BAB II METODE SIMULASI DAN PEMAHAMAN SISWA. atau berbuat seolah-olah. Dan juga simulation yang berarti tiruan atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pemahaman berasal dari kata Faham yang memiliki arti tanggap, mengerti benar,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE SIMULASI DIKELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 29 SAOK LAWEH KEC. KUBUNG KAB. SOLOK

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENANGANI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR DENGAN MENERAPKAN METODE SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008), hlm Winata Putra Udin S., dkk, Strategi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas. Terbuka, 2001), hlm.

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MATERI GREETING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

DAFTAR PUSTAKA. Al-Qur an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. A. Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving, motivasi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

STKIP Nurul Huda OKU Timur, Sumatera Selatan 1) dan 2) Abstrak

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Kemampuan Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa. mempunyai pengaruh terhadap prsetasi belajar siswa.

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. didik sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Pengertian Belajar. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Setelah mengetahui maka tahap selanjutnya adalah memahami. Menurut Bloom

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan

PENERAPAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KEBAK

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari Freudenthal Institute, Urecht University di negeri Belanda. kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan

BAB II LANDASAN TEORI. yaitu: kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan,

BAB II PENGAJARAN REMEDIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Islam, Ciri-Ciri Pembelajaran Remedial Pendidikan Agama Islam, Tujuan dan

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar. media pembelajaran, khususnya penggunaan komputer.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SAPAAN FORMAL BAHASA JERMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PEND. TEKNIK OTOMOTIF JPTM FPTK UPI Dosen : Iwa Kuntadi METODE KERJA KELOMPOK METODE PEMBERIAN TUGAS METODE SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang ada. Namun di sisi lain sastra merupakan karya cipta yang bukan

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE SIMULASI DI KELAS V SDN 3 BANGKIR

Jurnal EduScience (JES), Vol. 2, No. 2 ISSN : X Juli 2014, Hal

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah, yang diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. 1

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

Transkripsi:

BAB II METODE SIMULASI DAN PEMAHAMAN SISWA A. Metode Simulasi 1. Pengertian Metode Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang memiliki arti pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dan juga simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. 1 Roestiyah NK., memberikan batasan simulasi dengan tingkah laku berbuat seperti yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. 2 2. Prinsip Metode Simulasi Dalam metode simulasi terdapat prinsip-prinsip simulasi diantaranya adalah: a. Dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda. b. Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masingmasing. c. Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru. 1 Armai Arif, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta : ciputat press, 2002), hlm. 182. 2 Rustiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke 4, hlm. 22. 23

24 d. Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu. e. Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis. 3 3. Tujuan Metode Simulasi Tujuan bermain peran, sesuai dengan jenis belajarnya adalah sebagai berikut: a. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau ketrampilanketrampilan reaktif. b. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka. c. Belajar melalui balika. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain atau pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan. d. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya. 4 3 Tukiran dan Efi Miftah Faridli, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 41. 4 Ibid, hlm. 40.

25 4. Jenis-jenis Metode Simulasi Simulasi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: a. Sosiodrama Sosiodrama adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Metode pembelajaran tersebut yaitu bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. 5 b. Psikodrama Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya. 6 c. Role Playing Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik 5 Tayar Yusuf Dan Sayiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997). hlm. 54. 6 Ibid, hlm. 54.

26 yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi. 7 d. Peer Teaching Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran. 8 e. Simulasi Game Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan. 9 5. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Metode Simulasi a. Persiapan Simulasi Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan simulasi, yaitu : 1) Menetapkan topik dan tujuan. 2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan. 3) Guru menjelaskan peranan dan waktu masing - masing. 7 Ibid, hlm. 55. 8 Ibid, hlm. 55. 9 Ibid, hlm. 55.

27 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. 10 b. Pelaksanaan Simulasi 1) Simulasi dilakukan oleh sekelompok siswa yang memerankannya. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian seolah-olah dalam situasi yang sebenarnya dan sekaligus sebagai penilai. 3) Guru memberikan bantuan barangkali ada di antara pemain mendapat kesulitan. 4) Guru memberikan sugesti dan dorongan kepada siswa agar percaya diri dan mampu memainkan peranan. 5) Menghentikan simulasi setelah sampai pada tahap akhir. 11 c. Penutup 1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. 2) Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. 3) Merumuskan kesimpulan. 6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah: a) Aktivitas simulasi menyenangkan siswa sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi. 10 Armai Arif, op.cit., hlm. 184. 11 Armai Arif, op.cit., hlm. 185.

28 b) Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas-aktivtas simulasi sendiri tanpa bantuan siswa. c) Memungkinkan eksperimen tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya. d) Tidak memerlukan skill komunikasi yang pelik dalam bentuk aktivitas. e) Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban. f) Strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya. g) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. h) Simulasi melatih siswa agar mampu berfikir kritis. 12 Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya: a) Efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset. b) Sering mendapatkan kritik dari orang tua karena aktivitas ini melibatkan permainan. c) Simulasi menghendaki pengelompokan siswa yang fleksibel. d) Simulasi menghendaki banyak imaginasi dari guru dan siswa. 12 Armai Arif, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta : ciputat press, 2002), hlm. 185.

29 e) Simulasi menghendaki hubungan yang inovatif antara guru dan murid. 13 B. Pemahaman Siswa 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 14 Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu: kemampuan memahami arti sesuatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. 15 Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. Dan pemahaman ini dapat dibagi 3 kategori yaitu: a. Tingkat Rendah : Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya semisal, Bahasa asing dan bahasa Indonesia. b. Tingkat Menengah: Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa. 13 Ibid, hlm. 186. 14 Plus A.Partanto M. Dahlan AL-Bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkolo, 1994), hlm. 279. 15 Muhammad Ali. Guru Dalam proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar baru Algensindo, 1996), hlm. 42.

30 c. Tingkat Tinggi : Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagaian item pemahaman dapat diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai dalam tes formatif, subformatif, dan sumatif. Jadi dari pengertian tentang pemahaman siswa diatas dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi pelajaran yang telah disampaikan guru, bahkan mampu menerapkan kedalam konsep-konsep lain dalam standarisasi master learning. Master learning yaitu penguasaan secara keseluruhan bahan yang dipelajari (yang diberikan guru) untuk siswa, ini yang sering disebut dengan Belajar Tuntas. 16 16 S Nasution.M.A, Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1982), hlm. 36.

31 C. Faktor Pemahaman Belajar Siswa Pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus merupakan awal dari suatu keberhasilan, karena pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus disertai seseorang siswa telah mengalami fase pemahaman pada materi yang diberikan guru sekaligus akan mencapai suatu keberhasilan dalam belajar yang ada disekolah 17. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa dari segi komponen pendidikan adalah sebagai berikut : a. Tujuan Tujuan adalah pedoman sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar-mengajar. Tujuan ini akan mempengaruhi pengajaran yang diberikan guru dan kepada kegiatan belajar siswa disekolah. Dalam hal ini tujuan intruksional khusus oleh guru yang berpedoman pada tujuan intruksional umum dan penulisan tujuan intruksional khusus ini dinilai sangat penting dalam proses belajar mengajar yang memiliki alasan sebagai berikut : 1) Mengatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan dalam pembelajaran. 2) Menjamin dilaksanakan proses pengukuran dan penilaian yang tepat dalam menetapkan kualitas dan efektifitas pengalaman belajar siswa. 17 Ivor, K. Davies, Pengolahan Belajar, (Jakarta : CV Rajawali Press, 1991), hlm. 96-97.

32 3) Dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang optimal untuk keberhasilan belajar. 4) Dan berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan diberikan sebagai pedoman awal dalam belajar. 18 Perumusan tujuan intruksional khusus (TIK) oleh guru yang bermacam-macam akan menghasilkan hasil belajar (perilaku) anak yang bervariasi pula. Jika siswa telah mampu menguasai TIK melakukan tes formatif maka bisa dikategorikan sebagai anak yang bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru. b. Guru Guru adalah orang yang tugasnya yang terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek baik dari spiritual, emosional, intelektual, fisikal maupun aspek lainnya. Ada juga pengertian dari guru yaitu, Tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. 19 c. Anak didik Salah satu komponen dalam pengajaran disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting dalam hubungan proses belajar-mengajar. 20 18 Ibid. hlm. 96-97. 19 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 126. 20 Oemar Hamalik, Proses Belajar-Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 99-100.

33 d. Kegiatan pengajaran Adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.kegiatan pengajaran ini meliputi bagaimana cara guru menciptakan lingkungan belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan dalam pendekatan metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran. Dimana hal-hal tersebut diperoleh dan digunakan secara tepat maka mempengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar. 21 e. Bahan dan alat evaluasi Bahan evaluasi adalah suatu bahan terdapat dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan dalam rangka ulangan (evaluasi). Cara-cara alat evaluasi adalah : Benar-salah (true-false), Pilihan ganda (multiple choice), Menjodohkan (matching), Melengkapi (cora pletion), dan Essay. 22 Yang mana guru tidak menggunakan satu alat evaluasi tetapi menggabungkan lebih dari satu ini untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dari setiap alat evaluasi. Penguasaan secara penuh (pemahaman) agar siswa mampu mengerjakan dan menjawab bahan evaluasi dengan baik. Maka siswa dapat diketahui atau dikatakan paham terhadap materi yang diberikan waktu lampau (lalu). 21 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, op.cit., hlm. 129. 22 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, op.cit., hlm. 130.

34 f. Suasana evaluasi Keadaan kelas yang aman, tenang dan disiplin waktu itu termasuk mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman siswa pada ujian yang berlangsungkarena dengan pemahaman materi (soal) berarti dapat mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa. Jika tingkat pemahaman siswa itu berhasil maka proses belajar siswa tersebut akan tercapai. 23 23 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, op.cit., hlm. 131.