Analisis Pemahaman Soal Grafik Mahasiswa Pendidikan MIPA Menggunakan Pemodelan Rasch

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN DAN ANALISIS BUTIR SOAL KIMIA BERBASIS HOTS MENGGUNAKAN MODEL RASCH

ANALISIS KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DENGAN MODEL RASCH

ANALISIS SOAL PILIHAN GANDA DENGAN RASCH MODEL

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Aplikasi Pemodelan Rasch pada Asesmen Pendidikan: Implementasi Penilaian Formatif (assessment for learning) 1

BAB III METODE PENELITIAN

KESTABILAN ESTIMASI PARAMETER KEMAMPUAN PADA MODEL LOGISTIK ITEM RESPONSE THEORY DITINJAU DARI PANJANG TES

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN LABORATORIUM IPA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA YAPIS MANOKWARI

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9

Analisis Respon Siswa Terhadap Soal PISA Konten Shape and Space Dengan Rasch Model

ANALISIS PENCAPAIAN KOMPETENSI KOGNITIF PADA MATERI HUKUM DASAR KIMIA MELALUI TWO-TIER TEST

ANALISIS DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN PROGRAM QUEST. Didik Setyawarno Pendidikan IPA FMIPA UNY Yogyakarta, 18 November 2016

Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi: Aplikasi Pemodelan Rasch pada Asesmen Pendidikan 1

Pemahaman Konsep Hubungan antara Arah Gaya, Kecepatan dan Percepatan dalam Satu Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru Fisika FKIP Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN SOAL PILIHAN GANDA SISTEMIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA SMA/MA KELAS XI SEMESTER 2

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KOGNITIF LITERASI SAINS PADA POKOK BAHASAN TEKANAN DI KELAS VIII SMP KOTA BANJARMASIN

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

PENGEMBANGAN INSTRUMEN COMPUTERIZED TWO TIER MULTIPLE CHOICE (CTTMC) UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar

BAB 3 METODE PENELITIAN

PROFIL KONSEPSI MAHASISWA PADA MATERI KINEMATIKA

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

ANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU

Analisis Item Butir Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) Menggunakan Rasch Model Measurement

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mathematics Terbimbing self-efficacy

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika siswa mempelajari konsep-konsep yang

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH VEKTOR YANG DIREPRESENTASIKAN DALAM KONTEKS YANG BERBEDA PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Nina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

Keywords: Concepts, Misconceptions, Certainty Response Indeks (CRI).

PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA

HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH GENETIKA

Prosiding Semnasdik 2016 Prodi Pend. Matematika FKIP Universitas Madura

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 1-5

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL KONSEPSI SISWA SMP DENGAN CRI TEST BERBASIS REVISED BLOOM S TAXONOMY PADA MATERI KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PROFIL MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA

MISKONSEPSI PADA PENYELESAIAN SOAL ALJABAR SISWA KELAS VIII BERDASARKAN PROSES BERPIKIR MASON

Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3

MISKONSEPSI DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN LEMAK MELALUI PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA

PENGEMBANGAN SOFTWARE PENDETEKSI MISKONSEPSI KIMIA SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DETECTING CHEMICAL MISCONCEPTIONS. Abstract

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

III. METODE PENELITIAN. dalamnya merupakan kegiatan perancangan desain intruksional.

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS IX DALAM MENGERJAKAN SOAL OPERASI BENTUK ALJABAR

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

IDENTIFIKASI KECURANGAN PESERTA UJIAN MELALUI METODE PERSON FIT

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM BELAJAR STATISTIK KHUSUSNYA PADA HISTOGRAM

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 3 ISSN Kata Kunci: Berpikir Kritis; Kelistrikan

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Identifikasi miskonsepsi adalah suatu upaya penyelidikan yang dilakukan

Suhariyono, Sriyono, Nur Ngazizah

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

PENGEMBANGAN BUTIR SOAL TES UNTUK MENGUKUR KETERCAPAIAN SCIENCE PROCESS SKILL PESERTA DIDIK SMP KELAS VII POKOK BAHASAN KALOR DAN PERPINDAHANNYA

ANALISIS MULTIMODAL REPRESENTASI MAHASISWA CALON GURU PADA PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK DINAMIS

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Pengembangan Modul Praktikum Mekanika Model Inkuiri

Model Rasch untuk Penelitian Sosial Kuantitatif 1

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

Pemodelan Rasch pada Asesmen Pendidikan: suatu pengantar 1

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENDETEKSI MISKONSEPSI KESETIMBANGAN KIMIA PADA PESERTA DIDIK SMA

Penerapan Instrumen Three-Tier Test untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Keseimbangan Benda Tegar

MENGUNGKAP MISKONSEPSI MEKANIKA MAHASISWA CALON GURU FISIKA SEMESTER AKHIR PADA SALAH SATU UNIVERSITAS DI LAMPUNG

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

Transkripsi:

Analisis Pemahaman Soal Grafik Mahasiswa MIPA Menggunakan Pemodelan Rasch Nurgan Tadeko, Muslimin, dan Sahrul Saehana oel_281@yahoo.com Program Studi Fisika, Jurusan MIPA, FKIP, Universitas Tadulako Jl. Seokarno-Hatta km.9 Palu- Sulawesi Tengah Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pemahaman mahasiswa MIPA Universitas Tadulako dalam mengerjakan soal grafik. Instrumen yang digunakan yaitu tes pilihan ganda soal grafik dan menambahkan likert keyakinan jawaban sebagai bentuk pengumpulan informasi yang lebih legkap. Metodologi yang dilakukan adalah kualitatif. Tes dilakukan terhadap 24 responden dari mahasiswa program studi pendidikan fisika, kimia, biologi dan matematika angkatan 2013. Pemilihan responden berdasarkan nilai fisika dasar I, fisika umum dan nilai mata kuliah dasar program studi masing-masing. Pemodelan Rasch digunakan sebagai tahap memproses data dari data mentah menjadi bilangan logit yang memberikan informasi terkait infit, outfit, dan Undimensionalitas. Hasil analisis yang dilakukan dengan mempertimbangkan responden yang outliers atau misfits, data software Ministep, alasan jawaban serta likert keyakinan jawaban maka di peroleh 12 responden yang sesuai dengan pemodelan Rasch. Untuk mendapatkan data yang lebih baik, maka proses analisis dilakukan dengan mempertimbangkan likert keyakinan jawaban dan alasan yang diberikan oleh responden. Hasil dari proses tersebut, setiap jawaban responden dapat diklasifikasikan menjadi 6 kategori yang diantaranya kategori yang mengindikasikan memahami, tidak memahami dan miskonsepsi. Instrumen yang digunakan sebanyak 4 butir soal secara keseluruhan telah sesuai. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa responden program studi Biologi terindikasi memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik dibandingkan responden lainnya. Kata Kunci: Pemahaman Grafik; Pemodelan Rasch I. PENDAHULUAN Pentingnya memahami grafik tidak hanya oleh siswa, tetapi juga oleh guru. Hal itu menjadi lebih penting lagi bagi calon guru MIPA, kususnya guru fisika. Dalam kegiatan sehari-hari guru fisika dituntut memiliki cara penyampaian materi yang lebih efisien dan praktis, sehingga memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu calon guru MIPA, khususnya guru fisika di sekolah menengah perlu memiliki kemampuan membaca dan memahami serta mampu menyajikan materi atau informasi dalam bentuk grafik. Dengan demikian penelitian yang berupaya mengungkapka seberapa jauh pemahaman mahasiswa terhadap grafik yang berisi konsep-konsep fisika perlu dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi oleh Fahmi [1] yang menemukan bahwa mahasiswa pendidikan fisika semester 1, 3 dan 5 mengalami kesulitan dalam memahami soal grafik. Selain itu, Wemyess [2] menemukan kesulitan yang sering dihadapi mahasiswa dalam mengerjakan soal grafik yaitu soal dengan dua grafik pada satu bidang kartesian. Studi yang dilakukan oleh Planinic [3] yang menemukan bahwa masih ada pengaruh bidang ilmu terhadap pemahaman soal grafik. 1 Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester awal program studi pendidikan fisika, pendidikan matematika dan ekonomi dengan soal dari tiga bidang ilmu tersebut. Tidak hanya mahasiswa, Hastuti, dkk [4] juga menemukan permasalahan yang sama pada siswa SMA, dimana dalam mengerjakan soal grafik siswa tersebut masih salah dalam membaca dan mengartikan soal grafik. Stevens [5] menambahkan meskipun grafik ini sudah sangat sering dijumpai oleh pelajar di segala bidang ilmu, namun menunjukkan pada setiap jenjang usia selalu mengalami kesulitan dalam memahami grafik. Pemahaman grafik tidak hanya penting untuk mahasiswa calon guru fisika, hal ini berkaitan dengan grafik yang selalu ditemukan dibidang ilmu lain dalam MIPA. Oleh karena itu penelitian ini mendeskripsikan pemahaman mahasiswa MIPA terhadap soal grafik fisika dengan latar belakang ilmu yang berbeda, dengan melakukan tahapan-tahapan pemodelan Rasch. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualititaif dengan mengikutsertakan 24 responden dari pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Universitas Tadulako. Data yang didapatkan berupa data primer dari hasil tes. Tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda beralasan dengan likert keyakinan jawaban. Data-data hasil tersebut akan dimasukkan dalam software Ministep yang merupakan salah satu rangkaian dalam pemodelan Rasch. Output dalam perangkat lunak ini yaitu berupa tabel Item Measure, Person Measure, Variable Maps dan Reliabilitas yang telah dikonversi sebelumnya menjadi bilangan logit. Bilangan logit ini harus memenuhi syarat Nilai Outfit Mean Square (MNSQ), Outfit Z-Standard (ZSTD), Point Measure Correlation (Pt Mean Corr) dan nilai Reliabilitas menurut pemodelan Rasch. Menurut Sumintono [9] dari bilanganbilangan logit yang didapatkan dari output software Ministep tersebut, terdapat skala interval (mistar logit) yang menjelaskan keadaan bilangan tersebut. Adalapun skala tersebut yaitu: 1) Nilai Outfit Mean Square (MNSQ) diterima: 0,5 < MNSQ < 1,5 2) Nilai Outfit Z-Standard (ZSTD) yang diterima: -2,0 < ZSTD < +2,0 3) Nilai Point Measure Correlation (Pt Mean Corr): 0,4 < Pt Measure Corr < 0,85 Oleh karena itu responden akan terkualifikasi berdasarkan nilai tersebut yang berkaitan dengan masuk dan tidaknya responden dalam pemodelan. Selain perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini juga dilakukan analisis secara manual berkaitan dengan alasan jawaban dan likert keyakinan yang telah dikerjakan oleh responden. Dari analisis secara manual ini maka menghasilkan nilai-nilai persentasi pemahaman mahasiswa MIPA. Untuk memberikan informasi yang lebih baik maka dalam penelitian ini memberikan kategori-kategori dari hasil modifikasi dari hasan [7] dan Abraham [8]. Syarat kategori-kategori tersebut seperti berikut Tabel 1 Syarat ketegori responden No. Jawaban Skala Likert (Keyakinan) Alasan 1 1 3 S 2 1 4 S 3 0 3 S 4 0 4 S Kategori 5 1 1 S X 3 X 1 X 2 6 1 2 S 7 0 1 S 8 0 2 S 9 1 3 B 10 1 4 B 11 1 1 B 12 1 2 B Keterangan: 1) Jawaban : 1 = Benar 2 = Salah 2) Skala likert : 1 = Tidak yakin 2 = Kurang yakin 3 = Yakin 4 = Sangat yakin 3) Alasan : B = Alasan benar S = Alasan salah Pemodelan Rasch digunakan dengan berbantuan analisis manual. Pemodelan ini memisahkan responden dengan indikasi-indikasi tertentu sehingga masuk atau tidaknya dalam pemodelan. Hal ini berkaitan dengan lucky guess, miskonsepsi, careless, memahami atau tidak memahami. Analisis manual dimaksudkan untuk menjelaskan lebih terperinci kemampuan setiap responden. Hal ini dikarenakan analisis manual dapat menyajikan kategori-kategori responden yang pada dasarnya tidak dijelaskan lebih baik oleh pemodelan. A. Rujukan Pustaka Hasil studi Stevens [5] memperlihatkan bahwa terdapat lima belas gambar visual setiap sepuluh halaman. Survei ini menunjukkan pentingnya menyederhanakan sebuah permasalahan dalam bentuk visual. Dimana salah satu bentuk visual yang dimaksud yaitu grafik. Meskipun grafik ini sudah sangat sering dijumpai oleh pelajar di segala bidang ilmu. Namun dari hasil penelitian menunjukkan pada setiap jenjang usia selalu mengalami kesulitan dalam memahami grafik. Ada beberapa tipe grafik yang digunakan dalam sains antara lain; grafik lingkaran, grafik poligon, grafik histogram, dan grafik garik. Grafik garis merupakan salah satu tipe grafik yang banyak digunakan dalam menjelaskan konsep-konsep fisika. Grafik dalam fisika dapat membantu terhadap pemahaman konsepkonsep fisika, baik secara matematis, makna secara fisis maupun hubungan antara besaran yang satu dengan yang lainnya. X 4 X 5 X 6 12

Pemahaman merupakan suatu fase dalam kegiatan belajar. Pada fase ini siswa pertama kali menerima stimulus. Stimulus ini masuk ke dalam peristiwa belajar dan akhirnya informasi (stimulus) itu disimpan dalam memorinya. Dalam taksonomi Bloom, pemahaman merupakan salah satu dari enam katagori pengelompokan (taksonomi) tujuan pendidikan pada aspek kognitif. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam katagori yang mencakup pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pemahaman berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan informasi atau pengetahuan yang telah dimiliki dengan menggunakan kata-kata sendiri [6]. B. Singkatan dan Akronim (1) IRT, item response theory merupakan keerangka umum dari fungsi matematika yang khusus menjelaskan interaksi antara sampel dan soal; (2) CTT, classical test theory yaitu teori psikometri yang memperbolehkan peneliti untuk melakukan prediksi tentang hasil dari suatu ujian (tes) dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti kemampuan orang yang melakukan tes dan tingkat kesulitan soal yang dikerjakan; (3) MNSQ, nilai mean square adalah ukuran keacakan yang memperlihatkan jumlah distorsi dalam sistem pengukuran; (4) ZSTD, Z-Standard yaitu signifikannya jika data memang sesuai dengan model [7]. C. Persamaan Peluang: P = B/Q (1) Jumlah soal yang digunakan adalah empat buah soal grafik fisika konsep gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan. Dalam pemodelan Rasch validasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan tabel Item Measure. Tabel 2 ini memungkinkan untuk memberikan informasi berupa data bilangan logit yang menunjukkan kualitas instrumen yang digunakan. Angka tersebut dianalisis melalui interval angka pada kriteria Infit dan Outfir. Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa soal telah valid dalam pemodelan Rasch karena telah memenuhi kriteria Outfit dan Infit. Dalam hal ini dilihat dari aspek Mean-Square, Z- Standard, dan Point Measure Correlation. Hal ini menunjukkan bahwa soal sebagai instrumen penting ini telah layak digunakan. Berdasarkan peringkat, terlihat soal Nomor 1 dan 2 merupakan soal dengan tingkat kesulitan yang lebih besar dibanding soal Nomor 4, dan 3 secara berurutan. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat soal Nomor 1 Total Score sebanyak 5 responden dari 24 responden yang mengerjakan setiap soal tersebut dengan benar. Selanjutnya soal yang dikategorikan sebagai soal yang lebih mudah dari soal yang lainnya yaitu soal Nomor 3 dimana Total Score sebanyak 12 responden dari 24 responden yang menjawab benar. Tabel 3 Person Measure persamaan odd ratio: dan persamaan Logit: Odd Ratio = P/1-P (2) Logit = Log (P/1-P) (3) Keterangan : P = Peluang B = Jawaban Benar Q = Jumlah Pertanyaan III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Item Measure Keterangan: F : Responden pendidikanfisika M : Responden pendidikan Matematika K : Responden pendidikan Kimia B : Responden pendidikan Biologi Berdasarkan kriteria nilai Outfit Mean Square (MNSQ), nilai Outfi Z-Standard (ZSTD), Point Measure Correlation (Pt Mean Corr), maka sebanyak 12 responden tergolong sebagai responden yang outliers atau mifits. Sebanyak 12 Responden tergolong sebagai responden yang sesuai dengan pemodelan Rach. 13

Tabel 4 Persentase kategori responden setiap program studi Prodi Kode Kategori Responden X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 Biologi Fisika Pedidikan Kimia Matematika B132 1 1 1 1 B134 2 2 B133 1 2 1 B135 2 1 1 B131 1 1 2 Presentase (%) 0 30 15 25 20 10 F134 1 2 1 F133 2 1 1 F131 1 2 1 F136 3 1 F135 1 3 F132 4 Presentase (%) 8 58 0 29 4 0 K131 1 1 1 1 K134 1 1 1 1 K133 3 1 K135 2 1 1 K132 1 2 1 K136 3 1 Presentase (%) 8 50 0 21 13 8 M131 1 1 1 1 M133 1 2 1 M137 2 2 M136 2 1 1 M135 2 2 M132 2 1 1 M134 1 3 Presentase (%) 18 50 7 14 4 7 Rata-rata (%) 9 47 6 22 10 6 Tabel 4 menunjukkan presentase kategori responden dari setiap program studi. Berdasarkan hasil perhitungan maka terlihat 3 kategori dengan nilai presentase tertinggi, yaitu kategori X 2, X 4, dan X 5. Terdapat indikasiindikasi dari ketiga kategori ini, yaitu untuk X 2 terindikasi miskonsepsi, X 4 terindikasi tidak memahami, X 5 sedangkan terindikasi memahami. Berdasarkan Tabel 5, diketahui responden prodi Biologi memiliki indikasi dengan tingkat memahami paling tinggi dari responden lain yaitu sebesar 20%. Sedangkan indikasi tidak paham sebesar 25% dan miskonsepsi sebesar 30% atau tergolong tingkat terendah, diikuti responden pendidikan fisika matematika dan kimia. Seperti yang dijelaskan sebelumnya indikasi miskonsepsi dengan presentase paling besar yaitu responden prodi pendidikan fisika yaitu sebesar 58%, diikuti responden pendidikan kimia dan matematika 50%, dan responden biologi 30%. Secara keseluruhan responden pendidikan MIPA mempunyai presentasi indikasi memahami sebesar 9%, tidak memahami 27%, dan miskonsepsi 45%. Tabel 5. Scalogram dan Perhitungan Logit Responden Butir Soal 3 4 2 1 Total P ODD LOGIT B132 1 1 0 1 3 0.75 3.00 0.48 B134 1 0 0 1 2 0.50 1.00 0.00 B133 0 1 1 0 2 0.50 1.00 0.00 K134 1 0 1 0 2 0.50 1.00 0.00 K131 1 0 0 1 2 0.50 1.00 0.00 M137 1 1 0 0 2 0.50 1.00 0.00 M136 1 0 1 0 2 0.50 1.00 0.00 M133 1 1 0 0 2 0.50 1.00 0.00 M131 1 1 0 0 2 0.50 1.00 0.00 B135 0 0 0 1 1 0.25 0.33-0.48 B131 1 0 0 0 1 0.25 0.33-0.48 F134 0 1 0 0 1 0.25 0.33-0.48 F133 1 0 0 0 1 0.25 0.33-0.48 F131 1 0 0 0 1 0.25 0.33-0.48 K135 0 0 0 1 1 0.25 0.33-0.48 K133 0 0 1 0 1 0.25 0.33-0.48 K132 0 1 0 0 1 0.25 0.33-0.48 M132 1 0 0 0 1 0.25 0.33-0.48 F136 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 F135 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 F132 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 K136 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 M135 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 Tabel 5 menunjukkan tingkat abilitas responden dengan perhitungan bilangan logit. Tulisan tegak menandakan responden yang sesuai dengan pemodelan Rasch. Tulisan yang miring merupakan responden yang outlier atau misfits. Sebanyak 24 responden dari program studi pendidikan fisika, pendidikan matematika, pendidikan biologi dan pendidikan kimia yang telah mengikuti tes, dimana terdapat 12 responden yang tergolong outlier atau misfits, sebanyak 12 Responden outiers atau misfits karena beberapa alasan. Hal ini dapat berupa lucky guess yaitu berkemampuan rendah namun dapat menjawab soal yang sulit dengan benar, careless yaitu berkemampuan tinggi namun tidak dapat menjawab soal yang mudah dengan benar, tebak-tebakan, atau berasal dari jenis sekolah yang berbeda. 14

Berdasarkan perhitungan bilangan logit terlihat tiga responden dari pendidikan kimia dan pendidikan biologi, yang mempunyai abilitas tertinggi kedua. Namun menurut pemodelan Rasch dua responden dari pendidikan matematika dan pendidikan kimia masuk dalam pemodelan Rasch sedangkan satu responden biologi tergolong misfits. Hal ini dikarenakan responden tersebut dianggap tebak-tebakan atau lucky gues. Jika dilihat dari alasan menjawab soal, responden ini menjawab dengan benar namun alasan salah dan kurang yakin. Selain itu, soal yang sulit seperti soal Nomor 2 bisa dikerjakan, namun soal yang paling mudah tidak dapat dikerjakan dengan jawaban yang benar. Oleh karena itu, responden dari pendidikan biologi merupakan responden dengan tingkat abilitas yang tertinggi atau mempunyai tingkat pemahaman soal grafik yang lebih tinggi. Keadaan yang sama terjadi pada responden B135, F134, K135, K133 dan K132 (Tabel 5, tulisan miring) Dimana respondenresponden ini tergolong misfits dengan indikasi jawaban yang diberikan adalah tebak-tebakan. Selain itu soal yang dijawab dengan benar terlihat acak, atau soal yang mudah tiidak dapat dkerjakan namun soal yang lebih sukar dapat dikerjakan dengan benar. Terakhir yaitu responden yang berada pada tingkat abilitas paling rendah. Hal ini terjadi karena responden tersebut tidak menjawab satupun soal dengan benar. IV. KESIMPULAN Berdasarkan kategori yang telah dibuat, maka terdapat tiga kategori yang mempunyai presentase yang paling tinggi yaitu kategori X 2 yang diindikasikan sebagai kategori miskonsepsi, X 4 tidak memahami dan X 5 mamahami. Responden prodi pendidikan biologi mempunyai indikasi memahami sebesar 20%, tidak memahami 25% dan moskonsepsi 30%. fisika memahami 4%, tidak memahami 29% dan miskonsepsi 58%. kimia memahami 13%, tidak memahami 21% dan miskonsepsi 50%. Serta responden prodi pendidikan matematika memahami 4%, tidak memahami 14% dan miskonsepsi 45%. Secara umum tingkat pemahaman mahasiswa pendidikan MIPA dalam mengerjakan soal grafik sebesar 9%, tidak memahami 27% dan miskonsepsi 45%. Selain itu pemodelan Rasch dapat digunakan dalam penelitian ini terkait dengan penyajian informasi berupa data-data logit. Namun pemodelan Rasch memiliki keterbatasan untuk mengungkap informasi-informasi yang lebih dalam di setiap responden. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Fahmi. (2012). Profil Kemampuan Memecahkan Masalah Ilmiah Mahasiswa Fisika Universitas Negeri Semarang (UNNES). Tesis Pada FMIPA Universitas Negeri Semarang. [2] Wemyss, T. (2013). "Categorization of first-year university students' interpretations of numerical linear distance-time graphs". Physical Review Special Topic Physics Education Reserch, vol. 9, hal 1-17 [3] Planinic, M. (2013). Comparison of university students' understanding of graphs in different contexts. Physical Review Special Topic Physics Education Reserch, Vol. 9, hal 1-9. [4] Hastuti, I., Surantoro, dan Rahardjo, D. T. (2012). Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Materi Pokok Kalor pada Siswa Kelas X SMA. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya [5] Stevens-Truman, J. (2003). "Teaching Line Graphs to Tenth Grade Students Having Different Cognitive Developmental Levels by Using Two Different Instructional Modules". Reserch in Science & Technological Education, Vol. 21, hal 1-13. [6] Sujalmo. (2013). Profil Pemahaman Siswa Terhadap Simbol, Huruf, Dantanda Pada Aljabar Ditinjau dari Kemampuanmatematika Siswa dan Fungsi Kognitif Rigorous Mathematical Thinking (RMT). Jurusan MIPA. Unesa. [7] Hasan, S. (1999). Misconceptions and the Certainty of Response index (CRI). IOP Science. Phy. Edu. 34.294. [8] Abraham, M. R, Grzybowski, E. B, Renner, J. W, (1992). Understandings and misunderstandings of eighth graders of five chemistry concepts found in textbooks. Journal of Research in Science Teaching, 29(2), 105-120 [9] Sumintono, B. and Widhiarso, W. (2013). Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian Sosial. Bandung: Trim Komunikata publisher. 15