Kekurangan Vitamin A (KVA)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMAHAMAN TENTANG KAPSUL VITAMIN A SERTA AKIBAT KEKURANGANNYA OLEH: ELVI ZULIANI, SKM

PEMAHAMAN TENTANG KAPSUL VITAMIN A SERTA AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN A OLEH: ELVI ZULIANI, SKM

Etiologi 1. Dalam jangka waktu yang lama dalam diet terdapat kekurangan vitamin A atau provitamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB IV USAHA KESEHATAN SEKOLAH, GIGI, MATA DAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. prekursor / provitamin A / karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan

KEKURANGAN VITAMIN A (KVA) DAN INFEKSI. Yunita Satya Pratiwi*

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

Universitas Sumatera Utara

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

EFEKTIFITAS PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU 24 JAM POST PARTUM TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI BAYI DALAM RANGKA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi konstan dari gen, hormon, nutrisi, dan beberapa faktor lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang perlu mendapat perhatian, karena kekurangan. (prevalensi xeropthalmia <0,5%) (Hernawati, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

2 hidup, 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta (Almatsier, 2002, p.153) Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penangg

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI POSYANDU MEKARSARI KROYO KARANGMALANG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

MIKRONUTRISI REVIEW. Makronutrisi PENDAHULUAN. Nutrisi 4/11/2015. Fat. onutri si. Karbohidrat. Protein. onutr isi NUGROHO AGUNG S.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

GIZI MIKRO. Diferensiasi Sel

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan. dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI, FUNGSI DAN METABOLISME VITAMIN

Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A Pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan. secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. vision di dunia. Data dari VISION 2020, suatu program kerjasama antara

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

VITAMIN LARUT LEMAK. Dr. Inge Permadhi MS

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

Transkripsi:

Paper Pengantar Gizi Masyarakat Kekurangan Vitamin A (KVA) Diajeng Puspa Arum Maharani 100911144 IKMA 09 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011

KURANG VITAMIN A (KVA) Vitamin A merupakan salah satu dari 4 vitamin yang larut lemak dan ditemukan dalam 3 bentuk yaitu alcohol, aldehid, dan asaa. Vitamin A berasal dari protein hewani sedangkan Pro vitamin A berasal dari protein nabati terutama dalam sayuran atau buah berwarna cerah yang mengandung beta karoten. Bentuk beta karoten mengandung karbon dan struktur cincin cukup untuk 2 molekul vitamin A. Berdasarkan fungsinya, vitamin A terbagi menjadi 3 yaitu retinol, retinal, dan asam retinoic. Vitamin A bentuk retinol dapat ditemukan dalam darah dan dibawa oleh khilomikron ke hati untuk disimpan. Vitamin A bentuk retinal berperan sebagai komponen utama rhodopsin yang berfungsi sebagai zat penerima rangsang cahaya, mengubah energy cahaya menjadi energy biolistrik yang merangsang indera penglihatan. Vitamin A dalam bentuk Asam retinoic tidak ditemukan dalam bahan makanan secara alamiah dan memiliki peran dalam menyesuaikan pertumbuhan tulang dan fisik, respon imun (pembentukan sel T yang berperan dalam antibody), perkembangan janin, dan diferensiasi sel-sel epitel. Sehingga dapat disimpulkan vitamin A memiliki 4 fungsi utama yaitu pada Penglihatan, pertumbuhan, diferensiasi sel-sel epitel, dan reproduksi. Dalam proses metabolism vitamin A, ester vitamin A (yang berasal dari protein hewani) dihidrolisis oleh retinal bebas yang terserap melalui epitel dinding saluran usus. Enzim hydrolysis membutuhkan lemak yang mengandung ester vitamin A sedangkan dalam proses mengubah karoten menjadi vitamin A dibutuhkan enzim 5 5-dioksi hydrolysis. Vitamin A yang telah diabsorbi berubah menjadi ester kembali untuk ditraspor melalui ductus neoracicus oleh khilomikron untuk masuk ke dalam aliran darah dan pada aqulus venosus ditangkap oleh sel parenkim hati. 90% vitamin A disimpan dalam hati dan lainnya di ubah

menjadi retinal dan berkonjungasi dengan Retinol Binding Protein (RBP) menjadi Plasma Retinal Binding Protein (PRBP) untuk disalurkan dalam aliran darah. Sintesa PRBP memerlukan zat Zinc. Kekurangan Vitamin A (KVA) Kekurangan vitamin A (KVA) secara langsung dapat disebabkan oleh 2 faktor, antara lain: a) Masukan Vitamin A kurang Umumnya terjadi sejak balita karena kurang konsumsi sumber vitamin A. Biasanya kondisi ini diperburuk bila kekurangan zat gizi lainnya terutama defisiensi lemak yang berperan penting dalam penyerapan vitamin A. b) Frekuensi Penyakit Infeksi Penyakit infeksi menyebabkan penurunan nafsu makan dan peningkatan penggunaan vitamin A dalam tubuh dan konsekuensi persediaan zat gizi tidak mencukupi. Kekurangan vitamin A (KVA) secara tidak langsung dapat disebabkan oleh 3 faktor, antara lain: a) Kondisi social ekonomi Kondisi social ekonomi yang belum berkembang dan kemiskinan berperan dalam defisiensi konsumsi zat gizi termasuk mikronutrien vitamin A. Kemiskinan berakibat pada masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi baik primer maupun sekunder. Sedangkan kondisi social ekonomi yang buruk menyebabkan harga bahan pangan menjadi tinggi dan sulit dijangkau masyarakat. b) Sanitasi dan hygiene Sanitas dan hygiene berperan dalam defisiensi konsumsi zat gizi termasuk mikronutrien vitamin A. dengan menjaga sanitasi dan hygiene perorangan, seseorang

akan terhindar dari penyakit infeksi yang dapat menyebabkan menurunnya persediaan gizi dalam tubuh pada penderita infeksi dan memperburuk kondisi penderita malnutrisi karena bersifat sinergik. c) Pendidikan dan pengetahuan Pendidikan dan pengetahuan penting dalam pola menu makanan yang diberikan juga pola hidup sehat yang seimbang terutama sanitasi dan hygiene. Pada masyarakat dengan pendidikan dan pengetahuan tinggi biasanya terhindar dari KVA dan dapat menyiasati menu makanan dengan bahan lain yang mengandung vitamin A tinggi sehingga anak tidak cepat bosan dengan makanan yang mengandung gizi yang dibutuhkan. Penderita KVA biasanya pada bayi sampai anak berusia 9 tahun. Pada anak dengan status KVA memiliki potensi terserang penyakit infeksi lebih mudah dibandingkan pada anak dengan status vitamin A normal. Selain bayi sampai anak berusia 9 tahun, kelompok usia muda memiliki jumlah penderita KVA yang tinggi dan mayoritas menyebabkan gangguan penglihatan atau bahkan buta. Defiensi Vitamin A Proses defisiensi vitamin A pada tubuh penderita KVA: 1. Perubahan progresif pada epitel jaringan, dimana pada epitel menurunnya sekresi sel mucus. 2. Akibat menurunnya sekresi sel mucus, maka kemampuan fagositosis pada imun akan menurun sehingga bakteri dan virus akan mudah menginfeksi. 3. Terjadi keratinisasi epitel (epitel mengering). Keratinisasi terjadi pada jaringan mata (epitel kornea), paru-paru, kulit, dan mukosa intestine.

4. Terjadi gangguan penglihatan akibat komponen rhodopsin (retinal) berkurang. Kemampuan mata untuk beradaptasi pada cahaya menjadi berkurang. 11-cis 11-trans Opsin Rhodopsin Dalam perubahan 11 cis menjadi 11-trans ataupun opsin menjadi rhodopsin dibutuhkan Retinaldehyde yang berfungsi mengatur kecepatan adaptasi mata pada cahaya. 5. Terjadi gangguan pada pertumbuhan dan diferensiasi jaringan akibat terganggunya sintesis gliko protein yang membutuhkan asam retinoic. Parameter KVA Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan keadaan yang disebut xerophtalmia yang menyebabkan kebutaan. Tingkat xerophtalmia sesuai dengan tingkat defisiensi vitamin A, yaitu: 1. Buta Senja (XN) Merupakan gejala awal khas dari KVA pada pra anak sekolah dimana produksi rhodopsin terganggu dan menyulitkan anak untuk melihat pada kondisi remangremang. 2. Xerosis konjungtiva (X1A) Merupakan kekeringan nyata pada mata dimana bagian putih mata mengering dan tidak bersinar. 3. Bercak Bitot (X1B) Ada bercak putih seperti sabun pada mata. Merupakan prevalensi yang digunakan untuk menghitung jumlah penderita KVA.

4. Xerosis Kornea (X2) Kekeringan mata parah hingga pada kornea. Bagian hitam mata mengering, kusam dan tidak bersinar. 5. Keratomalasia (X3B) Kondisi sudah terinfeksi dan beresiko tinggi buta. Bagian hitam mata lunak seperti bubur. 6. Ulserasi kornea (X3A) 7. Xeropthalmia Scar (XS) Bola mata mengecil dan mengempis. Sudah tidak dapat diobati lagi. Maka urutan tingkat xeropthalmia adalah sebagai berikut: Buta senja Xerosis Konjungiva Bercak Bitot Xerosis Kornea Xeropthalmia Scar Ulserasi Kornea keratomalasia Pencegahan KVA Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan status gizi dan terutama status vitamin A. Pada anak penderita KVA harus diberikan vitamin A dosis tinggi dan peningkatan status gizi. Pada pencegahan KVA yang harus diperhatikan adalah status: 1. Vitamin A 2. Zinc 3. Lemak 4. Protein Karena pada penderita dengan status lemak dan protein rendah, otomatis akan memiliki zinc rendah dalam tubuh dan mengganggu pelepasan vitamin A dari dalam hati ke darah.

Program jangka pendek - penghentian ASI secara dini dan keterlambatan pengenalan makanan padat akan menjadi pemicu terjadinya KVA. Sehingga peningkatkan produksi vitamin A pada makanan dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan akan menghindari KVA. - Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali. Pada balita diberikan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200 dan pada bayi diberikan kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100. Program jangka menengah Fortifikasi makanan dengan vitamin A. fortifikasi makanan dapat dilakukan pada makanan alternative yang menjadi favorit anak seperit mie, kue, dan makanan sapihan yang rendah biaya produksinya. Program jangka panjang Perlu adanya peningkatan social ekonomi, seperti meningkatkan produksi sayuran dan buah, KIE untuk peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya vitamin A, Budidaya ternak dan ikan, serta peningkatan teknologi pengolahan dan pemasakan. Yang utama, peningkatan kelembagaan melalui jalur sistim posyandu kader, pendidikan sekolah, PKK, kegiatan keagamaan, lembaga penelitian dan perguruan tingi. Penanggulangan KVA Pengobatan dengan memberikan vitamin A dosis besar harus tepat secara diagnosis atau akan terjadi keracunan pada tubuh karena overdosis. Dalam pemberian vitamin A perlu diperhatikan cadangan dalam hati. Pemberian dosis 200.000 IU secara oral selama dua hari berturut-turut dan diberikan dosis tambahan 200.000 IU setelah 1-4 minggu kemudian untuk

meningkatkan cadangan dalam hati. Pada keadaan memburuk dapat diberikan 200.000 IU setiap 2-4 minggu. Perlu diperhatikan terapi diet pada penderita KVA karena dengan pemberian vitamin A dosis besar namun status gizi terutama status lemak, protein yang rendah maka pemberian vitamin A akan menjadi percuma dan penderita KVA tidak dapat sembuh. Hal ini diakibatkan Vitamin A terkait dengan status Protein, Lemak dan Zinc.