Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan

dokumen-dokumen yang mirip
VII. ANALISIS FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

PENDAHULUAN. tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV METODOLOGI PENELITIAN

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Zulfikar Noormasyah

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong Krisan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PROSPEK AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM POT (POTPLANT)

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di D.I. Yogyakarta pada

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

Studi Kelayakan Investasi Usaha Toko Mebel Sinar Terang di Proyek Bekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK FINANSIAL Skenario I

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

Transkripsi:

C.1. AGRIBISNIS BUNGA KRISAN I. LATAR BELAKANG Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping memiliki keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya. bunga krisan juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai. Keunggulan lain yang dimiliki adalah bahwa pembungaan dan panennya dapat diatur menurut kebutuhan pasar. Sebagai bunga potong, krisan digunakan sebagai bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas) bunga dan rangkaian bunga. Sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama). Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas krisan yang dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietes krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning, sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang merupakan hasil persilangan di antara warna dasar tadi. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standard. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 20 kuntum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standard pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang biasa dibudidayakan sebagai bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa dibudidayakan sebagai bunga potong adalah Tunggal, Anemone, Pompon, Dekoratif, Bunga besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999). Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar, sehingga bunga potong menjadi awet dan tahan lama. Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Hongkong, serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Wisudiastuti, 1999).

Krisan menempati urutan kedua setelah bunga mawar. Dari waktu ke waktu permintaan terhadap bunga krisan baik dalam bentuk bunga potong maupun dalam pot mengalami kenaikan. Sebagai gambaran proyeksi kebutuhan bunga potong di Jakarta pada tahun 1999 berjumlah 58.992.100 tangkai bunga, 20 persen diantara adalah krisan (Rukmana dan Mulyana, 1997). Selain itu dijelaskan lebih lanjut bahwa Flower Council of Holland, Belanda, meramalkan konsumsi bonga potong dan tanaman pot dunia pada periode 1993 1997 meningkat dari 68 milyar menjadi 78 milyard gulden. Sekalipun telah banyak dibudidayakan di Indonesia, tetapi tanaman krisan masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih lagi untuk kebutuhan ekspor. II. TUJUAN 1. Memberikan informasi tentang budidaya bunga krisan. 2. Memberi gambaran tentang peluang dan prospek usaha agribisnis bunga krisan. 3. Mendorong dan menumbuh kembangkan usaha agribisnis. III. DAYA DUKUNG POTENSI KRISAN DI KABUPATEN CIANJUR Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang bertumpu pada sektor pertanian memiliki kondisi lahan dan agroklimat yang sangat sesuai bagi pertumbuahan tanaman pertanian, khususnya tanaman hias di wilayah Cianjur Utara. Berbagai macam tanaman hias banyak dihasilkan dari wilayah ini. Sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 42,93% terhadap PDRB. Disamping itu, terdapat 63,52% tenaga kerja di sektor pertanian. Dengan memperhatikan pada keunggulan yang dimiliki serta jarak lokasi yang relatif dekat dengan pasar (Jakarta), maka pengembangan usaha bunga potong krisan memberikan prospek yang menjanjikan. IV. PELUANG PASAR Bunga potong krisan mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Pasar potensial yang dapat diharapkan adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Malang dan Denpasar. Permintaan untuk kebutuhan bahan dekorasi restorant, kantor, hotel maupun rumah tempat tinggal. Perilaku masyarakat di kota besar dalam menyambut hari-hari spesial maupun hari-hari besar Natal, Tahun Baru dan Lebaran membuat permintaan terhadap bunga krisan dan bunga potong lainnya semakin bertambah. Sebagai gambaran dapat dijelaskan bahwa untuk wilayah Jakarta permintaan bunga potong meningkat rata-rata 10% (Rukhmana dan Mulyana, 1997). Disebutkan pula bahwa pada tahun 1991 nilai perdagangan bunga potong di DKI Jakarta mencapai RP. 1 Milyar per bulan.

Selain dalam negeri, pasar luar negeri mempunyai potensi yang besar. Pada tahun 1993 Indonesia mengekspor bunga potong krisan sebanyak 198,3 ton senilai US$ 243,7 ribu ke negara Hongkong, Jepang, Malaysia dan Singapura (Rhukmana dan Mulyana, 1997). Hal ini menunjukan bahwa usaha bunga krisan dan bunga potong lainnya semakin mengalami peningkatan sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya taraf hidup masyarakat sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin tingginya budaya masyarakat. Merujuk pada data-data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa usaha pengembangan bunga potong krisan memiliki prospek yang cerah. V. SKALA USAHA Mengingat sumberdaya lahan yang terbentang luas dan semakin meningkatnya ketrampilan dan pengalaman petani bunga potong, maka usaha bunga krisan dapat dikembangkan dalam skala kecil dan menengah. Untuk keperluan kamar domestik, pengembangan usaha krisan dapat dicampur dengan jenis bunga potong lainnya. Pada skala ini pengadaan bahan sarana produksi terlebih lagi ketersediaan lahan sebagai media tumbuh masih dapat diupayakan, dengan menggunakan manajemen yan relatif sederhana. Untuk keperluan ekspor pengembangan usaha bunga krisan dapat dikembangkan dalam skala menengah sampai besar. Namun, pada skala ini yang perlu mendapat perhatian khusus adalah masalah status lahan yang digunakan. Jenis bunga potong yang akan ditanam tergantung pada besarnya permintaan untuk setiap jenis bunga potong. VI. ALTERNATIF LOKASI Tanaman krisan pada umumnya banyak dijumpai pada daerah yang mempunyai ketinggian 700 1.200 m. suhu udara antara 18 C 22 C dengan kondisi kelembaban udara tinggi. Selain dari itu untuk memperoleh bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang Iebih lama untuk merangsang proses pembungaan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka daerah-daerah yang sesuai bagi pengembangan usaha bunga potong krisan adalah daerah yang terletak di wilayah Cianjur bagian Utara. Daerah yang dimaksud antara lain adalah kecamatan Cugenang, Warungkondang, pacet dan Sukaresmi. Saat ini wilayah ini merupkan sentra sayuran dan tanaman hias.

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis Investasi Analisis dilakukan untuk satu unit skala 2000 m 2, per musim (6 8 bulan) yang ditangani oleh satu tenaga kerja terampil. Kebutuhan biaya investasi didasarkan pada penggunaan sistem tanam bangunan rumah plastik atau greenhouse. Biaya Investasi Dalam analisis ini sistem usaha diasumsikan sebagai perusahaan murni. Hasil analisis financial bunga krisan potong dengan luas 2000 m 2 dapat dilihat pada lampiran. Adapun komponen biaya agribisnis bunga potong krisan terdiri dari biaya investasi, biaya operasional sebagai modal kerja. Kebutuhan investasi mencangkup pembuatan rumah plastic/green house, gudang, instalasi listrik, reservoir dan sistem irigasi, pompa air dan peralatan Iainnya. Untuk unit usaha seluas 2000 m 2 diperlukan investasi sebesar Rp. 178.605.000,- di luar pengadaan lahan. Diasumsikan bahwa lahan diperoleh dengan sistem sewa. Tabel 1. Perkiraan Kebutuhan Investasi Agribisnis Krisan Potong No. Uraian Jumlah (Ribu Rupiah) A. Bangunan 140000 1. Greenhouse 80.000.000 2. Bangunan (kantor, gudang, pembakaran sekam 21.000.000 3. Reservoar 5.600.000 Sub Total 106.600.000 B. Peralatan 1. Instalasi Listrik (20 titik lampu) 2.500.000 2. Instalasi Air 12.000.000 3. Pompa Air 7.500.000 4. Power Sprayer 5.000.000 5. Box Plastik 4.000.000 6. ph Meter 3.000.000 7. Rak Sortir 12.500.000 8. Gerobak Panen 2.000.000 9. Peralatan Kantor 15.000.000 Sub Total 63.500.000 Sub Total 177.100.000 Kontingency (5%) 8.505.000 Total Biaya Investasi 178.605.000 Biaya Operasional (1 kali musim tanam 6 8 bulan) Biaya operasional yang diperlukan meliputi sewa lahan, pengadaan sarana produksi, tenaga kerja, distribusi, dan kemasan. Kebutuhan biaya produksi setiap kali tanam sebesar Rp. 176.700.000,-

Tabel 2. Perkiraan Biaya Produksi Agribisnis Bunga Krisan Potong Rupiah) No. Komponen Biaya Jumlah (Ribuan Tahun 1 2 Tahun 3 4 Tahun ke 5 A. Biaya Tetap 1. Biaya Penyususnan 8.505,00 8.805,00 8.505,00 2. Biaya Pemeliharaan 23.360,00 23.360,00 23.360,00 3. Tenaga Kerja Tak Langsung 19.500,00 21.450,00 23.460,0 Sub Total 51.365,00 53.315,00 55.460,00 B. Biaya Variabel 1. Sewa Lahan 3.000,00 3.000,00 3.000,00 2. Bibit 46.200,00 48.510,00 50.935,50 3. Sterilisasi Lahan 2.500,00 2.625,00 2.756,00 4. Pemupukan 3.000,00 3,150,00 3.307,00 5. Pengairan 2.500,00 2.265,00 2.756,25 6. Pestisida 1.500,00 1.575,00 1.635,75 7. Air 2.500,00 2.625,00 2.756,25 8. Listrik dan Bensin 6.000,00 6.300,00 6.615,00 9. Pengemasan 70.000,00 73.500,00 77.175,00 10. Biaya Distrisbusi 20.000,00 21.000,00 22.050,00 11. Tenaga Kerja Langsung 19.500,00 21.450,00 23.595,00 Sub Total 176.700,00 186.360,00 196.600,00 Biaya 228.065,00 239.675 252.060,00 Proyeksi Keuntungan Agribisnis telah mulai dapat memberikan keuntungan bersih sejak tahun pertama. Laba bersih setelah dipotong pajak berkisar mulai Rp. 38.404.764,82 hingga Rp. 56.349.245,40

No. Tabel 3. Proyeksi Laba Rugi Pada Agribisnis Bunga Krisan Skala Usaha 0,5 Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 A. Penerimaan 70'000,00 70'000,00 70'000,00 70'000,00 70'000,00 Produksi Bunga Potong Krisan (potong) Harga Jual (Rp/kg) Kelas A 5'000,00 6'000,00 6'000,00 6'000,00 6'000,00 Kelas B 4'000,00 3'000,00 3'000,00 3'000,00 3'000,00 Kelas C 1'500,00 1'500,00 1'500,00 1'500,00 1'500,00 Penjualan (Rp) 322;000'000.00 336'000,000,00 336'000,000,00 336'000,000,00 336'000,000,00 Total Penerimaan 322;000'000.00 336'000,000,00 336'000,000,00 336'000,000,00 336'000,000,00 B. Biaya Produksi 228'065'000,00 228'065'000,00 239'675'000,00 293'675'000,00 252'060'500,00 C. Bunga Pinjaman 21'965'864,48 16'717'428.00 12'538'071.00 8'358'714.00 4'179'357.00 D. Pembayaran Pokok 28'266'647.50 23'218'650.00 23'218'650.00 23'218'650'.00 31'577'364.00 E. Laba Sebelum Pajak 43'711'488.03 67'998'922.00 60'568'279.00 64'747'636.00 48'182'799.00 F. Pajak Penghasilan 5'306'723.20 11'649'676.60 9'420'483.70 10'674'290.80 5'977'416.85 G. Laba Bersih 38'404'764.82 56'349'245.40 51'147'795.30 54'073'345.20 42'205'362.15 H. Akumulasi Laba 38'404764.82 94'754'010.22 145'901'805.52 199'975'150.72 242'180'512.87 Analisis Kelayakan Dalam aspek analisis kelayakan agribisnis bunga krisan potong, digunakan beberapa asumsi yaitu (1) Modal usaha sebagian berasal dari pinjaman kredit Bank, (2) Produksi bunga selama periode 5 tahun adalah konstan, (3) Harga bunga potong terbagi dalam 3 kelas, dan konstan. Rekapitulasi perhitungan atau penentuan kroteria investasi agribisnis bunga krisan potong dengan menggunakan tingkat suku bunga 21% per tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Kriteria Investasi Agribisnis Bunga Krisan Potong No. Kriteria Nilai 1. Net Present Value (f = 21% tahun) 92.021.420,27 2. Internal Rate of return (%) 344,5 3. Payback period (tahun) 1,28 4. Return on investment (%) 40,20 5. B / C 9,78

Hasil perhitungan kriteria investasi mewujudkan bahwa agribisnis bunga krisan potong pada skala 2000 m 2 layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang positif, menunjukan bahwa ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat pengembalian modal cukup cepat dengan pacback period selama 1,28 tahun. Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh perubahan berbagai variabel usaha terhadap : (a) Kenaikan biaya investasi sebesar 10%, (b) Kenaikan biaya variabel sebesar 105, 9c) Penurunan produksi bunga potong krisan sebesar 10%, dan (d) Penurunan harga jual bunga potong sebesar 10%. Tabel 5. Analisis Sensitivitas Usaha Agribisnis NILAI KRITERIA Biaya Investasi Biaya Variabel Produksi Harga Jual Kondisi Normal Naik 10% Naik 10% Turun 10% Turun 10% NPV (df 215) 92.021.420,27 75.501.767,24 56.705.864,23 23.663.354,27 (4,57) IRR 344,5 188,5 139,7 59,2 (-) BC Ratio 9,78 5,36 3,96 1,87 (0,17) ROI 40,20% 35,04% 32,14 24,93 (-) Payback Period 1,28 1,50 1,64 2,19 (-) Dari hasil analisis sensitivitas, seperti yang diringkaskan pada Tabel 5, terlihat bahwa jika terjadi berbagai perubahan variabel usaha, baik yang disebabkan karena terjadi kenaikan biaya investasi atau biaya produksi naik sebesar 10% atau karena terjadinya penurunan produksi bunga potong sebesar 10%, usaha agribisnis ini masih menunjukan indikator kelayakan yang cukup baik. Namun usaha agribisnis bunga potong krisan sangat sensitif kelayakan yang cukup baik. Namun usaha agribisnis bunga potong krisan sangat sensitif apabila terjadi penurunan harga potong krisan sebesar 10%.