ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI DESA BALEGONDO KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN CAMPAK DI WILAYAH PUSKESMAS TEJAKULA I KECAMATAN TEJAKULA KABUPATEN BULELENG TAHUN 2012

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGELOLA PROGRAM TB PUSKESMAS DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Promotif, Vol.6 No.1, Januari-Juli 2016 Hal FAKTOR RISIKO KEJADIAN CAMPAK DI DUSUN WANDU DESA SALUBOMBA WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN KABUPATEN PEMALANG ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS MOJOGEDANG II KABUPATEN KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KASUS CAMPAK DI KOTA CIREBON TAHUN (STUDI KASUS DATA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI CAMPAK DI DINAS KESEHATAN KOTA CIREBON)

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : SETYANINGRUM J 410 090 038 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI Setyaningrum J 410 090 038 Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162 Abstrak Penyakit campak adalah salah satu penyebab kematian yang ada di dunia, diataranya pada anak anak meskipun sudah pernah imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit campak di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh KK yang ada di Kecamatan Teras dengan karakteristik yang akan diteliti sebanyak 45.367 orang. Pemilihan sampel dengan simple random sampling sebanyak 100 orang. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi (p= 0,000), status imunisasi (0,002), ventilasi (0,000), presepsi masyarakat (0,000) dengan kejadian penyakit campak dan tidak ada hubungan antara kepadatan hunian rumah (p= 0,106) dengan kejadian penyakit campak. Kata kunci : Penyakit Campak Abstract Measles is one of the cuse of the man s death in the world, belongs to the children who have been immunized. The aim of this research is to analyzed the factors which have related of measles case in the Clinic Working Area, Teras District, Boyolali District. The method of this research is observational planning with cross- sectional approach. The populate of this research is all of the object with the characteristic that will be researched as much as 45.367 people. Choosen the sample with simple random sampling as much as 100 people.the statistical tests use of chi square with computer software. The result of the research shows that any relation between nutrient statues (p=0,000), imunized statues (0,002), ventilation (0,000), between residential density house (p= 0,106) with the case of measles. Keyword : Measles

PENDAHULUAN Penyakit campak adalah salah satu penyebab kematian yang ada di dunia, diantaranya pada anak-anak meskipun sudah pernah diimunisasi yang sudah disediakan. Diseluruh dunia pada tahun 2011 ada 158.000 orang yang menderita campak dan dilaporkan 430 orang meninggal akibat penyakit campak serta terjadi 18 kematian setiap harinya (WHO, 2011). Hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan September 2000 berupa Millennium Development Goals (MGDs), terdapat delapan butir tujuan yang akan dicapai pada tahun 2015. Dari delapan tujuan MDGs, tujuan keenam yaitu memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular lainnnya, termasuk penyakit TB dan Campak (BPPN, 2010). Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang banyak menyerang pada anak-anak. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar disebagian besar negara dan menjadi salah satu masalah kesehatan masyrakat, karena penyakit campak disebabkan oleh virus. Virus campak bisa menyerang 50 juta orang untuk setiap tahunnya dan menyebabkan lebih dari 1 kematian (Depkes RI, 2009). Pada tahun 2011 penyakit campak yang ada di Indonesia sebesar 3.846 orang dan terjadi kematian sebesar 9,22% untuk setiap tahunnya dan yang sering terserang penyakit campak sebagian besar sudah berusia lebih dari 5 tahun. Hasil laporan pemeriksaan laboratorium yang positif terkena penyakit campak berjenis Rubella sebanyak 349 orang (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dilaporkan angka kesakitan/incidence Rate (IR) secara keseluruhan sebesar 0,578 per 10.000 penduduk yang menderita penyakit campak sedangkan untuk cakupan imunisasinya sebesar 97,21% yang ada di seluruh provinsi Jawa Tengah (Dinkesprov Jateng, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali pada tahun 2012 dilaporkan angka kesakitan/incidence Rate (IR) secara keseluruhan sebesar 1,24 per 10.000 penduduk dimana (IR) yang tertinggi dilaporkan oleh Puskesmas Teras dengan sebesar 12,1 per 10.000 penduduk kemudian disusul oleh Puskesmas Selo sebesar 7,01 per 10.000 penduduk, Ampel I sebesar 1,11 per 10.000 penduduk, Cepogo sebesar 0,186 per 10.000 penduduk, Boyolali I sebesar 0,409 per 10.000 penduduk, Banyudono I sebesar 0,759 per 10.000 penduduk, Andong sebesar 0,161 per 10.000 penduduk, Ngemplak sebesar 5,57 per 10.000 penduduk, Klego II sebesar 2,14 per 10.000 penduduk, Kemusu II sebesar 9,07 per 10.000 penduduk, dan Wonosegoro I sebesar 0,305 per 10.000 penduduk. Dari hasil survei pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Kecamatan Teras yang menjadi daerah tertinggi untuk kasus campak (Dinas Kesehatan Boyolali, 2012). Data yang diperoleh dari Puskesmas Teras pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010 2012 dilaporkan angka kesakitan/incidence Rate (IR) secara keseluruhan sebesar 24,9 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2010 sebesar 3,08 per 10.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 8,59 per 10.000 penduduk,

sedangkan pada tahun 2012 terdapat sebesar 12,1 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2013 mulai bulan Januari sampai Maret terdapat sebesar 11,0 per 10.000 penduduk. Dapat dilihat dari jumlah penderita penyakit campak pada tahun 2010, tahun 2011, dan tahun 2012 telah mengalami peningkatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional dengan cross sectional, yaitu penelitian non eksperimental yang mempelajari dinamika korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit campak dengan variabel yang akan diteliti yaitu status gizi, status imunisasi, kepadatan hunian, ventilasi dan presepsi masyrakat (Sumantri, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh objek dengan karakteristik yang akan diteliti yaitu seluruh KK yang ada di Kecamatan Teras yang pernah sakit campak maupun yang belum pernah sakit campak. Besarnya sampel diperoleh dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005) sebagai berikut: Keterangan: n = N = Besar populasi n = Besar sampel N 1 + N (d²) d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

45.367 n = 1 + 45.367. (0,1²) n = 45.367 1 + 45.367. (0,01) n = 45.367 454,67 n = 100.HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Status Gizi Status gizi yang kurang dan menderita penyakit campak sebanyak 55 orang (88,7%) lebih besar dari pada yang tidak terkena penyakit campak sebanyak 23 orang (60,5%). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0,000 0,05 berarti disimpulkan ada hubungan antara status gizi ibu dengan kejadian penyakit campak di Wilayah Kerja Puskesmas Teras Kabupaten Boyolali. b. Status Imunisasi Status imunisasi ibu yang sudah imunisasi dan tidak terkena penyakit campak sebanyak 19 orang (47,5%) sedangkan responden yang tidak imunisasi dan mereka terkena penyakit campak adalah sebanyak 49 orang (81,7%). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0,000 0,05 berarti disimpulkan ada hubungan antara status imunisasi dewasa dengan kejadian penyakit campak di Wilayah Kerja Puskesmas Teras Kabupaten Boyolali.

c. Kepadatan Hunian Kepadatan hunian tidak memenuhi syarat <4 m²/ orang yang terkena penyakit campak adalah sebesar 46 orang (75,4%) sedangkan memenuhi syarat 4 m²/ orang yang tidak terkena penyakit campak sebanyak 15 orang (38,5%), hasil analisis statistik menunjukkan nilai p- value = 0,106 0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit campak di Wilayah Kerja Puskesmas Teras Kabupaten Boyolali. d. Ventilasi Responden yang mempunyai ventilasi 0-9% luas lantai sebagaian besar menderita penyakit campak sebanyak 51 orang (86,4%). Sedangkan responden yang mempunyai ventilasi 10% luas lantai, lebih kecil yang tidak terkena penyakit campak yaitu sebanyak 22 orang (53,7%). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0,000 0,05 berarti disimpulkan ada hubungan antara luas dengan kejadian penyakit campak di Wilayah Kerja Puskesmas Teras Kabupaten Boyolali. e. Presepsi Masyarakat Presepsi masyarakat ibu tentang penyakit campak yang tidak mengerti tentang penyakit campak dan menderita penyakit campak yaitu sebesar 65 orang (86,7%) sedangkan masyarakat yang tahu penyakit campak dan tidak menderita penyakit campak adalah sebesar 20 orang (80,0). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0,000 0,05 berarpti disimpulkan ada hubungan antara presepsi

masyarakat dewasa yang belum mengetahui penyakit campak dengan kejadian penyakit campak di Wilayah Kerja Puskesmas Teras Kabupaten Boyolali. 2. Pembahasan a. Status Gizi Kekurangan zat gizi merupakan penyebab tidak langsung kematian pada anak usia 1-4 tahun di Indonesia, karena terdapat hubungan tinbal balik antara status gizi kurang dengan penyakit infeksi. Hubungan timbal balik antara kekurangan gizi dan morbiditas penyakit infeksi yaitu kekurangan gizi yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh seperti protein dan zat besi, yang menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi (Pudjiadi, 2000). b. Status Imunisasi Kemenkes RI (2012) menyatakan bahwa program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau universal child immunization (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi campak kesempatan kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I VI (Catch up) secara bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi campak secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS). Untuk mempercepat tercapainya perlindungan campak pada anak, sejak tahun 2005 sampai Agustus 2007 dilakukan kegiatan crash program campak terhadap anak usia 6 59 bulan dan anak usia sekolah dasar di seluruh

provinsi dalam 5 phase dan follow up campaign dilakukan bertahap sejak tahun 2009-2011. c. Kepadatan Hunian Kunarti, (2003) menyatakan bahwa untuk mengetahui hubungan kontak keluarga terhadap penularan sakit campak dilakukan penelitian antara jumlah kamar dengan sakit campak diperoleh hasil nilai p= 0,17432021 atau tidak ada hubungan antara kejadian campak dengan kepadatan hunia d. Ventilasi Penelitian ini diperkuat dengan penelitiannya Casaeri, (2003) menyatakan hasil analisisnya menunjukkan bahwa kejadian penyakit campak pada rumah dengan ventilasi memenuhi syarat (68,4%) lebih tinggi dibandingkan rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat (31,6%). Besarnya risiko kejadian penyakit campak pada penderita dengan ventilasi tidak memenuhi syarat adalah 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan penderita dengan ventilasi memenuhi syarat. Dengan demikian secara statistik ada cukup bukti faktor risiko ventilasi dengan kejadian penyakit campak. Ventilasi yang memenuhi syarat dan dimanfaat secara benar tidak hanya memungkinkan terjadinya pertukaran udara kotor dari dalam rumah dengan udara bersih dari luar rumah tetapi juga berfungsi untuk memasukkan lebih banyak sinar matahari.

e. Presepsi Masyarakat Penelitian ini didukung dengan penelitiannya Casaeri, (2003) menyatakan bahwa penelitian ini walaupun tidak secara langsung berhubungan antara presepsi/anggapan jelek tentang penyakit campak secara statistik besar risiko (3,2) sehingga ada cukup bukti adanya hubungan yang bermakna (p=0,003 95% CI: 0,0 0,7). Kondisi ini dimungkinkan, pada masyarakat yang kurang memahami masalah penyakit campak beranggapan bahwa anak sakit campak tidak perlu diobati karena bisa sembuh sendiri. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit campak. b. Ada hubungan antara status pemberian imunisasi dengan penyakit campak. c. Tidak ada hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian penyakit campak. d. Ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian penyakit campak. e. Ada hubungan antara presepsi masyarakat dengan kejadian penyakit campak. 2. Saran 1. Bagi instansi kesehatan Diharapkan bagi instansi kesehatan (Puskesmas) untuk dapat meningkatkan pemahaman masyarakat dalam menanggulangi penyakit campak dengan

cara meningkatkan status gizi, status imunisasi, kepadatan hunian, ventilasi dan presepsi masyarakat. 2. Bagi responden Meningkatkan tindakan pencegahan penyakit campak dengan cara menjaga status gizi dan status pemberian imunisasi pada anak. 3. Bagi peneliti lain Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama, namun dengan variabel yang lain seperti gambaran epidemiologi kejadian campak yang meliputi waktu kejadian, riwayat kontak, dan tempat kejadiannya.

DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Laporan Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia 2010. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta. Casaeri, 2003. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Penyakit Campak Di Kabupaten Kendal Tahun 2002.(Tesis). Semarang. PROGRAM PASCASARJANA UNDIP Semarang. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinkes. 2012. Profil Dinas Kesehatan. Boyolali. Dinas Kesehatan Boyolali. Dinkesprov Jateng. 2011. Buku Saku Kesehatan Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Kemenkes. 2012. Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Jakarta: Direktorat Jendral PP dan PL. Kunarti, Umi. Hindarto. Handoyo, Wahyu. Riyanto, Salmet. 2003. Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Penyakit Campak Di Desa Beji Wetan Puskesmas Getas Kabupaten Banjar Negara. Semarang: Buletin Epidemiologi Provinsi Jawa Tengah. Pudjiadi S. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sumantri, Arif. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Prenada Media. WHO. 2011. World Health Statistics. Diunduh: 29 April 2013. Http://www.who.int/mediacenter/factsheets/fs286/en/.