PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

IMPLEMENTASI PERDA KOTA DUMAI TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PERKOTAAN DALAM WILAYAH KOTA DUMAI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

Pemberdayaan Pasar Tradisional Bantul Yogyakarta

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah yang sangat luas, dan terdiri atas pulau-pulau, serta wilayahnya

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

LAPORAN AKHIR PKM-PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya kekuatan ekonomi besar (multi coporate) tidak mungkin

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PURWOHARJO DESA KRADENAN SALINAN PERATURAN DESA KRADENAN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 26 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. suatu wilayah. Menurut bentuk fisik, pusat perdagangan dibagi menjadi dua yaitu

REDESAIN PASAR INDUK KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bertujuan mencari laba dengan mempergunakan faktor-faktor produksi

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOPERASI PASAR TRADISIONAL. A. Peran Strategis Pasar Tradisional Terhadap Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke. Agus Nur Hayanto NIM : F UNIVERSITAS SEBELAS MARET GAMBARAN UMUM OBYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN MUARA ENIM

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERDAGANGAN. SEMINAR RETAIL NASIONAL 2006 (RETAILER DAY & AWARD 2006) JAKARTA, 25 Januari 2007 =========================

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

BAB II LANDASAN TEORI. maka perlu didukung dari penelitian-penelitian terdahulu yang membahas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Tugas Pembantuan. Pembangunan. Pengembangan. Pengelolaan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. mulai menggalakkan program re-use dan re-cycle atas sampah-sampah yang ada.

TINJAUAN PUSTAKA. kebudayaan di mana mekanisme tertanam. Mekanisme tawar-menawar. merupakan unsur khas pasar tradisional (Listiani,2009).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PASAR SELASA PANAM PEKANBARU. A. Sejarah Singkat Pasar Selasa Panam Pekanbaru

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, pasar tradisional semakin tergeser keberadaannya oleh pasar moderen. Di kota besar, pasar tradisional dianggap sebagai tempat untuk konsumen kalangan menengah ke bawah, barang yang dijual bisa didapatkan dengan harga murah dibandingkan dengan pasar moderen yang khusus untuk kalangan menengah ke atas. Biasanya, produk yang dijual bergantung pada permintaan konsumen, dan harga yang ditetapkan merupakan hasil dari proses tawar menawar. Pada umumnya, produk yang dijual adalah bahan kebutuhan sehari-hari (sembako). Saat diberlakukannya deregulasi industri ritel pada tahun 1998, pertumbuhan pasar moderen seperti mall, supermarket, hipermarket, dan lain sebagainya, tumbuh pesat, sehingga membuat pasar tradisional kalah bersaing. Walaupun di beberapa tempat, khususnya di kota-kota besar, pasar tradisional tidak memiliki posisi strategis lagi, tapi di daerah-daerah, pasar tradisional merupakan pusat ekonomi yang menggerakkan roda perekonomian di suatu daerah. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres-RI) Nomor 112 Tahun 2007, pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerjasama dengan swasta, dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Sampai saat ini, pasar tradisional masih sangat memprihatinkan. Kesan kumuh, becek, aroma yang menyegat, dan sistem keamanan yang sangat minim menjadi brand dari pasar tradisional itu sendiri. Banyak permasalahan yang sering dihadapi oleh pasar tradisional dan belum ada kejelasan perbaikannya. Adapun masalah yang sering muncul adalah sebagai berikut (Kuncoro 2008). 1. Banyaknya pedagang yang tidak tertampung di pasar.

2 2. Stigma pasar tradisional yang mempunyai kesan kumuh. 3. Barang dagangan makanan siap saji yang dijual di pasar tradisonal mempunyai kesan kurang higienis. 4. Tumbuhnya pasar moderen dan menjadi pesaing utama bagi pasar tradisional. 5. Kurangnya kesadaran pedagang dalam mengembangkan usahanya dan banyak pedagang yang tidak mau menempati tempat yang telah ditentukan. 6. Status kepemilikan tanah pasar yang tidak jelas, sebagian berstatus pemerintah daerah, dan sebagian lagi berstatus milik pemerintah desa. 7. Adanya keengganan pedagang dalam membayar retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 8. Masih adanya pasar yang beroperasi hanya pada hari pasaran. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, keberadaan pasar tradisional masih memiliki nilai strategis. Hal ini ditunjukkan oleh kemudahan dan terjangkaunya harga yang ditawarkan oleh pasar tradisional itu sendiri. Ada empat peranan penting dari pasar tradisional yang tidak bisa digantikan oleh pasar moderen, yaitu sebagai berikut. 1. Pasar tradisional merupakan tonggak perekonomian bagi masyarakat menengah ke bawah dan dijadikan tempat untuk menyediakan barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang mudah dijangkau oleh masyarakat, khususnya masyarakat di Kota Dumai. 2. Kemudahan untuk dimasuki dan diakses oleh semua pedagang, terutama pedagang yang memiliki modal kecil. 3. Pasar merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi pasar yang ditarik oleh pemerintah daerah dari pedagang-pedagang pasar. 4. Akumulasi dari seluruh aktivitas jual beli di pasar merupakan faktor penting dalam perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi, baik skala lokal, regional, maupun nasional. Sistem pengelolaan pasar tradisional sangat jauh berbeda dengan sistem pengelolaan pasar moderen. Pada pasar moderen, pengelolaannya dilakukan oleh profesional melalui pendekatan bisnis. Sistem pengelolaannya lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar pengelolaan bisnisnya.

3 Pada pasar tradisional, pengelolaannya dilakukan oleh dinas pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi. Sistem pengelolaannya terdesentralisasi dan setiap pedagang mengatur standar pengelolaannya sendiri. Di Kota Dumai, pasar tradisional memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Selain mendapatkan penghasilan terbesar dari minyak bumi, pasar juga memberikan kontribusi terbesar bagi pemasukan Kota Dumai. Masukannya berupa retribusi pasar yang hasilnya diserahkan ke kas daerah, guna memfasilitasi peningkatan pelayanan pasar dan pembiayaan operasional pemerintahan (Tabel 1). Tabel 1 Realisasi penerimaan retribusi pelayanan pasar Kota Dumai (ribu Rp) No Tahun Target Realisasi Kelebihan Kekurangan 1 2002 25 000.00 28 730.00 3 730.00-2 2003 32 200.00 32 700.00 500.00-3 2004 37 030.00 40 050.00 3 020.00-4 2005 60 000.00 66 343.00 6 343.00-5 2006 66 518.00 89 051.00 22 553.00-6 2007 90 000.00 71 775.00-18 225.00 7 2008 90 000.00 78 118.00-11 882.00 8 2009 100 000.00 122 000.00 22 000.00-9 2010 150 000.00 158 021.00 8 021.00-10 2011 225 000.00 254 383.00 29 383.00 - Sumber: Kantor Pelayanan Pasar Kota Dumai (2011b) Keberadaan pasar tradisional di Kota Dumai selalu mendapat perhatian dari masyarakat sekitar, karena pasar tradisional inilah yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagai salah satu sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar. Hal ini dibuktikan ketika Indonesia mengalami krisis, pasar tradisional tetap ada dan mampu memenuhi kebutuhan para konsumen walaupun harga yang ditawarkan melonjak naik pada saat itu. Kesan kumuh, becek, bau menyengat, tidak aman, dan tidak terawat yang selama ini menjadi brand image bagi pasar tradisional, bukan menjadi masalah bagi masyarakat sekitar, karena sadar atau tidak, semua kebutuhan yang masyarakat inginkan ada di pasar tradisional. Sistem pengelolaan pasar tradisional di Dumai dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pasar (KPP) Kota Dumai, tugasnya mendata sejumlah pedagang dengan jenis dagangannya, melakukan pemungutan terhadap pedagang berupa retribusi pasar, dan meningkatkan pelayanan yang diberikan dalam pengelolaan pasar di Kota Dumai. Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh KPP Kota Dumai didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011, tentang Pelayanan Pasar.

4 Pasar yang ada di Kota Dumai terdiri dari dua macam kepemilikan, yaitu pasar pemko dan pasar swasta (Tabel 2). Pasar pemko merupakan pasar yang disediakan oleh pemerintah Kota Dumai dengan menyediakan tempat berupa kios, los, tenda, maupun gerobak, serta dikenai biaya retribusi sesuai dengan harga sewa yang telah ditetapkan dan tempat yang digunakan oleh pedagang pasar. Sistem pembayaran retribusi pasar yang dikenai kepada pedagang dilakukan satu bulan sekali. Pasar swasta merupakan pasar yang telah ada sejak dulu dan pengelolaannya dilakukan oleh individu yang membuka pasar tersebut. Sistem pemungutan berupa retribusi pasar yang dikenai pada pasar swasta hanya sebesar Rp500.00/hari untuk satu orang pedagang dan dilakukan penarikan setiap satu bulan sekali. Penarikan tarif retribusi ini dilakukan oleh pekerja yang ditunjuk oleh Kantor Pelayanan Pasar (KPP) dalam melakukan pungutan. Ada lima titik penting pasar yang ditempati oleh sejumlah pedagang, yaitu di Kecamatan Dumai Timur, Dumai Barat, Bukit Kapur, Medang Kampai, dan Sungai Sembilan. Dari lima kecamatan tersebut, hanya dua kecamatan (Dumai Timur dan Dumai Barat) yang pemungutan retribusinya masih aktif sampai dengan sekarang (Tabel 2), sedangkan tiga kecamatan lainnya tidak dilakukan karena pasar dianggap masih kepemilikan swasta dan enggan membayar retribusi sesuai dengan yang ditetapkan, bahkan ada pasar yang tutup karena tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Barang yang dijual homogen, yaitu sembako, hasil tangkapan dari laut dan sungai, daging ayam, daging sapi, baju, mainan anak-anak, jajanan pasar, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu kota di Provinsi Riau yang posisinya paling strategis, yaitu dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Malaka, banyak produk impor yang masuk ke Dumai dan dijual dengan harga yang lebih murah. Walaupun begitu, produk tersebut tidak dijual di pasar tradisional, melainkan memiliki tempat sendiri yang posisinya lebih dekat dengan pelabuhan Kota Dumai, dan lebih dikenal dengan produk seken (sebutan bagi penduduk Kota Dumai terhadap barang impor). Barang khas dari Dumai sendiri seperti kain tenun songket tidak dijual bebas di pasar tradisional, karena menurut persepsi masyarakat Kota Dumai, barang yang menjadi ciri khas daerah lebih banyak dijual di toko-toko

5 khusus, dan bukan di pasar tradisional dan pasar tradisional lebih identik kepada kebutuhan sehari-hari. Tabel 2 Data pasar dan jumlah pedagang se-kota Dumai tahun 2011 No Nama Pasar Jumlah Pedagang Lokasi Status 1 Kecamatan Dumai Timur 1) Pasar Senggol 126 Jl. Sisinga Mangaraja Swasta Aktif 2) Pasar Buah 103 Jl. Jend. Sudirman Pemko Aktif 3) Pasar Hayam Wuruk 20 Jl. Hayam Wuruk Swasta Aktif 4) Pasar Tenaga 40 Jl. Tenaga Swasta Aktif 5) Pasar Jaya Mukti 104 Jl. Kaharudin Nasution Swasta Aktif 6) Pasar Dumai- Pakning 2 Kecamatan Dumai Barat 157 Jl. Brigjen Arifin Ahmad Swasta Aktif Pasar (Pungutan Retribusi) 1) Pasar Pulau Payung 134 Jl. Pangeran Diponegoro Pemko Aktif 2) Pasar Bunda Sri 421 Jl. S. Hasanuddin Pemko Aktif Mersing 3) Pasar Dock 327 Jl. H.M. Husni Thamrin Swasta Aktif 4) Pasar Pulau Kelapa 108 Jl. Prof. M. Yamin Swasta Aktif 5) Pasar Jajan Malam 108 Jl. S. Hasanuddin Swasta Aktif 3 Kecamatan Bukit Kapur 1) Pasar Suka Ramai 320 Jl. Soekarno Hatta Km. 25 Swasta Tidak Aktif 2) Pasar Gurun Panjang 20 Kelurahan Gurun Panjang Swasta Tidak Aktif 4 Kecamatan Medang Kampai 1) Pasar Pelintung 145 Kelurahan Pelintung Swasta Tidak Aktif 2) Pasar Selinsing 25 Kelurahan Pelintung Swasta Tidak Aktif 5 Kecamatan Sungai Sembilan 1) Pasar Simpang Pulai 50 Kelurahan Basilam Baru Swasta Tidak Aktif Total 2.208 Sumber: Kantor Pelayanan Pasar Kota Dumai (2011c) Dalam melakukan pengelolaan pasar tradisional yang ada di Kota Dumai, pemerintah, khususnya Kantor Pelayanan Pasar menerapkan sistem pengelolaan tradisional terpusat, dengan model pengembangan pasar yang konvensional. Sistem pengelolaan tradisional terpusat ini dilakukan karena pemerintah menginginkan pasar beroperasi setiap hari, memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar, dan didasarkan oleh Perda Nomor 21 Tahun 2011 dengan pemugaran bangunan dan pembiayaan dilakukan oleh pemerintah. Tapi jika dilihat kondisi di lapangan, sistem pengelolaan pasar terpusat dengan model pengembangan konvensional tidak dapat berjalan dengan baik, bahkan jauh dari efektif. Tingkat pelayanan yang diberikan juga tidak sesuai dengan ketetapan yang ada. Selain kondisi fisik yang tidak menarik bahkan terkesan kumuh, yang mengelolanya juga bukan dari kalangan profesional. Tidak adanya dukungan kebijakan dari pemerintah juga menyebabkan sistem pengelolaan yang dilakukan tidak seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pelayanan yang diberikan,

6 banyaknya kios yang tutup dan keengganan para pedagang pasar dalam membayar retribusi. Berbagai macam persoalan timbul dengan cepat, tapi pemerintah bahkan KPP Kota Dumai tidak melakukan perbaikan bahkan evaluasi kinerja terhadap sistem pengelolaan pasar yang diberlakukan. Penyelesaian masalah yang tidak kunjung selesai, pemerintah malah melakukan pembangunan pasar induk, yang nantinya diharapkan membantu pasar-pasar tradisional yang telah ada. Pembangunan pasar induk ini, bagi pemerintah merupakan suatu solusi untuk penyelesaian permasalahan yang ada, tapi bagi persepsi pedagang dan pembeli, hal tersebut malah menambah masalah. Selain pembangunan pasar induk yang daerahnya sulit dijangkau bahkan tidak ada angkutan umum yang beroperasi disana, kondisi jalan menuju pasar induk bahkan tidak lebih baik dengan kondisi jalan menuju pasar tradisional yang ada. Atau dengan kata lain, pembangunan pasar induk hanya membuang uang yang ada dan belum tentu pasar tersebut bisa digunakan seperti pasar yang telah ada. Jika dilakukan perbandingan dengan pasar-pasar tradisional di daerah lain, baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri, sistem pengelolaan yang dilakukan di Kota Dumai jauh tertinggal kebelakang. Sebagai contoh pengelolaan pasar tradisional terbaik adalah Hongkong, Surakarta, dan Jogjakarta. Sistem pengelolaan yang dilakukan di ketiga tempat tersebut sudah jauh lebih baik. Kondisi fisik bangunan yang lebih baik, bersih, nyaman, aman, mudah aksesnya, dan sanksi yang dikenakan juga jelas. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran dari pedagang untuk menjaga kondisi tersebut, adanya dukungan pemerintah yang mampu menyediakan fasilitas yang cukup, dan manajemen yang efektif bagi keberlangsungan dalam pengembangan pengelolaan pasar. Dari ketiga contoh (Hongkong, Surakarta, dan Jogjakarta) yang dilakukan perbandingan, pasar tradisional di Hongkong menerapkan ketentuan yang diatur oleh Food, Environmental, and Hygiene Department (FEHD). Ketiga tempat tersebut menjadi potret dan inspirasi bagi Kota Dumai dalam melakukan pengembangan pengelolaan pasar. Jika dilihat di Kota Dumai, sistem pengelolaan pasar yang telah diterapkan oleh Kantor Pelayanan Pasar dinilai tidak efektif. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pedagang pasar yang tidak mau menempati tempat yang telah disediakan oleh KPP Kota Dumai.

7 Kondisi ini diperparah ketika pedagang lebih memilih berjualan di trotoar yang merupakan tempat untuk pejalan kaki dan bahkan ada yang berjualan di bahu jalan. Hal ini pedagang lakukan karena lokasi yang disediakan oleh KPP dianggap kurang strategis, dan menyebabkan barang dagangan yang diual tidak laku bahkan tidak dilihat oleh pembeli. Jika kondisi ini tidak ditindaklanjuti dengan cermat, maka akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan, yaitu sebagai berikut. 1. Tidak ada tempat bagi pejalan kaki, karena trotoar yang fungsinya sebagai tempat untuk pejalan kaki telah diubah fungsi sebagai tempat jualan. 2. Banyaknya sampah pasar yang bertebaran di trotoar dan bahu jalan. Hal ini bisa menyebabkan rusaknya keindahan jalan, bahkan sampah yang ada menimbulkan bau yang menyengat. 3. Macetnya arus lalu lintas, karena sebagian jalan telah digunakan pedagang pasar dalam menjual dagangannya. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam melakukan pengembangan pengelolaan pasar, yaitu dari segi fisik, manajemen atau pengelolaan, dan kebijakan pemerintah. Fisik dilihat dari infrakstuktur dan perencanaan pasar yang akan dikelola. Manajemen atau pengelolaan dilihat dari segi pedagang dan pengelola pasar, sedangkan kebijakan pemerintah dilihat dari aspek penataan pasar dan pertokoan, pembiayaan, pembinaan terhadap pengelola pasar tradisional, sistem informasi supply-demand-price komoditas perdagangan, dan konsistensi kebijakan. Aspek-aspek inilah yang nantinya akan menjadi proyeksi bagi Kota Dumai dalam melakukan pengembangan pengelolaan pasar. Tentunya hal ini harus didukung oleh pemerintah, pedagang, dan KPP sebagai pihak yang mengelola pasar di Kota Dumai. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu untuk melakukan kajian yang lebih mendasar dengan menguraikan beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan pengelolaan pasar di Kota Dumai. Selain itu juga perbaikan sistem harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kajian terhadap pengembangan pengelolaan pasar ini diharapkan menjadi salah satu kunci dalam pengambilan kebijakan bagi KPP Kota Dumai dalam mewujudkan pasar tradisional yang sesuai dengan harapan. Untuk

8 bisa menjadi kunci penting dalam pengambilan kebijakan, diperlukan strategi yang bisa digunakan dan diterapkan oleh KPP Kota Dumai dalam melakukan pengembangan pengelolaan pasar Kota Dumai. Strategi yang didapat nantinya diharapkan dapat diimplementasikan dan diterapkan dengan sebaik mungkin. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka perumusan masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana model pengelolaan pasar yang dapat diterapkan di Kota Dumai. 2. Apa pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap KPP dalam pengelolaan pasar di Kota Dumai. 3. Bagaimana strategi yang diterapkan di Kantor Pelayanan Pasar dalam pengelolaan pasar di Kota Dumai. 4. Strategi apa saja yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan oleh KPP Kota Dumai dalam melakukan pengelolaan pasar di Kota Dumai. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dari perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisa model pengelolaan pasar yang dapat diterapkan di Kota Dumai. 2. Menganalisa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi KPP dalam pengelolaan pasar di Kota Dumai. 3. Merumuskan pilihan strategi yang dapat diterapkan oleh KPP Kota Dumai dalam melakukan pengelolaan pasar di Kota Dumai. 4. Menentukan prioritas strategi yang dapat diimplementasikan oleh KPP Kota Dumai dalam pengelolaan pasar di Kota Dumai. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan pastinya akan memberikan manfaat dan berguna bagi semua pihak yang berkaitan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

9 1. Dapat memberikan masukan kepada Kantor Pelayanan Pasar terutama sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengembangan pengelolaan pasar di Kota Dumai. 2. Memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengaplikasikan teori dan pengetahuan lainnya, yang mengarah pada kemampuan analisis dan pemecahan masalah secara riil, dalam hal ini menentukan strategi pengembangan pengelolaan pasar di Kota Dumai. 3. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian dibatasi dalam manajemen strategi khususnya merumuskan strategi pengembangan pengelolaan pasar di Kota Dumai. Fokus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal eksternal yang berpengaruh dalam penentuan strategi pengembangan pengelolaan pasar di Kota Dumai, serta menetapkan prioritas strategi yang cocok untuk diterapkan oleh KPP Kota Dumai. Tahap implementasi sepenuhnya diserahkan kepada KPP selaku pihak yang melakukan pengelolaan dan pelayanan pasar di Kota Dumai.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB