BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
5 / 7

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 130 TAHUN 2014 T E N T A N G

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 2

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SUKAMARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 12

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. rumah tangga. Menurut (Hanafie, 2010) ketahanan pangan bagi suatu negara

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

Transkripsi:

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal di Kabupaten Kudus, diperlukan berbagai upaya secara sistematis dan terintegrasi; b. c. bahwa guna mencapai kondisi konsumsi pangan tersebut, perlu mengatur kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal di Kabupaten Kudus; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. 3. 4. 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4254); Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 6. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Sumber Daya Lokal; 7. 8. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kudus (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 106); Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 41); Memperhatikan : Keputusan Bupati Kudus Nomor 521.1/255/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan dan Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS. Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Bupati adalah Bupati Kudus. 2. Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal adalah upaya menganekaragamkan konsumsi pangan dengan memanfaatkan potensi produksi pangan yang ada di Kabupaten Kudus. 3. Pola monokultur adalah pola budidaya pertanian dengan satu jenis tanaman. 4. Pola Pangan Harapan yang selanjutnya disingkat PPH adalah susunan keberagaman pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari 9 (sembilan) kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. Pasal 2 Dengan Peraturan Bupati ditetapkan Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Pasal 3 Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal (2) menjadi acuan bagi Pemerintah Kabupaten Kudus dalam melakukan perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi, dan pengendalian Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Pasal 4

(1) Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumber Daya Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Tabel Kegiatan Operasional, Keluaran, Dampak dan Sasaran Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Bupati ini. (2) Evaluasi dan Pengendalian Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait dan berkoordinasi dengan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus. Pasal 5 Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Peraturan Bupati ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kudus. Pasal 6 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kudus. Ditetapkan di Kudus pada tanggal 6 Oktober 2010 BUPATI KUDUS, M U S T H O F A Diundangkan di Kudus pada tanggal 7 Oktober 2010 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUDUS, BADRI HUTOMO BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 NOMOR 20

LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS A. LATAR BELAKANG Keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, yang secara langsung ditentukan oleh faktor konsumsi pangan dan daya tahan tubuh tehadap penyakit, dimana hal dimaksud secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan, faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Lebih dari 90 % (sembilan puluh persen) masalah kesehatan terkait dengan faktor makanan. Sedangkan faktor penentu mutu makanan itu adalah keanekaragaman jenis pangan, keseimbangan gizi dan keamananan pangan. Ketidakseimbangan gizi akibat konsumsi pangan yang tidak beranekaragam telah membawa dampak pada munculnya masalah gizi ganda di Indonesia, yaitu gizi kurang maupun gizi lebih. Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau membudidayakan pola konsumsi pangan yang beranekaragam, seimbang serta aman, dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah skor PPH yang ditunjukkan dengan nilai 95 (sembilan puluh lima) dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015. Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan yang berbasis sumber daya lokal. Dari sisi aktivitas produksi, penganekaragaman konsumsi pangan dapat meminimalkan resiko usaha pola monokultur, meredam gejolak harga, mengurangi gangguan kehidupan biota di suatu kawasan, meningkatkan pendapatan petani, dan menunjang pelestarian sumber daya alam. Upaya pengembangan konsumsi pangan dapat pula dijadikan sebagai salah satu momentum bagi Pemerintah Kabupaten Kudus untuk menstimulasi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan.

2 Disamping itu, jika dilihat dari kepentingan kemandirian pangan, maka penganekaragaman konsumsi pangan dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan. Dengan demikian, penganekaragaman konsumsi pangan merupakan pondasi bagi keberlanjutan ketahanan pangan dan memiliki dimensi pembangunan yang sangat luas, baik dari aspek sosial, ekonomi, politik, maupun kelestarian lingkungan. Selama ini upaya penganekaragaman konsumsi pangan telah dilakukan oleh masingmasing sektor, namun demikian masih ditemui permasalahan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam penganekaragaman konsumsi pangan dewasa ini antara lain adalah : 1. Belum tercapainya skor mutu keragaman dan keseimbangan konsumsi gizi sesuai harapan berdasarkan nilai skor PPH pada tahun 2008 untuk Tingkat Nasional sebesar 83,26 (delapan puluh tiga koma dua puluh enam); Tingkat Jawa Tengah sebesar 81, 2 (delapan puluh satu koma dua); dan Tingkat Kabupaten Kudus sebesar 80,1 (delapan puluh koma satu) dan selama ini pencapaiannya berjalan sangat lamban dan fluktuatif ; 2. Cukup tingginya kesenjangan mutu gizi konsumsi pangan antara masyarakat desa dan kota ; 3. Adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal ; 4. Lambatnya perkembangan, penyebaran dan penyerapan teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam pengolahan gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra dan daya terima ; 5. Masih belum optimalnya pemberian insentif bagi dunia usaha dan masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal ; dan 6. Kurangnya fasilitasi pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan aksesibilitas pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan di bawah Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus. Kebijakan ini harus mampu memberikan dorongan yang kuat bagi penyediaan dan permintaan aneka ragam pangan yang berbasis potensi sumber daya lokal. B. KEBIJAKAN 1. Tujuan Secara umum tujuan Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal adalah memfasilitasi dan mendorong terwujudnya Pola Konsumsi Pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) yang diindikasikan oleh nilai skor PPH sebesar 95 (sembilan puluh lima) pada tahun 2015, berdasarkan pada target yang ditentukan oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat, Departemen Pertanian Tahun 2008.

3 Tujuan khusus percepatan penganekaragaman konsumsi pangan adalah mendorong tercapainya : a. Peningkatan permintaan masyarakat terhadap keanekaragam pangan baik pangan segar, olahan maupun siap saji melalui proses internalisasi kepada seluruh komponen masyarakat, termasuk aparat, yang meliputi peningkatan pengetahuan dan kesadaran gizi seimbang sejak usia dini, pengembangan kegiatan pemberdayaan ekonomi rumah tangga, dan promosi serta gerakan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. b. Peningkatan ketersediaan aneka pangan segar dan olahan melalui pengembangan bisnis dan industri pengolahan aneka pangan sumber karbohidrat non beras dan non terigu, sumber protein nabati dan hewani, serat, vitamin, dan mineral yang berbasis sumberdaya lokal, aman, terjangkau, dapat diterima secara sosial, ekonomi dan budaya, serta mampu menggerakkan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). c. Penguatan dan peningkatan partisipasi Pemerintah Kabupaten Kudus dalam pengembangan dan pelaksanaan program penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. 2. Sasaran Sasaran percepatan penganekaragaman konsumsi pangan adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) yang dicerminkan oleh tercapainya nilai skor PPH rata-rata di Kabupaten Kudus pada tahun 2011 sebesar 83,5 (delapan puluh tiga koma lima) dan pada tahun 2015 sebesar 95 (sembilan puluh lima). Sasaran nilai skor PPH di Kabupaten Kudus mengacu pada PPH provinsi Jawa Tengah dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan potensi sumber daya lokal. 3. Strategi Strategi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah upaya untuk mewujudkan Pola Konsumsi Pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) guna mendukung meningkatnya nilai skor PPH di Kabupaten Kudus, yang dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : 1. Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Salah satu faktor penting yang menyebabkan belum maksimalnya pencapaian program penganekaragaman konsumsi pangan adalah terbatasnya kebijakan dan program yang berhubungan dengan proses internalisasi pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) pada tingkat rumah tangga.

4 Pengetahuan tentang penganekaragaman konsumsi pangan yang dimiliki oleh setiap individu, terutama wanita sangat penting dalam membentuk pola makan yang memenuhi kriteria gizi seimbang. Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu : a. Advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi tentang konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) pada berbagai tingkatan, kepada aparat dan masyarakat. b. Pendidikan konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) melalui jalur pendidikan formal dan non formal. 2. Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal. Keberhasilan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan ditentukan oleh ketersediaan aneka ragam pangan dan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi keanekaragaman pangan. Sedangkan Kabupaten Kudus merupakan salah satu daerah yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor industri, disamping sektor pertanian sebagai penunjangnya dan mempunyai peluang yang terbuka untuk tumbuhnya industri pengolahan pangan. Efektivitas percepatan penganekaragaman kosumsi pangan akan tercapai apabila upaya internalisasi didukung dan berjalan seiring dengan pengembangan bisnis pangan. Adapun untuk industri pengolahan pangan berbasis pangan lokal memungkinkan tumbuh pesat di Kabupaten Kudus. Hal tersebut mengingat jiwa wirausaha yang dimiliki oleh sebagian warganya. Sedang apabila kita lihat dari segi potensi produksi bahan pangan sebagai sumber karbohidrat yang dapat diolah menjadi tepung sebagai substansi tepung terigu, seperti misalnya : ganyong/jangklong, kerut, sukun, singkong, dan pisang, maka kontinuitas produksinya belum terjamin untuk tumbuhnya industri. Oleh karena itu kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan di Kabupaten Kudus perlu diselaraskan, khususnya dalam pengembangan pertanian, perikanan dan industri pengolahan pangan, guna memajukan perekonomian daerah. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan yang komprehensif. Untuk itu rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan tersebut, perlu dikembangkan untuk membangun sistem inovasi guna merangsang pemantapan pelaksanaan penganekaragaman konsumsi pangan di Kabupaten Kudus. Dalam rencana tersebut, perlu melibatkan peran serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya dalam program pengembangan industri aneka ragam pangan. Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu :

5 a. Fasilitasi kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnis pangan segar, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap saji yang aman, berbasis potensi sumber daya lokal; b. Advokasi, sosialisasi dan penerapan standart mutu dan keamanan pangan bagi pelaku usaha pangan, terutama kepada usaha rumah tangga dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Melalui kedua strategi tersebut keberhasilan penganekaragaman konsumsi pangan akan tercermin dari 4 (empat) indikator, yaitu : 1. Menu makanan sehari-hari makin Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA); 2. Peran swasta dan pemerintah Kabupaten Kudus dalam memanfaatkan keragaman sumber daya lokal makin meningkat; 3. Aneka ragam makanan berbasis sumber daya lokal makin banyak tersedia di masyarakat, memilki citra yang baik, rasa yang enak dan harga yang kompetitif; dan 4. Teknologi kuliner dan bisnis bidang makanan berskala mikro, kecil dan menengah berdasarkan kearifan dan budaya lokal semakin berkembang. C. LANGKAH OPERASIONAL Upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan diharapkan mencapai hasil pada tahun 2015 yang diindikasikan oleh tercapainya nilai skor PPH sebesar 95 (sembilan puluh lima). Untuk mencapai target tersebut dilakukan pentahapan umum yang secara umum terdiri atas 2 (dua) tahap yaitu: a. Tahap I ( Tahun 2010-2011) Untuk kurun waktu tahun 2010-2011 kegiatan difokuskan pada internalisasi penganekaragaman pangan dengan gizi seimbang dan aman serta mengembangkan ketersediaan bahan baku dan pasar domestik aneka ragam pangan baik segar maupun olahan. Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui : 1) Kampanye, sosialisasi, advokasi dan promosi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal, baik untuk aparat, individu, kelompok masyarakat maupun industri; 2) Pendidikan konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) secara sistematis melalui pendidikan formal dan informal; 3) Penyuluhan kepada ibu rumah tangga dan remaja, terutama ibu hamil, ibu menyusui, dan wanita usia subur tentang manfaat mengkonsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) ; 4) Pemanfaatan pekarangan dan potensi pangan di sekitar lingkungan;

6 5) Pembinaan kepada industri rumah tangga dan pengusaha kecil di bidang pangan guna meningkatkan kesadaran untuk memproduksi, menyediakan dan memperdagangkan aneka ragam pangan yang aman berbasis sumber daya lokal; 6) Pengembangan dan diseminasi serta aplikasi paket teknologi terapan terhadap pengolahan aneka ragam pangan; 7) Pembinaan mutu dan keamanan pangan kepada industri rumah tangga dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang pangan berbasis sumber daya lokal. 8) Fasilitasi pengembangan bisnis pangan, permodalan, dan pemasaran kepada pengusaha di bidang pangan baik segar, olahan maupun siap saji yang berbasis sumber daya lokal; 9) Pemberian pengahargaan kepada individu atau perorangan dan kelompok masyarakat yang dinilai telah berperan sebagai pelopor menjalankan dan memajukan upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal; dan 10) Evaluasi dan pengendalian percapaian upaya penganekaragaman konsumsi pangan Tahap I. b. Tahap II ( Tahun 2012-2015) Untuk kurun waktu tahun 2012-2015, upaya-upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan adalah melanjutkan kegiatan tahap I dengan menambah kegiatan dan penekanan pada pembinaan pengembangan bisnis dan industri pangan, sebagai berikut : 1) Fasilitasi pengembangan bisnis pangan baik segar, olahan maupun siap saji berbasis sumber daya lokal dalam hal dukungan infrastruktur, jalan dan sumber daya air; 2) Penetapan standart mutu dan keamanan pangan pada industri rumah tangga dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang pangan berbasis sumber daya lokal; 3) Pemberian pengahargaan kepada industri rumah tangga dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang pangan berbasis sumber daya lokal ;dan 4) Evaluasi dan pengendalian tercapainya upaya penganekaragaman konsumsi pangan Tahap II.

7 D. PENUTUP Kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal yang telah ditetapkan ini merupakan acuan bagi Pemerintah Kabupaten Kudus dalam melakukan perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi, dan pengendalian percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal untuk mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA). BUPATI KUDUS, M U S T H O F A

LAMPIRAN II : PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR.TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS Advokasi,kampanye, promosi, sosialisasi konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman pada berbagai tingkatan kepada aparat dan masyarakat : a. Penguatan lembaga dan ketenagaan advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi; b. Pengembangan materi advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi; c. Advokasi kepada pemangku kebijakan; d. Kampanye melalui media masa daerah & lokal; TABEL KEGIATAN OPERASIONAL, KELUARAN, DAMPAK DAN SASARAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS NO. KEGIATAN OPERASIONAL INSTANSI KELUARAN DAMPAK SASARAN 1 2 3 4 5 6 1 Internalisasi Badan Peningkatan pengetahuan Tumbuhnya permintaan Tahap I ( Tahun 2009-2011) penganekaragaman konsumsi Pemberdayaan dan sikap positif terhadap pangan : Masyarakat konsumsi pangan yang 1.Pencapaian skor PPH 88,1 Perempuan beragam, bergizi, seimbang pada tahun 2011. Keluarga Berencana, dan aman pada pengambil Kantor Ketahanan keputusan/aparat,pendidik, 2.Pangan aman dikonsumsi. Pangan, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga, Bagian Perekonomian, Bagian Humas, Tim Penggerak PKK. Koordinator : Ketua Harian Ketahanan Kabupaten. Dewan Pangan ibu rumah tangga dan kelompok masyarakat lainnya. terhadap aneka pangan lokal sumber karbohidrat non beras non terigu, pangan sumber protein nabati dan hewani, serat, vitamin, dan mineral. Pola konsumsi pangan memenuhi prinsip gizi beragam, bergizi, seimbang dan aman.

e. Promosi dan sosialisasi; dan f. Pemberian penghargaan. Pendidikan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui jalur pendidikan formal dan non formal di masing-masing instansi : a. Pengembangan materi pendidikan gizi seimbang dan keamanan pangan yang terintegrasi dalam kurikulum pendidikan di sekolah maupun luar sekolah b. Penguatan tenaga pendidik dalam penguasaan materi gizi seimbang dan keamanan pangan. c. Pelaksanaan pendidikan gizi seimbang dan keamanan pangan melalui jalur pendidikan non formal kepada ibu rumah tangga dan remaja terutama ibu hamil, ubi menyusui dan wanita usia subur. BPMPKB, Kantor Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga, Bagian Perekonomian, Bagian Humas, Bagian Hukum, Tim Penggerak PKK. Koordinator : Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten. Peningkatan pengetahuan dan sikap positif terhadap konsumsi oangan yang beragam, bergizi, seimbang dana aman pada pengambil keputusan/aparat,pendidik, ibu rumah tangga dan kelompok masyarakat lainnya. Tumbuhnya permintaan terhadap aneka pangan lokal sumber karbohidrat non beras non terigu, pangan sumber protein, nabati, dan hewani, serat, vitamin, dan mineral. Pola konsumsi pangan memenuhi prinsip gizi seimbang dan aman. Tahap I ( Tahun 2009-2011) 1.Pencapaian skor PPH 88,1 pada tahun 2011 2.Pangan aman dikonsumsi. Pengembangan bisnis dan

2. industri pangan lokal : Fasilitasi kepada UMKM untuk pengembangan bisnis pangan segar, industri bahan baku, industry pangan olahan dan pangan siap saji yang aman berbasis sumberdaya lokal : a. Pemetaan sumberdaya lokal b. Pengembangan, diseminasi dan aplikasi teknologi terapan pengolahan aneka pangan. c. Fasilitasi akses kredit usaha d. Fasilitasi produksi dan pemasaran Advokasi, sosialisasi dan penerapan standart mutu dan keamanan pangan bagi pelaku usaha pangan, terutama usaha rumah tangga dan UMKM : a. Pembinaan mutu dan keamanan pangan. b. Penerapan standart mutu dan keamanan pangan BAPPEDA, Kantor Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM, Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar, BPMPKB, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dinas Kesehatan, Bagian Perekonomian, Bagian Humas. Koordinator : Ketua Dewan Harian Ketahanan pangan Kabupaten Kudus. Kantor Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dinas Kesehatan, Bagian Perekonomian, Bagian Humas. a. Meningkatnya jumlah industri pengolahan aneka pangan berbasis sumberdaya lokal guna mendukung penganekaragaman konsumsi pangan; b. Terinternalisasinya mutu dan keamanan pangan di kalangan produsen pangan lokal. a. Meningkatnya jumlah industri pengolahan aneka pangan berbasis sumberdaya lokal guna mendukung penganekaragaman konsumsi pangan; Peningkatan pasokan aneka pangan olahan yang aman berbasis sumberdaya lokal. Peningkatan pasokan aneka pangan olahan yang aman berbasis sumberdaya lokal. Tahap II ( tahun 2012-2015) 1.Pencapaian Skor PPH 95 Pada tahun 2015 2.Pangan aman dikonsumsi. Tahap II ( tahun 2012-2015) 1.Pencapaian Skor PPH 95 Pada tahun 2015 ; 2.Pangan aman dikonsumsi.

3. Evaluasi dan pengendalian percepatan penganekaragaman konsumsi pangan Koordinator : Ketua Dewan Harian Ketahanan Pangan Kab. Kudus. BAPPEDA,Kantor Ketahanan Pangan, BPMPKB, Dinas Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga,Dinas Kesehatan, Bagian Perekonomian, Bagian Humas. b. Terinternalisasinya mutu dan keamanan pangan di kalangan produsen pangan lokal. Meningkatnya keterpaduan perencanaan sampai dengan evaluasi program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal. Sinergi pelaksanaan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal di setiap tingkatan. Tahap I ( Tahun 2009-2011) 1.Pencapaian skor PPH 88,1 pada tahun 2011; 2.Pangan aman dikonsumsi. Tahap II ( tahun 2012-2015) 1.Pencapaian skor PPH 95 Pada tahun 2015; 2.Pangan aman dikonsumsi. Koordinator : Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Kab. BUPATI KUDUS, M U S T H O F A