PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2014 No. 31/ 07/91/Th.VIII, 01 Juli 2014 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi September 2013 sebesar 226.248 jiwa mengalami kenaikan pada Maret 2014 menjadi 229.430 jiwa, tetapi secara persentase mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Secara year-on-year (y-o-y) dari kondisi Maret 2013 ke Maret 2014, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 9.905 jiwa atau meningkat sekitar 4,31 pesen. Menurut kewilayahan, kenaikan jumlah penduduk miskin terjadi di daerah perkotaan. Kondisi September 2013 jumlah penduduk miskin di perkotaan sebesar 12.411 jiwa (4,89 %) mengalami peningkatan menjadi 14.776 jiwa (5,86 %) pada Maret 2014. Sebaliknya di daerah pedesaan, jumlah penduduk miskin dari 213.830 jiwa (36,88 %) kondisi September 2013, menurun menjadi 213.650 jiwa (36,16 %) kondisi Maret 2014. Garis Kemiskinan Papua Barat Maret 2014 sebesar 397.662 rupiah, yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) sebesar Rp.316.314 dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) sebesar Rp.81.348. Angka ini mengalami peningkatan 0,17 persen dari kondisi September 2013 dengan besaran Rp.397.003. Secara year on year, GK Maret 2014 meningkat sebesar 8,48 persen dari kondisi Maret 2013 (Rp.363.929) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2014 (6,19%) mengalami kenaikan dari kondisi September 2013 (5,89%) yang mengindikasikan kondisi penduduk miskin mengalami penurunan pendapatan atau pendapatan menetap akan tetapi nilai bahan pokok makanan maunpun non makanan mengalami peningkatan yang secara tidak langsung menyebabkan kondisi penduduk miskin mulai menjauh dari garis kemiskinan (GK). Hal yang sama juga terjadi untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2014 sebesar 2,04 persen yang mengalami kenaikan dari kondisi September 2013 (1,84%). Hal ini mengindikasikan bahwa gap pendapatan antar sesama penduduk miskin semakin melebar.
1. Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat, 2009-2014 Secara umum dari tahun 2009-2014 terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat tahun 2009 sebanyak 256.840 jiwa (35,71 persen) mengalami penurunan di tahun 2014 kondisi September menjadi 229.430 jiwa (27,13 persen). Penurunan jumlah penduduk miskin periode 2009-2013 sebesar 8,58 persen. Selama tahun 2009 2014 persentase penduduk miskin di daerah perdesaan di Papua Barat mengalami penurunan tetapi pada kondisi September 2013 mengalami kenaikan dan kemudian menurun pada maret 2014 (lihat tabel 1). Dalam kurun waktu 5 tahun (Maret 2009 Maret 2013), penurunan persentase penduduk miskin daerah pedesaan sebesar 9,07 persen. Secara absolut, pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 248,29 ribu jiwa (44,71 %) menurun menjadi 205,61 ribu jiwa (35,64 persen) di tahun 2013 (kondisi maret). Kemudian di bulan September 2013 kembali naik menjadi 213,83 ribu jiwa dan menjadi 213,54 ribu (36,14 %) pada Maret 2014. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, 2009 2014
Kondisi jumlah penduduk miskin daerah perkotaan berbanding terbalik dengan daerah perdesaan. Jumlah dan Persentase penduduk miskin perkotaan dalam kurun waktu Maret 2009 Maret 2014 mengalami fluktuasi yang bervariasi. Maret 2009 persentase penduduk miskin perkotaan sebesar 5,22 persen dan mengalami penurunan mencapi 4,89 persen kondisi September 2013, dan kembali meningkat menjadi 5,86 persen kondisi Maret 2014. Pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin perkotaan diperkirakan sebanyak 8.550 jiwa meningkat hingga mencapai 13.910 jiwa pada Maret 2013. Angka ini turun menjadi 12.410 jiwa pada September 2013, dan kembali meningkat mencadi 14.780 jiwa pada Maret 2014. 2. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2013 - Maret 2014 Garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan selama Maret 2013 Maret 2014. Garis kemiskinan (GK) Maret 2013 tercatat sebesar 363.929 rupiah per kapita per bulan meningkat menjadi 397.662 rupiah pada Maret 2014. Secara y-o-y (Maret 2013 - Maret 2014), angka ini meningkat sebesar 9,27 persen. Kondisi Maret 2014, kontribusi GK Makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 79,54 persen dan GK Non Makanan sebesar 20,46 persen. Grafik 1. Kontribusi Komoditi Makanan dan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan, Maret 2014 Tabel 2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah di Provinsi Papua Barat Maret 2013 - Maret 2014
Tabel 2 diatas memperlihatkan bahwa selama periode Maret 2013 ke Maret 2014 terjadi peningkatan garis kemiskinan. Peningkatan tersebut terjadi di daerah perkotaan dan di daerah perdesaan. Secara y-o-y (Maret 2013 - Maret 2014) garis kemiskinan daerah perdesaan mengalami peningkatan sebesar 8,72 persen sementara di perkotaan meningkat sebesar 7,99 persen, dan secara keseluruhan Papua Barat mengalami peningkatan garis kemiskinan dari Maret 2013-Maret 2014 sebesar 8,48 persen. 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Penurunan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat selama periode Maret 2013-Maret 2014 sejalan dengan indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) yang ternyata mengalami kenaikan. Indeks P1 dan P2 mengalami penurunan di daerah perdesaan tetapi di daerah perkotaan mengalami hal yang sebaliknya (tabel 3). Penurunan indeks P1 dan P2 daerah perdesaan dapat dimaknai : pertama, terdapat peningkatan pendapatan rumah tangga miskin sehingga mampu memperkecil jarak terhadap garis kemiskinan; kedua, ketimpangan pendapatan diantara penduduk miskin semakin kecil. Grafik 2. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), Maret 2009- Maret 2014 Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, Maret 2013 - Maret 2014
Kondisi kemiskinan di perkotaan berubah signifikan. Hal ini ditandai dengan nilai Indeks Kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengalami peningkatan (lihat tabel 3). Kondisi ini tidak sejalan dengan daerah perdesaan, dimana terjadi perbaikan kondisi kemiskinan, ditandai dengan penurunan nilai P1 sebesar 0,53 persen dan P2 sebesar 0,28 persen. 4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non- Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Jl. Sowi IV No. 99, Manokwari 98312 Telp (0986) 2702414 Info lebih lanjut hubungi : RATNA MH. GUSTI, SE (Kabid Statistik Sosial) Cp : 0852 5407 2682 MASADI Y K, S.ST (Kasie. Statistik Ketahanan Sosial) Cp : 0812 4851 1108