BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tio Sulistyanto, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pasar modal investor dapat membentuk portofolio serta melakukan investasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan pernah redup. Bayangkan jika semua koneksi telekomunikasi, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan baik skala kecil maupun besar senantiasa berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Pembentukan pasar modal merupakan suatu usaha kearah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka anggap menjanjikan dan mampu memberikan nilai lebih terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan bagi investor atau pemegang saham baik itu individu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan orang yang membutuhkan modal. Pasar modal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin maju dan berkembang. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 laju investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Telekomunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia periode

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, pendidikan, kebudayaan, pertanian, sampai pada stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana yang mempertemukan pihak-pihak yang kelebihan dana dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG. suatu perusahaan adalah dengan menganalisis laporan keuangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. usahanya tersebut perusahaan membutuhkan tambahan dana yang tidak sedikit. maka semakin rendah kegiatan operasionalnya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Hal ini sesuai dengan sifat perusahaan yaitu Profit Oriented,

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berkaitan erat dengan pasar modal. Pasar modal memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di suatu Negara bisa menjadi acuan untuk

Oleh Deddy Kurniawan Sugeng Rianto Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu persaingan yang semakin tajam antar perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah pengguna telepon seluler

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pengukuran kinerja perusahaan menjadi suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

Lampiran 1: Data Firm Value Berdasarkan Rasio Tobin s Q Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode KODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhrudin (2012:1)

BAB I PENDAHULUAN. mengelola seluruh asetnya dengan baik sehingga akan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Industri Real Estate beberapa tahun terakhir mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. perekonomian di Indonesia. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Sehingga semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula. kemakmuran pemilik saham (Husnan, 2012:7)

percaturan bisnis telekomunikasi berkembang menjadi lebih baik, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk layanan telekomunikasi yang beredar di Indonesia. Sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. mampu membaca situasi yang terjadi agar dapat mengelola fungsi-fungsi

2015 PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA BANK MILIK PEMERINTAH YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah. Melalui pasar modal pemerintah dapat mengalokasikan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak investor kemudian digunakan pihak emiten untuk pengembangan usaha,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan lancar. Perusahaan tentu tidak hanya mengharapkan dana dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian a. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari 45 saham dengan likuiditas (liquid) tinggi yang diseleksi melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan berdirinya perusahaan adalah untuk mendapat laba yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas. Setiap perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan investasi sangat erat kaitannya dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di seluruh penjuru dunia yang bebas seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. melihat prospek suatu perusahaan investor dapat menilainya dari harga saham. perusahaan yang baik dan menguntungkan di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dipakai oleh perusahaan-perusahaan di negara lain.

ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang yang menganut sistem ekonomi pasar. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) menilai pertumbuhan industri

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan cara melakukan penawaran saham kepada masyarakat di bursa

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kontinuitas perusahaan merupakan elemen. penting yang harus dijaga oleh perusahaan, terutama menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara normatif tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

ANALISIS RASIO MODAL SAHAM GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pendanaan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dimana penghimpunan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sektor perekonomian dan industri mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya, selalu membutuhkan

eksternal karena laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ada kemungkinan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya mengandalkan kepada satu sumber pendanaan saja, yaitu hutang karena

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran secara umum tentang perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dunia perekonomian merupakan suatu fase kehidupan yang sangat komplek dengan rata-rata pertumbuhan yang pesat dan terarah, fluktuasi akan semakin sering terjadi karena dunia ekonomi akan selalu berhubungan dengan kehidupan orang banyak dan kepentingan suatu Negara dan pemerintah. Sektor ekonomi selalu memegang peranan penting dalam kehidupan sehingga sektor ini akan mempengaruhi sektor lain. Arti penting sektor ekonomi akan membawa dampak yang tinggi pada dimensi usaha yang terkait di dalamnya, yaitu menyangkut finansial yang menyangkut sektor riil usaha. Sektor finansial merupakan sektor paling menarik untuk dikaji, karena keberadaannya dapat memberikan pengaruh terhadap keadaan ekonomi nasional, salah satunya adalah perdagangan saham di pasar modal. Pasar modal merupakan bagian dari pasar finansial yang berhubungan dengan supply dan demand akan dana jangka panjang. Dengan demikian, pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi nasional adalah pembangunan infrastruktur. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara tidak dapat terlepas dari ketersediaan infrastruktur seperti sarana transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi menjadi sangat penting. Telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran informasi akan semakin memperhatikan aspek

2 kualitas jasa. Selain itu, perkembangan di bidang dunia informasi saat ini begitu cepat. Perkembangan yang sangat pesat dalam industri telekomunikasi, membuat perusahaan-perusahaan di industri ini harus berusaha sekuat tenaga untuk dapat bertahan. Dengan persaingan yang semakin ketat untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, perusahaan harus dapat mengelola seluruh kekayaan, kewajiban dan modal yang dimiliki semaksimal mungkin sehingga kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Pada sektor ini ada 5 subsektor yaitu Energy, Toll Road,Airport,Harbor and Allied Products, Transportation, Non Building Construction dan Telecommunication. Adapun rata-rata harga saham sektor infrastruktur utilitas dan transportasi adalah sebagai berikut: Tabel 1. 1. Rata-rata Harga Saham Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI Tahun 2009-2013 (dalam rupiah) Subsektor Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Energy 2.062 2.330 1.325 1.778 1.759 Toll Road, Airport, Harbor And Allied Products 946 1.705 2.028 2.438 2.776 Transportation 584 519 520 600 542 Non Building Construction 1.175 5.056 3.765 6.729 3.840 Telecommunication 3.382 4.987 4.677 5.670 2.578 Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali) Dari tabel 1.1. dapat dilihat bahwa rata-rata harga saham seluruh subsektor yang berada pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Namun dapat dilihat penurunan harga saham subsektor telekomunikasi pada tahun 2013 sangat signifikan yaitu sebesar 54,53% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 sebesar Rp. 5.670 per lembar saham

3 menjadi Rp. 2.578 per lembar saham. Oleh karena itu peneliti mengkhususkan penelitiannya di subsektor telekomunikasi. Pada subsektor telekomunikasi terdapat 6 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2013, tetapi hanya 5 yang memenuhi syarat penelitian ini yaitu Bakrie Telecom Tbk., XL Axiata Tbk., Inovisi Infracom Tbk., Indosat Tbk., dan Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai perusahaan-perusahaan yang telah go public, harga saham yang tercantum pada bursa menjadi sangat penting karena harga saham mencerminkan nilai perusahaan. Jadi bagi perusahaan yang berada di pasar modal, tujuan perusahaan akan berfokus pada bagaimana menaikan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan guna menarik investor agar mau berinvestasi. Di tengah kondisi pertumbuhan sektor infrastruktur yang selalu meningkat pertumbuhannya dalam beberapa tahun terakhir ini, justru subsektor telekomunikasi mengalami penurunan harga saham. Hal tersebut dapat dilihat pada table 1.2.: Tabel 1. 2. Harga Saham Perusahaan Subsektor Telekomunikasi di BEI Tahun 2009 2013 (dalam Rupiah) Perusahaan Kode Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Bakrie Telecom Tbk BTEL 147 235 260 50 50 XL Axiata Tbk EXCL 1.930 5.300 4.525 5.700 5.200 Inovisi Infracom Tbk INVS 660 6.050 5.900 7.100 1.340 Indosat Tbk ISAT 4.725 5.400 5.650 6.450 4.150 Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 9.450 7.950 7.050 9.050 2.150 Rata-rata 3.382 4.987 4.677 5.670 2.578 Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali) Tabel 1.2. menunjukkan perkembangan harga saham perusahaan Subsektor Telekomunikasi pada tahun 2009-2013. Fluktuatif harga saham yang

Harga Saham (Rp) 4 terjadi ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya, karena dengan menurunnya harga saham menunjukan bahwa kinerja perusahaannya kurang baik. Untuk melihat lebih jelas dari fluktuatif harga saham perusahaan subsektor telekomunikasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 bisa dilihat dari grafik berikut: 6000 5000 4987 5670 4000 4677 3000 3382 2000 1000 2578 Harga Saham 0 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali) Grafik 1.1. Rata-rata Harga Saham Perusahaan Subsektor Telekomunikasi di BEI Tahun 2009 2013 (dalam rupiah) Dari grafik 1.1. dapat dilihat bahwa harga saham subsektor telekomunikasi pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp. 310 per lembar saham dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 sebesar Rp. 4.987 per lembar saham menjadi Rp. 4.677 pada tahun 2011, dan penurunan juga terjadi pada tahun 2013 yang sangat signifikan yaitu sebesar Rp. 3.092 per lembar saham dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 sebesar Rp. 5.670 per lembar saham menjadi Rp. 2.578 perlembar saham pada tahun 2013. Berdasarkan tabel dan penjelasaan diatas, terdapat masalah pada perusahaan subsektor telekomunikasi yang menyebabkan harga sahamnya fluktuatif dari tahun 2009-2013.

5 Harga saham perusahaan subsektor telekomunikasi ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal perusahaan itu sendiri. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi harga saham adalah kinerja keuangan yang dapat diukur dengan rasio profitabilitas. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007:317) Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat dengan kata lain profitabilitas akan meningkatkan harga saham. Pada umumnya harga saham menjadi tolok ukur bagi investor untuk menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Jika harga saham suatu perusahaan memiliki tren yang cenderung meningkat maka calon investor pun akan tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena hal tersebut mencerminkan baiknya manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola dana yang telah ditanamkan sebelumnya. Analisis rasio merupakan alat yang digunakan untuk membantu menganalisis laporan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Rasio-rasio tersebut terdiri dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio penilaian. Dalam penelitian ini analisis rasio yang digunakan adalah analisis rasio profitabilitas yaitu rasio yang menunjukan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan, dan indikator yang digunakan penulis adalah Return on Equity (ROE). Karena Return On Equity (ROE) menunjukan profitabilitas perusahaan tersebut, dan akan menunjukan tinggi rendahnya minat investor untuk berinvestasi sehingga demand akan saham semakin meningkat dan berimbas pada naiknya harga saham. Dari sudut investor Return On Equity (ROE) menjadi salah satu indikator penting untuk menilai kinerja keuangan sebuah perusahaan. ROE merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham (Nurmalasari dalam Hutami, 2012: 110). Menurut Lukman Syamsudin (2004:64) Return On Equity (ROE) adalah salah satu alat pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik

6 perusahaan atas modal sendiri yang mereka investasikan didalam perusahaan, secara umum semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Sedangkan menurut Teguh Pujo Mulyono (1995: 74) Kenaikan Return On Equity (ROE) biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Begitupun menurut penelitian yang dilakukan oleh Rescyana Putri Hutami (2012: 104), hasil penelitiannya menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Jadi dapat dikatakan bahwa Return On Equity adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Table 1.3 dibawah ini merupakan perkembangan Return on Equity (ROE) perusahaan subsektor telekomunikasi tahun 2009-2013 : Tabel 1.3 Perkembangan Return On Equity (ROE) Perusahaan Subsektor Telekomunikasi Tahun 2009-2013 (dalam presentase) Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013 BTEL 1.89 2.82-2.97-24.77-212.13 EXCL 21.81 19.09 12.30 14.81 6.03 INVS 10.43 25.97 5.51 11.09 9.16 ISAT 8.09 2.99 3.85 9.43-9.55 TLKM 24.79 20.90 14.53 22.51 21.48 Rata-rata 13.40 14.35 6.64 6.61-37.00 Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali) Dari table 1.3 dapat dilihat bahwa Return On Equity (ROE) perusahaan subsektor telekomunikasi cenderung mengalami penurunan. Untuk melihat lebih jelas dari fluktuatif ROE perusahaan subsektor telekomunikasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 bisa dilihat dari grafik berikut:

ROE 7 20 10 0 13,4 14,35 6,64 6,61-10 -20-30 Subsektor Telekomu nikasi -40-37 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali) Grafik 1.2 Perkembangan Return On Equity (ROE) Perusahaan Subsektor Telekomunikasi Tahun 2009 2013 (dalam persentase) Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ROE subsektor telekomunikasi mengalami penurunan pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 13.40% pada tahun 2010 menjadi 6.64% pada tahun 2011, di tahun berikutnya juga mengalami penurunan menjadi 6.61% yaitu pada tahun 2012, penurunan juga terjadi pada tahun 2013yang sangat signifikan yaitu menjadi -37.00%. Apabila profitabilitas suatu perusahaan dilihat dari indikator ROE mengalami penurunan atau tidak efektif maka diduga harga saham perusahaan tersebut akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya apabila profitabilitas

8 suatu perusahaan dilihat dari indikator ROE mengalami peningkatan maka harga sahamnya akan naik juga. Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Subsektor Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013. 1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Penurunan harga saham tentunya merupakan suatu masalah bagi pemilik perusahaan, karena mencerminkan turunnya nilai perusahaan yang berarti kekayaan pemilik perusahaan semakin berkurang. Jika penurunan harga saham tersebut sangat signifikan dan terjadi secara terus menerus, maka akan membuat para investor mengurungkan niatnya untuk menanamkan modal di perusahaan dan pihak kreditur menjadi enggan untuk meminjamkan dananya kepada perusahaan tersebut. Jika kepercayaan pihak investor dan pihak kreditur kepada perusahaan berkurang, maka perusahaan akan kesulitan dalam mencari modal untuk pendanaan perusahaan bila terjadi defisit anggaran. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus mengelola keuangan perusahaan dengan baik agar harga saham perusahaan tetap terjaga dengan baik. Menurut Irham dan Yovi (2009 : 72) penyebab naik turunnya harga saham adalah kinerja perusahaan mengalami penurunan dalam setiap waktunya. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan. Untuk melihat kinerja keuangan perusahaan salah satu cara yang digunakan yaitu menggunakan analisis laporan keuangan. Semakin baiknya kinerja perusahaan maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham ataupun sebaliknya. Selain itu keadaan perusahaan akan menjadi tolok ukur seberapa besar risiko yang akan ditanggung oleh investor. Untuk memastikan apakah kondisi perusahaan dalam posisi baik atau tidak, maka dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan analisis rasio profitabilitas.

9 Menurut Irham Fahmi (2014:81) Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007:317) Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat dengan kata lain profitabilitas akan meningkatkan harga saham. Saham merupakan salah satu cara perusahaan untuk memperoleh dana dari masyarakat dan harga saham merupakan daya tarik masyarakat untuk menginvestasikan uangnya dalam suatu perusahaan. Dimana semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi juga daya tarik masyarakat untuk menginvestasikan uangnya dalam suatu perusahaan, namun apabila harga saham yang cenderung turun akan membuat masyarakat tidak percaya untuk menginvestasikan uangnya pada perusahaan. Hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan apabila suatu saat nanti perusahaan tersebut akan mengeluarkan sahamnya di BEI. Dalam penelitian ini perusahaan Subsektor Telekomunikasi memiliki perkembangan nilai harga saham yang relatif menurun, untuk menjaga kepercayaan masyarakat maka perusahaan-perusahaan pada subsektor telekomunikasi perlu melakukan peningkatan pada harga sahamnya dengan cara melakukan peningkatan pada kinerja keuangannya. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, namun pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada analisis rasio profitabilitas. 1.2.2. Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah maka penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana gambaran profitabilitas perusahaan Subsektor Telekomunikasi pada tahun 2009-2013. 2. Bagaimana gambaran harga saham perusahaan Subsektor Telekomunikasi pada tahun 2009-2013.

10 3. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor Telekomunikasi pada tahun 2009-2013. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran profitabilitas perusahaan Subsektor Telekomunikasi pada tahun 2009-2013. 2. Gambaran harga saham perusahaan Subsektor Telekomunikasi pada tahun 2009-2013. 3. Pengaruh profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor Telekomunikasi pada tahun 2009-2013. 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam aspek teoritis (keilmuan) terhadap ilmu manajemen keuangan terutama yang berkaitan dengan pengaruh profitabilitas terhadap harga saham. 2. Kegunaan praktis a. Bagi penulis Penulis dapat mengetahui perbandingan antara teori dan praktek tentang manajemen keuangan di pasar modal. b. Bagi perusahaan Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam menganalisis rasio profitabilitas untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.