BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA A. Latar Belakang Jaminan Fidusia Adapun lahirnya lembaga fidusia didasari karena adanya kebutuhan dalam praktek. Terutama dalam upaya pembangunan termasuk pengembangan di bidang ekonomi dan bisnis. Kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa fakta-fakta, seperti berikut : 19 a. Barang bergerak sebagai jaminan hutang Sebagaimana diketahui bahwa menurut system hokum kita, dan juga hukum di kebanyakan Negara-negara Eropa Kontinental, bahwa jika yang menjadi obyek jaminan hutang adalah bergerak, maka jaminannya diikat dalam bentuk gadai. Objek gadai harus diserahkan kepada kreditur atau pihak yang menerima gadai. Sebaliknya jika yang menjadi obyek jaminan adalah benda tidak bergerak atau benda tetap, maka jaminan tersebut haruslah berbentuk hipotik (sekarang Hak Tanggungan). Dalam hal ini, barang objek jaminan tidak diserahkan kepada kreditur, tetapi tetap dalam kekuasaan kreditur. Akan tetapi, terdapat kasus-kasus dimana barang obyek jaminan hutang yang masih tergolong benda bergerak, tetapi pihak debitur enggan menyerahkan kekuasaan atas barang tersebut kepada kreditur, sementara itu pihak kreditur tidak mempunyai kepentingan bahkan kerepotan jika barang tersebut diserahkan kepadanya. Karena itu, dibutuhkan adanya suatu bentuk jaminan hutang yang objeknya masih tergolong benda bergerak tetapi tanpa menyerahkan kekuasaan atas benda tersebut kepada pihak kreditur. Akhirnya muncul jaminan baru dimana objeknya berupa benda bergerak, tetapi kekuasaan atas benda tersebut tidak beralih dari debitur kepada kreditur. Inilah yang disebut dengan jaminan fidusia. 19 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Cetakan kedua revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 1-3
b. Tidak semua hak atas tanah dihipotikkan Latar belakang yang lain juga memotivasi timbulnya atau berkembangnya praktek fidusia yaitu adanya hak atas tanah tertentu yang tidak dapat dijaminkan dengan hipotik atau hak tanggungan. Misalnya, dahulu hak pakai atas tanah tidak dijaminkan dengan hipotik. Sehingga atas hak paai tersebut diikat dengan jaminan fidusia. c. Barang Objek jaminan hutang yang bersifat khusus Ada barang-barang yang sebenarnya masih termasuk barang bergerak, tetapi mempunyai sifat-sifat seperti barang tidak bergerak sehingga pengikatannya dengan gadai dirasa tidak cukup memuaskan, terutama karena adanya kewajiban menyerahkan kekuasaan dari benda obyek jaminan hutang tersebut. Karena itu jaminan fidusia menjadi pilihan. Contohnya, terhadap hasil panen, yang tidak mungkin diikatkan dengan hipotik. d. Perkembangan pranata hukum kepemilikan yang baru Perkembangan kepemilikan atas benda-benda tertentu juga tidak selamanya dapat diikuti oleh perkembangan hukum jaminan, sehingga ada hak-hak atas barang yang sebenarnya tidak bergerak, tetapi tidak dapat diikatkan dengan hipotik. Misalnya, tidak dapat diikatkan dengan hipotik atas strata title atas rumah susun. e. Barang bergerak objek jaminan hutang tidak dapat diserahkan Adakalanya pihak kreditur dan pihak debitur sama-sama tidak berkeberatan agar diikatkan jaminan hutang berupa gadai atas hutang yang dibuatnya, tetapi barang yang dijaminkan karena sesuatu dan lain hal tidak dapat diserahkan kepemilikannya kepada pihak kreditur. Misalnya, saham perseroan yang belum dicetak sertifikatnya. Karena itu, timbulnya fidusia saham. B. Sifat dan Objek Jaminan Fidusia Fidusia memiliki beberapa sifat-sifat, antara lain : 20 1. Sifat Accesoir Jaminan Fidusia Pada Undang-Undang Jaminan Fidusia Pasal 4 menyatakan bahwa jaminan fidusia memilki sifat accesoir. Dikatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian 20 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum perkreditan Pada Bank, Ctk. Kedua, Alfabeta, Bandung, 2004, hlm. 207-212
pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Maksudnya adalah perjanjian jaminan fidusia tidak mungkin dapat berdiri sendiri tanpa perjanjian pokoknya, karena jaminan fidusia yang mempunyai sifat accesoir mengikuti perjanjian lain yang merupakan perjanjian pokok, perjanjian pokoknya adalah perjanjian kredit dan jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan yang untuk sah atau tidaknya dan berlaku atau hapusnya jaminan fidusia ini bergantung pada perjanjian pokoknya, jika perjanjian pokok tidak sah atau hapus dan berakhir maka jaminan fidusia pun berakhir pula. Dengan kata lain, perjanjian accesoir itu ada dan hapusnya dipengaruhi oleh perjanjian pokok. Oleh karena itu, konsekuensi dari perjanjian accesoir adalah bahwa jika perjanjian pokok tidak sah atau karena sebab apapun hilang berlakunya atau dinyatakan tidak berlaku maka secara hukum perjanjian fidusia sebagai perjanjian accesoir juga akan batal. 21 2. Jaminan Fidusia mempunyai sifat Droit De Suite Sifat Droit De Suite yang mengikuti hak kebendaan. Maksud dari sifat tersebut yaitu penerima jaminan fidusia mempunyai hak yang mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu berada. Terhadap sifat ini terdapat pengecualiannya yaitu terhadap benda persediaan, obyek jaminan fidusia yang berbentuk benda persediaan, obyek jaminan fidusia yang berbentuk benda persediaan dalam dunia perdagangan dapat dijual setiap saat, karena benda tersebut merupakan benda-benda dari hasil produksi yang memang untuk diperdagangkan. 3. Jaminan Fidusia memberikan hak preferent Kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan atau hak preferent terhadap kreditur lainnya artinya jika debitur cedera janji maka kreditur penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan fidusia dan kreditur mendapat hak untuk di dahulukan dalam mendapatkan pelunasan hutang dari hasil eksekusi benda jaminan tersebut. 4. Jaminan Fidusia Mempunyai Kekuatan Eksekutorial Pasal 15 ayat (3)Undang-Undang Jaminan Fidusia menegaskan bahwa apabila debitur 21 Munir Fuady, op cit, hlm. 19.
cedera janji, kreditur sebagai penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaan sendiri. Hak menjual atau hak untuk menjual benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaan sendiri. Hak menjual atau hak untk mengeksekusi tersebut merupakan perwujudan dari Sertifikat Jaminan Fidusia yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan pasti. Hal ini seperti yang ditegaskan dalam Pasal 15 ayat 1,2 dan 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang dicantumkan kata-kata atau irah-irah dalam Sertifikat Jaminan Fidusia DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan berdasarkan sifat ini, jika terjadi debitur wanprestasi maka kreditur sebagai penerima fidusia dapat melakukan penjualan benda jaminan secara langsung dengan bantuan kantor lelang dan tidak perlu meminta fiat pengadilan. Hak kreditur untuk menjual sendiri benda jaminan dinamakan parate eksekusi. 5. Jaminan Fidusia Mempunyai Sifat Spesialitas dan Publisitas Sifat spesialitas adalah uraian yang jelas dan rinci mengenai obyek jaminan fidusia. Benda yang menjadi obyek jaminan fidusia harus diuraikan secara jelas dan rinci dengan cara mengidentifikasikan benda jaminan tersebut, dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya dalam Akta Jaminan Fidusia. Sifat publisitasnya adalah berupa pendaftaran Akta Jaminan Fidusia yang merupakan akta pembebanan atas benda yang dibebani jaminan fidusia. Pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia di lakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia tempat dimana pemberi fidusia berkedudukan. Bagi benda-benda yang berada diluar wilayah Negara Republik Indonesia tetap didaftarkan di Kantor Pendafaran Fidusia di Indonesia di mana pemberi fidusia berkedudukan. Dari pelaksanaan pendaftaran banda-benda yang dibebani jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia, diharapkan masyarakat dapat mengetahui bahwa suatu benda telah dibebani jaminan fidusia, sehingga masyarakat akan berhati-hati untuk melakukan transaksi atas benda tersebut dan sekaligus memberikan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnyamengenai bendabenda jaminan yang telah dibebani jaminan fidusia. Pendaftaran benda yang telah dibebani
jaminan fidusia ini untuk memenuhi asas publisitas yaitu sebagai informasi bagi pihak ketiga atau masyarakat umum mengenai suatu benda yang telah diikat dan dibebani dengan jaminan fidusia untuk menindaklanjuti pengaturan seperti tercantum dalam Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang menegaskan bahwa benda yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan. 6. Jaminan Fidusia Berisi Hak Untuk Melunasi hutang Pada umumnya sifat ini ada dalam setiap hak jaminan yang menjamin pelunasan hutang, seperti hak Tanggungan juga memiliki sifat ini. Sifat ini sesuai fungsi setiap jaminan yang memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan jaminan tersebut bila debitur cedera janji bukan untuk dimiliki kreditur. Ketentuan ini bertujuan untuk melindungi debitur dari tindakan sewenang-wenang kreditur. Apabila debitur setuju mencantumkan janji bahwa benda yang menjadi obyek jaminan fidusia akan menjadi milik kreditur jika debitur wanprestasi atau cedera janji maka oleh Undang-Undang janji semacam itu akan batal demi hukum. Batal demi hukum artinya, sejak semula dianggap tidak pernah ada sehingga tidak perlu dilaksanakan. Hal tersebut seperti yang diamanatkan dalam penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Jaminan Fidusia. 7. Jaminan Fidusia Meliputi Hasil Benda Yang Menjadi Obyek Jaminan Fidusia dan Klaim Asuransi Sifat ini sangat menguntungkan kepentingan kreditur karena obyek jaminan fidusia menjadi lebih luas bukan hanya benda-benda saja tetapi meliputi hasil dari pemanfaatan atau pengelolaan dari benda yang menjadi obyek jaminan fidusia di asuransikan (menurut penjelasan Pasal 10 Undang-Undang Jaminan Fidusia) Misalnya obyek jaminan fidusia berupa minibus atau angkot, maka yang menjadi jaminan fidusia bukan hanya angkotnya saja, tetapi meliputi hasil dari pemanfaatan atau pengelolaan angkot itu yaitu berupa sejumlah uang. Namun dalam penerapannya tentu tidak mudah untuk mengetahui berapa jumlah uang dari pemanfaatan atau pengelolaan angkot tersebut. Terhadap permintaan klaim asuransi dari benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, lebih mudah disbanding meminta langsung kepada perusahaan yang menutup asuransi agar diserahkan kepada kreditur.
Obyek jaminan fidusia berupa benda-benda bergerak berwujud dan tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan. 8. Jaminan Fidusia Untuk Menjamin Hutang Yang Telah ada atau Akan Ada Adapun fungsi dari pengikatan benda dengan jaminan fidusia dari perjanjian kredit adalah untuk menjamin pelunasan suatu hutang yang besarnya sudah diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau perjanjian hutang sebagai perjanjian pokoknya. Hutang yang dijaminkan pelunasannya dengan fidusia harus memenuhi syarat yang sesuai dengan Pasal 7 Undang-Undang Jaminan Fidusia yaitu : 1. Hutang yang telah ada, artinya besarnya hutang yang ditentukan dalam perjanjian kredit atau perjanjian lainnya. 2. Hutang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah tertentu. Hutang yang akan timbul di kemudian hari atau yang akan ada ini misalnya hutang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditur untuk kepentingan debitur dalam rangka pelaksanaan Bank Garansi. 3. Hutang yang ada pada saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian kredit yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi. 9. Jaminan Fidusia Dapat Menjamin Lebih Dari Satu Hutang Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia pada Pasal 8 menegaskan bahwa jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa ataupun kepada wakil dari penerima fidusia tersebut. Dengan berdasarkan ketentuan Pasal 8 tersebut, maka benda jaminan fidusia dapat dijaminkan oleh debitur kepada beberapa kreditur. Bahkan dari penjelasan Pasal tersebut, yang dimaksud lebih dari penerima fidusia atau lebih dari satu kreditur hanya berlaku dalam rangka pembiayaan kredit secara konsorsium atau sindikasi. Artinya seorang kreditur secara bersama-sama dengan kreditur lain memberikan kredit kepada seorang debitur dalam satu perjanjian kredit. Jaminan fidusia yang diberikan debitur digunakan untuk menjamin kepada semua kreditur itu secara bersama. Antara kreditur satu dengan kreditur lainnya mempunyai kedudukan yang sama atas jaminan fidusia, tidak ada kreditur yang memiliki peringkat yang lebih tinggi dibanding kreditur lain.
Apa saja yang menjadi objek jaminan fidusia dalam Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia mengatur tentang objek jaminan fidusia, ketentuan tersebut dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 4, Pasal 9, Pasal 20 dan Pasal 31. Yang dapat menjadi objek jaminan fidusia tersebut adalah sebagai berikut : 1. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan di alihkan secara hukum. 2. Benda tersebut dapat berupa benda berwujud maupun tidak berwujud, termasuk piutang. 3. Yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar. Artinya objek jaminan fidusia bias berupa benda bergerak tidak atas nama (benda bergerak tidak terdaftar), seperti mesin dan lain lain. Dan bisa juga berupa benda bergerak terdaftar, seperti kendaraan bermotor. 4. Benda tersebut dapat berupa benda bergerak ataupun tidak bergerak dapat diikat dengan Hak Tanggungan, serta benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hipotik. 5. Baik atas benda yang sudah ada maupun benda yang akan diperoleh kemudian. 6. Dapat atas satu satuan atau jenis benda. 7. Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda. 8. Meliputi juga hasil dari benda yang telah menjadi objek jaminan fidusia. 9. Dapat juga berupa benda perdagangan atau efek yang dapat dijual dipasar atau bursa (Pasal 31 Undang-Undang Fidusia). 10. Dapat juga terhadap hak milik atas satuan rumah susun (Undang-Undang Nomor 16 Tahun Tentang Rumah Susun), jika tanahnya tanah hak pakai atas tanah negara. 11. Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia musnah dan di asuransikan, maka klaim asuransi akan menjadi pengganti objek jaminan fidusia tersebut (penjelasan Pasal 25 ayat (2)). 12. Benda persediaan (Inventory, stok perdagangan) dapat juga menjadi jaminan fidusia. C. Pembebanan Jaminan Fidusia Mengenai pengaturan tentang pembebanan jaminan fidusia, telah diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 10 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Dalam Pasal 4 dikatakan, bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban
bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Prestasi yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang dapat dinilai dengan uang. Tahapan-tahapan pembebanan jaminan fidusia secara garis besar terbagi dalam 3 (tiga) tahapan; Tahapan pertama, dimulai dengan dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau perjanjian hutang. Perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit dapat dibuat dengan akta dibawah tangan, artinya dibuat oleh para pihak (debiyur dan kreditur) atau dengan akta otentik yang dibuat oleh dan dihadapan notaris. Tahapan ini merupakan perwujudan dari sifat jaminan fidusia yang bersifat accesoir, yang berarti pembebanan jaminan fidusia merupakan ikutan dari perjanjian pokoknya. Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dikatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi. 22 Tahapan kedua, adalah tahap pembebanan benda dengan jaminan fidusia. Dalam Pasal 5 Undang-Undang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa Pembebanan banda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia. Akta notaris tersebut merupakan Akta Jaminan Fidusia yang didalamnya mencantumkan hari, tanggal dan waktu pembuatan akta tersebut. Dalam Akta Jaminan Fidusia ini sekurang-kurangny harus memuat : a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia. Identitas meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggal, atau tempat kedudukan, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan. b. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia. Yang dimaksud data perjanjian pokok adalah mengenai jenis perjanjian dan hutang yang dijamin dengan fidusia. 22 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Ctk. Kedua, Alfabeta, Bandung, 2004, hlm. 214
c. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasikan benda tersebut dan dijelaskan mengenai bukti kepemilikannya. d. Nilai penjaminan, maksudnya adalah kreditur sebagai penerima fidusia harus menentukan berapa nilai penjaminan yang harus ditetapkan dalam Akta Jaminan Fidusia. Nilai penjaminan adalah penetapan jumlah hutang dengan jaminan fidusia, yang tercantum dalam Akta Jaminan Fidusia yang di tetapkan oleh kreditur, dengan memperhitungkan jumlah hutang pokok, bunga, denda dan biaya-biaya lainnya. e. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus ditentukan berapa nilainya atau harganya. Tahapan ketiga, tahap pendaftaran jaminan fidusia. Akta Jaminan Fidusia kemudian didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan pemberi fidusia. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang menetukan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. D. Pendaftaran Jaminan Fidusia 1. Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia Menurut Undang-Undang Fidusia, pendaftaran ini dilakukan pada KPF (Kantor Pendaftaran Fidusia). Dan untuk pertama kalinya, KPF didirikan di Jakarta yang berada dalam lingkup tugas Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia yaitu pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman Dan HAM dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah Negara Republik Indonesia (lihat Pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia). Sebagai petunjuk pelaksanaan dari pasal tersebut dikeluarkanlah Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Nomor M.08.PR.07.01 Tahun 2000 Tentang Pembukaan Kantor Pendaftaran Fidusia, yang menyatakan: Kantor Pendaftaran Fidusia dibentuk pada tanggal 30 September 2000 berada pada Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia dan mulai efektif operasional terhitung sejak tanggal 30 Oktober 2000. Demi mempermudah dan efektifitas dalam pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia ini bagi pihak yang berkepentingan, dikeluarkanlah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 139 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap ibukota propinsi di wilayah Negara Republik Indonesia. Berdasarkan isi keputusan presiden tersebut, Kantor Pendaftaran Fidusia untuk selanjutnya berada dalam lingkup tugas Departemen Kehakiman dan HAM yang ada di setiap ibukota propinsi di wilayah Negara Republik Indonesia. Hal tersebut berdasarkan pada ketentuan Pasal 1,2 dan 3 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 139 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap ibukota di wilayah Negara Republik Indonesia. Wilayah kerja Kantor Pendaftaran Fidusia tersebut meliputi wilayah kerja Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Kehakiman dan HAM di profinsi yang bersangkutan di tiap-tiap propinsi di wilayah Negara Republik Indonesia, yang meliputi juga daerah-daerah tingkat II pada propinsi yang bersangkutan dalam hal jika didaerah tingkat II di propinsi tersebut belum dibentuk Kantor Pendaftaran Fidusia (lihat Pasal 3 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 139 Tahun 2000). Dengan dibentuknya Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap ibukota profinsi, maka wilayah kerja Kantor Pendaftaran Fidusia di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum untuk masing-masing propinsi, dialihkan menjadi wilayah kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM di profinsi yang bersangkutan (Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 2000) dan mulai melakukan penerimaan permohonan pendaftaran jaminan fidusia paling lambat 6 (enam) bulan sejak Keputusan Presiden ini ditetapkan. Selanjutnya, Pasal 4 (Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia Nomor M-02.PR.07.10 Tahun 2002 Tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 2001 Tentang Pembukaan Kantor Pendaftaran Fidusia di seluruh Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia), dikatakan bahwa : Dengan dibukanya Kantor Pendaftaran Fidusia di Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, maka kantor
pendaftaran fidusia di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia, tidak boleh menerima lagi pendaftaran jaminan fidusia. Berdasarkan isi Pasal dalam Keputusan Menteri tersebut di atas, Pendaftaran Jaminan Fidusia kini bisa dilakukan pada Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM di wilayah propinsi yang bersangkutan dai masing-masing ibukota propinsi di wilayah Negara Republik Indonesia. Kecuali, terhadap perubahan, pencoretan dan pengajuan permohonan sertifikat pengganti dari sertifikat jaminan fidusia, yang didaftarkan/dikeluarkan oleh kantor pendaftaran fidusia pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan HAM dilakukan di kantor pendaftaran fidusia pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia. 2. Sertifikat Jaminan Fidusia Penerimaan fidusia memiliki hak fidusia adalah berdasarkan bukti, bukti penting ini menerangkan mengenai objek jaminan fidusianya, siapa pihak yang berkepentingan dengan jaminan fidusia ini, serta data perjanjian pokok yang dijaminkan dengan fidusia juga mengenai nilai penjaminannya. Dengan alasan ini, maka bagi penerima fidusia diserahkan dokumen yang disebut dengan sertifikat jaminan fidusia. Ketentuan mengenai sertifikat jaminan fidusia ini adalah sebagai berikut : 1. Diterbitkan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia. 2. Serifikat tersebut diserahkan kepada penerima fidusia. 3. Tanggal dari sertifikat tersebut adalah sama dengan tanggal penerimaan permohonan fidusia. 4. Sertifikat jaminan fidusia merupakan salinan dari buku daftar fidusia. 5. Isi dari sertifikat jaminan fidusia antara lain adalah hal-hal yang disebut dalam pernyataan fidusia, yaitu sebagai berikut: a. Identitas pihak pemberi fidusia. b. Identitas pihak penerima fidusia. c. Tanggal dan nomor Akta Jaminan Fidusia.
d. Nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat Akta Jaminan Fidusia. e. Data perjanjian pokok (perjanjian hutang) yang dijamin dengan fidusia. f. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. g. Nilai penjaminan. h. Nilai benda yang menjamin objek jaminan fidusi. 6. Pada sertifikat jaminan fidusia dicantumkan pula irah-irah dengan tulisan Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa 7. Dengan demikian sertifikat penjaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial, yakni mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan dari suatu putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap. 8. Jika terjadi perubahan atas data yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia, maka penerima fidusia wajib mengajukan permohonan pendaftaran atas perubahan tersebut ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia. 9. Jika ada pengajuan permohonan perubahan tersebut, maka: a. Kantor pendaftaran fidusia mancatat pada buku daftar fidusia tentang perubahan itu. b. Pencatatan tersebut dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. c. Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan pernyataan perubahan. d. Pernyataan perubahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan sertifikat jaminan fidusia. E.Hapusnya Jaminan Fidusia Dalam Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia mengatur tentang beberapa sebab atau hal-hal yang dapat menyebabkan hapusnya jaminan fidusia, sebagai berikut : 1. Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia 2. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau 1. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia
Dalam penjelasan Pasal 25 Undang-Undang Jaminan Fidusia menjelaskan mengenai hapusnya hutang yang dijamin denagn fidusia, sesuai dengan sifat ikutan dari jaminan fidusia, maka adanya jaminan fidusia tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya hutang atau karena pelepasan, maka dengan sendirinya jaminan fidusia yang bersangkutan menjadi hapus. Yang dimaksud dengan hapusnya hutang antara lain karena pelunasan hutang atau penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan, pembaharuan hutang ataupun pembebasan hutang, dan bukti hapusnya hutang berupa keterangan yang dibuat kreditur. Hal kedua yang dapat menghapus jaminan fidusia adalah adanya pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia. Kreditur penerima fidusia dapat saja melepaskan jaminan fidusia artinya tidak menginginkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia menjadi jaminan lagi. Hapusnya jaminan ini dapat dilakukan dengan cara membuat keterangan atau pernyataan tertulis dari kreditur yang diberikan kepada debitur atau pemberi fidusia. Keterangan tertulis ini diperlukan sebagai bukti untuk melakukan penghapusan jaminan di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia agar beban jaminan fidusia pada benda tersebut menjadi bebas kembali. Hal ketiga yang dapat menghapus jaminan fidusia adalah musnahnya benda yang menjadi jaminan fidusia, musnahnya objek jaminan fidusia mengakibatkan jaminan fidusia yang dibebani pada benda tersebut menjadi hapus. Selanjutnya Pasal 25 ayat (2) mengatur hal ketiga yang dapat menyebabkan hapusnya jaminan fidusia yaitu musnahnya benda yang menjadi jaminan fidusia, bahwa dalam hal musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b (Undang-Undang Jaminan Fidusia), dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia musnah dan benda tersebut diasuransikan maka klaim asuransi akan menjadi pengganti objek jaminan fidusia tersebut sebagai sumber bagi pelunasan hutang debitur kepada kreditur. Ini berarti dengan musnahnya jaminan fidusia tidak mengakibatkan hutang yang dijaminkan debitur berakhir atau hapus. Debitur tetap mempunyai kewajiban untuk melunasi hutangnya sesuai dengan perjanjian kredit (begitu juga dalam hal objek jaminan diasuransikan kemudian benda tersebut musnah, maka hak-hak atas klaim asuransi
tersebut dapat dipakai sebagai penggantian objek jaminan fidusia sebagai sumber pelunasan hutang debitur). Hapusnya jaminan fidusia tidak mengakibatkan perjanjian pokok menjadi hapus, tetapi hapusnya perjanjian pokok atau hapusnya perjanjian kredit mengakibatkan hapusnya jaminan fidusia. 23 Terhadap fakta-fakta dalam hal terjadi hapusnya jaminan fidusia karena hal-hal yang ditentukan diatas. Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang Jaminan Fidusia mengatur: Penerima fidusia memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya hutang, pelepasan hak, atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut. Selanjutnya, dengan hapusnya jaminan fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 25 diatas. Pasal 26 ayat (1) menyatakan, Kantor Pendaftaran Fidusia akan mencoret pencatatan jaminan fidusia dan buku daftar fidusia terhadap jaminan fidusia tersebut. Kemudian setelah petugas kantor pendaftaran fidusia mencoret pencatatan jaminan fidusia dan buku daftar fidusia, dalam Pasal 26 ayat (2) menjelaskan, kantor pendaftaran fidusia selanjutnya menerbitkan surat keterangan yang menyatakan bahwa sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi. F. Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam hal terjadi debitur wanprestasi atau cedera janji di dalam perjanjian jaminan fidusia, maka dapat dilakukan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Menurut Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia, pengeksekusian dapat dilakukan dengan cara antara lain: 1. Melalui Titel Eksekutorial Pelaksanaan title eksekutorial dalam mengeksekusi objek jaminan Fidusia, yaitu didasarkan adanya irah-irah DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA pada sertifikat jaminan fidusia. Adanya irah-irah tersebut berarti sertifikat jaminan fidusia memiliki kekuatan eksekutorial, ini berarti memberikan kedudukan yang kuat kepada kreditur penerima fidusia untuk melakukan eksekusi benda jaminan fidusia yang dijadikan jaminan hutang 23 Sutarno, op. cit, hlm. 223-224
oleh debitur pemberi jaminan fidusia. Berdasarkan irah-irah itulah yang kemudian mensejajarkan kekuatan akta tersebut dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Karena akta tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial sama dengan putusan pengadilan, maka pelaksanaannya atau eksekusi jaminan fidusia dilakukan secara fiat eksekusi yaitu lewat suatu penetapan pengadilan. Kreditur mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan agar dilaksanakan eksekusi atas benda jaminan fidusia berdasarkan title eksekutorial sertifikat jaminan fidusia.secara parate eksekusi melalui 2. Pelelangan umum Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan atas kekuasaan kreditur penerima fidusia itu sendiri melalui pelelangan umum (kantor lelang) serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan. Eksekusi ini dapat dilakukan tanpa melibatkan pengadilan sama sekali. 3. Penjualan Dibawah Tangan Penjualan dibawah tangan dapat dilakukan jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 24 1. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dengan penerima fidusia. 2. Jika dengan penjualan dibawah tangan tersebut dicapai harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. 3. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi fidusia dan atau penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 4. Diumumkan sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar yang berada di daerah yang bersangkutan. 5. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis. Sedangkan, dalam hal beda yang menjadi objek jaminan fidusia terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual di pasar atau di bursa, penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut berdasarkan 24 Munir fuady, Jaminan Fidusia, Cetakan Kedua Revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm.61
pada ketentuan Pasal 31 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Kemudian, Pasal 32 Undang-Undang Jaminan Fidusia mengatakan bahwa setiap janji untuk melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 29 dan 31 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dinyatakan batal demi hukum. Dengan kata lain eksekusi benda objek jaminan fidusia yang bertentangan dengan cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia, batal demi hukum. BAB IV
PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN A. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Tidak Didaftarkannya Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia pada Bank HSBC. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada Bank HSBC Wilayah Medan. Jaminan kredit yang sering diterima Bank HSBC dalam suatu perjanjian kredit umumnya adalah jaminan kebendaan yang objeknya meliputi benda tetap maupun benda bergerak. Benda tetap bisa berupa tanah dan atau bangunan yang ada di atasnya. Sedangkan, benda bergerak umumnya berupa mesin-mesin peralatan, kendaraan bermotor, stok (benda persediaan), alat-alat inventaris kantor, perhiasan, alat-alat pertanian dan lain-lain. Termasuk pada benda bergerak tidak berwujud seperti piutang, deposito dan lain-lain. Apabila debitur mengajukan permohonan kredit kepada Bank HSBC dengan modal KMK (Kredit Modal Kerja) misalnya dengan sejenis usaha ekspor furniture. Maka sebagai agunan atau jaminan pokoknya dari perjanjian kredit tersebut, berdasarkan prinsip agunan pokok yaitu agunan yang terkait langsung dengan kredit yang dibiayai, maka jaminan utama atau agunan pokoknyaadalah berupa stok (benda persediaan). Terhadap jaminan fidusia berupa benda stok, pihak Bank HSBC akan melakukan pengikatan terhadap jaminan tersebut dengan dibuatkan akta notaris yang merupakan akta jaminan fidusia dan tidak didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia. Sehingga berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada Bank HSBC kredit komersial, diperoleh keterangan bahwa benar terdapat objek jaminan fidusia pada Bank HSBC yang tidak didaftarkan pada kantor pendaftaran naungan Departemen Kehakiman dan HAM atau sekarang Departemen Hukum dan HAM. Padahal, pada prinsipnya Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia mewajibkan setiap benda yang dibebani dengan fidusia didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia termasuk benda stok tersebut. Tetapi, realitanya masih ada Bank yang tidak mendaftarkan jaminan fidusia tersebut pada kantor pendaftaran fidusia. Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi
mengapa jaminan fidusia tidak didaftarkan. Bank HSBC mempunyai kebijakan bahwa terhadap jaminan fidusia berupa stok ini dirasakan tidak ada, artinya dengan didaftrakan atau tidak objek jaminan fidusia, tidak membawa manfaat yang berarti sebagai dasar eksekusi, karena: 1. Benda stok mempunyai sifat selalu berubah jumlahnya sesuai dengan kondisi dan kegiatan usaha suatu perusahaan yang diberikan kredit. Benda stok mempunyai sifat floating atau mengambang, artinya jumlah dan nilainya selalu berubah sesuai dengan kondisi dan kegiatan usaha suatu perusahaan. Jumlah benda stok bisa berkurang dan bertambah lagi sesuai dengan penjualan dan pembelian baru benda stok mengikuti irama kegiatan usaha dari perusahaan debitur. Dalam prakteknya, jika debitur wanprestasi atau terjadi kredit macet dalam suatu perjanjian kredit, benda stok dapat dipastikan sudah habis bahkan ketika kredit baru dalam keadaan bermasalah pun benda stok sudah hampir habis. Ini dikarenakan bila debitur sudah tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya atau dengan kata lain debitur wanprestasi karena kredit macet, dapat dipastikan stok telah habis dijual oleh debitur karena kesulitan keuangan yang sedang dialaminya pada waktu itu. Sebagai akibatnya, dipastikan tidak dapat dilaksanakan eksekusi karena benda jaminan berupa stok itu sendiri telah habis atau tidak ada lagi. 2. Biaya Pendaftaran Fidusia relatif mahal, dan Proses Pendaftarannya Hingga Dikeluarkan Sertifikat Jaminan Fidusia Memerlukan Waktu Yang Cukup Lama. Mahalnya biaya pendaftaran dan lamanya waktu yang dibutuhkan hingga dikeluarkannya sertifikat jaminan fidusia, umumnya prose s pendaftaran fidusia ini memerlukan waktu tiga, empat bahkan lima bulan, sehingga Bank membuat kebijakan untuk tidak mendaftarkan benda stok di KPF, tapi cukup dengan perjanjian pengikatan jaminan fidusia berupa akta notaris. B. Upaya Penyelesaian Apabila Debitur Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Yang Tidak Di Daftarkan Pada Bank HSBC. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Perlindungan hukum terhadap kreditur ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu perlindungan terhadap kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia dan perlindungan hukum terhadap kreditur berkaitan dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan. a. Perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia
Mengenai bentuk perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia ini terdapat dalam akta perjanjian pengikatan jaminan fidusia atau akta jaminan fidusia yang dibuat oleh notaris dan terangkum dalam 13 Pasal, yaitu Pasal 1 sampai 13 Undang- Undang Jaminan Fidusia. Pasal 1 Maksud Pasal ini, menjelaskan ciri khusus fidusia yaitu pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan, dalam perjanjian penjaminan secara fidusia terjadi penyerahan secara constitutum posesorium, yaitu setelah objek benda dibebani jaminan fidusia maka hak milik benda beralih kepada penerima fidusia dengan telah diserahkannya bukti kepemilikan (hak milik/bukti yuridisnya saja), sedangkan objek jaminannya (fisiknya) tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai peminjam pakai. Pasal 2 Maksud pasal ini, bahwa objek benda jaminan fidusia tersebut hanya diperbolehkan digunakan oleh pemberi fidusia (debitur) sesuai sifat dan peruntukannya, sebagai peminjam pakai dan tidak ada kewajiban bagi pemberi fidusia atau debitur untuk membayar biaya/ganti rugi berupa apapun, dengan kewajiban bagi pemberi fidusia (debitur) memelihara serta membayar pajak dan beban yang bersangkutan dengan itu. Berdasarkan letentuan ini pemberi fidusia telah menerima kuasa dari penerima fidusia untuk melakukan tindakan-tindakan dalam rangka pinjam pakai benda jaminan tersebut. Pasal 3 Maksud pasal ini, bahwa penerima fidusia atau wakilnya yang sah berhak setiap saat memeriksa keadaan objek jaminan fidusia tersebut. Penerima fidusia atas biaya pemberi fidusia dapat melakukan atau suruh melakukan segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pemberi fidusia atas objek jaminan fidusia dalam hal pemberi fidusia melalaikan kewajibannya untuk itu, termasuk untuk memasuki gedung atau ruang dimana objek jaminan berada atau disimpan. Dan pemberi dan penerima fidusia menyatakan tindakan tersebut bukan tindakan memasuki tempat atau bangunan tanpa izin (huisvredebreuk). Pasal 4
Maksud pasal ini, bahwa apabila ada diantara atau bagian objek jaminan fidusia tersebut tidak dapat dipergunakan lagi, maka pemberi fidusia dengan ini berjanji dan mengikatkan diri untuk mengganti dengan objek jaminan fidusia lain yang sejenis yang nilainya setara dengan yang digantikan, serta yang dapat disetujui penerima fidusia, dengan ketentuan bahwa objek jaminan fidusia pengganti tersebut termasuk dalam jaminan fidusia yang dinyatakan dalam akta ini. Pasal 5 Maksud pasal ini, bahwa pemberi fidusia tidak berhak melakukan fidusia ulang objek jaminan fidusia tersebut dan tidak diperkenankan juga untuk membebankan, menjual atau mengalihkan dengan cara apapun objek jaminan fidusia kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dahulu dari penerima fidusia. Dan apabila pemberi fidusia melalaikan atau tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam akta ini atau debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit, maka lewat waktu yang ditentukan untuk memenuhi kewajiban tersebut saja sudah membuktikan adanya pelanggaran atau kelalaian pemberi fidusia atau debitur, maka hak pemberi fidusia untuk meminjam pakai objek jaminan fidusia tersebut menjadi berakhir dan objek jaminan fidusia harus diserahkan kepada penerima fidusia, setelah diberitahukan secara tertulis (somasi) oleh penerima fidusia. Pasal 6 Maksud pasal ini, bahwa pemberi fidusia berjanji dan mengikutkan diri untuk mengasuransikan objek jaminan fidusia padaperusahaan asuransi yang ditunjuk atau disetuui oleh penerima fidusia terhadap bahaya lainnya, untuk suatu jumlah terhadap bahaya kebakaran dan bahaya lainnya, untuk suatu jumlah pertanggungan dan persyaratan yang dipandang tepat oleh penerima fidusia. Dalam polis asuransi tersebut harus dicantumkan klausula bahwa dalam hal terjadi kerugian, maka uang pengganti kerugiannya harus dibayar kepada kreditur yang selanjutnya akan memperhitungkannya dengan jumlah yang masih harus dibayarkan debitur kepada kreditur berdasarkan perjanjian kredit, sedangkan sisanya jika masih ada harus dikembalikan oleh kreditur kepada debitur dengan tidak ada kewajiban bagi kreditur untuk membayar bunga atau ganti kerugian berapapun kepada pemberi fidusia. Apabila ternyata uang pengganti kerugian dari perusahaan asuransi tersebut tidak mencukupi, maka debitur berkewajiban
untuk membayar lunas sisa yang masih harus dibayar kepada penerima fidusia. Semua uang premi asuransi harus ditangung dan dibayar oleh pemberi fidusia atau debitur. Apabila pemberi fidusia atau debitur lalai atau tidak mengasuransikan objek jaminan fidusia tersebut, maka penerima fidusia berhak bila perlu mengasuransikan sendiri objek jaminan fidusia tersebut dengan diberi kuasa oleh pemberi kuasa oleh pemberi fidusia, dengan ketentuan bahwa premi asuransinya tetap harus dibayar oleh pemberi fidusia atau debitur. Asli polis asuransi dan perpanjangannya dikemudian hari serta kwitansi pembayaran premi asuransi dari perusahaan asuransi tersebut harus diserahkan untuk disimpan oleh penerima fidusia.asli polis asuransi dan perpanjangannya dikemudian hari serta kwitansl pembayaran premi asuransi dari perusahaan asuransi tersebut harus diserahkan untuk disimpan oleh penerima fidusia. Pasal 7 Maksud pasal ini, bahwa. dalam hal debitur atau pemberi fidusia tidak memenuhi salah satu ketentuan dalam akta ini dan salah satu ketentuan dalam perjanjian kredit, terutama dalam hal debitur lalai (wanprestasi), sedangkan kelalaian tersebut semata-mata terbukti dengan lewatnya waktu yang ditentukan, tanpa diperlukan lagi surat teguran Juru sita (somasi) atau surat lain yang serupa dengan itu, maka atas kekuasaannya sendiri penerima fidusia berhak : Untuk menjual objek jaminan fidusia, tersebut atas dasar titel eksekutorial, atau melalui pelelangan di muka umum, atau melalui penjualan. di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian diperolch harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Untuk keperluan penjualan tersebut, penerima fidusia berhak menghadap dimana perlu, membuat atau suruh membuat serta menandatangani semua surat, akta serta dokumen lain yang diperlukan,
menerima uang, harga penjualan dan memberikan tanda penerimaan untuk itu, menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembelinya, memperhitungkan atau mengkompensir yang harga penjualan yang diterimanya itu dengan semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur akan tetapi dengan kewajiban bagi penerima fidusia untuk menyerahkan sisa uang penjualannya jika masih ada kepada pemberi fidusia, dengan tidak ada kewajiban bagi penerima fidusia untuk membayar bunga atau ganti rugi berupa apapun juga kepada pemberi fidusia atau debitur mengenai sisa uang harga penjualan itu selanjutnya penerima fidusia berhak untuk melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu dan berguna dalam rangka penjualan objek jaminan fidusia tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan.apabila hasil penjualan dari objek jaminan fidusia tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur, maka debitur tetap terikat membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar kepada kreditur. Pasal 8 Maksud pasal ini, bahwa dalam hal penerimaan fidusia mempergunakan hak-hak yang diberikan kepadanya seperti diuraikan diatas, pemberi fidusia wajib dan mengikatkan diri sekarang ini untuk dipergunakan dikemudian hari pada waktunya, menyerahkan dalam terpelihara baik kepada penerima fidusia objek jaminan fidusia, dan dalam hal apabila pemberi fidusia tidak memenuhi ketentuan ini dalam waktu yang ditentukan dalam surat pemberitahuan atau teguran yang bersangkutan, maka pemberi fidusia lalai semata-mata karena lewatnya waktu yang ditentukan tanpa diperlukan lagi surat teguran juru sita (somasi) atau surat
lain yang serupa dengan itu, maka penerima fidusia atau kuasanya yang sah berhak dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mengambil atau suruh mengambil objek jaminan fidusia dari tempat dimanapun objek jaminan fisudia tersebut berada, baik dari tangan pemberi fidusia maupun dari tangan pihak ketiga yang menguasainya, dengan ketentuan bahwa semua biaya yang berkaitan dengan ini menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh pemberi fidusia. Pasal 9 Maksud pasal ini, bahwa pembebanan jaminan fidusia ini dilakukan oleh pemberi fidusia kepada penerima fidusia dengan syarat-syarat yang memutuskan (onder de ontbindende voorwaarden) yaitu sampai dengan debitur telah memenuhi membayar lunas semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian kredit. Pasal 10 Maksud pasal ini, bahwa pemberi fidusia dengan ini memberikan kuasa kepada penerima fidusia, yang menyatakan bahwa penerima kuasa dari pemberi fidusia untuk melaksanakan pendaftaran jaminan fidusia tersebut, untuk keperluan menghadap dihadapan pejabat atau instansi yang berwenang (termasuk kantor Pendaftaran Fidusia) memberikan keterangan, menandatangani surat/formulir, mendaftarkan jaminan fidusia atas objek jaminan fidusia tersebut dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia serta mengajukan permohonan pendaftaran atas perubahan dalam hal terjadi perubahan atas data yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia, selanjutnya menerima sertifikat
jamianan fidusia dan atau pernyataan perubahan, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan untuk keperluan itu membayar semua biaya dan menerima kwitansi segala uang pembayaran serta selanjutnya melakukan segala tindakan yang perlu dan berguna untuk melaksanakan ketentuan dari akta ini.akta ini merupakan bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari perjanjian kredit demikian pula kuasa yang diberikan dalam akta ini merupakan bagian yang terpenting serta tidak terpisahkan dari akata ini, tanpa adanya akta ini dan kuasa tersebut niscaya perjanjian kredit demikian pula akta ini tidak akan diterima dan dilangsungkan diantara para pihak yang bersangkutan, oleh karenanya akta ini tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan selama berlakunya perjanjian kredit tersebut dan kuasa tersebut tidak akan batal atau berakhir karena sebab yang dapat mengakhiri pemberian suatu kuasa, termasuk sebab yang disebutkan dalam Pasal 1813, 1814 dan 1816 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Pasal 11 Maksud pasal ini, bahwa Penerima fidusia berhak dan dengan ini diberi kuasa dengan hak subsitusi oleh pemberi fidusia untuk melakukan perubahan atau penyesuaian atas ketentuan dalam akta ini di dalam hal perubahan atau penyesuaian tersebut diperlukan dalam rangka memenuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Fidusia maupun ketentuan dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut. Pasal 12 Maksud pasal ini, bahwa segala perselisihan yang mungkin timbul diantara kedua belah pihak sendiri, maka kedua belah pihak akan memilih
domisili hukum yang tetap dan seumumnya di Kantor Pengadilan Negeri Medan di Medan. Pemilihan domisili hukum tersebut dilakukan dengan tidak mengurangi hak dari penerima fidusia. untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap, pemberi fidusia be, dasarkan jarnman fidusia atas objek jaminan fidusia tersebut dihadapan pengadilan lainnya dalarn Wilayah Republik Indonesia, yaitu pada Pengadilan Negeri yang mempunyai yurisdiksi atas diri dari pemberi fidusia atau atas objek jaminan fidusia tersebut. Pasal 13 Maksud pasal ini, bahwa biaya akta ini dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pernbuatan akta ini maupun dalam melaksanakan ketentuan dalam akta (seperti mengasuransikan objek jaminan) ini menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh pemberi fidusia, demikian Pula biaya pendaftaran fidusia ini di Kantor Pendaftaran Fidusia. b. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Berkaitan Dengan Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Perlindungan hukum terhadap objek jaminan fidusia secara unium adalah melalui pemdaftaran jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF) dibawah nauangan Departemen Kehakiman dan HAM atau sekarang Departemen Hukum dan HAM. Dasar perlindungan pendaftaran ini adalah Pasal 14 dan 15 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang pada intinya menyebutkan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. Kemudian dari pendaftaran ini akan diterbitkan sertifikat
jaminan fidusia yang mencantumkan irah-irah "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAIIA ESA" sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 1 Dengan Undang-Undang ini, telah ditentukan apabila debitur wanprestasi maka kreditur mempunyai hak untuk melaksanakan titel eksekutorial sebagaimana tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia, kreditur mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia melalui pelelangan umum serta pelunasan piutangnya melalui penjualan oleh debitur sendiri atau penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara kreditur dan debitur Satu-satunya benda jaminan fidusia yang tidak dilakukan pendaftaran pada KFF oleh Bank HSBC adalah benda stok (benda persediaan). Perjanjian kredit yang menggunakan jaminan berupa stok adalah perjanjian kredit modal kerja (KMK), jaminan kredit pada perjanjian kredit ini ada 2 (dua) macam yaitu jaminan pokok (utama) dan jaminan tambahan. Benda stok merupakan jaminan utama dalam kredit modal kerja ini. Sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap kreditur (Bank HSBC) berkaitan dengan jaminan stok yang tidak didaftarkan tersebut, Bank HSBC selalu mensyaratkan adanya jaminan atau agunan tambahan berupa tanah dan bangunan yang dapat dibebani Hak Tanggungan. Menurut hemat penulis, upaya perlindungan hukum yang dilakukan Bank HSBC ini merupakan upaya yang tepat dalam melakukan pengamanan terhadap kredit yang telah diberikan kepada nasabahnya, yaitu
mengupayakan adanya jaminan pengembalian kredit ketika debitur wanprestasi melalui eksekusi jaminan kredit yang telah diikat secara sempurna berupa tanah dan bangunan yang telah dibebankan dengan Hak Tanggungan sebagai jaminan tambahannya. Peluang upaya lain sebagai perlindungan Hukum bagi kreditur disamping jaminan kredit berupa stok, yaitu dikarenakan benda stok mempunyai sifat floating atau mengambang yang berdasarkan fakta yang ada pada prakteknya bahwa setiap kali terjadi kredit macet atau debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan berupa stok ini, dapat dipastikan benda stok pasti habis. Maka, tepat sekali jika upaya perlindungan hukum dan perlindungan hak Bank diletakkan pada jaminan tambahannya yaitu dengan Hak Tanggungan yang objeknya berupa tanah dan bangunan. Disisi lain alasan perlunya perlindungan Hukum dalam bentuk lain berupa jaminan tambahan disamping jaminan untuk berupa benda stok ini, menurut pendapat serta analisis penulis, jika terjadi peristiwa seperti yang dikatakan diatas yaitu benda stok pasti habis ketika debitur wanprestasi, ini berarti jika benda jaminan telah tidak ada atau habis kedudukan kreditur sebagai kreditur separatis sebagaimana ketentuan Pasal 27 ayat (3) yaitu kreditur yang tidak terkena akibat dari kepailitan debitur, ketentuan Pasal tersebut berbunyi: Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia (debitur). Meskipun ketentuan pasal tersebut mengatakan bahwa tetap melekat hak