuk latihan tersebut dapat kita katakan bahwa kedua latihan tersebut berfungsi untuk melatih kecepatan, koordinasi, dan keseimbangan kaki ketika menggiring bola sambil melewati rintangan. Dengan pemberian kedua bentuk latihan ini penulis berharap dapat mengetahui bentuk latihan mana yang dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan siswa dalam menggiring bola dalam permainan sepak bola. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui berapa besar pengaruh model latihan pola t-drill terhadap kemampuan menggiring bola pada pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola d SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi, (2) untuk mengetahui berapa besar pengaruh model latihan pola slalom cone terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola d SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi, dan (3) untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara model latihan pola t-drill dengan pola slalom cone terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. METODE Penelitian Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu suatu metode penelitian kuantitatif melalui proses perlakuan yang berbeda kepada dua kelompok guna mengetahui perbandingan yang ditimbulkan. Mengenai metode eksperimen ini, Suharsimi Arikunto (1998: 3) menjelaskan pengertian eksperimen sebagai berikut : Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan meng-eleminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang bisa mengganggu. eksperimen ini selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Dari penjelasan di atas, peneliti berpendapat bahwa metode eksperimen merupakan metode yang tepat untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti, yaitu faktor yang dikenai perlakuan yang berbeda. Dengan kata lain, bahwa penggunaan metode eksperimen dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mendapatkan suatu hasil yang diharapkan. Dengan demikian aspek (perbandingan) yang berkaitan dengan permasalahan dapat diungkapkan.
Instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan tes menggiring bola. Adapun teknik pelaksanaannya seperti yang diuraikan oleh Nurhasan (2001 : 161) antara lain sebagai berikut : a. Tujuan Tujuan utama dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan menggiring bola dengan kaki dengan cepat disertai perubahan arah. b. Alat-alat yang digunakan 1) Lapangan 2) Bola kaki 3) Stop Watch 4) 6 buah cone (corong) 5) Kapur penanda 6) Formulir tes dan alat tulis 7) Pluit c. Pelaksanaan - Pada aba-aba siap testee berada di belakang garis start dengan bola dalam penguasaan. - Pada aba-aba ya testee mulai menggiring bola ke arah kiri melewati rintangan pertama dan berikutnya menuju rintangan. - Berikutnya sesuai dengan arah panah yang telah ditetapkan sampai ke ia melewati garis finish. - Bersama-sama aba-aba ya stop watch dijalankan dan dihentikan pada saat testee mencapai garis finish. d. Cara Penilaian Kemampuan siswa dalam menggiring bola diukur dengan mengukur waktu yang ditempuh testee dari mulai aba-aba ya sampai ia melewati garis finish. Waktu yang diperlukan tersebut kemudian dicatat sampai sepersepuluh detik. Testee melakukan dua kali tes dan waktu yang tercepat yang dijadikan nilai akhir. HASILtia Gambar 1. Tes Menggiring Bola Setelah data diperoleh dalam peneleitian ini, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan atau analisa data agar data tersebut memberikan makna atau memberikan arti terutama dalam pengujian hipotesis. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penulis menggunakan rumus-rumus statistik untuk mengolah skor-skor mentah hasil dari penelitian yang dilakukan pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Hasil pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1.
Hasil Penghitungan X dan S 2 Masingmasing dari Kedua Variabel Tes Kel. A Kel. B Komponen/ hasil Tes awal Tes akhir Peningkatan Tes awal Tes akhir Peningkatan X X S 381.77 338.35 39.87 385.72 359.45 26.27 21.21 18.80 2.22 21.43 19.97 1.46 1.88 2.03 0.31 1.85 1.95 0.30 varian (S) 2 3.52 4.13 0.10 3.40 3.78 0.09 Untuk menguji normalitas data, penulis menggunakan uji statistik lilliefors. Data-data dari setiap tes harus berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas data tersebut terlihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil pengujian normalitas data dari tiap distribusi Kelompok tes L o L tabel Keterangan 1. Kelompok A Tes awal Tes akhir Peningkatan 2. Kelompok B Tes awal Tes akhir Peningkatan 0.080 0.066 0.187 0.095 0.131 0.153 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk L hitung (L o ) kurang dari L tabel.. Pada taraf nyata 0.005, yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Melihat perhitungan uji normalitas dari data-data setiap tes dalam keadaan normal, maka sebelum mengadakan perhitungan uji t hipotesis dengan tes t, terlebih dahulu data-data tes tersebut harus diuji dengan uji homogenitas. Hasil perhitungan uji homogenitas data-data dari setiap tes sebagai berikut. Tabel 3. Hasil pengujian homogenitas data Kelompok tes F hitung F tabel Hasil Kelompok A 1.04 3.34 Homogen Kelompok B 1.09 3.34 Homogen Kelompok A & B 1.11 3.34 Homogen Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa distribusi F pada taraf nyata 0.05 dan dk = n-1, semua angka-angka F ½ (V 1, V 2 ) lebih besar dari perhitungan statistik F. Dengan demikian data-data setiap tes tersebut berdistribusi homogen. Maka kedua kelompok sampel untuk menerima latihan menggiring bola dalam keadaan homogen. Karena data-data dari setiap tes berdistribusi normal dan kedua variannya homogen, maka untuk menguji hipotesis menggunakan uji pihak (tes t). Dalam pengujian hipotesis tersebut, penulis menggunakan kriteria untuk nilai t berdasarkan tabel distribusi nilai t. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel4. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t Kelompok Tes t hitung t tabel Hasil 1. Kelompok A 30.38 2.73 Signifikan
2. Kelompok B 20.65 2.73 Signifikan Dari tabel di atas, terlihat bahwa t hitung kelompok A taraf nyata 0.005 berada di luar batas interval t tabel (t hitung > t 0.995(34) = 30.38 > 2,73). Maka data tersebut diketahui adanya perbedaan yang sangat berarti pada kelompok A setelah diberi Model latihan pola T-Drill terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Pada kelompok B, nilai t hitung pada taraf nyata 0.05 juga berada di luar batas interval t tabel (t hitung > t 0.995 (34) = 20.65> 2.73). Dengan demikian dapat diketahui bahwa adanya perbedaan yang sangat berarti pada kelompok B setelah diberi model latihan dengan pola slalom cone terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Adapun pengujian hipotesis hasil latihan kelompok A dan B disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel5. Pengujian hipotesis latihan kelompok a dan b Kelompok Tes X S 2 t Kel. A Kel. B 2.22 1.46 0.31 0.30 hitung t tabel Hasil 7.40 2.73 Signifikan Berdasarkan hasil penghitungan uji t, menunjukkan bahwa terdapatnya perbedaan yang siginifikan pada kedua kelompok tes, pada taraf nyata 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model latihan pola t-drill dan slalom cone memberikan pengaruh terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima. PEMBAHASAN Dengan memperhatikan hasil pengolahan data di atas dapat dilihat bahwa model latihan pola t-drill dan slalom cone merupakan latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Namun bila dilihat dari rata-rata peningkatan atau selisih antara tes awal dengan tes akhir, model latihan pola t- drill memberikan hasil yang maksimal terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Berdasarkan hasil penemuan pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kedua bentuk latihan tersebut memberikan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kemampuan menggiring bola pada permainan sepak
bola pada siswa tingkat sekolah menengah atas. Namun dapat disimpulkan bahwa Model latihan menggiring bola dengan pola T-Drill memberikan pengaruh yang lebih baik. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan statistik terhadap uji hipotesis kedua bentuk latihan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Model latihan pola t-drill memberikan pengaruh yang berarti terhadap terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian signifikansi yang menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan t tabel, yaitu t hitung (30.38) > t tabel (2.73). 2. Model latihan pola slalom cone memberikan pengaruh yang berarti terhadap terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian signifikansi yang menunjukkan hasil yang lebih 3. Model latihan pola t-drill lebih efektif memberikan pengaruh terhadap kemampuan menggiring bola pada siswa yamg mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi, hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian signifikansi dimana hasil model latihan pola t-drill t hitungnya (30.38) lebih besar di bandingkan model latihan dengan pola Slalom Cone t hitung (20.65). DAFTAR PUSTAKA Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro. (1984). Kesehatan Olahraga. Jakarta: FK UI. Harsono. (1988). Coaching dan Aspekaspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Depdikbud Joseph A. Luxbacher. (2004). Sepakbola, terjemahan Gustawa Wibawa. Jakarta: Raja Grafindo Marta Dinata. (2003). Dasar-dasar Mengajar Sepakbola. Bandar Lampung: Cerdas Jaya Nurhasan. (2001). Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani Prinsip-Prinsip dan Penerapannya. Jakarta: Depdiknas Soekatamsi. (1988). Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Surakarta: Tiga Serangkai.. (1993). Permainan Bola Besar I (Sepakbola). Jakarta: Depdikbud. besar dibandingkan t tabel, yaitu t hitung (20.65) > t tabel (2.73).
Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka citra. 2) Ryan Adji Kusuma adalah mahasiswa Penjaskesrek, FKIP, Universitas Islam 45 Bekasi. 1) Mia Kusumawati adalah Dosen Penjaskesrek, FKIP, Universitas Islam 45 Bekasi.