PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

ABSTRAK PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN JOYOSURAN SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN. Ayundha Rizky F.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

HUBUNGAN PRAKTEK INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0 12 BULAN

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ERLIAN AWAL SETIANI R

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA DI KECAMATAN NGAWI SKRIPSI

ABSTRACT. Keyword : Pemberian ASI ekslusif, Asupan energi, Produksi ASI

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI PERTAMA (KOLOSTRUM) Dl RUMAH BERSALIN AN-NISSA SURAKARTA

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU DENGAN PERTUMBUHAN BAYI 7-12 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

ABSTRAK. Moch Erwin Jaya Sanjaya, Pembimbing: Evi Yuniawati, dr, MKM.

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI ZAT GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

DINA WAHYU ROSYADI J

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

ARIS SETYADI J

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI BARU LAHIR PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH BANTUL

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MULTIPARA TERHADAP METODE INISIASI MENYUSUI DINI DI RSKIA X KOTA BANDUNG

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

PENDAHULUAN Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman,

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN POLA PEMBERIAN ASI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

BONA F. P. BANJARNAHOR

PERBEDAAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 6 BULAN YANG DIBERIKAN ASI DENGAN YANG DIBERIKAN MP-ASI DI KECAMATAN GUNUNGPATI

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

Suryo Pratikwo 1, Millatin Puspaningtyas 2, Dyah Retno Sukmaningrum 3 Poltekkes Prodi Keperawatan Pekalongan ABSTRACT

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU BUTEKI PADA KALANGAN PEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PERUSAHAAN X, SEMARANG TAHUN 2007

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DALAM PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI DI PUSKESMAS BABAKAN SARI KELURAHAN SUKAPURA BANDUNG 2011

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

HUBUNGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI TEMPAT KERJA DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI IBU DENGAN KELANCARAN PELEPASAN ASI PADA IBU YANG MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAGIR SURABAYA

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK HUBUNGAN ASUPAN KALORI 24 JAM DENGAN KADAR LEMAK ASI PADA IBU MENYUSUI

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN IX DESA BANDAR SETIA

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

PENGARUH PEMBERIAN PAKET EDUKASI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA BAYI USIA DIBAWAH 6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG ABSTRACT

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

Transkripsi:

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF Nur Aziezah 1, Merryana Adriani 2 1 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya 2 Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya ABSTRAK ASI adalah makanan terbaik bagi bayi pada awal usia kehidupannya. Sebagai makanan terbaik bayi, ASI belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat, bahkan terdapat kecenderungan terjadi pergeseran penggunaan susu formula pada sebagian kelompok masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat konsumsi dan status gizi antara bayi dengan pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dan bersifat komparatif menggunakan studi cross sectional. Besar sampel sebanyak 34 bayi berusia 6-12 bulan yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu bayi dengan pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Subjek dipilih dengan cara simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square, Mann Whitney, Fisher s Exact Test (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan ibu (p = 0,000), sosial budaya (p = 0,000), sikap ibu (p = 0,007), lama pemberian ASI (0,023), frekuensi pemberian ASI (p = 0,005), penyakit infeksi (p = 0,039), tingkat konsumsi energi (p = 0,001), dan status gizi (p = 0,007). Sebaliknya tidak terdapat perbedaan penyuluhan gizi tentang ASI (p = 0,259) dan tingkat konsumsi protein (p = 1,000). Diperlukan adanya penyuluhan secara rutin mengenai manfaat, keuntungan, dan pentingnya pemberian bagi bayi. Penetapan peraturan daerah yang mengatur adanya pojok laktasi di tempat umum juga berperan dalam peningkatan penggunaan. Kata-kata kunci: ASI Eksklusif, status gizi, tingkat konsumsi, bayi usia 6 12 bulan ABSTRACT Breast milk is the best food for babies in their early life. For the best baby food, breast milk has not been fully utilized by the public. There is even a tendency to shift the uses of milk in some communities. The purpose of this research was to analysis the differences in levels of consumption and nutritional status between the baby with exclusive breastfeeding and non-exclusive breastfeeding. This was an analytical observation research and comparative using cross-sectional approach. A sample size of 34 babies aged 6-12 months were divided into two groups: babies with exclusive breastfeeding and non-exclusive breast feeding. The subject were chosen by the simple random sampling. Data was analyzed using the Chi-square, Mann Whitney, and Fisher s Exact test (α = 0.05). The results showed that there were different levels of knowledge of mothers (p=0.000), social culture (p = 0.000), maternal attitude (p = 0.007), duration of breastfeeding (p = 0.023), frequency of breastfeeding (p = 0.005), infectious diseases (p = 0.039), energy consumption levels (p = 0.001), and nutritional status (p = 0.007). In contrast there were no differences in nutritional counseling on breastfeeding (p = 0.259), and consumption levels protein (p = 1.000). There is need for regular counseling about the benefits, advantages, and the importance of exclusive breastfeeding for babies. Determine the local laws that regulate the corner of lactation in a public places also contributed to increased the use of exclusive breastfeeding. Keywords: exclusive breastfeeding, nutritional status, level of consumption, baby age 6 12 months PENDAHULUAN Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yakni sejak masih bayi. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian air susu ibu (ASI). Arisman (2004) menyebutkan bahwa pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam perawatan anak dan persiapan generasi penerus di masa yang akan datang. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi pada awal usia kehidupannya. Hal ini tidak hanya 78

Nur dkk., Perbedaan Tingkat Konsumsi 79 karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari berbagai infeksi. Sebagai makanan terbaik bayi, ternyata ASI belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat bahkan terdapat kecenderungan terjadi pergeseran penggunaan susu formula pada sebagian kelompok masyarakat (Syahdrajat, 2009). Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006 2007, jumlah pemberian pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Berdasarkan data Susenas (2007 2008) cakupan pemberian pada bayi 0 6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari sebanyak 62,2% (2007) menjadi sebanyak 56,2% (2008) sedangkan cakupan pemberian pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 23,4% (2008) (Direktorat Statistik dan Kependudukan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2007). Pentingnya pemberian menurut studi Kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi yang diberikan ASI lebih rendah daripada yang diberi susu formula. Kemungkinan anak yang tidak diberi akan menderita kekurangan gizi dan obesitas jauh lebih besar jika dibandingkan dengan anak yang diberi. Bayi yang tidak disusui dalam satu jam pertama dan tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko untuk lebih sering terkena penyakit infeksi 1,4 kali lebih besar daripada bayi yang mendapatkan (Huy, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat konsumsi dan status gizi antara bayi dengan pemberian dan non ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan studi analitik observasional komparasi. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan secara cross sectional, di mana variabel penelitian diamati, diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi berusia 6 12 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya. Sampel penelitian ini adalah bayi usia 6 12 bulan dengan pemberian dan non. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kuntoro, 2008): n 1 = n 2 = [Z 1/2α 2 PQ Z 1 β P 1 Q I + P 2 Q 2 ]2 (P 2 P 1 ) 2 Berdasarkan rumus tersebut diperoleh sampel sebesar 17 bayi. Dikarenakan penelitian ini merupakan jenis komparasi maka jumlah sampel dikalikan dua sehingga jumlah sampel keseluruhan menjadi 34 bayi berusia 6 12 bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling di mana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri atas data primer yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, form Food Recall 2 24 jam, form Food Frequency dan pengukuran status gizi bayi melalui pengukuran berat badan menggunakan dacin. Data sekunder meliputi data mengenai jumlah ibu yang memiliki bayi usia 6 12 bulan dan data mengenai gambaran umum Puskesmas Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya tahun 2010. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-Square, Mann-Whitney, dan Fisher s Exact Test dengan α = 5%. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan karakteristik umur responden, jumlah terbanyak pada kelompok bayi yang memperoleh yaitu pada umur 7 bulan (29,43%), sedangkan jumlah terbanyak pada kelompok bayi yang tidak memperoleh ASI Eksklusif yaitu pada umur 10 bulan (23,53%). Sebagian besar bayi yang memperoleh ASI eksklusif maupun Non berjenis kelamin perempuan dengan persentase masingmasing sebesar 58,82% dan 64,71%. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

80 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari Juni 2013: hlm. 78 83 Tabel 1. Karakteristik Bayi dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2010 Karakteristik Non Umur 6 bulan 1 5,88 3 17,65 4 7 bulan 5 29,43 1 5,88 6 8 bulan 1 5,88 2 11,76 3 9 bulan 2 11,76 3 17,65 5 10 bulan 4 23,53 4 23,53 8 11 bulan 2 11,76 3 17,65 5 12 bulan 2 11,76 1 5,88 3 Jenis Kelamin Laki-laki 7 41,18 6 35,29 13 Perempuan 10 58,82 11 64,71 21 Pola Pemberian ASI Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 2), pada kelompok responden yang memberikan ASI eksklusif, sebagian besar lama pemberian ASI termasuk dalam kategori baik (lebih dari 15 menit) (sebanyak 58,80%). Pada kelompok responden yang tidak memberikan, sebagian besar berada pada kategori buruk yaitu pemberian ASI kurang dari 5 menit (sebanyak 47,10%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney, diperoleh nilai p = 0,023 (p < 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan lama pemberian ASI antara ibu yang memberikan ASI eksklusif dan Non. Pada kelompok responden yang memberikan, sebagian besar frekuensi pemberian ASI termasuk dalam kategori baik yaitu setiap kali bayi menangis (82,40%) sedangkan pada kelompok responden yang tidak memberikan, sebagian besar termasuk kategori buruk (bila ada waktu saja) yaitu sebesar 47,10%. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney, diperoleh nilai p = 0,005 (p < 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan frekuensi pemberian ASI. Tabel 2. Distribusi Pola Pemberian ASI pada Bayi dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2010. Pemberian ASI Non p value Lama Pemberian ASI 0,023 Baik 10 58,80 6 35,20 16 Sedang 2 11,80 1 5,90 3 Kurang 5 29,40 2 11,80 7 Buruk 0 0 8 47,10 8 Frekuensi Pemberian ASI 0,005 Baik 14 82,40 7 41,10 21 Sedang 0 0 1 5,90 1 Kurang 3 17,60 1 5,90 4 Buruk 0 0 8 47,10 8

Nur dkk., Perbedaan Tingkat Konsumsi 81 Tingkat Konsumsi Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar responden yang memperoleh, memiliki tingkat konsumsi energi yang termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 82,35%, sedangkan pada responden yang tidak memperoleh, sebagian besar termasuk dalam kategori sedang (82,35%), Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney, diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat adanya perbedaan tingkat konsumsi energi antara bayi yang memperoleh dan Non. Sebagian besar bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif maupun non ASI eksklusif, memiliki tingkat konsumsi protein yang baik, yaitu masing-masing sebesar 94,12% dan 88,24%. Hasil uji statistik menggunakan Fisher s Exact Test menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan tingkat konsumsi protein dengan nilai p = 1,000 (p > 0,05). Hasil penelitian gambaran tingkat konsumsi responden dapat dilihat pada Tabel 3. Status Gizi Dari hasil pengukuran status gizi bayi, dapat diketahui bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, seluruhnya memiliki status gizi baik yaitu sebesar 100% sedangkan bayi yang tidak mendapatkan, sebagian besar memiliki status gizi baik (58,80%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Fisher Exact Test, diperoleh nilai p = 0,007 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status gizi bayi dengan pemberian dan Non. Distribusi status gizi bayi dengan pola pemberian ASI dapat dilihat pada Tabel 4. PEMBAHASAN Pada usia 0-6 bulan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI secara eksklusif. Setelah bayi menginjak usia 6 bulan, ASI tetap diberikan pada bayi dengan ditambahkan makanan pendamping ASI yang mulai dikenalkan secara perlahan karena semakin bertambah usia bayi maka semakin Tabel 3. Distribusi Tingkat Konsumsi Bayi dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2010 Tingkat konsumsi Non p value Energi 0,001 Baik ( 100% AKG) 14 82,35 4 23,53 18 Sedang (80 99% AKG) 3 17,65 10 58,82 13 Kurang (70 79% AKG) 0 0 1 5,88 1 Defisit (< 70% AKG) 0 0 2 11,77 2 Protein 1,000 Baik ( 100% AKG) 16 94,12 15 88,24 31 Sedang (80 99% AKG) 1 5,88 2 11,76 3 Tabel 4. Distribusi Status Gizi Bayi dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2010. Status gizi bayi (BB/U) Non p value Gizi Normal 17 100,00 10 58,80 27 0,007 Gizi Kurang 0 0 7 41,20 7

82 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari Juni 2013: hlm. 78 83 meningkat pula kebutuhan zat gizinya. Semakin bertambahnya usia akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik seorang anak (Arikunto, 2002). Pada hari pertama, biasanya ASI belum keluar. Bayi cukup disusui selama 4 5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Setelah hari ke-4 dan 5, bayi boleh disusui selama 10 menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusui selama 15 menit. Menyusui selama 15 menit dapat dilakukan jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya. Jumlah ASI yang terhisap bayi pada 5 menit pertama adalah ± 112 ml, 5 menit kedua ± 64 ml, dan 5 menit terakhir hanya ± 16 ml (Soetjiningsih, 2004). Ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyusui bayinya. Berbeda dengan ibu yang memberikan ASI secara eksklusif yang akan menyusui bayinya membutuhkan waktu cukup lama agar dapat memenuhi kebutuhan gizi buah hatinya. Pada kelompok responden yang memberikan kategori baik yaitu setiap kali bayi menangis, sedangkan pada kelompok responden yang tidak memberikan, sebagian besar termasuk kategori buruk (bila ada waktu saja). Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyaknya masalah yang mungkin muncul saat menyusui (Suradi, 2009). Kandungan zat gizi dalam air susu ibu dan susu formula pun berbeda sehingga berpengaruh pada jumlah kalori yang dihasilkan pada setiap zat gizi yang dikonsumsi oleh seorang bayi. Air susu ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi. Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Di dalam ASI sendiri, lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi sedangkan casein cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi dan banyak terdapat pada susu sapi (Roesli, 2008). Anak atau bayi yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita infeksi. Hal ini disebabkan antara lain karena turunnya tingkat gizi anak atau bayi terhadap penyakit. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa bayi yang diberi ASI secara parsial ataupun tidak sama sekali memiliki risiko meninggal akibat diare 4,2 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif. Kebiasaan ibu untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif atau memberikan makanan lain saat anak atau bayi sakit akan lebih memperburuk gizi anak (Supariasa, 2002). KESIMPULAN meliputi lama pemberian ASI pada kelompok responden yang memberikan kategori baik (lebih dari 15 menit) sedangkan pada kelompok yang tidak memberikan ASI secara eksklusif, sebagian besar termasuk dalam kategori buruk (kurang dari 5 menit). Frekuensi pemberian ASI pada kelompok responden yang memberikan kategori baik (setiap kali bayi menangis) sedangkan pada kelompok responden yang tidak memberikan kategori buruk (bila ada waktu saja). Terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi dan status gizi antara bayi dengan pemberian dan Non. Terdapat perbedaan status gizi antara bayi dengan pemberian dan Non. SARAN Puskesmas wilayah setempat disarankan untuk mengadakan penyuluhan secara rutin mengenai manfaat, keuntungan, dan pentingnya pemberian bagi bayi pada setiap kegiatan posyandu. Diperlukan payung hukum berupa peraturan daerah yang mengatur adanya pojok laktasi di tempat-tempat umum seperti stasiun, supermarket, mall, rumah sakit, puskesmas, dan lain sebagainya.

Nur dkk., Perbedaan Tingkat Konsumsi 83 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Direktorat Statistik dan Kependudukan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2007. Biro Pusat Statistik. http://www. datastatistikindonesia.com/sdki.sitasi 26 Oktober 2010. Huy, Y.H. 2005. Principles and Issues in Nutrition. Monterey Calivornia: Wadsworth Health Sciences Division. Kuntoro. 2008. Metode Sampling dan Penentuan Besar Sampel. Surabaya: Pustaka Melati IKAPI. Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda. Jakarta. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suradi. 2009. Pemberian ASI Eksklusif dan Kolostrum. Jakarta: EGC. Syahdrajat, Tantur. 2009. ASI Eksklusif. Sitasi 24 Oktober 2010. http://www.ekologi.litbang. depkes.go.id/data/vol%202/supraptini2_2.pdf