Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK...

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

atau pengaman pada pelanggan.

Panduan Praktikum Sistem Tenaga Listrik TE UMY

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI EKSPANSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv GI SOLO BARU

PERNYATAAN.. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

ANALISA PERHITUNGAN DROP TEGANGAN MENGGUNAKAN RUMUS DAN MENGGUNAKAN APLIKASI ETAP 7.5 PADA PENYULANG SEMERU DI GARDU INDUK SIMPANG TIGA INDRALAYA

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

BAB II LANDASAN TEORI

Rudi Salman Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Negeri Medan

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

BAB II DASAR TEORI. beberapa studi dan penelitian telah dilakukan. Robi (2008) melakukan studi

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA FEEDER B KB 31P SETIABUDI JAKARTA DENGAN METODE PECAH BEBAN

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

Jurnal Elektum Vol. 14 No. 1 ISSN : DOI: /elektum e-issn :

BAB II LANDASAN TEORI

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Analisa Sistem Distribusi 20 kv Untuk Memperbaiki Kinerja Sistem Distribusi Menggunakan Electrical Transient Analysis Program

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

Gambar 2.1 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik 1

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut:

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

BAB III METODE ALIRAN DAYA SISTEM 500KV MENGGUNAKAN DIgSILENT POWER FACTORY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci : Perumahan Nuansa Kori Jimbaran, drop tegangan, JTR. vii

Jurnal Teknik Elektro ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

EFISIENSI PENYALURAN DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 kv YANG DISUPLAI DARI GARDU INDUK MARIANA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISIS PERSENTASE PEMBEBANAN DAN DROP TEGANGAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH PADA GARDU DISTRIBUSI GA 0032 PENYULANG WIBRATA

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

KOKO SURYONO D

DAFTAR ISI PUSPA LITA DESTIANI,2014

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TENGANGAN MENENGAH 20 KV

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI ANALISA PEMASANGAN KAPASITOR PADA JARINGAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP DROP TEGANGAN (APLIKASI PADA FEEDER 7 PINANG GI MUARO BUNGO)

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 1.1 Studi Kasus. PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II

Kata kunci : sistem distribusi, keseimbangan beban, losses, penempatan transformator.

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN USTAKA 2.1. Umum Teknik Tenaga Listrik (TTL) ialah ilmu yang mempelajari sifat -sifat dan pemakaian piranti (alat) yang azas kerjanya berdasarkan aliran elektron dalam benda padat atau elektron dalam konduktor. Dewasa ini tenaga listrik memegang peranan utama dalam kehidupan seharihari, khususnya dalam bidang industri dan pabrik yakni sebagai tenaga penggerak mesin-mesin produksi, penerangan dan sebagainya. Disamping itu dalam kehidupan rumah tangga yang sudah terjangkau oleh jaringan listrik, energi atau tenaga listrik ini sudah mulai dirasakan sebagai salah satu kebutuhan pokok disamping kebutuhan sandang, pangan atau papan. Dalam teknik tenaga listrik ataupun dalam elektro teknik dikenal dua macam arus: 1. Arus searah (Direct Current = DC) 2. Arus bolak-balik atau Arus Rangga (Alternating Current = AC). [2] 2.1.1.engadaan Energi Listrik Dalam teknik tenaga listrik, baik itu arus searah maupun arus bolak-balik, dikenal sistem pengadaan energi listrik sebagai berikut: 1. embangkit : Sebagai sumber tenaga listrik yang antara lain berupa: LTA, LTU, LTD, LTN dsb. 2. Transmisi : Sebagai jaringan untuk menyalurkan tenaga listrik dari embangkit ke beban atau kejaringan distribusi. 3. Distribusi : Sebagai jaringan yang menyalurkan tenaga listrik ke konsumen atau pemakai. [2] 2 Berahim, Hamzah. Ir. 1996. engantar Teknik Tenaga Listrik. Andi Offset. Yogyakarta. 5

6 Sistem pengadaan energi listrik ini dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 2.1. Sistem pengadaan energi listrik. Saluran transmisi merupakan koridor yang harus dilalui dalam penyaluran energi listrik. Saluran transmisi biasanya dinyatakan menggunakan rangkaian ekivalen. Walaupun rangkaian ekivalen saluran transmisi cukup sederhana, ada empat hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Resistansi konduktor, 2. Imbas tegangan satu konduktor oleh arus yang mengalir di konduktor yang lain, 3. Arus kapasitif karena adanya medan listrik antar konduktor, 4. Arus bocor pada isolator. [9] 2.1.2.Sistem distribusi tenaga listrik Sistem distribusi ialah jaringan listrik antara pusat pembangkit sampai dengan pusat pemakaian (kwh pelanggan). Tegangan yang dibangkitkan oleh generator biasanya berkisar antara 6 kv sampai 20 kv tergantung dari pabrik pembuat. Untuk mencegah kerugian daya yang besar pada waktu mengirim tenaga listrik dari pembangkit melalui jaringan transmisi ke pusat-pusat beban yang letaknya sangat jauh dari pembangkit maka sebelum ditransmisikan, tegangan ini dinaikkan terlebih dahulu menjadi 70 kv sampai 500 kv. [3] Transmisi merupakan bagian yang menyalurkan energi listrik dari pusat listrik ke pusat beban yang diterima oleh Gardu Induk (GI). Untuk jarak yang 9 Sudirham, Sudaryatno. 2012. Analisis Sistem Tenaga. Darpublic. Bandung. 3 http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-listrik.html

7 sedang digunakan tegangan transmisi 70 kv. Untuk jarak yang jauh digunakan tegangan transmisi 150 kv sedangkan untuk jarak yang sangat jauh digunakan tegangan transmisi sampai 500 kv. [3] Sistem distribusi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu : a. Sistem Jaringan Distribusi rimer disebut Jaringan Tegangan Menengah (JTM). b. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR). 2.1.3.Sistem distribusi primer Sistem distribusi primer yaitu jaringan yang menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi yang biasanya menggunakan tegangan distribusi 6 kv, 7 kv, 12 kv, 20 kv. Jaringan Distribusi rimer atau JTM merupakan fasa-tiga sedangkan jaringan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR) merupakan fasa-tunggal dan fasa-tiga dengan empat kawat. Di Indonesia umumnya tegangan yang digunakan pada sistem distribusi jaringan tegangan rendah adalah 380/220 volt. 2.1.4.Sistem distribusi sekunder [4] Sistem distribusi sekunder yang lazim disebut jaringan tegangan rendah (JTR) dimulai dari sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan sambungan rumah (SR) pada pelanggan yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu distribusi ke pelanggan dengan tegangan operasi yakni tegangan rendah (400/230 Volt, 380/220 Volt). ada saat ini SUTR yang menggunakan kabel telah banyak digunakan oleh LN untuk mengurangi gangguan yang disebabkan oleh gangguan pohon dan gangguan lain yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Untuk kabel sambungan rumah (SR) ke pelanggan saat ini telah digunakan twisted kabel dengan inti penghantar ada dari material aluminium dan tembaga. 4 http://ilmulistrik.com/distribusi-tenaga-listrik.html

8 Sistem jaringan sekunder yang baik pada saat ini harus memberikan taraf keandalan pada jaringan tegangan rendah di daerah dengan kepadatan beban yang tinggi, dengan menjamin bahwa energi listrik yang sampai ke pelanggan mempunyai mutu yang baik, sehingga biayanya yang tinggi dapat dipertanggung jawabkan dan tingkat keandalan ini dipandang perlu. Jaringan sekunder tegangan rendah mendapat pengisian terbanyak dari tiga atau lebih feeder, sehingga bilamana salah satu feeder primer terganggu, sisa jaringan sekunder akan dapat dengan mudah menampung beban dari feeder yang terganggu itu. Sistem demikian dinamakan jaringan kedua (second c ontingency network). Jaringan sekunder tegangan rendah harus didesain sedemikian rupa hingga terdapat pembagian beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation) yang baik. 2.2. Jaringan Tegangan Menengah [7] Di dalam merencanakan Sistem Distribusi Tenaga Listrik sangat diperlukan adanya pedoman untuk menetapkan suatu kriteria bagi perencanaan saluran udara tegangan menengah dan tegangan rendah. Desain Kriteria ini akan menjadi rujukan dalam mendesain sebuah sistem Distribusi Tenaga Listrik, mulai dari SUTM, Trafo, JTR maupun SR. Tujuan pembuatan Desain Kriteria ialah untuk memberikan pegangan yang terarah dalam penyusunan desain sistem dan standar standar kontruksi distribusi yang akan dipergunakan serta perencanaan perluasan jaringan untuk mendapatkan tingkat efisiensi distribusi yang tinggi. Kriteria yang akan dijadikan patokan adalah: 1. Besaran Drop Tegangan. 2. Besaran Susut. 3. Cos hi. 4. Loss Load Factor (LLF). Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang akan ditinjau adalah : 1. Sistem Tegangan Menengah 20 kv. 7 Materi Diklat T. LN (ersero) Rayon Sekayu. Desain Jaringan Tegangan Menengah.

9 2. Gardu Distribusi. 3. Sistem Tegangan Rendah 230 / 400 Volt. 4. Sambungan Rumah. Untuk membuat desain kriteria akan berpedoman kepada SLN yang ada dan Ketentuan ketentuan lain yang berlaku. 2.2.1. Kriteria desain jaringan tegangan menengah [6] Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Menengah yang akan dikembangkan adalah Sistem Distribusi Tegangan 20 KV menggunakan hantaran udara dan atau kabel tegangan menengah 20 KV dengan memperhatikan kepadatan beban, tingkat mutu dan keandalan serta kebutuhan pelanggan. Beberapa kriteria yang dipertimbangkan adalah : 1. Kriteria kerapatan beban 2. ola Konfigurasi 3. Korelasi Drop Tegangan 4. Korelasi Susut terhadap standar jaringan. 5. engembangan Jaringan Baru 6. Konsistensi antara pembebanan jaringan terhadap standar pola pembebanan. 2.2.1.1. Kriteria kerapatan beban Dalam mendesain sebuah Jaringan Listrik, perlu diketahui kerapatan beban dalam satuan KVA / KM2, sehingga dapat ditentukan jenis penghantar dan panjang penghantar yang akan mensuplai beban tersebut. Kriteria Kerapatan beban meliputi : 1. Beban Ringan Daerah / Lokasi yang mempunyai beban ringan bila terdapat beban kurang dari 0,5 MVA per km2. 2. Beban Sedang Daerah / Lokasi yang mempunyai beban sedang bila terdapat beban antara 0,5 MVA sampai 1 MVA per KM2. 3. Beban adat 6 https://yantekbansel.wordpress.com/2012/04/17/jaringan-tegangan-menengah-jtm/

10 Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat beban diatas 1 MVA per KM2. 2.2.1.2. ola konfigurasi jaringan tegangan menengah (JTM) ola Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah dapat dipilah dalam 4 kelompok besar, yaitu : 1. Konfigurasi Radial Murni 2. Konfigurasi Open Loop (Open Ring) Non Spindel 3. Konfigurasi Spindel 4. Konfigurasi Spot Network. Dalam operasionalnya kebanyakan sistem beroperasi Radial, sangat jarang sebuah sistem distribusi beroperasi dalam kondisi Loop. Sistem yang ada di LN Distribusi Jawa Timur menggunakan sistem pentanahan tinggi ( high resistance ) 500 ohm dengan arus gangguan fasa ke tanah maksimum 23 Ampere. eralatan distribusi yang terpasang di jaringan adalah SSO (saklar seksi otomatis) deteksi tegangan Otomatis dilengkapi dengan Fault Section Indicator (FSI), relay OCR dan DGR yang terpasang di sel 20 KV Gardu Induk / enyulang. 2.2.2. ola jaringan berdasarkan kerapatan beban 2.2.2.1. ola jaringan untuk beban ringan Daerah pedesaan atau beban pedesaan umumnya dioperasikan dengan sistem radial murni. Dalam sistem radial murni jika ada section penyulang yang terganggu pengalihan beban ke penyulang lain tidak ada. enyulang radial mempunyai tingkat keandalan yang rendah. 2.2.2.2. ola jaringan untuk beban sedang Daerah atau lokasi mempunyai kerapatan beban sedang maka daerah tersebut mempunyai tingkat mutu dan keandalan lebih baik. Untuk mendapat kualitas mutu dan keandalan yang diinginkan maka sistem beroperasi dengan sistem open loop (open ring) non spindel. Untuk mendukung manuver beban apabila di salah satu section jaringan terganggu perlu dipasang peralatan distribusi seperti : LBS, Recloser, Sectionalizer.

11 2.2.2.3. ola jaringan untuk beban padat Daerah yang mempunyai kerapatan beban padat tingkat keandalan dan mutu pelayanan menjadi tuntutan utama, maka sistem beroperasi dalam konfigurasi Spindel. Apabila area pelayanan cukup luas, maka akan terdapat beberapa cluster Spindel yang saling terkait guna mendukung keandalan sistem. 2.2.2.4. ola jaringan untuk pelanggan VVI Untuk pelanggan yang tidak boleh padam ( pelanggan VVI), maka disuplai dengan ola Jaringan Spot Net Work dengan 2 penyulang sekaligus plus Automatic Change Over. Misal : 1. Istana residen / Gedung Gubernuran. 2. Gedung MR / DR / DRD. 3. Bandar Udara. 4. Rumah Sakit 2.2.3.Jatuh tegangan [1] Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan (receiving end) tenaga listrik. ada saluran bolak-balik besarnya tergantung dari impedansi dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation), dan dinyatakan oleh rumus: 100%... (2.1) Dimana Vs = tegangan pada pangkal pengiriman Vr = tegangan pada ujung pengiriman Untuk jarak dekat regulasi tegangan tidak berarti (hanya beberapa % saja), tetapi untuk jarak sedang dan jauh mencapai 5-15%. 1 Arismunandar, A dan Susumu. 2004. Buku egangan Teknik Tenaga Listrik Jilid II. radnya aramita. Jakarta.

12 Bila beban pada saluran EHV tidak berat, sistim tenaga dioperasikan pada regulasiyang konstan, karena pengaruh arus pemuat (charging current) besar. Untuk memungkinkan regulasi yang kecil, saluran transmisi dioperasikan pada tegangan yang konstan pada ujung penerimaan dan pangkal pengiriman tanpa dipengaruhi oleh beban. Bila tegangan pada titik penerimaan turun karena naiknya beban, maka dipakai pengatur tegangan dengan beban (on -load voltage-regulator), guna memungkinkan tegangan sekunder yang konstan, meskipun tegangan primernya berubah. 2.2.4. Korelasi drop tegangan dan losses terhadap standar jaringan [8] anjang sebuah Jaringan Tegangan Menengah dapat didesain dengan mempertimbangkan drop tegangan dan susut teknis jaringan. Untuk mendapatkan nilai drop tegangan dan susut yang dikehendaki perlu memasukkan parameter paramater antara lain : 1. Ukuran ( luas penampang ) enghantar 2. Beban Nominal enghantar 3. anjang Jaringan Berdasarkan SLN 72:1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan menengah (JTM) dengan kriteria drop tegangan sebagai berikut : 1. Drop Tegangan Spindel maksimum 2 % 2. Drop Tegangan Open Loop dan Radial maksimum 5 % Untuk mendesain jaringan dengan pertimbangan susut jaringan, maka susut jaringan maksimum yang diijinkan : 1. Susut maksimum Spindel maksimum 1 % 2. Susut maksimum Open Loop dan Radial maksimum 2,3 % Contoh: anjang maksimum penyulang 3 x 240 mm2 A3C dengan beban nominal / maksimum adalah 7 KMS (beban merata). 8 Materi Diklat T. LN (ersero) Rayon Sekayu. Materi I: Sistem Distribusi Tenaga Listrik.

13 A. Korelasi drop tegangan untuk beban di ujung dan seimbang. a. Sistem 3 phase 3 kawat dan 3 phase 4 kawat % Drop Voltage = (*L*(R*Cos + X * Sin ) * 100)/ ( KV) 2... (2.2) Dimana : % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) = Daya Nominal yang tersalur (MVA) R = Resistensi Jaringan ( ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km ) L = anjang jaringan ( km ) Cos = 0,85 ( 0,90 ) dan Sin = 0,526 ( 0,435) KV = Tegangan L-L ( 20 KV ) b. Sistem 1 phase Drop Voltage = (2 *L*(R Cos + X Sin )*100)/ ( KV) 2... (2.3) Dimana : % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) = Daya Nominal yang tersalur (MVA) R = Resistensi Jaringan ( ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km ) L = anjang jaringan ( km ) Cos = 0,85 ( 0,90 ), Sin = 0,526 ( 0,435) KV = Tegangan L-N (11,6 KV) B. Untuk beban ditengah dan di ujung (seimbang) a. Sistem 3 phase 3 kawat dan 3 phase 4 kawat Drop Voltage = (*L*(R*Cos + X * Sin )* 0,75 *100)/ ( KV) 2... (2.4) Dimana: % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) = Daya Nominal yang tersalur (MVA) R = Resistensi Jaringan (ohm/km) X = Reaktansi Jaringan (Ohm/km) L = anjang jaringan ( km )

14 Cos = 0,85 ( 0,90 ), dan Sin = 0,526 ( 0,435) KV = Tegangan L-L ( 20 KV ) b. Sistem 1 phase % Drop Voltage = (2 *L*(R Cos + X Sin ) *0,75)*100/ (KV) 2.. (2.5) Dimana: % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) = Daya Nominal yang tersalur (MVA) R = Resistensi Jaringan ( ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km ) L = anjang jaringan ( km ) Cos = 0,85 ( 0,90 ), Sin = 0,526 ( 0,435) KV = Tegangan L-L ( 20 KV ) C. Untuk beban merata dan seimbang a. Sistem 3 phase 3 Kawat dan 3 phase 4 kawat Drop Voltage = (*L*(R*Cos + X * Sin ) * 0,5*100)/ ( KV) 2... (2.6) Dimana : % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) = Daya Nominal yang tersalur (MVA) R = Resistensi Jaringan ( ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km ) L = anjang jaringan ( km ) Cos = 0,85 ( 0,90 ), Sin = 0,526 ( 0,435) KV = Tegangan L-L ( 20 KV ) b. Sistem 1 phase % Drop Voltage = (2 *L*(R Cos + X Sin )* 0,5*100)/ (KV) 2... (2.7) Dimana : % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) = Daya Nominal yang tersalur (MVA) R = Resistensi Jaringan ( ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )

15 L = anjang jaringan ( km ) Cos = 0,85 ( 0,90 ), Sin = 0,526 ( 0,435) KV = Tegangan L-L ( 20 KV ) 2.2.5. Korelasi losses A. Sistem 3 phase 3 kawat dan 3 phase 4 kawat beban diujung (seimbang) 3. I 2. R. L LLF... (2.8) SusutTekni s. Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = anjang Jaringan (km ) LLF= Loss Load Factor B. Sistem 3 phase 3 kawat dan 3 phase 4 kawat beban ditengah dan di ujung (seimbang) 3. I 2. R. L. LLF LDF... (2.9) SusutTekni s. Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = anjang Jaringan (km ) LLF= Loss Load Factor LDF= Load Density Factor (0,625) C. Sistem 3 phase 3 kawat dan 3 phase 4 kawat beban merata (seimbang) 3. I 2. R. L. LLF LDF... (2.10) SusutTekni s. Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = anjang Jaringan (km ) LLF= Loss Load Factor LDF= Load Density Factor (0,333)

16 D. Loss load factor (Llf) Loss Load Factor sebagai koefisien yang diperhitungkan dalam menghitung susut sebagai perbandingan antara rugi rugi daya rata-rata terhadap rugi daya beban puncak. LLF 2 0,3. LF 0,7. LF...(2.11) Dimana : LF = Load Factor Sistem Region 2.3. ETA (Electrical Transient Analysis rogram) 2.3.1. engertian dan fungsi ETA E T A ( Electrical Transient Analysis rogram) owerstation adalah software untuk power system yang bekerja berdasarkan plant (project). Setiap plant harus menyediakan modelling peralatan dan alat alat pendukung yang berhubungan dengan analisa yang akan dilakukan. Misalnya generator, data motor, data kabel dll. Sebuah plant terdiri dari sub-sistem kelistrikan yang membutuhkan sekumpulan komponen elektris yang khusus dan saling berhubungan. Dalam owerstation, setiap plant harus menyediakan data base untuk keperluan itu. ETA owerstation dapat melakukan penggambaran single line diagram secara grafis dan mengadakan beberapa analisa/studi yakni Load Flow (aliran daya), Short Circuit (hubung singkat), motor starting, harmonisa, transient stability, protective device coordination, dan cable derating. ETA owerstation juga menyediakan fasilitas Library yang akan mempermudah desain suatu sistem kelistrikan. Library ini dapat diedit atau dapat ditambahkan dengan informasi peralatan bila perlu.

17 Gambar 2.2. Gambar coversoftware ETA 12.6 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETA owerstation adalah: 1. One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen/peralatan listrik sehingga membentuk suatu sistem kelistrikan. 2. Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam sistem kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang detail/lengkap dapaty mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi/analisa. 3. Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC atau ANSI, frekuensi sistem dan metode metode yang dipakai. 4. Study Case, berisikan parameter parameter yang berhubungan dengan metode studi yang akan dilakukan dan format hasil analisa. [5] Komponen elemen AC pada software power station ETA dalam bentuk diagram satu garis ditunjukkan pada Gambar, kecuali elemen-elemen IDs, penghubung bus dan status. Semua data elemen AC dimasukkan dalam editor yang telah dipertimbangkan oleh para ahli teknik. Daftar seluruh elemen ac pada software power station ETA ada pada AC toolbar. 5 https://powersystem2010.wordpress.com/category/teori/

18 Gambar 2.3. Elemen-elemen AC pada ETA 12.6 2.3.2.AC edit toolbar pada ETA 12.6 a. Bus Bus AC atau node sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalam editor power station software ETA. Editor bus sangat membantu untuk pemodelan berbagai tipe bus dalam sistem tenaga listrik. Generator, motor dan beban statik adalah elemen yang dapat dihubungkan dengan beberapa bus yang diinginkan. Simbol bus pada power station software ETA ditunjukkan Garnbar. Gambar 2.4. Simbol Busbar di ETA 12.6 b. Transformator Transformator 2 kawat sistem distribusi dimasukkan dalam editor power station software transformator 2 kawat pada power station software ETA ditunjukkan Gambar Simbol transformator 2 kawat.

19 Gambar 2.5. Simbol Transformator di ETA 12.6 c. Cable Terdapat 2 jenis kabel yang terdapat pada ETA 12.6 yaitu kabel tanah dan kabel udara (SUTM). Data kabel yang terinput di ETA 12.6 berupa panjang kabel, jenis kabel, diameter kabel, dan impedansi kabel. Simbol kabel pada ETA 12.6 digambarkan pada gambar berikut. Gambar 2.6. Simbol kabel tanah (kiri) dan kabel udara (kanan) di ETA 12.6 d. Generator Generator sinkron sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalarn editor power station ETA berupa rating KV, rating MW, dan mode kerja yang ditampilkan pada bagian atas informasi editor generator. Simbol generator sinkron pada power station software ETA ditunjukkan pada Gambar. Gambar 2.7. Simbol Generator di ETA 12.6 e. Load Beban listrik sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalarn editor power station ETA berupa rated kv dan MVA yang ditampilkan pada bagian atas iriformasi editor load. Di ETA terdapat dua macam beban, yaitu beban statis dan beban dinamis. Simbol generator sirikron pacla power station software ETA ditunjukkan pada Gambar.

20 Gambar 2.8. Simbol beban dinamis (atas) dan beban statik (bawah) di ETA 12.6 f. Circuit breaker Merupakan sebuah saklar otomatis yang dirancang untuk melindungi sebuah rangkaian listrik dari kerusakan yang disebabkan oleh kelebihan beban atau hubungan pendek. Simbol pemutus rangkaian di ETA ditunjukkan pada gambar. Gambar 2.9. Simbol High Voltage Circuit Breaker dan Low Voltage Circuit Breaker di ETA 12.6