BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

Diabetes Mellitus Type II

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik. Secara klinik DM dibagi dalam 4 kelompok

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN LABORATORIUM GANGGUAN METABOLISME LEMAK. Novina Aryanti, dr SpPK Departemen Patologi Klinik FK UWK-Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN KLINIK VI A : Pemeriksaan Kadar Gula Darah dan Tes Toleransi Glukosa Oral

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko penting terjadinya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia 2.1.1 Definisi Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan komponen lipid yang utama adalah terjadinya kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), TG (trigliserida), serta menurunnya kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). 5 2.1.2 Klasifikasi Dislipidemia Berbagai Macam Klasifikasi Dislipidemia 2.1.2.1 Klasifikasi Fenotipik a) Klasifikasi EAS (European Atherosclerosis Society) Tabel 2. Klasifikasi Dislipidemia menurut EAS. 10 Peningkatan Lipoprotein Peningkatan Lipid Plasma Hiperkolesterolemia LDL Kolesterol 200 mg/dl Dislipidemia Campuran(Kombinasi) VLDL + LDL Trigliserida 200 mg/dl + Kolesterol 240 mg/dl Hipertrigliseridemia VLDL Trigliserida 200 7

8 b) Klasifikasi WHO Tabel 3. Klasifikasi WHO. 10 Fredrickson Klasifikasi Genetik Klasifikasi Terapetik I Dislipidemia Hipertrigliseridemia eksogen II a Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia II b Dislipidemia Hipertrigliseridemia Kombinasi endogen + Dislipidemia kombinasi III. Partikel Dislipidemia Hipertrigliseridemia remnant (Beta remnant VLDL) IV Dislipidemia Hipertrigliseridemia endogen endogen V Dislipidemia Hipertrigliseridemia campuran endogen Peningkatan Lipoprotein Kilomikron LDL LDL + VLDL Partikel endogen + Dislipidemia kombinasi VLDL VLDL+ Kilomikron 2.1.2.2 Klasifikasi Patogenik Klasifikasi yang paling mudah digunakan adalah pembagian dislipidemia dalam bentuk dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder. Pembagian ini penting untuk menetukan pola pengobatan yang akan diterapkan. 5

9 2.1.2.2.1 Dislipidemia Primer Dislipidemia primer adalah dislipidemia yang diakibatkan oleh kelainan genetik. Pasien dislipidemia sedang disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi familial. Dislipidemia berat umumnya karena hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnant. 10 a) Hiperkolesterolemia Poligenik Keadaan ini merupakan penyebab hiperkolesterolemia tersering (>90%). Merupakan interaksi antara kelainan gen yang multipel, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya serta lebih mempunyai lebih dari satu dasar metabolik. Hiperkolesterolemia biasanya ringan atau sedang dan tidak ada xantoma. 10 b) Hiperkolesterolemia Familial Kelainan ini bersifat autosomal dominan dan terdapat bentuk homozigot maupun heterozigot. Hiperkolesterolemia familial homozigot memiliki kadar kol-total antara 600-1000 mg/dl, tidak dapat diobati, menyebabkan PJK dan stenosis aorta pada masa kanak-kanan dan dewasa muda. Hiperkolesterolemia timbul karena peningkatan kadar kol-ldl yang disebabkan oleh kelainan fungsi atau jumlah reseptor LDL. Pada hiperkolesterolemia familial heterozigot biasanya kadar kol-total bervariasi antara 350-460 mg/dl, tetapi adanya nilai >300 mg/dl pada dewasa atau >260 mg/dl untuk usia <16 tahun perlu dicurigai diagnosis hiperkolesterolemia familial. Diagnosisnya dapat dibuat

10 pada saat kelahiran dengan menggunakan darah yang berasal dari umbilikus. Kadar TG normal atau sedikit meningkat. 10 c) Dislipidemia Remnant Kelainan ini ditandai dengan peningkatan kolesterol dan TG (dislipidemia campuran) dan berat-ringannya kelainan ini bervariasi. Pada orang muda atau pasien yang kurus satu-satunya manifestasi mungkin hanya hipertrigliseridemia sedang. Meskipun jarang terjadi, namun merupakan penyebab PJK serius dan penyebab kelainan pembuluh darah perifer yang dini. Manifestasi kardiovaskuler sering muncul pasda dekade kehidupan ke-4 atau ke-5. 10 d) Hiperlipidemia Kombinasi Familial Kelainan ini merupakan kelainan genetik metabolisme lipoprotein yang sering ditemukan berhubungan dengan PJK, dengan angka kejadian 1% dari jumlah penduduk. Diagnosis bergantung pada hasil pemeriksaan pada anggota keluarga lain. Biasanya terjadi pada keluarga dengan riwayat PJK yang kuat. Mayoritas pasien menunjukkan peningkatan Apo B plasma. Pada pasien dengan peningkatan kadar kolesterol dan TG, diagnosis banding, meliputi dislipidemia remnan, hiperlipidemia kombinasi familial, hiperkolesterolemia familial, dan dislipidemia sekunder. 10

11 e) Sindrom Kilomikron Kelainan ini merupakan penyebab hipertrigliseridemia berat yang jarang ditemukan. Disebabkan oleh kelainan enzim lipoprotein lipase atau apo C-II. Terdapat banyak xantoma eruptif. Pada keadaan ini adanya hipertrigliseridemia berat dan kadar kolesterol HDL yang sangat rendah tidak mengakibatkan peningkatan resiko PJK. 10 f) Hipertrigliseridemia Familial Keadaan ini merupakan keadaan klinis yang sama dengan sindrom kilomikron. Hipertrigliserida yang ada bisa berat atau ringan. Peningkatan TG yang ringan menunjukkan kenaikan kadar VLDL, sedangkan bentuk yang lebih berat biasanya disertai kilomikronemia. Tidak berpengaruh terhadap resiko PJK. 10 g) Peningkatan kolesterol HDL Kadar kol-hdl yang tinggi mengakibatkan hiperkolesterolemia ringan. Keadaan ini merupakan abnormalitas yang banal, dan tidak memerlukan terapi, serta disebut sebagai longevity syndrome. Kadar lipoprotein lainnya normal. 10 h) Peningkatan Apolipoprotein B Pada beberapa penelitian ditemukan peningkatan kadar Apo B pada banyak pasien PJK. Pengetehuan kita tentang hal ini belum mencukupi. 10

12 2.1.2.2.2 Dislipidemia Sekunder Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat dari penyakit lain. Penatalaksanaan penyakit primer akan memperbaiki dislipidemia yang ada. Sehingga dalam hal ini pengobatan penyakit primer diutamakan. Terutama untuk pasien diabetes melitus pemakaian obat hipolipidemik sangat dianjurkan, sebab risiko koroner pasien tersebut sangat tinggi. Pasien diabetes melitus dianggap mempunyai risiko yang sama (ekivalen) dengan pasien penyakit jantung koroner. a) Obesitas Pada keadaan obesitas umumnya didapatkan hiperlipidemia. Peningkatan pada masa adiposit menurunkan sensitivitas dari insulin yang berhubungan dengan obesitas mempunyai berbagai efek pada metabolisme lipid. Asam lemak bebas yang berlebih dibawa oleh jaringan adiposa ke hepar dimana asam lemak bebas tersebut di re-esterifikasi di hepatosit untuk membentuk trigliserida, yang akan dibentuk menjadi VLDL untuk disekresikan ke sirkulasi. Intake yang tinggi dari karbohidrat akan memicu hepar memproduksi VLDL dan mengakibatkan peningkatan VLDL dan atau LDL pada beberapa individu yang obesitas. Plasma kol-hdl cenderung rendah pada orang obesitas. 11 b) Diabetes melitus Pasien dengan DM tipe 1 umumnya tidak terdapat hiperlipidemia jika dalam kontrol glikemik yang baik. Ketoasidosis

13 diabetik terkadang diiringi dengan hipertrigliseridemia karena peningkatan influks hepar oleh asam lemak bebas dari jaringan adiposa. Pasien DM tipe 2 umumnya terdapat dislipidemia, jika tidak dalam kontrol glikemik yang baik. Insulin yang tinggi dan resistensi insulin dengan DM tipe 2 mempunyai berbagai efek dalam metabolisme : (1) penurunan aktivitas LPL yang mengakibatkan penurunan katabolisme kilomikron dan VLDL, (2) peningkatan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa, (3) peningkatan sintesis asam lemak di hepar, (4) peningkatan produksi VLDL hepar. Pasien DM tipe 2 mempunyai berbagai abnormalitas lipid, termasuk peningkatan plasma trigliserida (berhubungan dengan peningkatan VLDL dan lipoprotein remnant), peningkatan LDL, dan penurunan kol-hdl. 11 c) Penyakit Tiroid Hipotiroidisme berhubungan dengan peningkatan plasma kol-ldl terutama karena penurunan fungsi reseptor LDL hepar dan clearance LDL yang tertunda. Sebaliknya, plasma kol-ldl sering menurun pada pasien hipertiroid. Pasien hipotiroid memiliki sirkulasi IDL yang meningkat, dan beberapa hipertrigliseridemia ringan (<300 ). Semua pasien yang menunjukkan peningkatan plasma kol-ldl atau IDL sebaiknya diskrining hipotiroid. 11

14 d) Gangguan Ginjal Sindroma nefrotik berhubungan dengan hiperlipoproteinemia, dimana umumnya campuran tetapi dapat bermanifestasi sebagai hiperkolesterolemia atau hipertrigliseridemia saja. Hiperlipidemia pada sindroma nefrotik tampaknya karena akumulasi VLDL dan lipoprotein remnant di sirkulasi. Lipolisis trigliserida dan clearance dari remnant keduanya berkurang pada pasien dengan gagal ginjal. 11 e) Gangguan Hepar Hepar adalah tempat utama pembentukan dan clearance lipoprotein, sehinggan penyakit di hepar berakibat pada jumlah lipid plasma. Hepatitis karena infeksi, obat-obatan, atau alkohol sering berhubungan dengan peningkatan sintesis VLDL dan hipertrigliseridemia ringan sampai berat. Hepatitis berat dan gagal hati berhubungan dengan penurunan plasma kolesterol dan trigliserida karena penurunan kapasitas biosintesis lipoprotein. Kolestasis berhubungan dengan hiperkolesterolemia, yang terkadang dapat menjadi berat. 11 f) Alkohol Konsumsi alkohol mempunyai berbagai efek pada level plasma lipid. Efek alkohol paling sering pada peningkatan level plasma trigliserida. Konsumsi alkohol menstimulasi hepar mensekresi VLDL, kemungkinan oleh hambatan oksidasi hepar

15 pada asam lemak bebas, yang akan memicu sintesis trigliserida dan sekresi VLDL. Pola lipoprotein yang sering terlihat pada konsumsi alkohol adalah peningkatan VLDL, tetapi pada orang dengan gangguan lipid primer dapat berkembang menjadi hipertrigliseridemia berat. Penggunaan alkohol reguler terkait dengan peningkatan level plasma kol-hdl ringan sampai sedang. 11 g) Estrogen Pemberian estrogen terkait dengan peningkatan VLDL dan sintesis HDL yang menyebabkan peningkatan plasma trigliserida dan kol-hdl. Pola lipoprotein disini khas karena level plasma trigliserida dan kol-hdl biasanya berbanding terbalik. 11 h) Penyakit Penyimpanan Glikogen Penyebab lain yang jarang dari hiperlipidemia sekunder termasuk penyakit penyimpanan glikogen seperti von Gierke s disease, yang dikarenakan mutasi pada glukosa-6-fosfat. Ketidakmampuan untuk mengerahkan glukosa hepar selama puasa berakibat pada hipoinsulinemia dan peningkatan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa. Sintesis asam lemak hepar juga meningkat, menghasilkan akumulasi lemak di hepar dan peningkatan sekresi VLDL. Hiperlipidemia yang terkait dengan penyakit ini dapat menjadi sangat berat tetapi berespon baik pada pengobatan. 11

16 i) Sindroma Cushing Kelebihan glukokortikoid terkait dengan peningkatan sintesis VLDL dan hipertrgliseridemia. Pasien dengan sindrome cushing juga memiliki peningkatan ringan plasma kol-ldl. 11 2.1.3 Diagnosis National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III), pada tahun 2001 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan. 5 Tabel 4. Interpretasi Kadar Lipid Plasma. 5 Kolesterol LDL < 100 100 129 130 159 160 189 190 Kolesterol Total <200 200 239 240 Kolesterol HDL < 40 60 Optimal Mendekati optimal Sedikit tinggi (borderline) Tinggi Sangat tinggi Diinginkan Sedikit tinggi (borderline) Tinggi Rendah Tinggi

17 Tabel 4. Interpretasi Kadar Lipid Plasma 5 (lanjutan) Trigliserida < 150 150 199 200 499 500 Optimal Sedikit tinggi(borderline) Tinggi Sangat tinggi 2.1.4 Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium berperan penting untuk menegakkan diagnosis dislipidemia. Untuk itu memerlukan prosedur cara pemeriksaan dan cara pelaporan yang baku di semua pusat penelitian, agar data yang diperoleh dapat dibandingkan dan dianalisis. 10,12 Parameter yang diperiksa adalah kadar kolesterol total, trigliserida, kol- LDL, kol-hdl. a) Persiapan Sebaiknya penderita dalam keadaan metabolik stabil, tidak ada perubahan berat badan, kebiasaan merokok, minum kopi/alkohol dalam 2 minggu terakhir sebelum diperiksa, tidak ada sakit berat atau operasi besar dalam 2 bulan terakhir. Tidak mendapat obat yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. 10,12 b) Pengambilan bahan pemeriksaan Pengambilan sampel dilakukan setelah puasa 12-16 jam (penderita boleh minum air putih). Sebelum sampel diambil penderita duduk selama 5 menit.

18 Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan bendungan vena seminimal mungkin. Bahan yang diambil adalah serum. 10,12 c) Analisis Analisis dilakukan di laboratorium yang telah mengikuti program pemantapan mutu. Analisis kolesterol total dan trigliserida dilakukan dengan metode enzimatik. Analisis kol-hdl dan kol-ldl dilakukan dengan metode partisipasi dan enzimatik. Kadar kol-ldl sebaiknya diukur secara langsung atau dapat juga dihitung menggunakan rumus Friedwald jika kadar trigliserida <400 mg/dl, sebagai berikut: 10,12 Kol.LDL = kol.total kol.hdl 1/5 TG 2.1.5 Komplikasi Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi sebagai berikut : 13 a) atherosklerosis b) penyakit jantung koroner c) penyakit serebrovaskular seperti stroke d) penyakit pembuluh darah lainnya

19 2.2 Diabetes Melitus tipe 2 2.2.1 Definisi Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) disebut juga diabetes melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) / non-insuline dependent diabetes mellitus adalah sindrom penyakit kronik yang umumnya disebabkan karena terjadi resistensi terhadap hormon insulin. 2 2.2.2 Diagnosis Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa darah secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (Whole Blood), vena ataupun kapiler tetap dapat digunakan dengan memperhatikan angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai WHO. 1 Gejala khas DM antara lain poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan, sedangkan gejala tidak khas DM terdiri dari lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, serta pruritus vulvae pada wanita.

20 Tabel 5. Kriteria diagnosis DM. 1 Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl (11,1 1. mmol/l) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir Atau Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa 126 2. (7,0 mmol/l) Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 (11,1 3. mmol/l). TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa yang dilarutkan ke dalam air. * Pemeriksaan HbA1c ( 6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik Cara pelaksaan TTGO menurut WHO 1994 : 1-3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari dan tetap melakukan kegiatan jasmani cukup - Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) dan sebelum pemeriksaan minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan - Diperiksa kadar glukosa darah puasa - Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgbb (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit

21 - Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam sesudah minum larutan glukosa - Selama pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok Keluhan klinik diabetes Keluhan klinik diabetes (+) Keluhan klasik (-) 126 200 <126 <200 GDP atau GDS 126 200 100-125 140-199 <100 <140 Ulangi GDS atau GDP GDP atau GDS 126 200 <126 <200 TTGO GD 2 jam 200 140-199 <140 DIABETES MELITUS TGT GDPT normal Evaluasi status gizi Evaluasi penyulit DM Evaluasi perencanaan makan sesuai kebutuhan Nasihat umum Perencanaan makan Latihan jasmani Berat idaman Belum perlu obat penurun glukosa Gambar 1. Langkah diagnostik DM dan TGT. 1

22 Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok yang memiliki salah satu faktor risiko DM namun tidak menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa. Kelemahannya adalah biaya yang mahal dan tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut bagi mereka yang ditemukan adanya kelainan. 1,14 Tabel 6. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (). 1,14 Bukan Sebelum DM DM pasti Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Darah kapiler <100 <90 100-199 90-199 200 200 () Kadar glukosa darah puasa () Plasma vena Darah kapiler <100 <90 100-125 90-99 126 100 2.2.3 Komplikasi lain : 15 Berbagai komplikasi jangka panjang dari diabetes melitus tipe 2 antara a) Penyakit jantung koroner b) Penyakit vaskular perifer c) Penyakit serebrovaskular

23 d) Neuropati ( perifer dan autonomik ) e) Penyakit pada mata ( katarak ) f) Penyakit pada kaki ( ulkus, gangren, amputasi ) 2.3 Dislipidemia pada diabetes melitus tipe 2 2.3.1 Metabolisme Lipoprotein pada resistensi insulin Lipoprotein pada penderita DM akan mengalami 3 proses merugikan yang mempunyai hubungan erat dengan lebih mudahnya terjadi aterosklerosis: 4 1) Proses glikosilasi: menyebabkan peningkatan lipoprotein yang terglikosilasi dengan akibat mempunyai sifat lebih toksik terhadap endotel serta menyebabkan katabolisme lipoprotein menjadi lebih lambat. 2) Proses oksidasi: mengakibatkan peningkatan oxidized lipoprotein. Peningkatan kadar lipoprotein peroksida, baik LDL maupun HDL, mempermudah rusaknya sel dan terjadinya aterosklerosis. Lipid peroksida pada DM cenderung berlebihan jumlahnya dan akan menghasilkan beberapa aldehid (malondialdehid) yang memiliki daya perusak tinggi terhadap sel-sel tubuh. 3) Karbamilasi: Residu lisin apoprotein LDL akan mengalami karbamilasi dan berakibat katabolisme LDL terhambat.

24 Pada dasarnya dislipidemia pada diabetes melitus dan Sindroma metabolik sama yaitu adanya resistensi insulin. Dalam keadaan normal, tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Pada resistensi insulin, hormone sensitive lipase di jaringan adiposa menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adiposa akan meningkat. Hal tersebut akan mengakibatkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah dan sebagian digunakan sebagai sumber energi dan sebagian lagi dibawa ke hati, dimana di hati digunakan sebagai bahan pembuatan trigliserid. Di hati asam lemak bebas diubah menjadi trigliserid dan juga mejadi bagian dari VLDL. VLDL pada keadaan resistensi insulin ini akan kaya trigliserid. 16 Trigliserid yang banyak terdapat di VLDL dalam sirkulasi akan bertukar dengan kolesterol ester dari kolesterol LDL, sehingga menghasilkan LDL yang kaya akan trigliserid tapi kurang kolesterol ester. Trigliserid dalam LDL tersebut dihidrolisis oleh enzim hepatic lipase yang biasanya tinggi pada resistensi insulin, sehingga menghasilkan LDL kecil tapi padat ( small dense LDL ). Small dense LDL ini bersifat aterogenik karena sangat mudah teroksidasi. 16 Trigliserid VLDL besar juga dipertukarkan dengan kolesterol ester dari HDL yang akan menghasilkan HDL dengan sedikit kolesterol ester tapi kaya trigliserid. HDL seperti demikian mudah dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah HDL serum akan menurun. Oleh sebab itu pada keadaan resistensi insulin terjadi kelainan profil lipid serum, dimana terjadi peningkatan trigliserid, penurunan HDL, serta peningkatan small dense LDL. 16