ANALISIS IKLAN DISPLAY PRODUK JAMU PADA LIMA MEDIA CETAK PERIODE BULAN FEBRUARI APRIL 2009

dokumen-dokumen yang mirip
Etika Periklanan. Kaitan Peraturan Pemerintah dengan Periklanan MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Modul ke: ETIKA PERIKLANAN. Overview. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Patau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

I. PENDAHULUAN. untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan

DRA. HELNI, APT, M.KES

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

Mengenal Perbedaan Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Serta Obat Untuk Diabetes

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Obat tradisional 11/1/2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB III PENGATURAN PERIKLANAN DI INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : HK T e n t a n g

PADA LIMA MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesaing baru maupun pesaing yang sudah ada yang bergerak dalam bidang

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat merebut pangsa pasar yang lebih luas. oleh perusahaan untuk mengarahkan komunikasi dalam rangka

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

PERSYARATAN IKLAN ALAT KESEHATAN DAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontroversi Pemakaian Obat Alami Untuk Diabetes

SOSIALISASI PERKA BADAN POM NO. 8 TAHUN 2017 PEDOMAN PENGAWASAN PERIKLANAN OBAT DAN EVALUASI KEPATUHAN PENANDAAN OBAT

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

ETIKA PARIWARA INDONESIA. Rama kertamukti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS JAMU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK TAHUN 2002 TENTANG PROMOSI OBAT KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 386/MENKES/SK/IV/1994 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penelitian tentang perlindungan konsumen terhadap periklanan diantaranya:

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Negara lndonesia memiliki jenis tumbuhan beraneka ragam yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas

BAB I PENDAHULUAN. yang lain mempunyai tingkatan dan nilai yang berbeda-beda. Kecantikan dapat

Dra. Rosita, M.Epid., Apt.

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo

BAB II URAIAN TEORITIS. berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat produk dan jasa kepada

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

Pen g a r u h P e r i k l a n a n ( A d v e r t i s i n g ) t e r h a d a p P r o s e s K e p u t u s a n P e m b e l i a n K o n s u m e n 1 BAB I

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Iklan. Publikasi. Pelayanan Kesehatan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG IKLAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilakukan terus-menerus salah satunya melalui promosi di berbagai media. Sales

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

FORM PENILAIAN IKLAN PANGAN. Nama produk Jenis produk. (lihat kategori pangan ) : Cetak/elektrobik/luar ruang. Tanggal terbit media

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil dalam meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam tumbuhtumbuhan

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis dari Pengaturan Tindak Pidana dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan suatu penyakit. Obat dapat berguna untuk menyembuhkan jenis-jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. minuman siap minum atau dikenal dengan istilah non-alcoholic ready to drink

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. linguistik, sosiologi, psikologi, antropologi, politik dan ekonomi. Sifat

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu dari ujung tombak dala m menunjang keberhasilan pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah salah satu sendi terpenting kehidupan. Ada tiga

Transkripsi:

ANALISIS IKLAN DISPLAY PRODUK JAMU PADA LIMA MEDIA CETAK PERIODE BULAN FEBRUARI APRIL 2009 SKRIPSI Oleh : ANNO RESPATI NUGROHO K100040147 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun menurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari, 2006). Iklan bisa digunakan untuk membentuk citra jangka panjang sebuah produk dan juga untuk menggerakkan penjualan cepat. Iklan merupakan cara efisien untuk mencapai banyak pembeli yang secara geografis tersebar. Iklan harus dilaksanakan dalam skala cukup besar untuk membuat kesan yang efektif terhadap pasarnya (Setiyowati, 2008). Tulisan iklan sering melanggar aturan bahasa (misalkan, memilih katakata atau menggunakan pelafalan dan tata bahasa yang tidak tepat untuk membuat penekanan) yang mendorong khalayak melakukan hal serupa (Lee dan Johnson, 1999). Selama tahun 2003 Badan POM melakukan pengawasan terhadap 536 iklan obat bebas, 535 iklan suplemen makanan dan 309 iklan obat tradisional. Pengawasan tersebut meliputi penilaian materi iklan sebelum ditayangkan dan setelah ditayangkan. Tim pengawas menemukan sekitar 15% iklan obat tradisional ditolak karena materi iklan tidak sesuai dengan kandungan produknya. 1

2 Sekitar 60% dari 717 iklan produk obat tradisional tidak memenuhi syarat karena materi iklan berisi klaim yang berlebihan (Sumarwan, 2006). Iklan yang tidak benar akan berakibat kesalahan konsumen dalam menerima informasi yang akan disampaikan didalam iklan tersebut misalnya jika iklan tersebut tidak mencantumkan nomor regestrasi bisa saja produknya itu belum mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, atau jika didalam iklan itu tidak mencantumkan aturan pakai dan kontraindikasinya bisa saja konsumen kurang mendapatkan khasiat obat tradisional yang diharapkan, untuk itu diperlukan penelitian tentang analisis iklan display obat tradisional terutama jamu, sehingga iklan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 386/Menkes/SK/IV/1994 tentang pedoman periklanan obat tradisional. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah yaitu apakah iklan display produk jamu pada lima media cetak sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 386/Menkes/SK/IV/1994 tentang pedoman periklanan obat tradisional? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara iklan display produk jamu pada lima media cetak periode bulan Februari April 2009 terhadap Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No 386/Menkes/SK/IV/1994 tentang pedoman periklanan obat tradisional.

3 D. Tinjauan Pustaka 1. Obat tradisional Sejak zaman nenek moyang sudah mengenal pengobatan meskipun dengan cara yang sangat tradisional, bahkan hingga sekarang sebagian cara tradisional yang berupa jamu-jamuan masih dijadikan pedoman untuk pengobatan. Jamu berasal dari sebutan orang Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuhtumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai tambahan, sehingga tingkat efek samping relatif minim dibanding obat modern (Anonim, 2000). Obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga yaitu : a. Jamu Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak membutuhkan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu (Anonim, 2006).

4 b. Obat herbal terstandar Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih komplek dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. Contoh obat herbal terstandar seperti Tolak Angin (Anonim, 2006). c. Fitofarmaka Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan uji ilmiah sampai uji klinik pada manusia. Dengan uji klinis akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan produk herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Contoh fitofarmaka adalah Stimuno (dari daun meniran) (Anonim, 2006). 2. Iklan Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail

5 (pengeposan langsung), reklame luar atau kendaraan umum (Lee dan Johnson, 1999). Fungsi dari periklanan adalah sebagai berikut : a. Periklanan menjalankan sebuah fungsi informasi. Ia mengomunikasikan informasi produk, ciri-ciri dan lokasi penjualannya. Ia memberitahu konsumen tentang produk baru. b. Periklanan menjalankan sebuah fungsi persuasif. Ia mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut. c. Periklanan menjalankan sebuah fungsi pengingat. Ia terus menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya. (Lee dan Johnson, 1999) Tipe periklanan koran dibagi menjadi empat yaitu : a. Periklanan baris Iklan baris biasanya muncul dibawah subjudul-subjudul tertentu yang menggambarkan kelas barang atau kebutuhan yang coba dipenuhi melalui iklan. Tingkat harga iklan baris biasanya didasarkan pada jumlah baris yang ditempati iklan dan jumlah pemunculan iklan. b. Periklanan display Iklan display mudah dijumpai diseluruh koran dan umumnya menggunakan ilustrasi judul iklan, ruang kosong (white space), dan piranti-piranti

6 visual lain sebagai tambahan bagi materi tulisan. Iklan display selanjutnya dibagi menjadi dua subkategori yaitu lokal (misalnya, toko-toko eceran lokal) dan nasional (misalnya, para pengiklan nasional). c. Sisipan pracetak Sisipan pracetak adalah iklan-iklan yang tidak dimunculkan pada halaman koran itu sendiri melainkan dicetak oleh pengiklan dan selanjutnya disisipkan didalam koran sebelum dikirimkan. d. Pengumuman publik Pengumuman publik menyertakan beragam laporan atau pengumuman pemerintah dan keuangan, pengumuman publik tentang perubahan-perubahan dalam bisinis dan hubungan pribadi (seperti pengumuman pernikahan) yang diberikan oleh sebuah lembaga pemerintahan. (Lee dan Johnson, 1999) Meskipun sama-sama sebagai media cetak, koran dan majalah memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak sama. a. Kelebihan koran : 1). Periklanan koran dapat dilakukan dengan cepat. 2). Koran memberikan cakupan lengkap dan tidak dibatasi pada kelompokkelompok sosioekonomi atau demografis tertentu, hampir setiap orang membaca koran. 3). Iklan dapat dengan cepat dan mudah diubah. b. Kekurangan koran : 1). Koran tidak memiliki usia baca sepanjang majalah.

7 2). Terdapat variasi-variasi besar dalam kualitas cetak dan warna dalam berbagai koran. 3). Iklan koran harus muncul ditengah kepadatan iklan lain. c. Kelebihan Majalah : 1). Kemampuan untuk menuju khalayak-khalayak spesifik adalah ciri yang paling membedakan periklanan majalah dari media lain. 2). Majalah dicatat atas usia panjangnya dan keterlibatan pembaca yang tinggi. 3). Iklan majalah memiliki kualitas cetak dan warna yang baik. d. Kekurangan Majalah : 1). Biaya yang tinggi, waktu tampilan (lead time) yang lama, kepadatan dan persaingan. 2). Iklan majalah harus diserahkan jauh sebelum tanggal publikasi, biasanya 30-90 hari. (Lee dan Johnson, 1999) 3. Pedoman Periklanan Obat Tradisional menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 386/Menkes/SK/IV/1994. Iklan obat tradisional secara umum harus mengacu pada Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia dan khususnya untuk hal-hal yang bersifat teknis, maka penerapannya harus didasarkan pada pedoman ini : a. Umum 1). Obat tradisional dapat diiklankan apabila telah mendapat nomor persetujuan pendaftaran dari Departemen Kesehatan RI.

8 2). Iklan obat tradisional dapat dimuat pada media periklanan setelah rancangan iklan tersebut mendapat persetujuan dari Departemen Kesehatan RI. 3). Iklan obat tradisional tidak boleh mendorong penggunaan obat tradisional tersebut secara berlebihan. 4). Iklan obat tradisional tidak boleh diperankan oleh tenaga kesehatan atau seseorang yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan setting yang beratribut profesi kesehatan atau laboratorium. 5). Informasi mengenai produk obat tradisional dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat (2) Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan sebagai berikut : a). Objektif : harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat tradsisional yang telah disetujui. b). Lengkap : harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat dan kegunaan obat tradisional, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontra indikasi, efek samping, pantangan dan lainnya. c). Tidak menyesatkan : informasi obat tradisional harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Disamping itu, cara penyajiaannya informasi harus baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat tradisional yang berlebihan dan tidak benar.

9 6). Iklan obat tradisional tidak boleh menggunakan kata-kata : super, ultra, istimewa, top, tokcer, cespleng, manjur, dan kata-kata lain yang semakna yang menyatakan khasiat dan kegunaan berlebihan atau memberi janji bahwa obat tradisional tersebut pasti menyembuhkan. 7). Iklan obat tradisional tidak boleh memuat pernyataan kesembuhan dari seseorang, anjuran atau rekomendasi dari profesi kesehatan, peneliti, sesepuh, pakar, panutan, dan lain sebagainya. 8). Iklan obat tradisional tidak boleh menawarkan hadiah atau memberikan pernyataan garansi tentang khasiat dan kegunaan obat tradisional. 9). Iklan obat tradisional tidak boleh menampilkan adegan, gambar, tanda, tulisan dan atau suara dan lainnya yang dianggap kurang sopan. 10).Iklan obat tradisional tidak boleh mencantumkan gambar simplisia yang tidak terdapat dalam komposisi obat tradisional yang disetujui. 11).Iklan yang berwujud artikel yang menguraikan tentang hasil penelitian harus benar-benar berkaitan secara langsung dengan bahan baku (simplisia) atau produknya dan informasi tersebut harus mengacu pada hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. 12).Pada setiap awal iklan obat tradisional dicantumkan identitas kata jamu dalam lingkaran. 13).Pada setiap akhir iklan obat tradisional harus mencantumkan spot peringatan sebagai berikut : BACA ATURAN PAKAI

10 14).Ketentuan minimal yang harus dipenuhi untuk peringatan pada butir (13) sebagai berikut : a). Untuk media televisi, spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu gambar terakhir dengan ukuran minimal 30 % dari layar kaca dan ditayangkan minimal 3 detik. b). Untuk media radio, spot iklan harus dibacakan dengan jelas dengan nada suara tegas, pada akhir iklan. c). Untuk media cetak, spot iklan dicantumkan dengan ketentuan sebagai berikut : (1). Tulisan harus jelas terbaca dan terlihat menyolok. (2). Huruf yang digunakan harus merupakan huruf kapital, hitam, dan tebal (bold latter). (3). Ukuran minimal harus sama dengan huruf body copy. (4). Diberi tepi kotak hitam. 15).Iklan obat tradisional khusus untuk media cetak harus mencantumkan nomor pendaftaran. 16).Dilarang mengklaim obat tradisional yang dinyatakan berkhasiat untuk mengobati atau mencegah penyakit kanker, tuberkulosis, polimelitis, penyakit kelamin, impotensi, tipus, kolera, tekanan darah tinggi, diabetes, liver dan penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. b. Khusus 1). Jamu kuat / sehat Petunjuk teknis secara khusus untuk golongan jamu sehat pria adalah :

11 a). Obat tradisional yang termasuk golongan sehat pria seperti sehat perkasa, pria perkasa, pria jantan, dan lain sebagainya, hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang disetujui pada pendaftaran. b). Iklan obat tradisional ini dilarang memberikan informasi bahwa jamu mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kejantanan, kecuali bila pada etiket disetujui pencantuman pernyataan tersebut. c). Iklan jamu ini dilarang memberikan informasi bahwa penggunaan jamu ini akan memberikan penampilan prima, memberikan energi yang berlebih. d). Kata-kata merukunkan suami istri dan semakna dilarang dicantumkan dalam iklan obat tradisional ini. Petunjuk teknis secara khusus untuk golongan jamu sehat wanita adalah : a). Obat tradisional yang termasuk golongan sehat wanita hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang disetujui pada pendaftaran. b). Iklan obat tradisional golongan sehat wanita, dilarang memberikan informasi atau menjanjikan dapat mengubah penampilan wanita menjadi lebih ayu, umur panjang dan kata-kata lain yang semakna. c) Iklan jamu ini dilarang memberikan informasi bahwa penggunaan jamu ini akan memberikan penampilan prima, memberikan energi berlebih. 2). Jamu galian singset

12 a). Iklan obat tradisional yang termasuk golongan galian singset, hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang disetujui pada pendaftaran. b). Iklan obat tradisional golongan galian singset, dilarang memberikan informasi atau menjanjikan dapat mengubah bentuk badan menjadi langsing dan montok dalam sekejap. c). Iklan obat tradisional golongan galian singset harus memberikan informasi tentang hal-hal yang tidak diinginkan yang kemungkinan timbul akibat minum jamu tersebut seperti : mencret, lemas dan lain-lain. 3). Jamu keputihan a). Iklan obat tradisional yang termasuk golongan keputihan, hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang disetujui pada pendaftaran. b). Iklan obat tradisional golongan keputihan tidak boleh mencantumkan informasi atau menjanjikan dapat mengobati segala macam keputihan, kecuali bila pada etiket disetujui pencantuman klaim tersebut. c). Kata-kata merukunkan suami istri dan yang semakna, dilarang dicantumkan dalam iklan obat tradisional ini. 4). Jamu haid teratur a). Iklan obat tradisional yang termasuk golongan haid teratur, hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang disetujui pada pendaftaran.

13 b). Iklan obat tradisional golongan haid teratur, dilarang memberikan informasi baik secara langsung atau tidak langsung yang akan memberi akibat merugikan pada peminumnya. Dari pengalaman yang ada, penggunaan obat tradisional ini untuk menggugurkan anak yang tidak diinginkan, akan berakibat pada bayi yang lahir akan cacat badannya. 5). Jamu ASI a). Iklan obat tradisional yang termasuk golongan pelancar ASI, hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang disetujui pada pendaftaran. b). Iklan obat tradisional golongan pelancar ASI, dilarang memberikan informasi atau menjanjikan dapat mengencangkan dan atau memperbesar payudara atau kata-kata yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengubah payudara menjadi montok. 6). Jamu jerawat Iklan obat tradisional golongan jerawat hanya boleh memberikan informasi untuk meringankan atau mengobati jerawat atau indikasi lain yang disetujui pada pendaftaran. 7). Jamu pegal linu a). Iklan obat tradisional yang termasuk golongan pegal linu, hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang disetujui pada pendaftaran. b). Iklan obat tradisional golongan pegal linu, dilarang memberikan informasi atau menjanjikan kesembuhan untuk penyakit rematik dan sejenisnya.

14 Jamu ini hanya terbatas untuk mengurangi rasa capai dan mengobati gejala masuk angin. 8). Jamu wasir Iklan obat tradisional golongan wasir hanya boleh memberikan informasi untuk mengobati gejala atau meringankan sakit yang berhubungan dengan wasir. 9). Jamu ulu hati a). Iklan obat tradisional yang termasuk golongan ulu hati, hanya boleh memberikan informasi untuk meringankan gejala sakit ulu hati seperti mual, kembung, nyeri dan lainnya. b). Iklan obat tradisional golongan ulu hati, sangat dianjurkan untuk memberikan informasi yang dapat merangsang peminumnya agar membiasakan makan teratur dan hidup teratur. (Anonim, 1994)