BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

BAB 2 KONDISI INDUSTRI PERPASARAN DAN PERSAINGAN DI DALAMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

TINJAUAN PUSTAKA. kebudayaan di mana mekanisme tertanam. Mekanisme tawar-menawar. merupakan unsur khas pasar tradisional (Listiani,2009).

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

KEGIATAN USAHA DAN PERKEMBANGAN MINIMARKET DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau. barang dan jasa. Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

Latar Belakang. pasar yang. merupakan. ritel. sebagainya. Gambar 1. Laju

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN MUARA ENIM

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam lima tahun terakhir peningkatan omset ritel moderen di Indonesia

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah sebuah negara yang menganut sistem ekonomi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Cilandak, merupakan salah satu dari 10 Kecamatan yang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Arus Globalisasi yang multidimensional telah meliputi hampir seluruh aspek

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat dalam sebuah pemukiman tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan warga setempat. Fasilitas umum yang terdiri dari air, transportasi, listrik, energi, perumahan, dan perekonomian secara umum sangat dibutuhkan oleh sebuah pemukiman. Keberadaan fasilitas umum tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam berbagai bidang, salah satunya adalah di bidang ekonomi. Salah satu fasilitas umum dalam bidang ekonomi tersebut adalah pasar, sebagai tempat penunjang dalam pemenuhan hidup. Pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual beli terbentuk (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan dalam Hartati, 2006: 12). Pasar muncul sebagai pusat tukar-menukar, perdagangan sebagai kegiatan tukar menukar yang sebenarnya, dan uang sebagai alat penukar. Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi. Berdasarkan cara transaksinya pasar dibagi menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. 1

2 Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dengan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Dalam pasar tradisional terjadi yang namanya proses tawarmenawar, bangunan terdiri dari kios-kios, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun pengelola pasar. Pada pasar tradisional kebanyakan menjual kebutuhan sehari hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, di pasar tradisional ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pengertian pasar tradisonal berbeda dengan pasar modern. Pasar modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi dalam bentuk mall, supermarket, minimarket, department store, dan shopping center dimana pengelolaannya dilakukan secara modern dengan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang pasti (Keputusan Menteri Nomor 107/Mpp/Kep/2/1998 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pasar Modern dalam Hadiwiyono, 2011: 16). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Perkembangan pasar modern tidak hanya berkembang di kota metropolitan, tetapi juga sudah merambah sampai kota kecil. Sangat mudah menjumpai minimarket, supermarket, hypermarket di sekitar tempat tinggal kita.

3 Perkembangan pasar modern seperti minimarket, supermarket, dan hypermarket akhir-akhir ini telah menggeser peran dari pasar tradisional. Sebagian masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, telah memenuhi kebutuhan sehari-harinya atau kebutuhan rumah tangganya dengan berbelanja di pasar modern. Kehadiran pasar modern dirasa lebih menguntungkan konsumen karena memunculkan berbagai alternatif tempat untuk berbelanja dengan fasilitas yang menyenangkan. Pasar modern berhasil menangkap kebutuhan konsumen, mampu memenuhi keinginan serta selera konsumen, sementara pasar tradisional lambat merespons perubahan perilaku berbelanja konsumen yang semakin dinamis. Akibatnya, perilaku berbelanja konsumen pun ikut berubah dan mulai beralih ke pasar modern. Pasar modern dapat berkembang secara cepat sedangkan pasar tradisional lambat untuk merespons. Eksistensi pusat perbelanjaan modern seperti minimarket, supermarket hingga hypermarket sedikit mengusik keberadaan pasar tradisional. Kesamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional, telah menimbulkan persaingan antara keduanya. Menjamurnya pusat perbelanjaan modern dikhawatirkan akan mematikan keberadaan pasar tradisional yang merupakan refleksi dari ekonomi rakyat. Dari waktu ke waktu jumlah pasar modern cenderung mengalami pertumbuhan positif sedangkan pasar tradisional cenderung mengalami pertumbuhan negatif. Jumlah pusat perdagangan modern di Indonesia, baik hypermarket, supermarket, minimarket, hingga convenience store, meningkat

4 hampir 7,4% selama periode 2003-2005 yang terlihat dari total 1.752.437 gerai pada tahun 2003 menjadi 1.881.492 gerai di tahun 2005 dan justru berbanding terbalik dengan pertumbuhan ritel tradisional yang tumbuh negatif sebesar delapan persen per tahunnya selama periode tahun 2003-2005 (Survei Nielsen dalam Agustina, 2009: 1). Jika kondisi ini tetap dibiarkan, dikhawatirkan ribuan atau bahkan jutaan pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional semakin lama mungkin akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel yang saat ini sedang didominasi oleh pasar modern. Pasar Kota Boyolali merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di Kabupaten Boyolali. Letaknya yang berada di jantung kota Kabupaten Boyolali membuat Pasar Kota Boyolali menjadi salah satu pasar tradisional yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat Boyolali. Pasar Kota Boyolali setiap harinya selalu ramai dengan para pengunjung yang datang dari berbagai daerah yang ada di Boyolali, karena merupakan satu-satunya pasar tradisional yang tergolong besar di Kabupaten Boyolali. Sejak pagi para pedagang sudah mulai berbondong-bondong pergi ke pasar untuk menjual dagangannya. Menjelang siang para pengunjung juga sudah memadati Pasar Kota Boyolali dengan keperluan mereka masing-masing. Rutinitas tersebut terjadi setiap harinya di Pasar Kota Boyolali. Pasar Kota Boyolali merupakan salah satu pasar tradisional yang merasakan dampak menjamurnya pasar modern. Pasar Kota Boyolali makin terjepit oleh toko dan pusat perbelanjaan modern. Sekarang ini pasar modern

5 sudah sangat merebak di sekitar Pasar Kota Boyolali. Mulai dari indomaret, alfamart, hingga supermarket sudah berdiri di sekitar Pasar Kota Boyolali. Paling jelas terlihat adalah berdirinya supermarket yang berada tepat di depan Pasar Kota Boyolali. Supermarket yang diberi nama MITRA tersebut hanya berjarak 50 sampai 100 meter tepat dari depan Pasar Kota Boyolali. Pasar modern yang lain seperti indomaret dan alfamart juga sudah berdiri di sekitar Pasar Kota Boyolali. Jarak pasar modern antara sekitar 200 meter dari letak Pasar Kota Boyolali. Bahkan saat ini juga sudah dibangun satu supermarket di barat Pasar Kota Boyolali, yang dikabarkan menjual produk mode, seperti sepatu dan pakaian. Padahal produk seperti itu sudah ada di pasar tradisional, sehingga dikhawatirkan akan mematikan usaha pedagang pasar. Awalnya keberadaan pasar modern yang terletak di sekitar Pasar Kota Boyolali ditolak oleh para pedagang pasar tradisional disekelilingnya, tetapi akhirnya dapat berdiri di dekat Pasar Kota Boyolali. Melihat hal tersebut, terdapat dua kesan negatif terhadap pemerintah dan hukum yang ada di Indonesia, yaitu kurangnya perhatian pemerintah pusat terhadap tata letak pasar modern dan pelaksanaan hukum terkesan cenderung melindungi kelompok yang memiliki uang dalam hal ini pasar modern. Jika menilik pada Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional dalam Hadiwiyono (2011: 15) seharusnya pasar modern tidak boleh berdiri di dekat dengan pasar tradisional. Dalam Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007 tersebut memuat enam masalah pokok yaitu definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan (trading

6 term), kelembagaan pengawas dan sanksi, dan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang untuk mengatur lokasi keberadaan pasar modern agar tidak terjadi tumpang tindih antara pasar modern dengan pasar tradisional yang merugikan pasar tradisional karena persaingan yang tidak sehat. Pada mulanya, dengan adanya Peraturan Perundang-Undangan ini diharapkan dapat mewujudkan persaingan yang sehat antara pasar modern dengan pasar tradisional sehingga tidak terjadi lagi kasus pengaduan persaingan tidak sehat karena pasar tradisional merugi akibat kehadiran pasar modern. Ternyata fakta yang ada di lapangan jauh berbeda dari yang diharapkan. Faktanya, masih banyak pasar modern yang berdiri berdekatan dengan pasar tradisional sehingga secara tidak langsung menimbulkan pengaruh yang negatif pada pasar tradisional. Fakta itu juga yang terjadi di Pasar Kota Boyolali. Keberadaan pasar modern terutama supermarket MITRA yang berdiri tepat di depan Pasar Kota Boyolali menimbulkan dampak sosial ekonomi pada pasar tradisional. Belum adanya Perda yang mengatur tentang tata letak pasar modern dan pasar tradisional membuat persaingan antara keduanya seperti beradu secara langsung. Peraturan Perda seperti itu belum ada di Boyolali. Hal tersebut membuat Pasar Kota Boyolali semakin tergerus dengan pasar modern. Pusat perbelanjaan modern tersebut dapat mengancam keberadaan pedagang di pasar tradisional apabila tidak ada penanganan struktur dan kondisi yang lebih baik terhadap pasar tradisional. Kondisi belum lakunya banyak kios di Pasar Kota Boyolali ditengarai karena menjamurnya

7 toko-toko modern di sekitar tempat tersebut. Salah satu faktor utama yang membuat pasar terpuruk sehingga sepi pengunjung adalah banyaknya toko modern yang berdiri di sekitar Pasar Kota Boyolali. Jumlahnya dari tahun ke tahun juga semakin banyak. Hal ini secara tidak langsung akan meninbulkan dampak sosial ekonomi yang negatif terutama kepada para pedagang yang berada di Pasar Kota Boyolali. Tidak hanya pedagang besar yang merasakan dampak keberadaan pasar modern, pedagang kecil juga semakin terpuruk dengan adanya pasar modern. Keberadaan pasar modern yang ada di sekitar Pasar Kota Boyolali menimbulkan dampak secara langsung pada Pasar Kota Boyolali. Sebelum pasar modern menjamur, Pasar Kota Boyolali selalu ramai dengan pengunjung yang berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya. Pasar Kota Boyolali selalu menjadi pilihan utama pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut berbanding terbalik ketika pasar modern menjamur di sekitar Pasar Kota Boyolali, toko-toko dan kios yang berada di Pasar Kota Boyolali menjadi sepi pengunjung. Untuk para pedagang penjualan barang mentah, daging, dan sayur mayur tidak merasakan efek yang berarti karena untuk jenis barang tersebut para konsumen masih suka berbelanja di pasar tradisional. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pasar tradisional tidak hanya berisi pedagang barang mentah, banyak pula pedagang pakaian, sepatu, dan barang-barang instan lainnya. Untuk produk-produk tersebut mereka sangat merasakan dampak dari pendirian pasar modern, karena harga yang ditawarkan pasar modern lebih murah daripada harga di pasar tradisional dan konsumen pun

8 sangat jeli akan harga barang, sehingga mereka pun beralih ke pasar modern. Hal tersebut membuat omset penjualan pedagang kian berkurang. Keberadaan pasar modern menimbulkan dampak ekonomi secara langsung terhadap pedagang Pasar Kota Boyolali. Faktor utama sepinya pengunjung diyakini sebagai salah satu yang membuat omset penjualan pedagang kian menurun. Pengunjung yang mayoritas sudah beralih berbelanja ke pasar modern membuat kondisi pedagang Pasar Kota Boyolali semakin tidak diuntungkan. Apabila hal tersebut terjadi semakin lama, maka dikhawatirkan akan membuat pedagang gulung tikar. Memang diakui dengan kehadiran pasar modern yang semakin berkembang membuat perubahan sosial kepada pengunjung Pasar Kota Boyolali. Pengunjung lebih memilih berbelanja ke pasar modern dibandingkan berbelanja di Pasar Kota Boyolali. Pasar tradisional yang identik dengan kondisi yang kumuh dan bau menjadi salah satu faktor yang membuat pengunjung tidak nyaman dalam berbelanja sehingga beralih berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional. Pasar modern dirasa lebih menguntungkan pengunjung karena memunculkan berbagai alternatif tempat untuk berbelanja dengan fasilitas yang menyenangkan. Walaupun begitu tidak semua pengunjung beralih berbelanja ke pasar modern. Masih ada pengunjung yang tetap setia berbelanja di pasar tradisional seperti Pasar Kota Boyolali. Memang diakui pasar tradisional sangat susah apabila harus bersaing dengan pasar modern. Bagi sebagian pengunjung, pasar

9 tradisional masih mempunyai daya pikat yang membuat mereka masih tetap loyal berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya. Dilihat dari sudut pandang yang lain pasar tradisional juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pasar modern. Berbelanja di pasar tradisional pengunjung masih dapat melakukan sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli dalam membeli sebuah barang. Berbeda dengan pasar modern, dimana harga barang sudah ditetapkan dan tidak ada komunikasi antara penjual dan pembeli. Pada hal ini pasar tradisional lebih unggul dibandingkan dengan pasar modern. Tidak adanya sistem tawar menawar yang ada di pasar modern maka secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tingkat pengeluaran pengunjung dalam berbelanja. Berbelanja di pasar modern dirasa pengunjung mempunyai prestise yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan berbelanja di pasar tradisional. Keberadaan pasar modern juga menyebabkan tingkat persaingan antar pedagang di pasar tradisional semakin ketat. Pasar modern yang menawarkan harga yang hampir relatif sama dengan pasar tradisional memaksa pedagang di pasar tradisional harus membanting harga agar dapat bersaing dengan pasar modern. Hal tersebut secara tidak langsung akan menyebabkan tingkat persaingan yang ketat antar pedagang di pasar tradisional. Antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain mempunyai strategi tersendiri untuk menarik pembeli agar barang dagangannya laku. Kondisi Pasar Kota Boyolali memang menjadi salah satu alasan utama yang membuat pengunjung lebih memilih berbelanja di pasar modern dan

10 meninggalkan berbelanja di pasar tradisional. Pengunjung jika berbelanja di pasar modern dapat berbelanja dengan nyaman tidak khawatir dengan kondisi yang sumpek, semrawut ataupun bau yang menyengat seperti yang ada di Pasar Kota Boyolali. Jam buka pedagang Pasar Kota Boyolali yang relatif hanya sampai sore sedangkan jam buka pasar modern yang sampai malam semakin membuat Pasar Kota Boyolali kalah bersaing dengan pasar modern. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Dampak Sosial Ekonomi Keberadaan Pasar Modern Pada Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Kota Boyolali). Penelitian diharapkan dapat mengetahui bagaimana dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya pasar modern pada Pasar Kota Boyolali serta faktor apa saja yang membuat pengunjung tetap loyal memilih berbelanja di Pasar Kota Boyolali dibandingkan pasar modern. B. Identifikasi Masalah 1. Terjepitnya Pasar Kota Boyolali oleh keberadaan pasar modern yang semakin menjamur menimbulkan dampak sosial ekonomi pada Pasar Kota Boyolali. 2. Dampak yang dirasakan oleh pedagang seperti turunnya omset penjualan, berkurangnya pedagang, meningkatnya persaingan pedagang, sulitnya mendapatkan suplier di Pasar Kota Boyolali setelah adanya pasar modern. 3. Dampak kepada pengunjung yaitu adanya perubahan sosial terhadap pengunjung yang lebih memilih berbelanja ke pasar modern dibandingkan Pasar Kota Boyolali.

11 4. Terdapat beberapa faktor yang membuat pengunjung tetap loyal memilih berbelanja di Pasar Kota Boyolali dibandingkan pasar modern. C. Pembatasan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka peneliti perlu membatasi masalah penelitian yaitu menitikberatkan pada dampak sosial ekonomi keberadaan pasar modern pada pasar tradisional, dimana fokus penelitian terletak pada dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh pedagang Pasar Kota Boyolali serta faktor apa yang membuat pengunjung tetap memilih berbelanja di Pasar Kota Boyolali dibandingkan pasar modern. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah yaitu 1. Bagaimana dampak sosial ekonomi keberadaan pasar modern pada Pasar Kota Boyolali? 2. Faktor apa saja yang membuat pengunjung tetap loyal memilih berbelanja di Pasar Kota Boyolali dibandingkan pasar modern? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui bagaimana dampak sosial ekonomi keberadaan pasar modern pada Pasar Kota Boyolali. 2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat pengunjung tetap loyal memilih berbelanja di Pasar Kota Boyolali dibandingkan pasar modern.

12 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut: A. Kegunaan Teoritis a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai dampak sosial ekonomi munculnya pasar modern pada pasar tradisional. b. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk sarana pengembangan ilmu pengetahuan. B. Kegunaan Praktis a. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dengan adanya pasar modern yang semakin berkembang. b. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan atau ijin pendirian pasar modern seperti supermarket, indomaret, ataupun alfamart yang baru.