PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
TRIADIK. brh JURNAL KEPENDIDIKAN. TRIADIK Vol. 14 No. 1 Hlm April2011. Diterbitkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

PENDEKATAN PROBLEM POSING DENGAN LATAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

MENINGKATKAN KEMAMPUAN

STRATEGI FORMULATE SHARE LISTEN CREATE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 PALEMBANG

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM PERTIDAKSAMAAN PECAHAN DI KELAS X SMA

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Abd. Qohar

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMPN 2 PAPAR MATERI ARITMATIKA SOSIAL TAHUN AJARAN

JURNAL. APPLICATION PROBLEM POSING LERNING MODEL TO IMPROVE MATHEMATICAL UNDERSTANDING OF 8 th GRADE UPTD SMPN 1 MOJO IN THE ACADEMIC YEAR 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (MATHEMATICS LEARNING WITH

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMK KELAS XI

DAFTAR PUSTAKA. Asikin, M. (2001). Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah. Yogyakarta: Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.

KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD-INDEPENDENT (FI) DAN FIELD-DEPENDENT (FD)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

Abstrak. Bagaimana Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving?

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang semakin maju, menyadarkan manusia

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

P - 55 MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik melalui Pendekatan Problem Posing

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM POSING MATEMATIKA MAHASISWA CALON GURU SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCPBL Dina Mayadiana S.

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

PROBLEM POSING APPROACH IN MATHEMATICS LEARNING IN ACCELERATION CLASS AT SMAN 1 SUMEDANG THROUGH LESSON STUDY

Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT

Ancok, D. (1987). Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Yogyakarta: CP3ES.

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

Eksperimentasi Pembelajaran GI dan GI-PP Ditinjau dari Sikap Mahasiswa Terhadap Matematika

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY METHODS DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIGLI. Fithri Angelia Permana

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED TERHADAP SIKAP SISWA

P - 64 KEMAMPUAN SPASIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA DENGAN MEDIA GEOGEBRA

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger

2014 PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

JURNAL. Oleh: LILIK MUHAIDAH NPM: Dibimbing oleh : 1. Dr. Suryo Widodo, M.Pd. 2. Nurita Primasatya, M.Pd.

DAFTAR PUSTAKA. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruche.

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI BANGUN DATAR SISWA SMP

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

EdyTandililing 1. Jurusan PMIPA FKIP UNTAN ABSTRAK

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pendekatan Problem Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLTP

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Saleh Haji Dosen Program Studi Pascasarjana (S2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bengkulu Abstrak:Permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan problem posing (pengajuan masalah) dengan yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional (biasa)? Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan eksperimen dengan desain kelompok kontrol hanya postes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing dengan yang diajar menggunakan pendekatan konvensional (biasa) pada taraf kepercayaan 5%. Selain itu pendekatan problem posing dapat mempertajam pemahaman soal, dapat menumbuhkan berbagai variasi penyelesaian soal, dan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Kata Kunci: Problem posing, Pembelajaran Matematika Pendekatan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar yang sering digunakan sebagian besar guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ideide yang ada padanya. Pembelajaran matematika didominasi oleh guru. Guru menjelaskan konsep matematika, memberikan contoh soal, mendemontrasikan penyelesaian soal, memberikan rangkuman, dan memberikan soal latihan. Siswa diposisikan sebagai penerima apa yang disampaikan oleh guru. Akibatnya siswa menjadi pasif dalam belajar matematika. Kepasifan siswa dalam belajar matematika membawa dampak terhadap hasil belajarnya. Menurut Sidi (2000) dan Djojonegoro (1993), hasil belajar matematika dan IPA siswa dari tahun ke tahun lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Untuk itu perlu dikembangkan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa lebih leluasa untuk menyampaikan ide-idenya tentang matematika (komunikasi). Pendekatan yang dapat mengakomodasi hal tersebut adalah pendekatan problem posing. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan (merumuskan) suatu soal matematika yang lebih sederhana dalam rangka menyelesaikan suatu soal yang kompleks (rumit). Dengan pendekatan semacam ini, kreatifitas siswa dapat tumbuh, sehingga diharapkan hasil belajarnya menjadi lebih baik. 55

56 JURNAL KEPENDIDIKAN TRIADIK, April 2011, Volume 14, No.1 Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari pendekatan problem posing tersebut, antara lain hasil penelitian Silver dan Cai (1996, h. 521) menyatakan bahwa siswa yang dapat merumuskan soal matematis memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak dapat membuat soal. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hashimoto ( dalam Silver dan Cai, 1996, h. 522) menyebutkan bahwa pembelajaran dengan problem posing menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam problem solving. Untuk dapat mengaktifkan siswa dalam belajar matematika sekaligus untuk memperbaiki hasil belajar matematika siswa Sekolah Dasar, dilakukan penelitian pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika. Agar dapat terlihat pengaruh pendekatan problem posing tersebut terhadapa hasil belajar siswa, maka perlu dibandingkan dengan pendekatan konvensional yang dilakukan saat ini. Berdasarkan paparan di atas, dirumuskan masalah penelitian adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan problem posing dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen ini adalah desain kelompok kontrol hanya postes (Ruseffendi, 1994). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri 67 Kota Bengkulu. Penentuan SDN 67 didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah tersebut termasuk dalam kategori sedang. Dari enam kelas yaitu kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 pada Sekolah Dasar Negeri 67 Kota Bengkulu terambil secara acak kelas 4 sebagai sampel dalam penelitian ini. Kelas 4 terdiri atas kelas 4-A, 4-B, dan 4-C. Dari ketiga kelas 4 tersebut terpilih secara acak sebagai sampel penelitian adalah kelas 4-A. Sebagai kelas kontrol adalah kelas 4-B sedangkan kelas uji coba adalah kelas 4-C. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dioalah dengan menggunakan uji-t karena distribusi populasinya normal.

Pendekatan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar 57 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Ekspeimen Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing sebagai berikut. a. X = 70 b. S x = 13,73 c. S 2 x = 188,41 d. Median = 71,72 e. Modus = 74,5 Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Kontrol Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan biasa sebagai berikut: a. Y = 56,93 b. S y = 11,22 c. S 2 y = 125,99 d. Median = 57,5 e. Modus = 57 Pengujian Rerata Dua Sampel Pengujian dua sampel bebas dan ke dua variansi populasi tidak diketahui menggunakan uji-t. Hasil perhitungan diperoleh nilai t = 4,022 pada taraf kepercayaan 95% dan dk = 58. Sedangkan t tabel = 2,01. Karena t (hitung) > t (tabel),maka hipotesis nol ditolak. Berarti terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing dan pendekatan biasa. Pembahasan Berdasarkan analisis deskriptif dan inferensial yang dilakukan dengan uji-t disimpulkan bahwa menolak hipotesis nol yang berarti terdapat perbedaan secara berarti (signifikan) hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing (pengajuan masalah) dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Problem posing (pengajuan masalah) berarti merumuskan masalah (soal) atau membuat masalah (soal). Menurut Suryanto (1998), soal dapat diartikan sebagai masalah. Sedangkan masalah adalah sesuatu yang perlu dilakukan atau segala sesuatu yang memerlukan

58 JURNAL KEPENDIDIKAN TRIADIK, April 2011, Volume 14, No.1 pengerjaan (Janvier, 1987). Menurut Polya (1981), sebuah soal dikatakan masalah jika soal tersebut merupakan soal yang sulit dan penuh tantangan. Dalam pembelajaran matematika, problem posing merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada perumusan soal. Dengan bimbingan guru, siswa merumuskan soal dalam rangka memecahkan soal yang lebih komplek. Menurut Brown dan Walter (1993), menyatakan bahwa soal dapat dirumuskan melalui beberapa situasi, antara lain: gambar, benda manipulatif, permainan, teorema/konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari suatu soal. Penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika di SDN 67 Kota Bengkulu dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar melalui pembelajaran biasa. Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing adalah 70 lebih besar dari rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Hal ini berarti, kemampuan rata-rata siswa kelas eksperimen dalam memahami maupun mengoperasikan penjumlahan bilangan termasuk dalam kategori baik. Seperti dalam menjawab soal no. (1) f. 21.846 + 19.328 sebagian besar menjawab dengan benar yakni 41.174 yang dikerjakan dengan berbagai cara, antara lain: 21.846 + 19.328 = (21.000 + 800 + 40 + 6) + (19.000 + 300 + 20 + 8) = 40.000 + 1.000 + 100 + 60 + 10 + 4 = 41.000 + 100 + 70 + 4 = 41.174. Jawaban seperti itu diperoleh siswa setelah melalui kegiatan pengajuan masalah yang dilakukan oleh siswa sendiri. Beberapa pengajuan masalah tersebut adalah: (a) apakah 21.846 dapat dipecah menjadi ribuan, ratusan, puluhan, dan satuan Pak? Jawab pak guru dapat, coba kamu lakukan!, (b) Setelah bilangan 21.846 dan 19.328 masing-masing dipecah, apakah dapat disatukan kembali? Jawab pak guru dapat, salah satu cara adalah puluh ribuan dengan puluh ribuan, ribuan dengan ribuan, ratusan dengan ratusan, puluhan dengan puluhan, dan satuan dengan satuan, lakukanlah!. Kemudian siswa mengemukakan hasil akhirnya yang berjumlah 41.174, lalu pak guru mengomentari dengan jawaban kamu benar. Beberapa bentuk pengajuan masalah yang dilakukan siswa bervariasi yaitu pertanyaan matemátika, pertanyaan bukan matemátika, dan pernyataan biasa. Silver dan Cai (1996, h. 526) mengkategorikan soal yang dirumuskan siswa dalam tiga bagian yaitu pertanyaan matematika, pertanyaan nonmatematika, dan pernyataan. Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang mengandung masalah matematika dan mempunyai kaitan dengan informasi yang ada pada situasi tersebut. Selanjutnya, pertanyaan matematika dibagi dua yaitu pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan dan pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan. Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan adalah pertanyaan matematika yang memuat informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan dan pertanyaan matematika yang tidak

Pendekatan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar 59 dapat diselesaikan adalah pertanyaan matematika yang tidak memiliki informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan. Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan terbagi dua yaitu pertanyaan yang tidak memuat informasi baru dan pertanyaan yang memuat informasi baru. Pertanyaan non matematika adalah pertanyaan yang tidak mengandung masalah matematika dan tidak mempunyai kaitan dengan informasi yang ada. Berbagai respons yang muncul dalam pembelajaran problem posing sebagai berikut (Suilver dan J. Cai, 1996). Responses Non-math questions Math questions Statements Solvable Nonsolvable Semantic Linguistic analysis syntatic analysis Gambar 1. Jenis Respons Siswa terhadap Matematika Cara pendekatan pengajuan masalah, ternyata dapat menumbuhkan kreasi siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematika. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hamzah (2003) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan rencana strategi penyelesaian masalah oleh siswa lebih bervariasi. Variasi dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan suatu soal matematika tidak terlepas dari pemahaman dan ketajaman siswa dalam memahami persoalan (soal matematka). Upaya untuk mengajukan masalah oleh siswa telah mampu mendorongnya dalam memahami soal secara tepat. Berbeda dengan pendekatan pengajuan masalah, pendekatan konvensional telah memasung kreativitas siswa dalam menyelesaikan suatu soal. Cara penyelesaian operasi hitung yang diajarkan guru sangat terbatas, seperti cara bersusun pendek sebagai berikut: 21.846 19.328 + 41.174 Walaupun cara penyelesaiannya telah diajarkan oleh guru, ternyata banyak siswa pada kelompok kontrol yang mengalami kesalahan, seperti:

60 JURNAL KEPENDIDIKAN TRIADIK, April 2011, Volume 14, No.1 21.846 19.328 + 310.11614 Jawaban seperti ini menunjukkan bahwa siswa tidak memahami nilai tempat dan tidak memahami bilangan dengan benar. Ia menjumlahkan satuan bilangan di atas dengan satuan bilangan di bawahnya. Ada lagi yang menjawab sebagai berikut: 21.846 19.328 + 30.164 Begitu pula dalam menyelesaiakan soal (2) a. Tahun 2002, desa Kandang Limun kodia Bengkulu berpenduduk 15.459 laki-laki dan 16.754 perempuan. Berapakah jumlah penduduk desa Kandang Limun tersebut?. Sebagian besar siswa pada kelompok eksperimen mampu menjawab dengan benar dengan berbagai variasi jawaban, antara lain variasi tersebut (model matematika) adalah: 15.000 + 16.000 + 400 + 700 + 50 + 50 + 9 + 4 = 31.000 + 1.100 + 100 + 13 = 32.000 + 200 + 13 = 32.213. Sehingga jumlah penduduk desa Kandang Limun pada tahun 2002 adalah 32.213 orang. Sedangkan siswa pada kelompok kontrol banyak yang melakukan kesalahan, antara lain: 15.459 16.754 + 21.103 Sehingga jumlah penduduk kodia Bengkulu pada tahun 2002 sebanyak 21.103 orang. Selain nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa, perbedaan lainnya adalah dalam aspek: Pemahaman masalah (soal) Tingkat pemahaman soal lebih baik oleh siswa yang diberikan pendekatan pengajuan masalah daripada siswa yang diberikan pendekatan konvensional. Dengan pertanyaanpertanyaan yang dilakukan sendiri oleh siswa dalam upaya memahami dan menyelesaikan suatu soal membuat mereka lebih tajam pemahamannya. Seperti dalam soal (1) f. tersebut, siswa kelompok eksperimen dapat memahami dengan baik bahwa yang dijumlahkan tersebut adalah bilangan-bilangan puluh ribuan. Bilangan pertama (21.846) terdiri atas bilangan puluh

Pendekatan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar 61 ribuan (21.000), ratusan (800), puluhan (40), dan satuan (6). Pemahaman seperti ini secara tidak langsung siswa telah mengenal nilai tempat dari suatu bilangan. Variasi penyelesaian soal Penyelesaian soal matematika yang dilakukan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing lebih bervariasi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Kevariasian penyelesaian soal yang dilakukan oleh siswa kelompok eksperimen tersebut sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman awal siswa yang bersangkutan. Seperti kevariasian soal dalam menyelesaikan soal no. (1) 21.846 + 19.328 tersebut, antara lain: a. = (21.000 + 800 + 40 + 6) + (19.000 + 300 + 20 + 8) = 40.000 + 1.000 + 100 + 60 + 10 + 4 = 41.000 + 100 + 70 + 4 = 41.174. Kegiatan belajar mengajar Kegiatan belajar mengajar pada kelompok eksperimen berlangsung secara dinamis dan aktif, terjadi interaksi multi arah dari siswa ke guru dan sebaliknya serta antar siswa sendiri. Siswa mengajukan pendapat dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan, kemudian ditanggapi oleh guru maupun siswa yang lain begitu pula sebaliknya. Kegiatan belajar mengajar seperti ini dapat menumbuhkan rasa senang siswa terhadap matematika. Seperti saat membahas topik pengukuran, guru mengarahkan ke statu masalah yaitu tentang banyaknya pulpen yang dapat dihubungkan mulai dari SDN 67 Kota Bengkulu ke Pantai Panjang. Beberapa siswa mengajukan masalah (soal) sebagai berikut: a. apakah dalam menghubung-hubungkan pulpen dapat melalui jalan-jalan sempit (bukan jalan raya)?, b. apakah dapat membuat pulpen baru yang panjangnya 1 m, lalu disusun pulpen-pulpen tersebut?, dan c. bagaimana bila tidak memiliki pulpen, apakah dapat menggunakan pensil? Fungsi guru dalam pendekatan problem posing adalah mengarahkan pertanyaan siswa sehingga bermanfaat untuk menyelesaikan masalah (soal) yang selanjutnya sampai pada pemahaman suatu konsep matematika. Menurut Silver dan Cai (1996), kesukaran yang dapat dialami siswa dalam merumuskan suatu pertanyaan adalah kesukaran yang berkaitan dengan struktur bahasa (sintaksis) dan kesukaran yang berkaitan dengan struktur matematika (semantik). Struktur semantik dibedakan dalam lima kategori yaitu mengubah, mengelompokkan, membandingkan, menyatakan kembali, dan memvariasikan. Studi tentang problem posing yang dilakukan oleh Stoyanova dan Ellerton (1996) menyimpulkan bahwa pendekatan problem posing (pengajuan masalah) merupakan jembatan yang dapat menghubungkan kesenjangan antara pemecahan masalah dan kurikulum sekolah. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan studi lain tentang problem posing matematika dalam hal pentahapan respons. Penelitian Silver dan Cai (1996) menggunakan tahap-tahap problem

62 JURNAL KEPENDIDIKAN TRIADIK, April 2011, Volume 14, No.1 posing matematika yaitu sebelum, pada saat dan sesudah pemecahan masalah. Sedangkan hasil penelitian Hamzah (2003) menemukan bahwa penggunaan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika menunjukkan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika pada sekolah level sedang. Sebaliknya, kegiatan belajar mengajar pada kelompok kontrol berlangsung monoton dan dan cenderung satu arah yakni dari guru ke siswa. Guru menjelaskan pengertian dan algoritma (prosedur) penjumlahan dua bilangan bulat, siswa memperhatikan dan menyalin penjelasan dan tulisan dari guru. Pembelajaran matematika seperti membuat siswa merasa bosan. Sebanyak 68% siswa tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marpaung (2000) yang menyebutkan bahwa pada umumnya, proses pembelajaran matematika di sekolah saat ini yaitu: 1. guru aktif menyampaikan informasi dan siswa pasif menerima, 2. siswa dipaksa mempelajari apa yang diajarkan oleh guru, dan 3. pembelajaran berfokus pada guru bukan pada siswa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan secara berarti antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan problem posing (pengajuan masalah) dengan yang diajar dengan pendekatan konvensional (biasa) pada Sekolah Dasar Negeri 67 Kota Bengkulu. Perbedaan tersebut terletak pada aspek: rata-rata hasil belajar matematika, tingkat pemahaman soal, kevariasian penyelesaian soal, dan kegiatan belajar mengajar. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada guru SDN 67 Kota Bengkulu khususnya dan SD yang berada di Bengkulu umumnya dalam mengajar matematika hendaknya menggunakan pendekatan problem posing (pengajuan masalah). Bagi pembuat kebijakan dalam bidang pendidikan matematika di tingkat Kota maupun provinsi Bengkulu hendaknya memberikan sosialisasi bagi para guru sekolah dasar yang mengajar matematika tentang pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika. Bagi para peneliti lanjutan, dapat mengembangkan penelitian serupa dengan pokok bahasan dan populasi yang berbeda. Selain itu perlu digunakan metode kualitatif untuk mengungkapkan secara mendalam tentang kelebihan dan kekurangan dari pendekatan problem posing.

Pendekatan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar 63 DAFTAR RUJUKAN Brown, Stephen I and Walter, Warion I (1993). Problem Posing: Reflection and Applications. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Djojonegoro, W. (1993). Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alama sebagai Dasar Sistem Analisis Kuantitatif serta Peranannya dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Bandung: Universitas Padjadjaran. Hamzah (2003). Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat pertama Negeri di Bandung Melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Disertasi. Tidak dipublikasikan. PPS UPI Bandung. Janvier, Claude (Ed.) (1987). Problems of Representation in The Teaching and Learning of Mathematics. Hillsdale NJ: LEA. Marpaung, Y. (2002). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Perubahan Paradigma Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Matematika, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. 7(Edisi Khusus), 646-650. Polya, G. (1981). Mathematical Discovery: On Understanding, Learning, and Teaching Problem Solving. New York: Jhon Wiley and Son, Inc. Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Sidi, Indra Djati (2000). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah: Tantangan dan Pengembangan. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Pendidikan MIPA di Indonesia di Institut Teknologi Bandung, 31 Juli-2 Agustus 2000. Silver, E.A. and Cai, J. (1996). An Analysis of Arithmetic Problem Posing by Middle School Student. Journal for Research in Mathematics Education, 27: 293-309. Stoyanova, e. & Ellerton, N.F. (1996). A framework for research into students problem prosing in school s mathematics. In P.C. Clarkson (Ed.). Technology in mathematics education. Melbourne: Mathematics Education Research Group of Australia. Suryanto (1998). Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Nasional. Malang: PPS IKIP Malang.