Karakteristik dan Kualitas Air di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu dengan Software Som Toolbox 2

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).


PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

STUDI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR SUNGAI KARAJAE SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH UNTUK KOTA PAREPARE

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB 2 BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI KONTENG SEBAGAI SUMBER AIR BAKU PDAM TIRTA DARMA UNIT GAMPING, KABUPATEN SLEMAN. Yuyun Hanifah

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGUKURAN SEDIMEN TERLARUT DI MUARA DESA NUSAPATI KECAMATAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN MEMPAWAH

Profil Pencemaran Air Sungai di Muara Batang Arau Kota Padang dari Tinjauan Fisis dan Kimia

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

Studi Sebaran Parameter Fisika Kimia di Perairan Porong Kabupaten Sidoarjo Gabella Oktaviora Haryono, Muh. Yusuf, Hariadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

PENENTUAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI SIAK MENGGUNAKAN METODE JEMBATAN WHEATSTONE

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

Transkripsi:

SIMETRI, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia Volume 1 Nomor 2(D) September 2012 Karakteristik dan Kualitas Air di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu dengan Software Som Toolbox 2 Supiyati, Halauddin, dan Gandika Arianty Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia Intisari: Penelitian mengenai karakteristik dan kualitas air muara Sungai Hitam telah dilakukan di Muara Sungai Hitam Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kualitas air di muara Sungai Hitam. Metode yang digunakan adalah pemetaan dengan software SOM Toolbox 2, dengan data pengamatan suhu, salinitas, ph, TDS, sedimen, kecepatan arus, luas dan kedalaman, dan sebagai verifikasi menggunakan data dari PERMENKES No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Hasil penelitian diperoleh Karakteristik Muara Sungai Hitam adalah sedimennya berukuran sangat kecil yaitu 0,00396 mm, kecepatan arus terbesar 8,38-8,5 m/s, sedangkan kecepatan arus yang terkecil 7,09-7,36 m/s, nilai salinitas tinggi lebih besar dari 0,05 /, suhu air 27-31 C, luas muara sungai terbesar yaitu 48,654 m 2 sedangkan luas terkecilnya 23,236 m 2, dan kedalaman muara sungai 1,69-3,36 m. Kualitas air Sungai Hitam tidak sehat untuk dijadikan sebagai sumber air minum, karena memiliki ph 6-8, nilai TDS (324-9834) ppm, airnya berwarna hitam, jingga dan putih. Air sungai ini juga mempunyai bau dan rasa air yang tidak sedap. Kata kunci: karakteristik, kualitas air, muara sungai, dan SOM Toolbox 2 Abstract: Research on water quality characteristics and the Sungai Hitam estuary has been conducted on the Sungai Hitam estuary area of Bengkulu. This study aims to determine characteristics and water quality in the Sungai Hitam. The method used is mapping with software SOM Toolbox 2, with observation date of temperature, salinity, ph, TDS, sediment, flow speed, breadth and depth., and verification by PERMENKES No. 416/MENKES/PER/IX/1990. The result obtained characteristics of the Sungai Hitam estuary has a sediment that is 0,00396 mm, the largest current velocity (8,38 to 8,5) m/s, while the smallest velocity (7,09 to 7,36) m/s, salinity values greater than 0,05 /, water temperature (27-31) C, the greatest wide estuary is 48,654 m 2, while the smallest area 23,236 m 2, and the depth of the estuary (1,69 to 3,36) m, the Sungai Hitam water quality is unhealthy for the use as a source of drinking water, because it has a ph of 6-8, the value of (324-9834) ppm TDS, the water is black, orange and white. The river water also has the smell and taste of water is not good. Keywords: characteristics, water quality, estuary, and SOM Toolbox 2 E-mail: supiyati 116@yahoo.co.id Received: 9 Juni 2012; Accepted: 10 Juli 2012 1 PENDAHULUAN K ualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115: Tahun 2003) [1], kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter fisik karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam karakteristik air sungai ini yaitu sedimentasi dan salinitas [2]. Perairan muara Sungai Hitam ini bertopografi landai dengan banyak mengandung lumpur, pasir halus, dan batu bara di sekitar sungai, keadaan airnya terlihat agak kehitam-hitaman. Aliran air muara Sungai Hitam ini bercampur langsung dengan air laut. Muara Sungai Hitam merupakan salah satu perairan muara sungai di Provinsi Bengkulu yang belakangan ini berkembang usaha pencarian batu bara yang dilakukan di muara Sungai Hitam sampai ke Sungai Serut. Meningkatnya aktivitas manusia akhir-akhir ini di sepanjang aliran sungai telah memberi pengaruh terhadap ekosistem muara sungai dan penduduk di sekitar muara Sungai Hitam. Selama ini masyarakat sekitar muara sungai banyak yang belum mengetahui apakah muara Sungai Hitam termasuk dalam katagori baik atau sudah tercemar. Maka dari itu perlu dic 2012 SIMETRI 1215-67

lakukan penelitian karakteristik dan kualitas air pada air muara Sungai Hitam tersebut, untuk mengetahui apakah air Sungai Hitam masih layak atau tidak dikonsumsi masyarakat di sekitar Sungai. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian serta pengukuran terhadap parameter-parameter karakteristik dan kualitas air, dan kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software som toolbox 2. Software ini merupakan salah satu aplikasi software yang dapat diaplikasikan untuk melihat korelasi parameter fisik air terhadap kualitas air. 2 METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bahan dan Alat Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Termometer, ph meter, saringan bertingkat, elektrolisa air, yang digunakan untuk mengukur warna, bau, dan, rasa pada air. Selanjutnya TDS meter, stopwatch, meteran, drift bottle, hand refractometer, perahu nelayan, botol aqua, gelas kimia, dan buku catatan serta alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran dan penelitian. 2.2 Teknik Pengambilan dan Pengolahan Data Pengukuran suhu air di daerah muara sungai dengan menggunakan alat termometer. Pengambilan sampel air untuk mengetahui kadar oksigen dalam air dengan alat ph meter. pengukuran nilai sedimen yang terdapat pada air sungai dengan alat saringan bertingkat. Kemudian mengukur waktu untuk menentukan kecepatan aliran arus di muara sungai menggunakan stopwatch. Pengukuran luas penampang basah sungai ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukan air. Kecepatan air sungai diukur dengan metode Drift Bottle (botol hanyut) yang mana panjang lintasannya ditentukan dan waktu di ukur sehingga bisa diketahui kecepatan arus air. Selanjutnya menentukan jenis sedimen yang terdapat di sekitar muara Sungai Hitam. Untuk pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat hand refractometer. Botol aqua dan gelas kimia yang digunakan untuk mengambil sampel air yang kemudian akan diuji dan dilihat kualitas airnya berdasarkan parameter fisika untuk menentukan warna, bau, dan rasa pada air muara sungai hitam dengam alat elektrolisa air. Data-data yang sudah diperoleh dari pengukuran karakteristik dan kualitas air dimasukkan dalam tabel, kemudian dirata-ratakan. Untuk menentukan debit air sungai dihitung dengan menggunakan persamaan Q = v A, dengan Q adalah debit air sungai (m 3 /detik), v adalah kecepatan air sungai (m/detik), dan A adalah luas penampang basah air sungai (m 2 ). Selanjutnya data hasil pengukuran dan pengujian karakteristik kualitas air tersebut diolah dengan menggunakan software som toolbox 2 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi air untuk daerah hulu, tengah, dan hilir saat pasang Hasil pemetaan kualitas air muara Sungai Hitam Bengkulu yang diolah menggunakan software SOM toolbox 2 dibagi menjadi 3 kluster, yaitu hulu, tengah dan hilir. Dari Gambar 3.1.a dan b pemetaan muara Sungai Hitam didasarkan pada delapan parameter pengamatan, yaitu suhu, salinitas, ph, TDS, kecepatan arus, luas, sedimen dan kedalaman yang dapat dilihat bahwa kondisi kualitas air muara Sungai Hitam ini saat pasang permukaan suhu yang lebih tinggi di daerah hilir diakibatkan karena pada daerah hilir lebih dangkal sehingga cahaya matahari yang masuk tersebut ke muara sungai mempengaruhi air. Salinitas yang besar berada di tengah muara sungai, hal ini disebabkan karena pada saat pasang lebih banyak air laut yang masuk ke muara sungai sehingga karena di daerah tengah luas permukaan sungai lebih besar maka mengakibatkan lebih banyak salinitas yang terdapat di daerah tengah muara sungai. Derajat keasaman atau ph terbesar saat pasang berada di daerah hulu, hal ini diakibatkan karena pada daerah ini kandungan salinitasnya tidak terlalu besar karena berada jauh dengan air laut, sehingga air laut yang masuk ke daerah hulu hanya sedikit. Untuk TDS (total dissolved solids) banyak terdapat di daerah hilir, ini disebabkan karena pada daerah hilir banyak terjadi tumpukkan padatan atau zat-zat lain yang dibawa dari daerah hulu muara sungai, sehingga di daerah hilir muara sungai lebih besar total padatan terlarutnya. sedimen yang terdapat di daerah hilir muara Sungai Hitam ini merupakan sedimen melayang yang terbawa oleh tiupan angin dan arus, sehingga semakin kencang angin bertiup maka akan semakin banyak sedimen melayang yang terdapat di permukaan air. Muara Sungai Hitam ini juga memiliki kecepatan arus yang cepat di daerah hulu, ini disebabkan karena pada daerah hulu aliran airnya tidak berlawanan arah seperti yang terjadi di daerah hilir. Kedalaman muara sungai berada di hulu, hal ini disebabkan karena semakin ke hulu muara sungai akan semakin dalam sedangkan apabila semakin ke hilir maka muara sungai akan semakin dangkal. Dari Gambar 3.1.c dan d pemetaan kondisi air berdasarkan empat parameter, yaitu suhu, salinits, ph, dan TDS dapat dilihat bahwa pada kondisi air dalam untuk di hulu, tengah dan hilir saat pasang. Untuk suhu yang lebih tinggi berada di daerah hilir karena kedalaman air yang tidak terlalu dalam. Sa- 1215-68

Gambar 1: a) Pembagian kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat pasang berdasarkan 8 parameter dan b) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat pasang terkait Gambar a. c) Pembagian kondisi air dalam di hulu, tengah, dan hilir saat pasang berdasarkan 4 parameter. d) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat pasang terkait Gambar c linitas pada kondisi air dalam saat pasang berada di daerah tengah, hal ini diakibatkan karena perubahan salinitas dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Ke arah darat salinitas cenderung lebih rendah, tetapi selama musim kemarau pada saat aliran air sungai berkurang, maka air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga salinitas muara sungai akan lebih meningkat. Nilai ph terbesar berada di daerah tengah muara sungai, ini disebabkan karena di daerah tengah lebih banyak larutan yang terendapkan yang terbawa dari daerah hulu muara sungai, sehingga mengakibatkan lebih besar nilai ph di tengah. TDS banyak terdapat di hilir, ini dikarenakan pada daerah hilir banyak terjadi tumpukkan padatan atau zat-zat lain yang dibawa dari daerah hulu, sehingga di daerah hilir muara sungai lebih besar total padatan terlarutnya. 3.2 Kondisi air daerah hulu, tengah, dan hilir saat surut Gambar 3.2.a menunjukan pemetaan kondisi Sungai Hitam berdasarkan 8 parameter sedangkan untuk Gambar 3.2.c berdasarkan 4 parameter. Pada Gambar 3.2.a dan b dapat dilihat bahwa pada kondisi air permukaan untuk di hulu, tengah dan hilir saat surut dimana Suhu pada kondisi permukaan saat surut ini akan terlihat lebih tinggi, ini dikarenakan kedalamannya yang tidak terlalu dalam, suhu juga merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perairan karena suhu air dapat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Salinitas untuk kondisi air permukaan pada saat surut berada lebih besar pada daerah tengah muara sungai, hal ini disebabkan karena muara Sungai Hitam ini tidak terlalu jauh dengan air laut sehingga mengakibatkan di daerah tengah masih besar kandungan salinitasnya. Derajat keasaman atau ph terbesar di daerah hilir, ini disebabkan karena pada daerah hilir saat surut lebih banyak terjadi penumpukkan zat-zat yang terbawa dari daerah hulu muara sungai tersebut. Pada air permukaan saat surut TDS lebih banyak terdapat di daerah hulu muara sungai, ini disebabkan karena pada daerah ini saat surut terdapat banyak bahan anorganik seperti air buangan deterjen atau sabun dari limbah masyarakat disekitar muara sungai tersebut, sehingga mengakibatkan lebih banyak zat yang terlarut dalam air terdapat di hulu muara sungai. Sedangkan sedimen banyak terdapat di daerah hilir, karena pada daerah ini sedimen yang terdapat merupakan sedimen melayang yang terbawa oleh tiupan angin dan arus. 1215-69

Gambar 2: a) Pembagian kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat surut berdasarkan 8 parameter dan b) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat surut terkait Gambar a. c) Pembagian kondisi air dalam di hulu, tengah, dan hilir saat surut berdasarkan 4 parameter. d) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat surut terkait Gambar c 3.3 Kondisi air untuk daerah hulu, tengah, dan hilir saat cuaca panas Dari Gambar 3.3.a dan b terlihat bahwa pada kondisi air permukaan untuk di hulu, tengah dan hilir saat cuaca panas maka suhu di daerah hilir ini lebih tinggi diakibatkan karena kedalamannya yang tidak terlalu dalam, karena semakin dalam muara sungai maka suhunya semakin rendah dan semakin dangkal muara sungai suhunya akan semakin tinggi. Salinitas yang besar pada daerah tengah, hal ini disebabkan karena pada saat panas aliran air sungai akan berkurang, maka air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat, sehingga salinitas muara sungai meningkat. Nilai ph yang besar di daerah hilir, hal ini diakibatkan karena pada saat panas maka derajat keasaman pada daerah hilir akan meningkat. TDS banyak terdapat di daerah hilir ini disebabkan karena pada daerah hilir banyak terjadi tumpukkan padatan atau zat-zat lain yang dibawa oleh arus air dari daerah hulu. Untuk ukuran sedimen yang terdapat pada kondisi air permukaan saat cuaca panas merupakan sedimen melayang. Kecepatan arus pada kondisi ini berada di hulu muara sungai, ini disebabkan karena pada daerah hulu aliran airnya tidak berlawanan arus seperti yang terjadi pada daerah hilir. Muara Sungai Hitam ini semakin ke hulu akan semakin dalam dan sebaliknya semakin ke hilir akan semakin dangkal. Pada Gambar 3.3.c dan d dapat dilihat bahwa pada kondisi air dalam untuk di hulu, tengah dan hilir saat cuaca panas maka suhu yang tinggi terjadi di daerah hilir ini disebabkan karena semakin dalam muara sungai maka suhunya akan rendah dan semakin dangkal muara sungai maka suhunya akan tinggi. Derajat keasaman atau ph pada daerah ini berada di tengah muara sungai, ini disebabkan karena pada daerah tengah ini luas permukaannya lebih luas sehingga lebih banyak tingkat ph yang besar saat di daerah tengah muara sungai. Sedangkan untuk TDS banyak terdapat di daerah tengah, hal ini diakibatkan pada saat panas untuk air dalam total padatan terlarutnya lebih banyak di daerah tengah karena sebelumnya telah terjadi pasang surut sehingga pada saat panas terjadi penumpukan padatan di daerah ini. 1215-70

Gambar 3: a) Pembagian kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat panas berdasarkan 8 parameter dan b) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat panas terkait Gambar a. c) Pembagian kondisi air dalam di hulu, tengah, dan hilir saat panas berdasarkan 4 parameter. d) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat panas terkait Gambar c 3.4 Kondisi air untuk daerah hulu, tengah, dan hilir saat hujan Gambar 3.4.a dan b menunjukan bahwa pada kondisi air permukaan untuk di hulu, tengah dan hilir saat hujan suhu yang tinggi berada pada daerah hilir hal ini disebabkan karena pengaruh cahaya matahari yang sangat dekat akibat dari pendangkalan pada daerah hilir muara sungai, salinitas yang besar berada pada daerah hilir karena pada daerah ini air laut yang masuk ke muara sungai lebih banyak dibandingkan pada daerah hulu. Tingkat ph yang besar di daerah hilir karena di daerah ini banyak terdapat gas oksida yang larut dalam air yang terbawa dari daerah hulu dan tengah muara sungai. Untuk TDS banyak terendapkan di daerah hilir karena pada daerah ini semua gas yang terlarut atau semua buangan air limbah rumah tangga ataupun limbah pabrik dari hulu akan terbawa oleh arus air dan terendap di daerah hilir. Sedimen banyak terdapat di daerah hilir karena ukuran sedimen yang terdapat di daerah ini merupakan sedimen melayang yang terbawa oleh tiupan angin dan arus. Pada daerah hilir kecepatan arusnya kecil karena pada daerah hilir ini terjadi aliran arus yang berlawanan arah, sehingga mengakibatkan daerah hilir muara sungai ini terjadi aliran arus bolak balik. Gambar 3.4.c dan d menunjukan bahwa pada kondisi air dalam saat hujan Suhu di daerah hilir ini lebih tinggi diakibatkan karena kedalamannya yang tidak terlalu dalam sedangkan pada daerah hulu suhu air sangat rendah. Salinitas yang besar berada pada daerah tengah muara sungai karena pada daerah tengah ini luas muara sungai lebih besar jadi mengakibatkan lebih banyak volume air laut yang masuk ke daerah ini, sehingga salinitas pada daerah ini sangat besar. Tingkat ph terbesar di daerah hulu berarti pada daerah ini sudah tercemar oleh gas oksida serta limbah rumah tangga dan pabrik yang berada di hulu muara sungai, Sedangkan untuk TDS banyak terdapat di hilir, hal ini diakibatkan karena pada daerah hilir banyak terjadi tumpukan padatan atau zat-zat lain yang di bawa dari daerah hulu sehingga di daerah hilir muara sungai lebih besar total padatan terlarutnya. 3.5 Pengujian kualitas air Hasil pengujian kualitas air berdasarkan warna, bau dan rasa pada air muara Sungai Hitam untuk kondisi air permukaan dan air dalam di daerah hulu, tengah dan hilir saat pasang, surut, panas dan hujan diketahui bahwa air muara sungai hitam ini mempunyai bau dan rasa yang tidak sedap. Rasa tersebut ditimbulkan karena adanya zat organik dan anorganik serta bakteri 1215-71

Gambar 4: a) Pembagian kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat panas berdasarkan 8 parameter dan b) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat hujan terkait Gambar a. c) Pembagian kondisi air dalam di hulu, tengah, dan hilir saat hujan berdasarkan 4 parameter. d) Pemetaan kondisi air permukaan di hulu, tengah, dan hilir saat panas terkait Gambar c atau unsur lain yang masuk kedalam muara Sungai Hitam tersebut. Bau pada air ditimbulkan akibat pembusukkan dari zat-zat organik serta limbah dari pabrik yang berada pada daerah hulu muara Sungai. Dan untuk identifikasi warna pada Muara Sungai Hitam Warna airnya keruh disebabkan oleh partikel-partikel tanah, yang mana partikel-partikel tanah tersebut mampu mengikat beberapa mineral, sehingga airnya terlihat sebagian ada yang berwarna hitam, putih dan ada juga terlihat warna airnya jingga. Untuk warna air tersebut dapat di identifikasi bahwa warna air hitam mengandung kalsium dan magnesium, warna air putih di identifikasi mengandung aluminium, arsenik, muscilage dan asbetos, sedangkan warna air jingga di identifikasi mengandung besi teroksida. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 air yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu tidak berbau, tidak berasa, suhu udara maksimum 30 C, kadar maksimum TDS 1000 mg/l, kadar minimum ph 6,5 dan kadar maksimum ph 8,5. Berdasarkan hal tersebut maka muara Sungai Hitam ini tidak baik untuk di konsumsi oleh masyarakat. Karena airnya berbau, berwarna, mempunyai rasa air yang asin, nilai kandungan TDS lebih dari 1000 mg/l, ph lebih dari 8,5, dan memiliki nilai salinitas yang tinggi. 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik Muara Sungai Hitam adalah sedimennya berukuran sangat kecil yaitu 0,00396 mm, kecepatan arus terbesar 8,38-8,5 m/s, sedangkan kecepatan arus yang terkecil 7,09-7,36 m/s, nilai salinitas tinggi lebih besar dari 0,05 /, suhu air 27-31 C, luas muara sungai terbesar yaitu 48,654 m 2 sedangkan luas terkecilnya 23,236 m 2, dan kedalaman muara sungai 1,69-3,36 m. 2. Kualitas air muara Sungai Hitam tidak baik untuk dijadikan sebagai sumber air minum, karena memiliki ph 6-8, nilai TDS (324-9834) ppm, airnya berwarna hitam, jingga dan putih, serta mempunyai rasa asin dan bau yang tidak sedap. 4.2 Saran Untuk penelitian lebih lanjut tentang karakteristik dan kualitas air muara Sungai Hitam, maka perlu adanya penambahan parameter-parameter kualitas air secara kimia dan biologi. Secara kimia dan biologi 1215-72

seperti penambahan parameter kesadahan, zat organik, Nitrat dan nitrit, chlorida, COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Bibliografi [1] Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990, Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 [2] Widarto, 1996, Membuat Alat Penjernih Air, Kanisius (IKAPI), Yogyakarta [3] Darmadi, 2010, Salinitas Laut, http://dhamadharma.wordpress.com/2010/02/11/salinitaslaut/, Google [4] Fitrianto, Fauji, 2008, Sifat Fisik Estuari, file:///e:/bhn%20proposal%20 KARAKTERIS- TIK%20%20AIR/Sifat%20Fisik20Entuarin%20 %20Perilaut.mendoanz.com.htmS, Google [5] Intan, Anisa Sariwulan, 2005, Kualitas Air Bersih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Di Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal, Skripsi, Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Semarang [6] Kordi, Ghufran, dan Andi Tancung Baso, 2007, Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan, Rineka Cipta, Jakarta [7] Lee, Richard, 1992, Hidrologi Hutan, Gadjah Mada University Press, [8] Saribk, 2009, Hidrologi Air, www.lablink.or.id, Google 1215-73