TEKNIK PEMASANGAN PERANGKAT MESIN KAPAL PERIKANAN ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PEMASANGAN MESIN UNTUK KAPAL PERIKANAN ABSTRACT

INSTALASI PERMESINAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

BAB II LANDASAN TEORI

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

1. EMISI GAS BUANG EURO2

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BAB II LANDASAN TEORI

INSTALASI PERMESINAN PADA KAPAL PSP 01

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

BAB V Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini.

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

Malafungsi Kemungkinan penyebabnya Solusi

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3

INSTALASI PERMESINAN

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

III. METODE PENELITIAN

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

Bisnis Jual Beli Mobil Bekas. Karya Ilmiah Tentang Bisnis. Oleh ; Ardhi Fadli Adi NIM : Kelas ; SI TI 1K

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

11. PEMECAHAN MASALAH

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi

ESTIMASI KAPASITAS DAN TITIK BERAT PADA PEMBUATAN KAPAL JARING TRADISIONAL DI GALANGAN KAPAL BAGAN SIAPIAPI KABUPATEN ROKAN HILIR MENGGUNAKAN SOFTWARE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

Pada banyak kasus pekerjaan dilakukan pada pipa atau alat yang salah. Contoh:

BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

9. Pengetahuan Pompa Pemadam Kebakaran SUBSTANSI MATERI 9.1. Fungsi utama pada unit PKP-PK

SISTIM PIPA KAPAL BERDAYA MESIN 2655 HP

II. TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

BAB III METODE PEMBAHASAN

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

AC (AIR CONDITIONER)

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

TROUBLE SHOOTING AUTOMATIC WASHING MACHINE PENYELESAIAN MASALAH MESIN CUCI OTOMATIS

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

BANGUN KAPAL PERIKANAN (PIP

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK

LAPORAN HARIAN KERJA PRAKTEK

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

Pompa Sentrifugal Pesawat Tenaga Bisrul Hapis Tambunan, ST, MT

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

Proses pengedokan kapal pada graving dock. Deady Helldiningrat

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

KETERKAITAN ANTARA KERJA ALAT LISTRIK (W) DENGAN MUATAN LISTRIK (Q) YANG DIPINDAHKAN

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

"CAP COMBI 2600 CL" (10,000 L tangki lumpur L air, total 15,250 L)

UDARA PANAS DARI GAS BUANG ENGINE UNTUK ENERGI TAMBAHANDENGAN PENDEKATAN METODE BUBBLE. Oleh: Syaiful Arif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

TEKNIK PEMASANGAN PERANGKAT MESIN KAPAL PERIKANAN Muchtar Ahmad 1), Ied Habibie 1) dan Nofrizal 1) Laboratorium Kapal Perikanan, Jurusan Pemanfaatan Sumber Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. Riau Diterima : 10 Oktober 2009 Disetujui : 3 November 2009 ABSTRACT Effort for obtaining effective engine power of fishing vessel and improve the work condition comfortableness on the vessel believed to increase productivity and efficiency of fishing vessel. Assembling of engine accessories effected output of engine power optimally. Therefore, based on mechanism system analysis of fishing vessel was conducted a study on assembling of engine accessories, such as exhaust pipe, electricity system, rudder and its size calculation method. Keywords: Comfortableness, engine accessories, exhaust pipe, electricity system, fishing vessel, rudder. PENDAHULUAN Dari hasil percobaan pemasangan mesin dan ujicoba pelayaran yang telah diselenggarakan untuk menilai dampak daripada teknik menentukan kedudukan sumbu balingbaling terhadap kinerja mesin kapal; yang diduga hal itu berkaitan erat dengan landasan atau pondasi kedudukan mesin. Namun ditemukan juga bahwa kemangkusan (effectiveness) mesin kapal dipengaruhi oleh berbagai unsur lain. Dengan demikian anasir yang mempengaruhi terhadap teknik memasang mesin kapal kayu agar tenaga mesin efektif menjadi terdiri dari: dasar mesin dan cara penentuan kedudukannya, kedudukan dan pembuatan lubang sumbu balingbaling (propeller), pemasangan gear box, jaringan listrik, peralatan pendukung, kemudi dan pipa gasbuang. Akan tetapi pada tulisan terdahuu hanya yang berkaitan langsung dengan pemasangan balingbaling, gear-box dan mesin saja yang telah dibahas (Habib et al., ) sedangkan mengenai pemasangan perangkat dan peralatan mesin lainnya belum dikemukakan. Oleh sebab itu telah dilakukan suatu kajian pemasangan perangkat pendukung mesin berdasarkan analisis sistem mekanisme kerja mesin penggerak kapal perikanan, yang dilaporkan dalam makalah ini. Perangkat pendukung mesin yang dipasang adalah mengenai kemudi dan cara

Teknik Pemasangan Perangkat Mesin Kapal Perikanan 192 menghitung ukurannya, pipa gas buang dan jaringan listrik. METODE PENELITIAN Dalam kajian pemasangan instalasi dan perangkat (asesori) mesin ini dilakukan pada kapal perikanan berukuran LxBxD = 12m x 2m x 1,5m (7GT), yang terbuat dari kayu bahan tubuh dan lunas kapal. Sedangkan mesin diesel berkekuatan 22 PK yang digunakan berbahan bakar solar. Percobaan pertama dilakukan mengenai pemasangan mesin, yang ternyata kedudukan mesin berdasarkan pemasangan sumbu baling-baling yang berada pada kedudukan setengah tinggi antara ujung lunas vertikal dengan dasar buritan merupakan teknik pemasangan yang efektif dan optimal. Selanjutnya dilakukan perangkat pendukung mesin dan penggerak kapal, yaitu pipa gas buang, jaringan listrik dan kemudi dengan masing-masing bahannya seperti pada Lampiran 1. Hasil pemasangan ini dibahas dengan pihak tukang kapal, montir mesin, dan pengelola kapal. HASIL DAN PEMBAHASAN Pipa gas buang Pasang Kemudi Pembuatan Pemasangan Pemasangan Jaringan Kapal Mesin Perangkat listrik Sistim Pembuangan Gas Buat Kemudi Sistem pembuangan gas (knalpot) biasanya dapat menggunakan dua cara; yaitu pertama adalah dengan menggunakan bahan pipa besi dan selang kawat. Kalau system pembuangan gas menggunakan pipa maka besarnya pipa diukur berdasarkan besar pipa pembuangan pada mesin, yang aliran keluarnya melalui ventilasi yang sudah dibuat di galangan kapal. Biasanya pipa tidak berkhubungan langsung atau tidak bertumpu langsung pada tubuh kapal. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebakaran apabila terjadi panas yang luar biasa, yang sering dihasilkan terjadi oleh pipa gas pembuang (knalpot); kedua agar tidak terjadi tahanan (resistance) gaya yang ditimbulkan oleh mesin dan tubuh kapal, yang dapat merusak pipa apabila terjadi getaran yang luar biasa. Pounder (1972), menyatakan tata letak exhaust pipe juga mengganggu kenyamanan. Yaitu hawa panas yang ditimbulkan dapat mencederai

Teknik Pemasangan Perangkat Mesin Kapal Perikanan 193 awak kapal. Bahkan itu dapat mengancam keselamatan kapal serta penumpangnya bila posisinya tidak teratur. Bila terjadi kebocoran tangki maka kapal dapat terbakar, kemudian bila tersentuh oleh awak ketika melakukan aktivitas di atas kapal dapat menimbulkan kecelakaan. Apabila pipa gas buang (exhaust) akan menggunakan pipa selang berkawat, selang pembuangan biasanya langsung diarahkan ke buritan kapal, dengan memperhitungkan kedudukannya terhadap garis permukaan air (water line) kapal tersebut. Khusus untuk system pembuangan gas yang menggunakan selang kawat tidak perlu diusahakan agar tidak menyentuh tubuh kapal; karena selang kawat sudah dilapisi lapisan anti panas. Akan tetapi harganya cukup mahal sehingga jarang digunakan pada kapal perikanan, kecuali kapal yang berukuran besar. Saluran pembuangan air bilge Pondasi mesin Emisi pipe Exhaust Pompa cooler Pompa bilge Belting Puli mesin Saringan bilge Lunas Gambar 2. Tata letak gas buang dan cooler mesin kapal perikanan Mesin utama kapal penangkap ikan harus mempunyai daya yang sesuai dengan hambatan yang dihadapi kapal; yang dipengaruhi oleh penempatan fondasi mesin kapal dan hubungan mesin dengan ukuran kipas.

Teknik Pemasangan Perangkat Mesin Kapal Perikanan 194 Hal ini ada hubungannya dengan pemilihan mesin yang dipasang pada kapal penangkap ikan, karena dirancang dan direkayasa untuk negara pembuatnya, maka mungkin saja tidak sesuai dengan alam dan lingkungan Indonesia; terutama tentang ketahanannya terhadap suhu, kelembaban, dll. (Manga, 1993). Karena itu, selanjutnya diperlukan upaya pengembangan mesin kapal perikanan yang sesuai dengan lingkungan Indonesia dan tingkat kompetensi pembuat kapal perikanan dalam memasang mesin kapal, bersamaan dengan kamampuan nelayan menggunakan dan memeliharanya dengan seksama. Aksesori Mesin Pemasangan aksesori mesin merupakan suatu pekerjaan yang tidak dapat diabaikan, meskipun mesin telah terpasang dan sudah dapat dioperasikan, dalam arti sudah bisa dihidupkan. Perangkat aksesori ini yang perlu di pasang antara lain adalah sistem pendingin mesin (cooler) dan berbagai macam pompa, seperti pompa bilge. Pompa ini dapat dipasang ketika mesin sudah ditetapkan kedudukannya ataupun sudah terpasang dengan sempurna. Hal itu berkaitan langsung dengan kedudukan pompa yang akan dipasang. Semua aksesori mesin hal ini membutuhkan penggerak utama aksesori yang bersumber dari mesin melalui belting yang digunakan; untuk itu panjang belting ditentukan oleh kedudukan mesin yang telah duduk sempurna. Pada saat sudah diketahui atau setelah diukur kedudukan belting yang dibutuhkan haruslah memperhitungkan pula keadaan bergeraknya belting dan selang-pipa, agar nantinya tidak akan mengganggu ketika mesin dioperasikan untuk menggerakkan kapal berlayar. Khusus untuk pendingin mesin (cooler) dapat menggunakan pompa yang ukurannya ditentukan oleh pipa output dan input yang terdapat pada mesin. Pipa ini dalam beberapa ukuran inci, sedangkan agar pompa bilge berfungsi mengeluarkan air dari dalam bilge dijaga supaya air yang terdapat dalam bilge tidak keluar mengganggu ketika mesin dioperasikan. Ukuran pompa bilge pada umumnya ditetapkan dengan merujuk kepada kemampuan pompa untuk membuang air pada saat kapal terjadi kebocoran. Setelah semuanya lengkap dilakukan maka selanjutnya adalah pekerjaan mengemal landasan pompa. Ini dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan menentukan kedudukan gear box dan mesin. Apabila terjadi kedudukan pompa tidak memungkinkan berkedudukan di atas pondasi mesin, maka diperlukan kaki tambahan yang terbuat dari besi atau bahan lainnya, yang cukup kokoh menahan pompa, diikuti dengan penentuan lobang pengikat kaki aksesori (pompa). Setelah itu barulah

Teknik Pemasangan Perangkat Mesin Kapal Perikanan 195 belting dapat dipasangkan ke poly, yang sudah tersedia pada mesin. Kemudian pendingin mesin (cooler), karena sistimnya menggunakan air laut sebagai pendingin maka dibutuhkan lubang yang menghubungkan pipa selang penghisap, mulai dari pompa menuju pendingin mesin. Lubang ini ditentukan oleh kedudukan pompa dan mesin, yang diusahakan agar lubang tidak terlalu jauh dari pompa pendingin mesin. Pembuatan lubang dilakukan tepat berada di bawah bilge ataupun tubuh kapal. Besarnya lubang ditentukan dengan mempertimbangkan ukuran valve pipa penghisap yang digunakan. Selanjutnya dilakukan pemasangan pipa selang output dan input aksesori, yang juga ditetapkan dengan mempertimbangkan jangan sampai mengganggu ketika mesin dioperasikan. Jaringan listrik Sistem jaringan listrik mesin kapal pada kapal perikanan berukuran kecil atau sedang, menggunakan arus langsung (DC), yang sudah tersedia pada generator mesin. namun kadang kala ada juga mesin kapal yang tidak dilengkapi dengan generator ataupun kapal tersebut membutuhkan daya arus yang lebih besar untuk menggerakkan perangkat yang ada pada kapal, maka dilakukan penambahan generator listrik yang digerakkan oleh mesin utama. Cara pemasangan generator ini sama halnya dengan pemasangan aksesori lain sebelumnya. Pada sistem listrikan yang berasal dari generator bawaan, mesin biasanya juga dapat digunakan untuk mengecas batrai, yang berfungsi sebagai pemicu-awal (starter) mesin utama. setelah itu dihubungkan melalui kabel dengan perangkat kapal, seperti lampu pada kapal atau perangkat lainnya. Hal yang sama dilakukan juga apabila mesin membutuhkan generator tambahan. Biasanya untuk generator menggunakan arus langsung (DC) memiliki output tahanan 12 volt. Sedangkan pada generator arus lain (AC) ada yang dapat menghasilkan tahanan 110 Volt dan ada pula yang 220 Volt. Pengetahuan umum listrik ini patur dimiliki seorang teknisi yang bertugas memasang mesin di kapal. Hal ini jarang dikuasai dengan baik oleh para teknisi atau montir pada bengkel mesin kapal di kawasan pesisir Dumai, tempat percobaan ini dilakukan. Kemudi dan Pemasangannya Dalam pemasangan kemudi kapal, yang pertama kali dilakukan adalah mengukur dan mengetahui panjang, lebar daun kemudi dan tinggi tiang yang digunakan. Untuk menentukan besar daun kemudi pada umumnya dilakukan perhitungan dengan membandingkannya terehadap ukuran berat (GT) kapal. Sebab fungsi kemudi memang untuk mengarahkan

Teknik Pemasangan Perangkat Mesin Kapal Perikanan 196 gerakan kapal atau berkaitan dengan menggerakkan kapal. Oleh karena itu, lazimnya semakin besar atau berat kapalnya semakin besar pula ukuran kemudi yang dibutuhkan. Selain itu, ukuran kemudi juga ditentukan oleh fungsi kapal. Pada kapal yang membutuhkan maneuver cukup tinggi seperti kapal pukat jerut (purse-seine), maka daun kemudinya dibuat sedikit lebih besar. Selanjutnya kedudukan daun kemudi ditentukan dengan mengukur dari bagian atas lunas sampai ke bahagian dasar geladak di buritan, untuk menetapan ukuran maksimal suatu daun kemudi. Dasar paling logis dalam menentukannya ialah dengan menetapkan kemudi tidak sampai timbul ke permukaan air dalam keadaan kapal kosong maupun kapal bermuatan. Berkenaan dengan menentukan tiang penggerak kemudi, diukur dari atas lunas ke bahagian atas geladak buritan, tergantung kepada teknis mengendalikan kemudi tersebut, secara manual atau secara otomatis. Pada kapal ukuran besar umumnya digerakkan secara otomatis atau mekanis, sudah digunakan power steering dan shaft copling penghubung yang sudah dirancang dengan seksama sebagai suatu sistem kemudi. Sedangkan pada kapal perikanan ukuran kecil seperti yang dikaji karena dengan cara manual maka diukur tingginya tiang kemudi setinggih rumah-rumah kapal atau setinggi pinggang pengemudi (50 70 cm) dengan tujuan agar dapat digerakkan secara manual dengan memakai tangkai kemudia dari kayu atau besi. Ucapan Terimakasih Penulis amat berterimakasih kepada Bapak Muthalib, Zulkifli, dan Ismail, yang telah berperan dalam pemasangan mesin, ujicobanya dan pembahasan yang diselenggarakan. Akan tetapi seluruh isi tulisan ini, terutama bila ada kelemahannya tetap sepenuhnya tanggung-jawab penulis. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, M. 2004. Galangan Kapal Kecil sebagai Industri Kelautan. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan: -------------- 2008. Kenyamanan Lingkungan Kerja di Kapal Perikanan. Jurnal Ilmu Lingkungan 3(2): 1 11 Ahmad, M. dan Nofrizal. 2004. Rekayasa Sistem dan Teknologi Pembuatan Kapal Perikanan di Dumai. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan: Habibie, Muchtar Ahmad dan Nofrizal Teknik Pemasangan Mesin Kapal Perikanan. (in press)

Teknik Pemasangan Perangkat Mesin Kapal Perikanan 197 Fyson, John. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Fishing News Books Ltd. Farnham, England. 120. Manga, John B. 1993. Pemilihan mesin utama untuk pendorong kapal penangkap ikan. Lontara XXIX (2): 26 35. 188 p. Pounder, C. C., 1972. Marine Diesel Engine. Butterworth, London.725 hal Wiranto, A dan Tsuda, K, 2004. Motor Diesel Putaran Tinggi. Perca, Jakarta. 201 hal Pike, D, 1975. Fishing Boats and Their Equipment, Third Edition. University Press, Cambridge.