ABSTRAK A STUDY OF ANTIHYPERTENSIVE DRUGS IN DIABETIC TYPE 2 IN THE INPATIENT BLU RSUP PROF.DR.R.D.KANDOU MANADO PERIOD JANUARY-DECEMBER 2010

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR M.

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2012 SKRIPSI

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Diajukan oleh RA Oetari

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

Saputri, et al, Studi Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi...

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

Jurnal Farmasi Indonesia, November 2015, hal Vol. 12 No. 2

PROPOSAL PENELITIAN POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

AZIMA AMINA BINTI AYOB

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

ABSTRACT. Key Words : Chronic Kidney Disease, Antihypertension Drug, Single Therapy, Combination Therapy ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RS SANTA CLARA MADIUN TAHUN 2011 FRANSISKA MADE RATNA KUMALA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

GAMBARAN PERESEPAN ACE INHIBITOR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG YANG DIRAWAT INAP DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

Analisis biaya terapi Diabetes mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta

Transkripsi:

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Dian Ariyanti Ansa 1), Lily Ranti Goenawi 2), Heedy M.Tjitrosantoso 3) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 2) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 3) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRAK Hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) dapat meningkatkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Kontrol terhadap tekanan darah dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi serta angka kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji antihipertensi yang digunakan pada pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan secara retrospektif terhadap rekam medik pasien. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive di Instalasi Rekam Medik BLU RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado selama bulan Oktober-Desember 2011, dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 41. Kategori usia pasien DM tipe 2 terbanyak yaitu pada rentang antara 45 sampai 64 tahun (70,73%). Pola terapi antihipertensi pada pasien DM tipe 2, terdiri atas terapi tunggal (60,98%) dan kombinasi (39,02%). Pada kelompok terapi tunggal, golongan antihipertensi yang sering digunakan yaitu Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) (31,82%), diikuti oleh Calsium Chanell Blocker (CCB) (27,27%) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (22,73%). Obat antihipertensi yang sering digunakan pada kelompok terapi kombinasi yaitu kombinasi antara golongan ACE-I dan CCB, ARB dan CCB masing-masing (21,05%), diikuti oleh kombinasi ACE-I dan ARB (15,83%). Kata kunci: hipertensi, diabetes melitus tipe 2, antihipertensi. A STUDY OF ANTIHYPERTENSIVE DRUGS IN DIABETIC TYPE 2 IN THE INPATIENT BLU RSUP PROF.DR.R.D.KANDOU MANADO PERIOD JANUARY-DECEMBER 2010 ABSTRACT Hypertension in patient with type 2 diabetes mellitus (DM type 2) improve microvascular and macrovascular complications. Control of blood pressure can reduce the risk of complication and mortality. The aims of the study was to assess antihypertensive in patients with type 2 diabetes at BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, from January to December 2010. This study was a retrospective descriptive study. The data was collected by purposive at the installation of medical records BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, from October to December 2011, and a total of 41 diabetic patients involve in this study. The findings of ths study showed that the majority patients type 2 diabetes in the age range between 45 to 64 years (70,73%). Patterns of antihypertensive therapy consists of monotherapy (53,66%) and combination (46,34%). In the monotherapy, which is often used Angiotensin Converting Inhibitors (ACE-I) (31,82%), Calcium Channel Blockers (CCB) (27,27%), and Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (22,73%). For the combination therapy group, which is often used combination of ACE-I and CCB, ARB and CCB each one(21,05%), and combination ACE-I and ARB (15,83%). Key words: hypertension, type 2 diabetes mellitus, hypertension treatment. 22

PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) termasuk salah satu penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan seksama (PERKENI, 2011). WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 serta paling banyak terjadi pada masyarakat urban dengan gaya hidup yang tidak sehat. Indonesia berada diperingkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Hans, 20 08). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, sebaran penderita DM di Indonesia melebihi 1,5% penduduk terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2007). Sekitar 90% kasus DM termasuk dalam jenis DM tipe 2 (Wells, 2009). Lebih dari 50% penderita DM tipe 2 mengalami hipertensi (Sweetman, 2009). Hipertensi dan DM yang terjadi secara bersamaan dapat meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler (Sower s, 2001). Oleh karena itu, diperlukan upaya pengelolaan antihipertensi pada pasien DM tipe 2 secara tepat sebagai suatu langkah penanganan yang strategis dan sangat penting, dengan harapan upaya tersebut dapat menunda perkembangan terjadinya komplikasi maupun menghambat progresifitas komplikasi yang telah terjadi (Permana, 2008). Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pola terapi dan penggunaan antihipertensi pada pasien DM tipe 2 di BLU RSUP Prof. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2010. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada bulan Oktober- Desember 2011. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survey deskriptif yang dilakukan secara retrospektif terhadap rekam medik pasien DM tipe 2 di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dari rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien yang terdiagnosa DM tipe 2 yang menerima pengobatan antihipertensi periode Januari- Desember 2010. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu data rekam medik yang tidak lengkap dan pasien DM tipe 2 tetapi tidak menerima pengobatan antihipertensi. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi, disajikan dan dilaporkan dalam bentuk persentase. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan terhadap 41 rekam medik pasien. Ditinjau dari jenis kelamin, terlihat bahwa jumlah pasien perempuan (70,73%) lebih banyak dari laki-laki (29,27%). Penelitian lain yang dilakukan di Kayu Putih Jakarta Timur (d aerah urban) diperoleh hasil 39,1% DM tipe 2 terjadi pada responden lakilaki dan 60,9% terjadi pada perempuan (Tjekyan, 2007). Hasil ini mendukung teori yang dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding lakilaki. Tabel 1. Karakteristik Pasien DM tipe 2 yang Menerima Antihipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Jenis Kelamin Variasi Kelompok Jumlah Pasien Persentase (%) Total Laki-laki 12 29,27% 41 Perempuan 29 70,73% Tabel 2. Karakteristik Pasien DM tipe 2 yang Menerima Antihipertensi Berdasarkan Usia Karakteristik Usia (Rustiyanto, 2010) Variasi Kelompok Jumlah Pasien Persentase (%) 25-44 tahun 3 7,32 % 45-64 tahun 29 70,73 % 65 tahun 9 21,95 % Dari segi usia, diperoleh usia terbanyak yang menderita DM tipe 2 ialah kelompok usia 45 sampai 64 tahun sebesar 29 orang (70,73%), diikuti oleh kelompok usia 65 tahun sebesar 9 orang (21,95%), dan kelompok usia 25-44 tahun sebesar 3 orang (7,32%). Budhiarta, dkk (2005) dalam I Nyoman Sujaya (2009) mengemukakan bahwa di negara berkembang orang dewasa yang beresiko Total 41 23

terkena DM tipe 2 ialah usia 46 sampai 64 tahun. DM tipe 2 umumnya terjadi pada usia diatas 40 tahun karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel-β pankreas dalam memproduksi insulin. Lebih lanjut dikatakan DM tipe 2 merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sehingga kasusnya akan meningkat sejalan dengan pertambahan usia (Zahtamal et al, 2007 dalam Sujaya, 2009). Tabel 3. Golongan Obat Antihipertensi pada Kelompok Terapi Tunggal Golongan Persentase Total Obat (%) ACE-I 31,82 ARB 22,73 n= 22 Diuretik 9,09 β bloker 9,09 CCB 27,27 Tabel 4. Golongan Obat Antihipertensi pada Kelompok Terapi Kombinasi Golongan Obat Persentase Total ACE-I dan CCB 21,05 ARB dan central agonis α-2 ACE-I dan Diuretik ARB dan CCB 21,05 ACE-I dan ARB 15,83 CCB dan Diuretik Diuretik dan β -blocker n= 19 Diuretik dan Aldoantagonis ARB, Diuretik, Aldoantagonis ACE-I, CCB, β blocker Diuretik, CCB, Aldo- Ant, dan Central agonis α-2 ACE-I ARB CCB = Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor = Angiotensin Receptor Blocker = Calsium Chanell Blocker Dari hasil penelitan terlihat bahwa sebanyak 22 (53,66%) pasien menerima terapi tunggal dan 19 (46,34) pasien mnerima terapi kombinasi. Pada kelompok terapi tunggal, golongan antihipertensi terbanyak yang digunakan ialah golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) (31,82%), diikuti oleh Calsium Chanell Blocker (CCB) (27,27%) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (22,73%). Beberapa penelitian telah membandingkan ACE-I dengan CCB (golongan dihidropiridin) dan ditemukan bahwa kelompok ACE-I memiliki efek perlindungan ginjal yang lebih baik dibandingkan dengan CCB (golongan dihidropiridin). ACE-I dan ARB menjadi pilihan pertama pada pasien DM dengan hipertensi karena secara farmakologi kedua agen ini bersifat nefroprotektor yang menyebabkan vasodilatasi pada arteriola efferent ginjal. (Govi ndarajan, 2006).ACE-I memiliki manfaat dalam menghambat perkembangan DM bahkan mencegah komplikasi DM pada pasien dengan hipertensi melalui mekanisme penghambatan RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron System) (Hansson et al, 1999). Berdasarkan nama obat, diperoleh hasil bahwa Captopril merupakan obat antihipertensi terbanyak yang diresepkan (27,27%), diikuti Amlodipin (22,73%), dan Valsartan (18,18%). Pada kelompok terapi kombinasi, golongan antihipertensi yang sering digunakan yaitu kombinasi antara golongan ACE-I dan CCB, ARB dan CCB masing-masing (21,05%), diikuti oleh kombinasi ACE-I dan ARB (15,83%). Penambahan obat lini kedua dari golongan yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat terapi tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah (Depkes, 2006). Obat dengan mekanisme kerja yang berbeda dapat mengendalikan tekanan darah dengan toksisitas minimal (Darnindro, 2008). Terapi kombinasi juga merupakan pilihan bagi pasien yang sulit mencapai sasaran tekanan darah atau pada pasien dengan banyak indikasi yang membutuhkan beberapa antihipertensi yang berbeda (Anonim, 2008).ACE -I dan ARB merupakan antihipertensi pilihan pertama. Golongan diuretik, β-bloker, dan CCB tidak berbahaya serta efektif untuk pengelolaan hipertensi pada pasien DM tipe 2 sehingga dapat menjadi terapi tambahan (lini kedua) untuk mencapai sasaran tekanan darah yang 24

diharapkan (Dipiro, 2011 dan Govindarajan, 2006). Kombinasi antara ACE-I dan ARB dapat memberikan hasil yang lebih baik pada pasien DM dengan hipertensi karena keduanya bekerja sama dalam menghambat sekresi dan aksi angiotensin II secara total. ACE-I tidak menghabat produksi angiotensin II secara menyeluruh, tapi aksi penghambatan ini akan didukung sepenuhnya oleh ARB (Arya, 2003). Berdasarkan nama obat, diperoleh hasil bahwa kombinasi antara Captopril (golongan ACE-I) dan Amlodipin (golongan CCB), Valsartan (golongan ARB) dan Amlodipin (golongan CCB) masing-masig (15,81%), diikuti oleh kombinasi antara Valsartan (golongan ARB) dan Lisinopril (golongan ACE-I) (10,53%). Berdasarkan data yang ada,dapat dilihat bahwa Dosis yang diterima oleh pasien DM tipe 2 telah sesuai dengan rentang dosis terapi. KESIMPULAN 1. Pola terapi antihipertensi pada pasien DM tipe 2 di Instalasi Rawat inap BLU RSUP Prof. R. D. Kandou Manado terdiri dari terapi tunggal (53,66%) dan terapi kombinasi (46,34%). 2. Obat antihipertensi yang sering digunakan pada kelompok terapi tunggal yaitu golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) (31,82%), diikuti oleh Calsium Chanell Blocker (CCB) (27,27%) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (22,73%). Obat antihipertensi yang sering digunakan pada kelompok terapi kombinasi yaitu kombinasi antara golongan ACE-I dan CCB, ARB dan CCB masing-masing (21,05%), diikuti oleh kombinasi ACE-I dan ARB (15,83%). SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, ditinjau dari efektivitas antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah pada pasien DM tipe 2 di Instalasi rawat Inap BLU RSUP Prof. R. D. Kandou Manado. 2. Mengingat pentingnya upaya untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi pada pasien DM dengan hipertensi, maka perlu adanya informasi secara tepat kepada masyarakat tentang penggunaan antihipertensi dan juga menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat guna mencegah terjadinya DM atau meghambat progresifitas komplikasi yang telah terjadi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Terapi Kombinasi. www.scribd.com/doc/46147651/17/tera pikombinasi.[diakses tanggal 3 Maret 2012]. Arya,SN.2003.Hypertension in Diabetic Patients-Emerging Trends. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine.4(2): 96-102. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. http://www.depkes.go.id. [Depkes RI, Jakarta]. Budhiarta,G et al.2005. Hubungan Obesitas dengan Diabetes Melitus dan Hipertensi Pada Penduduk Balliage di Desa Pedawa Buleleng Bali. Jurnal Penyakit Dalam. 6(1): 1-6. Darnindro, N dan A. Muthalib. 2008. Tatalaksana Hipertensi Pada Pasien dengan Sindrom Nefrotik. Majalah Kedokteran Indonesia. 58(2). Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. DEPKES, Jakarta. Dipiro, J et al. 2011. Pharmacotherapy 8 th Edition. The McGrow-Hill companies, US. Govindarajan, G, J.Sowers, C.Stump. 2006. Hypertension and Diabetes Melitus. Hans.2008. Jumlah Penderita Diabetes Melitus di Indonesia Meningkat. http://www.nttonlinenews.cmo/ntt/index.php?view=article&id=1105%#ajumlah -penderita-diabetes-melitus-di- 25

indonesia meningkat&option=comcontent&ltemid =70.[Diakses tanggal 6 Maret 2012]. Hansson, L et al. 1999. Effect of Angiotensinconverting-enzyme Inhibition Compared with Conventional Therapy on Cardiovascular Morbidity and Mortality in Hypertension: the Captopril Prevention Project (CAPPP) randomized trial. The Lancet.353:611-616 PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI, Jakarta. Permana,H. 2008. Pengelolaan Hipertensi Pada Diabetes Mellitus Tipe 2. FK Unpad, Bandung. Smeltzer et al. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi ke-8 Vol 2. Terjemahan H.Y.Kuncara et al. EGC, Jakarta Sowers, JR, Epstein, M dan Frohlich, E. 2001. Diabetes, Hypertension and Cardiovascular: An Update. Journal of American Heart Association. 37: 1053-1059. Sujaya, I Nyoman. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada. 6(1): 75-81 Sweetman, S et al. 2001. Martindale 36 th. The Pharmaceutical Press, London. Tjekyan, RM. 2007. Resiko Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dikalangan Peminum Kopi di Kotamadya Palembang Tahun 2006-2007. Makara Kesehatan. 11(2): 54-61. Wells,BG, J.Dipiro, T. Schwinghammer, C.Dipiro. 2009. Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition. The McGraw- Hill Componies, Inc, US Zahtamal, dkk. 2007. Faktor-Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(3): 142-147. 26