Pedoman Fotografi AusAID

dokumen-dokumen yang mirip
Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Sesi 7: Pelecehan Seksual

KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN. 2.1 Kejujuran, integritas, dan keadilan

PERATURAN PELAKSANAAN

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

Prinsip Tempat Kerja yang Saling Menghormati

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEDOMAN PERILAKU BAGI MITRA BISNIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

GBL CC01 GL01 Panduan Perlindungan Anak

Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika Perusahaan

S P E E THE CODE OF M Y BUSINESS CONDUCT J E P A S S

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

KEBIJAKAN BERIKLAN GUALAPER.COM

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (Abet)

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

10. KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

KEBIJAKAN PRIVASI KEBIJAKAN PRIVASI

ETIKA PENELITIAN. Metode Penelitian Kuantitatif Bidang Kesmavet

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA

Indorama Ventures Public Company Limited

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Standar Perilaku Supplier Accenture Standar Perilaku Supplier

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA,

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

Prinsip Dasar Peran Pengacara

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

SYARAT & KETENTUAN. The Color Run Presented by CIMB Niaga

Institute for Criminal Justice Reform

[Melengkapi aturan 7 dari Aturan-aturan Standar Minimum untuk Perlakuan Tahanan]

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

KLIRENS ETIK PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Standar Tanggung Jawab untuk Para Pemasok

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Menuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

KODE ETIK GLOBAL TAKEDA

Standar Kita. Pentland Brands plc

Kebijakan Antisuap Goodyear 8 Mei 2017

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRINSIP PRIVASI UNILEVER

Transkripsi:

Pedoman Fotografi AusAID Pedoman berikut ini dimaksudkan untuk memastikan hak asasi dan martabat manusia dari orang yang gambarnya digunakan dalam publikasi AusAID dilindungi. I. Hak cipta & Kepemilikan Foto AusAID memiliki hak cipta atas foto-foto hasil produksi staf, lembaga dan staf mitra, sub kontraktor, sukarelawan dan fotografer yang disewa, yang diambil dalam rangka pelaksanaan dan dokumentasi kegiatan-kegiatan AusAID. Hak cipta AusAID harus ditetapkan dan disepakati secara tertulis dalam perjanjian dan kontrak fotografi dengan mitra, sub kontraktor, fotografer yang disewa dan sukarelawan. AusAID tidak memiliki hak cipta atas foto-foto yang diproduksi sumber-sumber luar, seperti foto dari perpustakaan foto komersial, foto yang diambil oleh lembaga mitra dan staf yang tidak terlibat dalam kegiatan AusAID, foto-foto pribadi staf dan sukarelawan, dan dengan demikian AusAID memerlukan pemberitahuan resmi sebelum menggunakan atau memperbanyak gambar-gambar tersebut. II. Standar Praktik Pengambilan Foto Foto-foto yang diambil oleh staf dan afiliasi AusAID harus menghormati martabat manusia dan menjamin hak, keselamatan serta kesejahteraan orang atau orang-orang yang difoto Patuhi tradisi atau batasan-batasan setempat dalam mengambil atau memperbanyak gambar orang-orang, benda atau tempat. Cari tahu informasi mengenai hukum nasional yang berkaitan dengan fotografi dan hak privasi. Dapatkan ijin lisan atau tulisan yang sesuai sebelum pengambilan foto. Hormati hak seseorang untuk menolak diambil fotonya. Jika Anda merasakan adanya keengganan atau kebingungan, hentikan pengambilan foto. Jangan membahayakan. Perorangan atau kelompok mungkin berisiko melakukan pembalasan, kekerasan atau penolakan dalam komunitas sebagai akibat penayangan identitas atau cerita pribadi mereka melalui publikasi foto mereka. Jangan salah dalam menggambarkan individu, situasi, konteks dan lokasi foto. Sama sekalil tidak ada bayaran atau kompensasi bentuk apapun yang diberikan kepada subyek foto sebagai ganti atas pengambilan foto mereka atau persetujuan mereka atau rilis yang ditandatangani untuk publikasi. Foto-foto mengenai isu yang sensitif secara budaya, politik, atau memberikan stigma sosial harus melindungi identitas dan privasi individu. Jangan mengidentifikasi individu. Posisikan kamera sedemikian rupa sehingga wajah dan karakteristik unik lainnya tidak dapat dibedakan. Dapatkan ijin tertulis yang diinformasikan (informed) untuk menggunakan nama dan lokasi asli dimana penayangan mungkin dapat menimbulkan kerugian. Jika tidak, hapuskan informasi detail pribadi seperti nama dan lokasi dalam keterangan atau dokumentasi terkait lainnya. Gambar-gambar individu yang dapat dikenali tidak boleh digunakan untuk menjelaskan hal sensitif sedemikian rupa untuk menunjukkan keterkaitan individu dengan isu tersebut. Foto orang-orang dengan kebutuhan khusus harus diambil dengan perhatian khusus, belas kasihan dan perindungan privasi.

Ambil foto semua orang dengan hormat dan bermartabat. Perhatian khusus dan belas kasihan harus diberikan untuk subyek yang rentan. Korban eksploitasi seksual, kekerasan atau pelecehan berbasis gender tidak boleh diidentifikasi begitu saja. Status individu sebagai orang yang hidup dengan HIV, TB atau kondisi kesehatan serius lainnya tidak boleh diungkapkan tanpa persetujuan tertulis yang diinformasikan (informed). Individu yang terlibat dalam pekerjaan seks atau kegiatan lainnya yang secara sosial terpinggirkan atau terkriminalisasikan (atau kriminal) tidak boleh diidentifikasi. Perhatian harus diberikan dalam pengambilan gambar orang-orang disaat krisis. Jangan mengeksploitasi kerentanan individu saat trauma atau kesedihan. Foto anak-anak yang diambil untuk maksud yang berhubungan dengan pekerjaan harus mematuhi standar dari AusAID s Child Protection Policy and Code of Conduct for Overseas Service Sebelum mengambil foto atau memfilmkan seorang anak, lakukan penilaian dan patuhi hukum, tradisi atau batasan setempat untuk memperbanyak gambar-gambar pribadi. Sebelum mengambil foto atau memfilmkan seorang anak, dapatkan persetujuan dari anak atau orang tua atau wali anak tersebut dan jelaskan bagaimana foto atau film itu akan digunakan. Pastikan foto-foto, film, video dan DVD menampilkan anak-anak dengan cara yang bermartabat dan penuh hormat, dan bukan dengan cara yang rentan atau tunduk terhadap kendali pihak lain. Anak-anak harus dikenakan busana yang layak dan bukan dengan pose yang mungkin dapat dianggap tidak senonoh secara seksual. Gambar-gambar haruslah merupakan representasi konteks dan fakta yang jujur. Label berkas tidak boleh mengungkapkan informasi identitas seorang anak ketika melakukan pengiriman gambar secara elektronik. III. Persetujuan Persetujuan yang diinformasikan (Informed consent) Semua foto yang digunakan, dipublikasikan atau disebarluaskan oleh AusAID memerlukan persetujuan yang diinformasikan dari individu yang digambarkan. Persetujuan yang diinformasikan memastikan menghormati kemandirian dan privasi individu, memastikan mereka memahami implikasi, tujuan dan potensi penggunaan foto, dan menghindari merugikan individu melalui publikasi yang tidak pantas dari gambar atau cerita mereka. Kesepakatan semata-mata sifatnya sukarela dan dapat dicabut kapan saja. Dengan demikian, diharapkan setidaknya individu yang difoto menyadari bahwa gambar dan cerita mereka akan diterbitkan ulang dan disebarluakan di negara asalnya dan luar negeri, dan hal ini telah dijelaskan sedemikian rupa sehingga mereka telah setuju untuk berpartisipasi secara bebas. Setiap upaya akan dilakukan untuk memastikan bahwa individu dalam foto-foto diidentifikasi atau tidak, sesuai dengan keinginan mereka ungkapkan. Pertimbangan yang cermat harus diberikan terhadap kendala bahasa atau budaya kepada individu yang memberikan persetujuan tanpa paksaan dan yang diinformasikan. Persetujuan Tertulis Dengan maksud untuk publikasi, staf dan kontraktor diharuskan memperoleh persetujuan tertulis yang diinformasikan (informed written consent)dari setiap subyek fotografi manusia perorangan bilamana: Melakukan pemotretan individu dalam konteks isu-isu yang sensitif secara budaya dan politik, dianggap tabu atau sangat memalukan Individu mungkin berisiko melakukan pembalasan, kekerasan atau penolakan dalam komunitas mereka sebagai akibat dari penayangan identitas atau cerita pribadi mereka melalui foto, keterangan atau dokumentasi terkait lainnya. Pengambilan foto individu: - Di semua lokasi klinis misalnya: di rumah sakit, klinik, dengan bidan/ perawat,dsb. - Di semua lokasi pribadi, misalnya di rumah pribadi, di dalam ruang kelas - Ketika foto atau cerita yang menyertai secara jelas mengidentifikasi dan memberikan informasi yang penting tentang anak atau orang dewasa tertentu.

Diakui bahwa persyaratan untuk mendapatkan persetujuan tertulis memiliki hambatan akan bentuk dan subyek fotografi, dimana terdapat kendala bahasa, keaksaraan, dan budaya. Untuk memenuhi persyaratan persetujuan tertulis, disarankan: Siapkan form-form persetujuan dalam bahasa setempat. Seorang penterjemah dilibatkan dan digunakan untuk pengambilan foto yang luas guna menjelaskan dan mengkomunikasikan tujuan foto dan mendapatkan persetujuan yang diinformasikan (informed consent). Catatan disimpan oleh fotografer untuk setiap foto yang diambil dimana persetujuan tertulis tidak dapat diperoleh karena buta huruf, namun persetujuan lisan yang diinformasikan (informed) diperoleh. Persetujuan Lisan Staf dan kontraktor diharuskan untuk mendapatkan persetujuan lisan dari semua subyek foto manusia perseorangan. Staf dan kontraktor tidak diharuskan untuk memperoleh persetujuan lisan dari subyek foto manusia dalam pertemuan publik yang besar. Dalam memperoleh persetujuan lisan, Anda harus memperkenalkan diri Anda, bersikap sopan dan menjelaskan tujuan kunjungan serta alasan Anda untuk melakukan pengambilan foto. Tanyakan apakah mereka setuju dengan hal ini. Setidaknya, tersenyum, mengangguk dan menunjuk ke kamera Anda sebelum mengambil foto. Anak-anak dan Persetujuan Dalam menentukan apakah foto seorang anak harus diambil atau digunakan oleh AusAID, kepentingan terbaik anak harus menjadi yang utama. 1 Persetujuan harus diperoleh dari orang tua atau wali sebelum foto anak diambil atau kisah mereka dicatat. Anak juga harus mendapatkan penjelasan dari tujuan foto/ wawancara dengan cara yang sesuai dengan usia mereka, dan meminta izin mereka. 2 Anak-anak mempunyai hak untuk diajak konsultasi dan dihormati keainginannya. Orang tua tidak dapat menyetujui anak-anak yang difoto atau berpartisipasi dalam kegiatan yang melanggar kebijakan Perlindungan Anak AusAID. Anak-anak harus dilindungi dari pengambilan gambar sedemikian rupa yang dapat mengakibatkan kerugian atau diskriminasi. 3 Jika seorang anak akan diwawancarai, maka harus dihadiri seorang wali dan dilakukan dengan cara yang sensitif. Anak-anak yang menjadi korban kekerasan, pelecehan atau eksploitasi berbasis gender tidak boleh diwawancarai oleh orang-orang yang tidak terlatih dalam konseling psiko-sosial. 1 Konvensi PBB tentang Hak -hak Anak Pasal 3: Dalam semua tindakan yang menyangkut anak, apakah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, pengadilan, otoritas pemerintahan atau badan legislatif, kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. 2 Konvensi PBB tentang Hak -hak Anak Pasal 12: Negara-negara Peserta harus menjamin hak anak yang berkemampuan membentuk pandangannya sendiri untuk dapat mengekspresikan pandangannya secara bebas dalam segala hal yang mempengaruhi anak tersebut, dengan diberikan bobot yang layak terhadap pandangan tersebut sesuai dengan usia dan kematangan anak yang bersangkutan. 3 Konvensi PBB tentang Hak -hak Anak Pasal 2: Negara-negara Peserta harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman atas dasar status, kegiatan, pendapat yang dikemukakan, atau keyakinan orang tua anak, wali hukum, atau anggota keluarga. Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak Pasal 16: Tidak ada seorang anak pun boleh mengalami gcampur tangan yang sewenang-wenang dan tidak sah terhadap kehidupan pribadi, keluarga, atau korespondensinya, atau terhadap serangan yang tidak sah atas harga diri dan reputasinya. Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak Pasal 36: Negara-negara Peserta harus melindungi anak dari semua bentuk eksploitasi yang merugikan bagi setiap aspek kesejahteraan anak.

Panduan Cepat Persetujuan 4 Persetujuan tidak diperlukan Dapatkan persetujuan lisan Persetujuan Tertulis Diperlukan Individu yang identitasnya tidak dikenali (wajah dan fitur identifikasinya disamarkan) saat berada di ruang publik Tokoh masyarakat di ruang publik Kerumunan besar di ruang publik Semua individu dalam berbagai lokasi Anak-anak dan orang tua, wali, atau guru anak-anak Direksi /Manajer program dan kegiatan pengembangan Setiap individu dari berbagai usia yang dapat dikenali untuk siapa informasi pribadi atau personal diungkapkan dalam foto atau keterangan atau cerita yang menyertainya. Hal ini dapat mencakup status kesehatan, perilaku atau kegiatan, pekerjaan, sejarah pribadi mereka, status sebagai korban atau pelaku kekerasan berbasis gender Individu dan kelompok-kelompok kecil dalam lokasi klinis atau pendidikan Korban eksploitasi dan pelecehan seksual atau kekerasan berbasis gender Individu yang hidup dengan HIV/AIDS, TB atau kondisi medis lainnya Pasen dan dokter di klinik, rumah sakit atau tempat perawatan Orang-orang yang terlilbat dalam kegiatan yang sensitif secara politik atau terpinggirkan secara sosial Orang-orang yang berada di daerah atau melakukan kegiatan yang mana mereka berharap mendapatkan privasi, misalnya di dalam rumah atau sedang memasak, mengasuh anak, dsb. 4 Diambil dari dari John Hopkins School of Health Guidelines

IV. Penggunaan Etis Fotografi Foto-foto yang digunakan oleh AusAID dan afiliasinya dalam publikasi dan materi promosi harus menghormati martabat manusia dan menjamin hak-hak, keselematan dan kesejahteraan orang atau orang-orang yang difoto. Penggunaan etis foto-foto termasuk memastikan akurasi dalam pemberian keterangan (captioning), memastikan foto-foto digunakan dalam konteks dan secara benar dikaitkan dengan program dan fotografer. 1. Setiap foto kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh organisasi lain, maka kredit harus diberikan kepada organisasi tersebut, sekalipun melaksanakan program atas nama AusAID. 2. Nilai dan pentingnya menggunakan sebuah foto harus dipertimbangkan atas hal-hal privasi, reputasi dan integritas subyek foto. 3. Pastikan foto-foto dan keterangan yang digunakan untuk menjelaskan atau mendukung bahan-bahan tertulis adalah faktual dan sesuai dengan konteks cerita. Tidaklah tepat menggunakan gambar-gambar dengan cara generik untuk menjelaskan pokok persoalan ketika sebenarnya tidak ada hubungan antara gambar dan isi dari materi yang dijelaskan. 4. Foto individu yang dapat dikenali tidak boleh diberi keterangan palsu atau digunakan sedemikian rupa untuk menyiratkan secara eksplisit atau implisit apa yang akan menjadi informasi pribadi tentang orang itu, misalnya: Menggunakan gambar umum dari seorang perempuan untuk menjelaskan artikel atau laporan mengenai kekerasan terhadap perempuan; tata letak halaman yang menempatkan foto umum seorang individu dekat sebuah artikel sedemikian rupa sehingga bisa ditafsirkan bahwa individu yang bersangkutan berkaitan dengan isu tersebut. 5. Gunakan penyingkapan dimana ada risiko kesalahpahaman, misalnya: "Foto-foto dalam materi ini digunakan hanya untuk maksud penjelasan; tidak menyiratkan X pada bagian dari setiap orang yang muncul dalam foto-foto tersebut. 6. Kehati-hatian harus diambil untuk tidak mengklisekan (stereotype) kelompok tertentu, misalnya: berhati-hatilah terhadap pengunaan berulang-ulang gambar kelompok etnis, bangsa, atau jenis kelamin tertentu ketika menjelaskan isu-isu tertentu. 7. Foto-foto tidak boleh diedit untuk mengubah konteks. 8. Jika foto-foto diedit untuk melindungi identitas, maka hal ini harus dicatat dan dijelaskan. 9. Foto-foto individu harus menggambarkan otonomi dan martabat orang. 10. Foto-foto harus mendukung pemahaman yang akurat dan seimbang mengenai program bantuan. Gambar-gambar tidak boleh terlalu negatif, juga tidak mengidealkan (romantise) isu-isu pembangunan yang rumit. 11. Foto-foto warga dari suatu negara tidak boleh digunakan untuk mewakili warga negara dari negara lain.

Lampiran: Prinsip-prinsip UNICEF untuk Pelaporan Anak yang Etis 5 Pedoman Etis Prinsip-prinsip pelaporan anak yang etis Pelaporan tentang anak-anak dan orang muda memiliki tantangan khusus. Dalam beberapa kasus, tindakan pelaporan mengenai anak menempatkan mereka atau anak-anak lain pada risiko, hukuman atau pemberian stigma. UNICEF telah mengembangkan prinsip-prinsip untuk membantu wartawan saat mereka melaporkan isu-isu yang mempengaruhi anak-anak. Prinsip-prinsi itu ditawarkan sebagai pedoman yang dipercaya UNICEF akan membentu media untuk meliput anak-anak dengan cara yang sesuai dengan usia dan sensitif. Pedoman itu dimaksudkan untuk mendukung niat terbaik wartawan yang beretika: melayani kepentingan umum tanpa mengorbankan hak-hak anak. I. Prinsip-prinsip 1. Martabat dan hak-hak setiap anak harus dihormati dalam setiap keadaan. 2. Dalam mewawancarai dan melaporkan anak-anak, perhatian khusus harus diberikan terhadap hak setiap anak untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan, untuk didengar pendapatnya, untuk berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi mereka dan untuk dilindungi dari kerugian dan hukuman, termasuk potensi kerugian dan hukuman. 3. Kepentingan terbaik dari setiap anak harus dilindungi di atas pertimbangan lainnya, termasuk di atas advokasi masalah anak dan promosi hak anak. 4. Ketika mencoba menentukan pertimbangan terbaik anak, hak anak agar pandangannya dipertimbangkan harus mendapatkan bobot yang layak sesuai dengan usia dan kematangan mereka. 5. Mereka yang paling dekat dengan situasi anak dan paling mampu untuk menilai situasi tersebut harus diberikan konsultasi tentang akibat politik, sosial dan budaya dari setiap reportase. 6. Jangan mempublikasikan cerita atau gambar yang mungkin menempatkan anak, saudara, atau rekan-rekan mereka pada posisi berisiko sekalipun identitasnya diganti, disamarkan atau tidak digunakan. II. Pedoman mewawancarai anak-anak 1. Jangan merugikan anak; hindari pertanyaan, sikap atau komentar yang menghakimi, tidak peka terhadap nilai-nilai budaya, yang menempatkan anak dalam bahaya atau mengekspos anak terhadap penghinaan, atau yang membangkitkan luka dan kesedihan anak dari peristiwa traumatis. 2. Jangan ada diskriminasi dalam memilih anak untuk wawancara dikarenakan jenis kelamin, ras, usia, agama, stuatus, latar belakang pendidikan atau kemampuan fisik. 3. Tidak ada pementasan (no staging): Jangan minta anak untuk menceritakan kisah atau melakukan tindakan yang bukan merupakan bagian dari sejarah mereka sendiri. 4. Pastikan bahwa anak atau wali mengetahui mereka sedang berbicara dengan wartawan. Jelaskan tujuan wawancara dan maksud penggunaannya. 5. Dapatkan ijin dari anak dan walinya untuk semua wawancara, perekaman dan, jika mungkin untuk foto-foto dokumenter. Jika memungkinkan dan dianggap sesuai, izin ini harus secara tertulis. Izin harus diperoleh dalam keadaan yang memastikan anak dan walinya tidak dipaksa dengan cara apapun dan mereka memahami bahwa mereka adalah bagian dari sebuah cerita yang mungkin disebarluaskan secara lokal dan global. Hal ini biasanya hanya dipastikan jika izin diperoleh dalam bahasa anak dan jika keputusan dibuat melalui konsultasi dengan orang dewasa yang dipercaya oleh anak. 6. Perhatikan dimana dan bagaimana anak tersebut diwawancarai. Batasi jumlah pewawancara dan fotografer. Cobalah untuk memastikan bahwa anak-anak merasa nyaman dan mampu untuk menceritakan kisah tanpa adanya tekanan luar, termasuk dari pewawancara. Dalam wawancara film, video dan radio, pertimbangkan apa pilihan latar belakang visual atau audio yang mungkin menyiratkan tentang anak dan kehidupan serta ceritanya. Patikan bahwa anak tidak merasa terancam atau dirugikan dengan menunjukkan keberadaan rumah, masyarakat atau tempat sekitar mereka. III. Pedoman pelaporan tentang anak-anak 5 http://www.unicef.org/media/media_tools_guidelines.html

1. Jangan memberikan stigma kepada anak lebih lanjut; hindari kategtorisasi atau deskripsi yang mengekspos anak terhadap pembalasan negatif termasuk kerugian fisik atau psikologis tambahan, atau terhadap pelecehan seumur hidup, diskriminasi atau penolakan oleh masyarakat lokal mereka. 2. Selalu berikan konteks akurat untuk cerita atau gambar anak. 3. Selalu ganti nama dan samarkan identitas visual anak yang diidentifikasi sebagai: a. Korban pelecehan atau ekspolitasi sosial, b. Pelaku pelecehan fisik atau seksual, c. Penderita HIV positif, atau yang hidup dengan AIDS, kecuali jika anak, orang tua atau walinya memberikan persetujuan yang diinformasikan (informed) secara penuh, d. Didakwa atau dihukum karena melakukan kejahatan. 4. Dalam keadaan risiko atau potensi risiko kerugian atau hukuman tertentu, gantilah nama dan samarkan identitas visual anak yang diidentifikasi sebagai: a. Pejuang atau mantan pejuang anak, b. Pencari suaka, pengungsi, atau orang terlantar. 5. Dalam kasus-kasus tertentu, menggunakan identitas anak nama dan/atau gambar yang dikenali adalah kepentingan terbaik anak. Namun, ketika identitas anak digunakan, mereka harus tetap dilindungi terhadap bahaya dan pemberian stigma atau balas dendam. Beberapa contoh kasus-kasus khusus ini adalah: a. Ketika seorang anak memulai kontak dengan wartawan, ingin menggunakan hak mereka untuk kebebasan berekspresi dan hak mereka untuk didengar pendapatnya. b. Ketika seorang anak merupakan bagian dari program aktivisme atau mobilisasi sosial dan menginginkan untuk begitu diidentifikasi. c. Ketika seorang anak terlibat dalam program psikososial dan mengklaim nama dan identitas mereka adalah bagian dari perkembangan mereka yang sehat. 6. Pastikan keakuratan tentang apa yang harus anak katakan, apakah dengan anak-anak lain atau orang dewasa, lebih baik dengan keduanya. 7. Jika ragu-ragu tentang apakah seorang anak berisiko, maka laporkan tentang situasi umum untuk anak-anak daripada tentang anak perorangan, tidak peduli seberapa patut cerita tersebut untuk diberitakan.