EVALUASI PELAKSANAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) FARMASI KATEGORI LAMA WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD KOTA SALATIGA

dokumen-dokumen yang mirip
WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

Pipintri Margiluruswati*, L.I.Irmawati*

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

JANGKA WAKTU YANG DIPERLUKAN PASIEN UNTUK PELAYANAN DI BAGIAN RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI SEMARANG

GAMBARAN PENGETAHUAN, MASA KERJA PETUGAS DAN WAKTU TUNGGU PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2013 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

EVALUASI KINERJA INSTALASI FARMASI DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ATAS PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PERIODE MEI - JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

ANALISIS WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI GEDUNG MCEB RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP DENGAN KEPUASAN PASIEN DI APOTEK PELENGKAP KIMIA FARMA BLU PROF. DR. R.D.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

EVALUASI KINERJA INSTALASI FARMASI DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ATAS PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PERIODE MEI - JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat.

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr.M.M DUNDA LIMBOTO TAHUN 2015 SKRIPSI

EVALUASI PELAYANAN APOTEK BERDASARKAN INDIKATOR PELAYANAN PRIMA DI KOTA MAGELANG PERIODE 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

ABSTRAK KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PASIEN UMUM RAWAT JALAN DENGAN FORMULARIUM DI DEPO II UMUM RAWAT JALAN RSUD ULIN BANJARMASIN.

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. GAMBARAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA 10 BESAR ANGKA KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS ANTRIAN PELAYANAN OBAT NON RACIKAN DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN RESEP PASIEN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT DI DAERAH WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

G U B E R N U R J A M B I

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan Sebelum dan Sesudah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PADA PASIEN UMUM RAWAT JALAN DENGAN FORMULARIUM RSUI YAKSSI GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN PERIODE JANUARI-MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang optimal terkait dengan obat. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA UPT PUSKESMAS MUARA TEWEH DI KABUPATEN BARITO UTARA

ARTIKEL PENELITIAN EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI MENGACU PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MARIA WALANDA MARAMIS Sherly Nayoan*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat.

sakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai di

SKRIPSI PANDU AL ROSYID K Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

Transkripsi:

20 KARTIKA-JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2016, 4(1), 20-25 p-issn 2354-6565 /e-issn 2502-3438 EVALUASI PELAKSANAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) FARMASI KATEGORI LAMA WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD KOTA SALATIGA 1 Hidayah Karuniawati, 2 Ika Gilar Hapsari, 1 Marwiani Arum, 1 Adiva Tantyas Aurora, 1 Nungky Asmaraning Wahyono 1 Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2 RSUD Kota Salatiga Corresponding author email: hk170@ums.ac.id ABSTRAK Salah satu standar pelayanan farmasi di rumah sakit adalah waktu tunggu. Waktu tunggu pelayanan obat adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat. Waktu tunggu berpengaruh pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit dengan jenis pelayanan farmasi kategori lama waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di RSUD Kota Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif (penelitian survey) terhadap pasien rawat jalan yang menebus resep di Instalasi Farmasi RSUD Salatiga dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Waktu penelitian yaitu pada bulan Januari Maret 2016. Dilakukan penghitungan waktu tunggu pelayanan resep obat dan obat racikan kemudian dilakukan analisis terhadap kesesuaian dengan standar pelayanan minimal kategori lama waktu tunggu. Jumlah resep yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 225 resep dengan 78 resep obat racikan dan 147 merupakan resep obat atau non racikan. Waktu tunggu rata-rata obat racikan adalah 9,18 menit dan rata-rata waktu tunggu obat atau obat non racikan adalah 5,70 menit. Hal tersebut sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan oleh Kepmenkes No 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang pelayanan resep baik obat maupun obat racikan yaitu lama waktu tunggu obat 30 menit dan obat racikan 60 menit, dan dari semua sampel yang diteliti tidak ada yang melebihi lama waktu tunggu seperti yang dipersyaratkan. Kata Kunci : standar pelayanan minimal, waktu tunggu, obat, obat racikan ABSTRACT One of the pharmaceutical care standard in hospital is waiting time. Waiting time is counted from patients give the prescription until get medicines in pharmacy department. Waiting time influences quality of health care and patients satisfy. This research is due to evaluate implementation of minimum health care standard at hospital categorize waiting time for concoction medicines and non concoction medicines in outpatients at RSUD Kota Salatiga. This is a non experimental experiment with descriptive design. Samples were collected with purposive sampling method. Research was done on January until March 2016. The numbers of samples are 225 prescriptions consist of 78 concoction medicines and 147 non concoction medicines. Result showed that the average of waiting time for concoction medicines was 9.18 minutes and the average of waiting time for non concoction medicines was 5.70 minutes. These were proper the regulation of Indonesian health ministry No 129/Menkes/SK/II/2008, which is for concoction medicines is less than or equal to 60 minutes and non concoction medicines is less than or equal to 30 minutes. All of the samples were proper to the regulation. Keywords: minimum health care standard, waiting time, concoction medicines, non concoction medicines

Kartika J. Ilm. Far, Jun 2016, 4(1), 20-25 21 PENDAHULUAN Menurut undang-undang No 129 tahun 2009 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Supaya tercapai pelayanan yang paripurna di dalam setiap melakukan pelayanan di rumah sakit, diharapkan mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh oleh setiap warga secara minimal dan juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur pelayanan minimal yang diberikan oleh badan layanan umum kepada masyarakat (Kepmenkes 2008). Salah satu pelayanan di rumah sakit yang diharapkan memenuhi standar pelayanan minimal adalah pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk itu perlu adanya standar pelayanan kefarmasin yang bertujuan untuk menngkatkan mutu pelayanan, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Permenkes 2014). Salah satu standar minimal pelayanan farmasi di rumah sakit adalah waktu tunggu. Waktu tunggu pelayanan obat adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat dengan standar minimal yang ditetapkan kementerian kesehatan adalah 30 menit, sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan yaitu 60 menit (Kepmenkes 2008). Waktu tunggu pelayanan resep obat lebih cepat dibandingkan dengan waktu pelayanan resep obat racikan karena pelayanan resep obat tidak melalui proses peracikan (Nurjanah et al. 2016). Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Esti et al. 2015) menyebutkan bahwa waktu tunggu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien. Waktu tunggu yang lama merupakan salah satu komponen yang potensial menyebabkan ketidakpuasan pasien. Bila waktu tunggu lama maka hal tersebut akan mengurangi kenyamanan pasien dan berpengaruh pada utilitas pasien di masa mendatang (Wijono 1999). Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu pelayanan resep masih lama atau belum sesuai standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan seperti penelitian yang dilakukan oleh (Bustani et al. 2015) waktu tunggu yaitu > 60 menit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Septini 2012) rata-rata waktu tunggu untuk resep non racikan sebesar 39 menit dan resep racikan 60,4 menit. RSUD Salatiga merupakan salah satu pusat layanan kesehatan di kota Salatiga yang men rujukan pelayanan kesehatan disekitarnya. Dari tahun ke tahun jumlah pasien yang berkunjung ke RSUD Kota Salatiga semakin meningkat, yang berarti meningkatnya kepadatan jumlah antrian pendaftaran di rumah sakit dan hal ini akan berdampak pada waktu tunggu pasien men lebih lama. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dan sampai saat ini belum ada penelitian tentang waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di RSUD Salatiga, maka diperlukan penelitian evaluasi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) rumah sakit bidang farmasi kategori lama waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan baik obat maupun obat rajikan. Harapannya hasil penelitian ini men bahan evaluasi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif (penelitian survey) terhadap pasien rawat jalan yang menebus resep di Instalasi Farmasi RSUD Kota Salatiga dan cara pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Waktu penelitian ini yaitu pada bulan Januari Maret 2016. Penelitian dilakukan dengan menghitung waktu tunggu pelayanan resep obat dan obat rajikan kemudian

22 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2016, 4(1), 20-25 dilakukan analisis terhadap kesesuaian dengan standar pelayanan minimal kategori lama waktu tunggu. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan resep dalam formulir pencatatan waktu tunggu. Hasil kemudian dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan standar pelayanan minimal waktu tunggu baik obat maupun obat racikan. Data waktu tunggu dirubah kedalam satuan menit kemudian dengan menggunakan statistik dihitung mean, median, dan standar deviasinya. HASIL DAN PEMBAHASAN RSUD Kota Salatiga merupakan rumah sakit pemerintah yang mempunyai beberapa depo farmasi yaitu depo rawat inap, rawat jalan eksekutif, depo rawat jalan, depo instalasi gawat darurat (IGD), depo logistik perbekalan farmasi, dan depo instalasi bedah sentral (IBS). Masingmasing depo melayani resep baik obat maupun obat racikan. Pelayanan resep baik obat maupun racikan merupakan salah satu bentuk pelayanan farmasi klinik di rumah sakit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah lamanya waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi, sebagaimana berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit. Waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang waktu mulai dari pasien menyerahkan resep sampai dengan pasien menerima obat (Anonim 2014). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 225 resep. Waktu tunggu secara umum pada penelitian ini dari total jumlah sampel resep yang dianalisis yaitu sebanyak 225 resep dengan range waktu 1 menit sampai 40 menit, standar deviasi adalah 6,79 dengan jumlah total waktu tunggu yaitu 1554 menit dan rata-rata waktu tunggu yaitu 6,9067 menit setiap resep. Waktu tunggu secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Total Waktu Tunggu dari Seluruh Sampel Resep di RSUD Salatiga Tahun 2016 Dalam Menit Jumlah Sampel Rerata Standar deviasi Minimum Maximum 225 6,91 6,79 1 40 Dari 225 resep, 78 resep merupakan obat racikan dan 147 resep merupakan obat. Bila data dipisah menurut jenis obat racikan dan non racikan atau obat, maka rerata waktu tunggu obat racikan adalah 9,18 menit sedangkan rerata waktu tunggu obat non racikan atau obat adalah 5,70 menit. Hasil tersebut dapat dilihat tabel 2, gambar 1, gambar 2, dan gambar 3. Tabel 2. Rerata, Standar Deviasi, Median, Minimum dan Maksimum Total Waktu Tunggu Menurut Jenis Resep Racikan dan Non Racikan Std Std Jenis Rerata Min Max dev Resep (mnt) (mnt) (mnt) Jmlh Pelayanan (mnt) Min Racikan 9,18 8,79 2 40 78 60 mnt Obat Jadi 5,70 5,06 1 29 147 30 mnt Total Waktu Tunggu 6,91 6,79 1 40 225 10 8 6 4 2 0 Gambar 1. Rerata total waktu tunggu obat racikan dan non racikan/obat 250 200 150 100 50 0 Racikan Racikan Jumlah Sampel Non Racikan/obat Non Racikan/obat Total Waktu Tunggu Jumlah Total Waktu Tunggu Gambar 2. Jumlah sampel dan waktu tunggu obat racikan dan non racikan/obat

Kartika J. Ilm. Far, Jun 2016, 4(1), 20-25 23 Mean SD Min Max Std Kepmenkes Racikan Obat Jadi Gambar 3. Perbedaan waktu tunggu obat racikan dan obat non racikan/obat Berdasarkan hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa jumlah resep obat yaitu sebanyak 147 resep lebih banyak daripada resep obat racikan yaitu sebanyak 78 resep. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu yaitu jumlah resep obat 60% lebih banyak daripada obat racikan (Yulianthy 2012; Aryani et al. 2014). Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan obat racikan adalah 9,18 menit, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan obat sekitar 5,70 menit. Waktu tunggu pelayanan obat racikan lebih lama dibandingkan dengan pelayanan resep non racikan karena obat racikan memerlukan waktu yang lebih, tidak hanya mempersiapkan obat tetapi juga perlu penghitungan dosis obat, penimbangan bahan obat, serta melakukan peracikan baik dalam bentuk puyer, kapsul, dan sediaan lainnya (Aryani et al. 2014). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Septini 2012) bahwa ada hubungan antara jenis resep dengan waktu pelayanan resep, yaitu jenis resep obat racikan mempunyai pelayanan yang lebih lama karena harus menghitung, menimbang, dan mengambil berapa banyak obat yang diperlukan sesuai dengan dosis yang diperlukan serta harus memperhatikan dalam mencampur sifat dan jenis bahan obat. Bagian ini memerlukan tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan farmasi dan dengan pengalaman kerja yang lama sehingga dapat mengerjakan obat racikan dengan cepat. Jika dilihat dari standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan oleh Kepmenkenkes No 129/ Menkes/SK/II/2008 pelayanan resep baik obat maupun obat racikan di Instalasi Farmasi rawat jalan RSUD Kota Salatiga sudah 70 60 50 40 30 20 10 0 memenuhi standar yaitu lama waktu tunggu obat racikan 60 menit dan obat 30 menit, dan dari semua sampel yang diteliti tidak ada yang melebihi lama waktu tunggu seperti yang dipersyaratkan. Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu pelayanan di instalasi farmasi depo/satelit rawat jalan sudah sesuai dengan SOP (Standart Operating Prosedure) yang sudah ditetapkan dimana tugas dan fungsi utamanya adalah melayani resep-resep yang berasal dari poliklinik rawat jalan dengan prosedur pelayanan resep yaitu dimulai dari penyerahan resep oleh pasien kemudian resep dilakukan screening (administrasi dan farmasetis serta farmakologis), resep di-entry, nota pembayaran diserahkan kepada pasien, sementara pasien membayar dikasir, obat disiapkan atau dilakukan peracikan untuk obat racikan dan tahap terakhir yaitu obat diserahkan kepada pasien. Petugas yang melakukan screening resep, mengambil obat, menulis etiket, dan menyerahkan obat dilakukan oleh petugas yang berbeda sehingga waktu pelayanan lebih cepat dan kemungkinan kesalahan obat dapat dihindarkan. Petugas di instalasi farmasi juga mendapatkan pelatihan pelayanan secara berkala sehingga pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan dapat terus ditingkatkan karena keterampilan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan mutu atau kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan akan berpengaruh pada kepuasan pasien (Rusdiana et al. 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi 2015) dari hasil penghitungan statistik diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 15,944 yang berarti bahwa waktu tunggu yang lama mempunyai resiko ketidakpuasan pasien 15 kali dibandingkan waktu tunggu yang cepat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Yulianthy 2012), dalam analisis waktu tunggu di rumah sakit St. Carolus, faktor pengetahuan dan keterampilan dalam hal proses membaca resep, menghitung, dan memberi harga obat serta kecepatan dalam mengoperasikan komputer mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep, dan sebaliknya, kurangnya keterampilan dan kecepatan pelayanan terutama di titik-titik penerimaan dan peracikan akan berdampak pada lamanya waktu tunggu pasien dalam menebus resep dokter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Sharif & Sukeri 2003) ada empat faktor yang mempengaruhi waktu tunggu. Faktor yang pertama adalah Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia yang kurang terampil dan professional akan menyebabkan durasi pelayanan

24 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2016, 4(1), 20-25 semakin lama. Sebaliknya, ketersediaan sumber daya manusia yang yang cukup terampil, lama kerja, beban kerja, dan pengetahuan pegawai mempengaruhi lama waktu tunggu. Pengalaman kerja mempengaruhi perilaku kinerja individu. Semakin lama pengalaman kerja seseorang, maka akan semakin terampil dan semakin lama masa kerja seseorang akan semakin menambah wawasan dan kematangan dalam melaksanakan tugas (Puspitasari 2011). Faktor yang kedua adalah peralatan dan fasilitas atau sarana dan prasarana. Sebagai contoh program komputer yang belum sempurna akan mengakibatkan beberapa pekerjaan dikerjakan secara manual sehingga mempengaruhi lama waktu pelayanan dan lama waktu tunggu. Faktor yang ketiga yaitu pasien. Perilaku pasien yang kurang tertib dan disiplin berpengaruh terhadap meningkatnya waktu tunggu. Faktor yang keempat adalah proses registrasi artinya proses bagaimana sistem resep masuk ke dalam instalasi farmasi untuk dilakukan pelayanan. Peletakan loket yang banyak dan kurang tepat dapat berpotensi membingungkan pasien dalam hal mencari loket (Puspitasari 2011). Menurut penelitian yang dilakukan (Wijaya 2012) lama waktu tunggu dipengaruhi oleh sumber daya manusia, jenis pasien, jenis resep, ketersediaan obat, peresepan dokter, sarana dan prasarana, formularium obat, Standar Operating Prosedure (SOP) pelayanan resep serta faktor proses pelayanan resep yang meliputi : penerimaan resep, pemberian harga obat, pembayaran, pengambilan dan peracikan obat, pemberian etiket obat, dan penyerahan obat kepada pasien. Beberapa model untuk meningkatkan efisiensi waktu sudah diujicobakan. Salah satu model yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk mengurangi lama waktu tunggu yaitu dengan Lean and Six Sigma. Beberapa institusi kesehatan sudah mengimplementasikan model tersebut dan hasilnya lama siklus waktu bisa diturunkan (Gijo et al. 2013). KESIMPULAN Jumlah resep yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 225 resep dengan 78 resep adalah resep racikan dan 147 merupakan resep obat atau non racikan. Waktu tunggu ratarata obat racikan adalah 9,18 menit dan rata-rata waktu tunggu obat atau obat non racikan adalah 5,70 menit. Hal tersebut sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan oleh Kepmenkenkes No 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang pelayanan resep baik obat maupun obat racikan yaitu lama waktu tunggu obat racikan 60 menit dan obat non racikan atau obat 30 menit, dan dari semua sampel yang diteliti tidak ada yang melebihi lama waktu tunggu seperti yang dipersyaratkan. SARAN 1. Waktu tunggu pelayanan resep baik obat racikan maupun obat sudah sesuai standar yang dipersyartakan oleh pemerintah melalui Kepmenkenkes No 129/ Menkes/SK/II/2008, petugas tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan. 2. Menerapkan Lean and Six Sigma untuk lebih meningkatkan efesiensi waktu dan kinerja petugas di Instalasi Farmasi 3. Penelitian dengan tema sejenis disarankan untuk mencoba meneliti lama waktu tunggu berdasarkan perbedaan jenis pasien misalnya pasien JKN dan non JKN atau berdasarkan perbedaan status sosial atau ekonomi pasien. 4. Menambah jumlah sampel saat jam peak hour (jam penumpukan resep) pelayanan farmasi dan awal jam buka instalasi farmasi. 5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kesesuaian resep dengan standar akreditasi RS Kars. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Aryani, F., Anggraini, D. & Yani, N.P., 2014. Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian Kategori Waktu Tunggu Pelayanan Resep di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru., 3(September), pp.4 9. Bustani, N.M., Rattu, A.J. & Saerang, J.S.M., 2015. Analisis Lama Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Rawat Propinsi Sulawesi Utara., 3. Dewi, A., 2015. Hubungan Waktu Tunggu Pendaftaran dengan Kepuasan Pasien di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ) RSUD Sukoharjo. Skripsi.

Kartika J. Ilm. Far, Jun 2016, 4(1), 20-25 25 Esti, A., Puspitasari, Y. & Rusmawati, A., 2015. Pengaruh Waktu Tunggu dan Waktu Sentuh Pasien Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Poli Umum, Gijo, E. et al., 2013. Reducing Patient Waiting Time in a Pathology Departement Using the Six Sigma Methodology. Leadership in Health Services, 26 (4). Kepmenkes, 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit., 1(5), pp.1 55. Nurjanah, F., Maramis, F.R.R. & Engkeng, S., 2016. Hubungan Antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep Dengan Kepuasan Pasien di Apotek Pelengkap Kimia Farma BLU Prof. Dr. R. D. Kandau Manado., 5(1), pp.362 370. Permenkes, 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah Sakit. Puspitasari, A., 2011. Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Umum di Depo Farmasi Rawat Jalan RS. Karya Bhakti Tahun 2011. Tesis, Universitas Indonesia, depok. Rusdiana, N., Wijayanti, R. & Wahyuni, S., 2015. Kualitas Pelayanan Farmasi Berdasarkan Waktu Penyelesaian Resep di Rumah Sakit. Pharmaciana, 5, No. 2, pp.169 176. Septini, R., 2012. Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Askes Rawat Jalan di Yanmasum Farmasi RSPAD Gatot Subroto tahun 2011. Sharif, J.. & Sukeri, S., 2003. Study on Waiting Time at the Paediatric Dental Clinic in Kuala Lumpur Hospital. Journal of Quality Improvment, 7 (1). Wijaya, H., 2012. Analisis Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit Bidang Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Tahun 2012. Tesis. Wijono, J., 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya: Airlangga University Press. Yulianthy, 2012. Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Umum di Farmasi Unit Rawat Jalan Selatan Pelayanan Kesehatan Sint Carolus Tahun 2011.