BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan bagi dunia bisnis. Kecurangan ini dilakukan dengan sengaja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Semakin kompleks perekonomian perusahaan, semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Kegagalan audit menggambarkan bahwa jaringan internasional kantor-kantor

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. Audit dapat dikatakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan sebuah profesi kepercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit yang baik ditandai dengan adanya pelatihan serta keahlian industri

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 1 (1), 2013, 8-22

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik bertanggung jawab untuk memeriksa kesesuaian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan serta memberi keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan. memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa. Auditor memiliki tanggung jawab dalam melakukan audit atas

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi, sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. usaha perbaikan perekonomian di Indonesia, pemerintah telah menggalakkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian (

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam menjalankan audit sesuai dengan tujuan organisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. suatu tingkat tindakan di atas tingkat tindakan yang dilakukan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sangat

BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan Keuangan merupakan sarana bagi investor untuk menilai kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah proses pencatatan atas transaksi transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. kode etik profesi. Snoeyenbos et al. (1983) telah menggambarkan ini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntansi merupakan profesi yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi para pengguna laporan keuangan, profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. dan menantang. Laporan keuangan pun menuntut adanya laporan keuangan audit

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik dan pihak eksternal pengguna laporan keuangan dalam kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan dapat efisien, maka bagian

bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan top executive di tangan bupati/walikota. Politisasi birokrasi masih cukup kental mewarnai

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam suatu perusahaan, pihak manajemen diberikan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan hukum dan perundang-undangan. peluang, dan rasionalisasi yang disebut sebagai fraud triangle.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada para pihak yang berkepentingan, laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain: pemilik (principal), investor, kreditur, lembaga keuangan pemerintah dimana

BAB I PENDAHULUAN. mencemaskan keadaan yang akan terjadi selanjutnya, jika unsur-unsur pembentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sangat

BAB I PENDAHULUAN. selama kurun waktu dalam tahun buku, yang terdiri dari neraca, laba-rugi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT. KAI. kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fraud atau kecurangan akhir-akhir ini menjadi sosok yang sangat mengkhawatirkan bagi dunia bisnis. Kecurangan ini dilakukan dengan sengaja dan menimbulkan dampak negatif. Rezaee (2002:2) mendefiniskan fraud sebagai istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan setiap tindakan yang disengaja untuk menipu atau menyesatkan orang lain, menyebabkan kerugian atau kerusakan. Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok, yaitu korupsi (corruption), penyalahgunaan aset (asset misappropriation), pernyataan kecurangan (fraudulent statement). Pelaku corruption bisa siapa saja tetapi selalu melibatkan sekurangkurangnya dua orang. Asset misappropriation biasanya dilakukan oleh level karyawan biasa. Sedangkan pelaku financial statement fraud biasanya dilakukan oleh tim manajemen puncak, termasuk presiden, CEO, CFO, pengawas, dan top eksekutif lainnya, serta merupakan merupakan fraud dengan tingkat rata-rata kerugian tertinggi. Seperti yang kita ketahui, laporan keuangan dalam suatu usaha memiliki peran atau fungsi yang sangat tinggi karena angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam bisnis baik pihak internal maupun eksternal dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau

2 pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dalam mengelola perusahaan. Laporan keuangan yang benar-benar memiliki manfaat dalam memberikan informasi untuk pengambilan keputusan tersebut yaitu laporan keuangan yang dalam penyajiannya mengandung ketepatan dan kewajaran nilai, menyatakan keadaan perusahaan yang sesungguhnya, tidak dimanipulasi atau disajikan dengan jujur. Namun, tidak dapat dipungkiri masih terdapat perusahaan-perusahaan yang melakukan kecurangan pelaporan keuangan sehingga laporan keuangan yang disajikan tersebut menyesatkan pihak yang berkepentingan. Perusahaan yang melakukan tindakan penyesatan dalam pelaporan keuangan, biasanya tidak hanya dilakukan oleh manajemen, tetapi juga ada bantuan dari auditor yang melakukan penugasan audit yang independensinya menurun. Kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan ini dapat berakibat fatal dan merugikan banyak pihak untuk kedepannya. Tidak hanya perusahaan yang reputasinya akan menjadi buruk, tetapi juga auditornya itu sendiri diberi sanksi karena melakukan kerja sama serta pihak yang berkepentingan. Kasus mengenai kecurangan dalam pelaporan keuangan sudah banyak terjadi, baik di luar negeri maupun dalam negeri. Salah satu kasus yang terjadi di luar negeri yaitu kasus pada Enron dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen. Selain itu, pada tahun 2009 pun terjadi lagi hal serupa seperti kasus Enron dan KAP AA, yaitu di India pada perusahaan Satyam. Perusahaan Satyam ini merupakan perusahaan teknologi informasi outsourcing terbesar keempat di

3 India, dimana perusahaan ini memalsukan keuntungan perusahaan dengan membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun dan meningkatkan neracanya hingga lebih dari US$ 1 miliar. Selain itu, Ramalinga Raju pendiri perusahaan tersebut pun mengaku bahwa memalsukan pula nilai pendapatan bunga diterima di muka, mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya dan menggelembungkan nilai piutang. Pada 14 januari 2009 pun Price Waterhouse India yang mengaudit Satyam selama 8 tahun mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen Satyam. (http://finance.detik.com, 2009) Pada beberapa tahun terakhir pun, terjadi kasus mengenai kecurangan pada pelaporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan di dalam negeri. Seperti dalam laporan kinerja keuangan tahunan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang diterbitkan pada tahun 2005, diumumkan bahwa PT KAI mendapat keuntungan sebesar Rp. 6,90 Milyar. Padahal sebenarnya mengalami kerugian sebesar Rp. 63 Milyar. Kerugian ini terjadi karena PT KAI telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dalam hal ini seharusnya auditor yang melakukan penugasan audit mengetahui adanya kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan tersebut. Maka dari itu, Menteri Keuangan (Menkeu) terhitung sejak tanggal 6 Juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Salam Mannan, Pemimpin Rekan

4 pada Kantor Akuntan Publik (KAP) S. Mannan, Sofwan, Adnan dan Rekan selama 10 bulan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007. Sanksi pembekuan izin diberikan karena AP tersebut telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP ) dan Kode Etik dalam kasus audit umum atas laporan keuangan PT. Kereta Api ( Persero ) Tahun 2005. (http://www.tempo.co.id, 2007) Selain kasus PT KAI, kecurangan dalam pelaporan keuangan dilakukan oleh PT. Great River International, Tbk (Great River). Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terdapat indikasi penipuan dalam penyajian laporan keuangan, dimana Bapepam menemukan kelebihan pencatatan atau overstatement penyajian account penjualan dan piutang. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva tetap dan penggunaan dana hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian. Akibatnya, Great River kesulitan dalam arus kas dan perusahaan tidak mampu membayar utang Rp 250 Miliar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp 400 Miliar. Maka dari itu, berdasarkan siaran pers Kementrian Keuangan Republik Indonesia tahun 2007, Menkeu RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin selama dua tahun kepada AP Justinus Aditya Sidharta selaku partner dari KAP Johan Malonda & Rekan. Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River International, Tbk tahun 2003 dan pada kasus ini, Bapepam menemukan adanya indikasi konspirasi antara Great River

5 dan AP Justinus Aditya Sidharta dalam penyajian laporan keuangannya. (http://www.hukumonline.com, 2007) Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan contoh atau sebagian kecil dari perusahaan yang melakukan kecurangan pada pelaporan keuangan, karena pada tahun-tahun sebelumnya pernah pula terjadi kasus serupa pada perusahaanperusahaan besar lainnya. Mungkin masih banyak perusahaan lain yang melakukan praktek serupa, tetapi tidak atau belum terdeteksi. Fraudulent financial reporting atau kecurangan pelaporan keuangan ini merupakan tindakan kejahatan dan menyesatkan banyak pihak karena perbuatan ini sengaja dan dilakukan untuk kepentingan tertentu. Kecurangan dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen, terutama kecurangan dalam bentuk salah saji yang material membuat laporan keuangan tidak lagi secara objektif memberikan informasi apa yang telah dilakukan dan dialami oleh perusahaan. Salah satu bentuk kecurangan pelaporan keuangan ini yaitu earnings management atau manajemen laba (Rezaee: 2002). Manajemen laba dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk melakukan kecurangan dalam laporan keuangan dimana manajemen dapat mengambil kebijakan dengan melakukan rekayasa dan merencanakan kecurangan-kecurangan yang akan dilakukannya dengan sengaja. Kecurangan pada pelaporan keuangan ini dapat membuat perusahan-perusahaan tersebut sendiri hancur, seperti fakta yang telah terjadi pada perusahaan besar di negara adidaya Amerika. Laporan keuangan yang diaudit memiliki nilai lebih dihadapan para pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut. Tentu saja, karena

6 auditing dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan yang dibuat telah sesuai dengan kriteria atau standar akuntansi yang ditetapkan. Disini, akuntan publik atau auditor yang diposisikan sebagai pihak ketiga atau pihak yang diberi kepercayaan untuk menengahi kepentingan antara kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham. Auditor diharapkan dapat bersikap netral, bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan oleh manajemen walaupun manajemen yang membayar fee atas jasa audit yang diberikan. Oleh karena itu, ketika laporan keuangan yang telah diaudit mengandung informasi adanya kecurangan dan jika auditor mengetahui adanya kecurangan tersebut tetapi tidak diungkapkan, maka auditor tersebut menjadi salah satu pihak yang dituntut pertanggungjawabannya oleh publik. Maka dari itu, hal penting yang harus dipertahankan oleh seorang auditor adalah independensi. Salah satu faktor yang dituding menyebabkan auditor menajdi tidak independen sehingga tidak terungkapnya kecurangan dalam laporan keuangan yaitu lama hubungan atau masa penugasan antara auditor dan klien atau audit tenure. Perihal mengenai lama masa penugasan audit, Menteri Keuangan RI mengeluarkan beberapa peraturan mengenai jasa akuntan publik yaitu Keputusan Menteri Keuangan NO.423/KMK.06/2002 yang disempurnakan melalui Keputusan Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003 dan kemudian pada tanggal 5 Februari 2008, kedua Keputusan Menteri Keuangan sebelumnya disempurnakan oleh Peraturan Menteri Keuangan NO. 17/PMK. 01/2008 dimana dalam bab 2, pasal 3, ayat 1 disebutkan batasan masa pemberian jasa audit selama tiga tahun untuk auditor dan enam tahun untuk Kantor Akuntan Publik. Selain itu baru-baru

7 ini telah dibuat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik. Namun, peraturan ini menimbulkan polemik bagi akuntan hingga saat ini. Pada tahun 2007, Menteri Keuangan telah membekukan beberapa Akuntan Publik dan juga Kantor Akuntan Publik mengenai pelanggaran atas Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1 tentang pembatasan masa pemberian jasa dan juga pelanggaran terhadap SPAP. Izin Akuntan Publik Drs. Petrus Mitra Winata dari KAP Drs. Mitra Winata dan Rekan dibekukan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007. Pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004. Selain itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT. Muzatek Jaya, PT. Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004. Pembekuan izin yang dilakukan oleh Menkeu ini merupakan yang kesekian kalinya. Selain itu, pada 4 Januari 2007 Menkeu membekukan izin Akuntan Publik Djoko Sutardjo dari KAP Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno selama 18 bulan. Djoko dinilai Menkeu telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit dengan hanya melakukan audit umum atas laporan keuangan PT. Myoh Technology Tbk (MYOH) secara berturut-turut sejak tahun buku 2002 hingga 2005. (http://www.hukumonline.com, 2007)

8 Pada tahun 2009, Menkeu membekukan kembali beberapa AP dan KAP yang disebabkan oleh pelanggaran yang sama. Izin Usaha KAP Nasrul Effendi & Rekan dibekukan selama tiga bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 389/KM.1/2009 tanggal 2 April 2009 dikarenakan KAP Nasrul Effendi & Rekan melakukan pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan PT. Korra Antarlestari lebih dari enam tahun buku berturut-turut, dari tahun 2001 hingga 2007. Akuntan Publik Drs. Nasrul Amri dikenakan sanksi pembekukan selama enam bulan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 354/KM.1/2009 tanggal 2 April 2009. Pemberian sanksi ini disebabkan karena AP tersebut melakukan pelanggaran karena telah memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan lebih dari tiga tahun buku berturut-turut terhadap PT. Angka Wijaya Sentosa dan Cirleka Indonesia, PT. Ryorongkor, PT. Pasaman & Soeparma dan Tekma Yasa Konsultan, PT. Merpati Internet Mandiri. (http://economy.okezone.com, 2009) Untuk Akuntan Publik yang dibekukan, selama masa pembekuan dilarang memberikan jasa sebagaimana dimaksud Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, dilarang menjadi pemimpin dan/atau pemimpin rekan dan atau pemimpin cabang KAP, wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL), dan tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan. Rotasi audit ini menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang pro atau mendukung ketentuan rotasi wajib berargumen bahwa independensi auditor dapat dirusak oleh perhubungan jangka panjang dengan manajer perusahaan, hubungan

9 yang semakin dekat dengan manajemen menyebabkan auditor lebih mengindikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen daripada kepentingan publik, auditor yang mengaudit perusahaan yang sama dari tahun ke tahun akan kurang kreatif merancang prosedur audit (Efraim: 2010). Menurut Arie dan Hilda (2009) auditor memiliki kepentingan yang alami untuk mempertahankan pendapatan jasa auditnya dengan memenuhi keinginan klien audit, terutama klien jangka panjang. Ketergantungan ekonomi inilah yang dapat membuat auditor bekerja sama dengan manajemen yang curang. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Arie dan Hilda (2009) menyatakan bahwa jika penugasan auditor yang sekarang dipertahankan untuk jangka waktu lama dimasa depan, maka kemungkinan besar auditor tersebut akan merasa nyaman, sehingga obyektifitas audit akan terganggu. Sedangkan pihak yang kontra atau pihak yang menolak rotasi wajib menyatakan bahwa dengan pembatasan rotasi audit, KAP atau akuntan diragukan memiliki pengetahuan yang cukup mendalam mengenai bisnis perusahaan, timbulnya tambahan kos audit bagi klien (Myers et al: 2003). Pendapat dari pihak yang pro maupun kontra ini didukung oleh hasil penelitian beberapa peneliti Johnson et al (2002) dalam Carcello & Nagy (2004: 3) menemukan bahwa nilai absolut akrual tak terduga adalah lebih tinggi di tahuntahun awal hubungan klien auditor. Davis et al. (2003) dalam Carcello & Nagy (2004: 4) menemukan bahwa terjadi peningkatan akrual diskresioner dengan auditor tenure yang panjang dan menyimpulkan bahwa manajemen memperoleh keuntungan fleksibilitas pelaporan sebagai akibat peningkatan masa penugasan auditor. Myers et al. (2003) menemukan bahwa audit tenure yang panjang

10 dikaitkan dengan kualitas laba tinggi dengan menggunakan akrual yang abnormal menunjukkan bahwa kualitas audit yang lebih tinggi terjadi ketika tenure auditor panjang. Azizkhani et al (2006) dalam penelitiannya mengenai audit tenure terhadap persepsi kualitas laporan keuangan menemukan bahwa untuk variabel tenure secara signifikan berhubungan dengan biaya ex ante yang lebih rendah dari modal ekuitas, tetapi hanya untuk KAP non-big 4 dan hasilnya bahwa masa perikatan yang lebih lama dalam persepsi kualitas laporan keuangan pun lebih tinggi dan biaya ex ante modal ekuitas lebih rendah. Penelitian Carcello dan Nagy (2004) sendiri menemukan bahwa kecurangan pelaporan keuangan terjadi di tahun-tahun awal penugasan atau ketika tenure auditor pendek (tiga tahun atau kurang). Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa masih perlunya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan audit tenure terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Maka dari itu, peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Carcello dan Nagy yaitu Audit Firm Tenure And Fraudulent Financial reporting. Namun dalam penelitian ini menggunakan nilai akrual diskresioner sebagai proksi dari variabel fraudulent financial reporting. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian Pengaruh Audit Tenure terhadap Fraudulent Financial Reporting dengan Pendekatan Akrual.

11 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran lama perikatan audit antara auditor dan auditee pada perusahaan non-lembaga keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011? 2. Bagaimana gambaran kecurangan pelaporan keuangan dilihat dari akrual diskresioner pada perusahaan non-lembaga keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011? 3. Apakah terdapat pengaruh audit tenure oleh Akuntan Publik terhadap fraudulent financial reporting pada perusahaan non-lembaga keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui gambaran bagaimana lama perikatan audit antara auditor dan auditee pada perusahaan non-lembaga keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. 2. Untuk mengetahui gambaran bagaimana fraudulent financial reporting dilihat dari akrual diskresioner pada perusahaan non-lembaga keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.

12 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh audit tenure oleh Akuntan Publik terhadap fraudulent financial reporting pada perusahaan non-lembaga keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik kegunaan teritis maupun empiris: a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan wawasan dalam pengembangan ilmu di bidang akuntansi yang berkaitan dengan auditing dan diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi dan informasi bagi penelitian. b. Kegunaan Praktis Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi auditor untuk dapat meningkatkan keprofesionalan auditor dalam melakukan pekerjaan auditnya. 2. Bagi regulator untuk menambah referensi dalam menetapkan regulasi atau peraturan-peraturan bagi Kantor Akuntan Publik maupun Akuntan Publik.

13 3. Bagi masyarakat untuk diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap akuntan publik dan menambah wawasan mengenai kecurangan dalam pelaporan keuangan.