III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2 Peta lokasi studi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

METODOLOGI Waktu dan Tempat

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

BAB III BAHAN DAN METODE

Gambar 2. Lokasi Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 11 Lokasi Penelitian

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

BAB III METODE PERANCANGAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

Gambar 12. Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut:

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor ( 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. kawasan wisata yang dikelola dibawah Perum Perhutani, dan memiliki luas

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

Gigih Juangdita

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

III. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi Penelitian. Zona Inti

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II METODE PENELITIAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Riverside Resort Hotel di Cijulang, Kabupaten Pangandaran 1

Gambar 2 Tahapan Studi

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

Transkripsi:

III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu dari Februari 2009 Juli 2009. Jalan Slamet Riyadi mempunyai panjang sekitar 4,6 km. Kawasan Jalan Slamet Riyadi ini termasuk ke dalam administrasi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Serengan, dan Kecamatan Pasar Kliwon. Gambar 3 berikut merupakan peta lokasi studi. Gambar 3. Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang dimaksud yaitu data yang digunakan untuk melengkapi studi ini. Data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil di lapangan berupa letak koordinat, foto, kuesioner tentang keinginan penduduk serta pengunjung, dan

18 informasi yang didapat dari wawancara. Adapun data sekunder didapatkan dari berbagai pustaka dan informasi dari pihak-pihak terkait. Tabel 3 berikut ini menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk pengambilan data di lapang dan pengolahan data di studio. Tabel 3. Alat Pengambilan Data, beserta Kegunaan, dan Keluarannya Alat Kegunaan Keluaran Kegiatan Lapang Global Positioning Menandai serta menentukan koordinat beberapa tempat Peta System (GPS) di lokasi penelitian. Kamera digital Mendokumentasikan obyek yang diamati di lapang. Foto Kegiatan Studio Kertas dan alat gambar Mengolah draft perencanaan. Peta Komputer Grafis Dan Berbagai Aplikasinya : Microsoft Word Mengolah data tulisan (text) berupa deskripsi dan seluruh pelaporan tulisan. Laporan tertulis AutoCAD Land i Koreksi geometris pada peta yang digunakan dan Peta pengolah data awal dari GPS. AutoCAD Membuat gambar rencana lanskap, potongan, dan Peta berbagai gambar yang berhubungan dengan spasial. SketchUp Membuat ilustrasi dari rencana dibuat. Gambar CorelPhotoPaint dan Adobe Pothoshop Membuat ilustrasi gambar dan memperhalus tampilan gambar yang telah dibuat dengan AutoCAD dan Sketch Up. perspektif Peta Gambar CorelDraw Layout hasil akhir gambar. Peta Gambar 3.3. Batasan Studi Studi ini dilaksanakan sampai pada tahap perencanaan yang hasilnya berupa tulisan dan gambar. Rencana yang dihasilkan berupa rencana jalur interpretasi dan rencana lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya Jalan Slamet Riyadi, Kota Surakarta. 3.4. Metode Studi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelusuran sejarah yang terdiri dari studi literatur, wawancara dengan narasumber, dan pengamatan lapang (survey). Adapun tahapan kerjanya didasarkan pada tahapan perencanaan menurut Gold (1980). Tahapan-tahapan perencanaan tersebut adalah: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Penelitian ini hanya akan dilaksanakan hingga tahap perencanaan dengan

19 penambahan tahap penyusunan konsep sebelum tahap perencanaan. Gambar tahapan proses studi yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 4. Persiapan Tujuan penelitian Usulan penelitian Informasi sementara Penentuan batas tapak Pra penelitian Pengumpulan Data/ Inventarisasi Data primer dan data sekunder Kondisi Umum Analisis Aspek Biofisik Aspek Budaya Aspek Sejarah Aspek Wisata Peta Komposit Identifikasi dan Analisis Sintesis Rencana blok/ Block plan Penyusunan Konsep Konsep Dasar Rencana Lanskap Konsep Dasar Jalur Interpretasi Konsep Pengembangan Perencanaan Lanskap Rencana Jalur Interpretasi Rencana Lanskap Jalur Interpretasi Wisata Sejarah Budaya Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta Rencana Ruang` Rencana Sirkulasi Rencana Aktivitas dan Fasilitas Menentukan Jalur Intrepretasi dan Rencana Lanskap Gambar 4. Tahapan Proses Penelitian (Modifikasi Gold 1980)

20 3.5. Tahapan Studi 3.5.1. Persiapan Tahap persiapan mencakup kegiatan penetapan tujuan perencanaan, penyusunan rencana kerja dan biaya yang terangkum dalam usulan penelitian, dan pengumpulan infomasi sementara tentang lokasi yang akan diteliti. 3.5.2. Pengumpulan Data/Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data dan semua informasi yang berkenaan dengan kondisi lokasi studi. Tahap inventarisasi ini bertujuan memenuhi salah satu tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan aspek sejarah dan budaya kawasan perencanaan. Data berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapang (pengamatan dan pengukuran), wawancara, dan kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan secara acak di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dengan jumlah responden empat puluh orang (Lampiran1). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari buku acuan, data dari dinas terkait, serta pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup studi. Data yang diambil adalah meliputi data aspek biofisik, aspek sejarah, aspek budaya, dan aspek wisata. Selain keempat aspek tersebut juga digunakan data kondisi umum. Data pada kondisi umum digunakan untuk mengenali kawasan yang akan dipelajari. Data yang digunakan dalam studi ini ditampilkan pada Tabel 4. Wawancara 3 dilakukan dengan berbagai pihak sesuai dengan bidang keahlian dan profesi yang dimiliki. Data aspek sejarah dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Sumber yang diwawancara adalah Drs. Soedarmono, beliau adalah ahli sejarah Kota Solo dan juga merupakan dosen sejarah di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3 Sumber wawancara: (1) Ir Arif Nurhadi sebagai Kepala Bidang Cagar Budaya Dinas Tata Kota Surakarta, (2) Drs. Soedarmono sebagai Pakar Sejarah Kota Solo dan Dosen Sejarah Uiversitas Sebelas Maret (UNS), dan (3) Ir. Tri Suryo Kuncoro dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, dan juga sebagai pengamat sejarah Kota Solo. (4) Pak Budi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta. (5) Eddy Harpanto dan Hariyoko dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.

21 Tabel 4. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan Data, dan Bentuk Data No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan Bentuk Data Data KONDISI UMUM 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk (Demografi) BPS Studi Pustaka Tabel, 2. Promosi Wisata Disparbud Wawancara, Gambar, Studi Pustaka 3. Program dan Rencana Pemerintah Kota Dinas Tata Kota, Dishub Wawancara, Studi Pustaka Gambar, 4. Tingkat Kunjungan Wisatawan Disparbud Studi Pustaka Tabel, 5. Persepsi serta keinginan pengunjung Lapangan Kuesioner Diagram, 6. Lalu Lintas Jalan Slamet Dishub Studi Pustaka Riyadi ASPEK BIOFISIK 7. Batas wilayah perencanaan Dinas Tata Kota, Observasi Peta, Lapangan 8. Aksesibilitas dan Sirkulasi Lapangan Observasi Peta, 9. RTRW Kota Surakarta Dinas Tata Kota Studi Pustaka Peta, 10. Kemiringan Tanah Dinas PU Studi Pustaka Tabel, 11. Iklim dan Kenyamanan BMG Studi Pustaka 12. Vegetasi Dinas Pertamanan, Studi Pustaka, Wawancara, Pengamatan 13. Struktur Perkerasan dan Utilitas Jalan Slamet Riyadi. Dinas Tata Kota Dinas PU, Lapangan, 14. Fasilitas Wisata Lapangan, Dinas Tata Kota Pengamatan, Wawancara, Pengamatan, Wawancara ASPEK SEJARAH 15. Perubahan Karakter Lanskap Responden Ahli Wawancara, Studi Pustaka ASPEK BUDAYA 16. Hasil Kebudayaan Disparbud Wawancara, Studi Pustaka ASPEK WISATA 17. Obyek Wisata Responden Ahli, Disparbud, Lapangan Studi Pustaka, Wawancara, Pengamatan 18. Atraksi Wisata Disparbud, Lapangan Studi Pustaka, Wawancara, Foto, Tabel, Gambar, Foto, Gambar,. Tabel, Peta, Foto, Peta, Foto, 3.5.3. Analisis Tahap analisis dilakukan untuk memenuhi tujuan identifikasi dan analisis terhadap sumbar daya wisata sejarah dan budaya. Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan analisis spasial. Analisis dilakukan pada aspek berikut: aspek biofisik, aspek sejarah, aspek budaya, dan aspek wisata. Penggabungan

22 analisis dari berbagai aspek tersebut merupakan peta komposit yang merupakan hasil akhir dari analisis. Adapun peta komposit merupakan overlay dari analisis aspek sejarah, aspek budaya, sub aspek obyek dan sub aspek atraksi wisata (Gambar 5). Hasil analisis kemudian digunakan sebagai dasar tahap selanjutnya yaitu tahap sintesis. Gambar 5. Overlay Data Peta Komposit Aspek biofisik dilakukan untuk mengetahui karakteristik kawasan yang direncanakan. Analisis dilakukan terhadap seluruh sub aspek, baik secara deskriptif maupun analisis spasial. Analisis spasial dilakukan pada sub aspek sirkulasi karena sub aspek ini sangat berhubungan aktivitas wisata yang direncanakan. Selanjutnya pada sub aspek iklim dan kenyamanan, untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat kenyamanannya digunakan rumus Thermal Humidity Index/THI (Fandelli dan Muhammad 2009): THI = 0,8 T + (RH x T) 500 Dengan ; T = suhu udara (ºC), RH = kelembaban nisbi udara (%). Analisis aspek sejarah dilakukan dengan metode penelusuran sejarah, yaitu analisis sejarah perkembangan kota. Dari analisis yang dilakukan didapatkan zonasi umum perkembangan kota pada masa lampau. Pada aspek budaya, analisis yang dilakukan adalah analisis bentuk kebudayaan. Analisis yang dilakukan menghasilkan zonasi kawasan modern, moderat, dan tradisional. Pembagian kawasan ke dalam tiga zona tersebut perlu

23 dilakukan untuk mempertahankan karakter zona yang masih bersifat tradisional dan meningkatkan citra zona modern dan moderat agar mendukung kegiatan wisata zona tradisional. Analisis aspek wisata dilakukan pada sub aspek obyek wisata dan atraksi wisata. Pada analisis obyek wisata, analisis yang digunakan adalah analisis daya tarik wisata andalan. Sedangkan pada analisis atraksi wisata digunakan analisis persebaran atraksi wisata. Tabel 5 menerangkan kriteria pembobotan dalam analisis sumber daya wisata dengan pendekatan kualitas obyek wisata pada obyek-obyek wisata sejarah dan budaya. Kriteria yang digunakan merupakan modifikasi dari Pedoman dan Daya Tarik Wisata Andalan oleh Depbudpar (2001), sedangkan pembobotan menggunakan metode wawancara dengan tiga responden ahli 4. Ketiga proporsi bobot dari masing-masing pakar kemudian diambil rata-rata dan digunakan sebagai dasar pembobotan (Tabel 5). Tabel 5. Kriteria Pembobotan dalam Analisis Daya Tarik Obyek Wisata Aspek Bobot* Kriteria Nilai Nilai Historis 35% Keaslian Arsitektural dan Tata Ruang Lingkungan sekitar 33,3% 18,3% Internasional 30 Nasional 20 Lokal 10 Tinggi 30 Sedang 20 Rendah 10 Asli dan Mendukung 30 Tidak Asli tapi Mendukung 20 Tidak Mendukung 10 Tinggi 30 Nilai Edukasi 13,3% Sedang 20 Rendah 10 Ket : *) Hasil penilaian respondenr ahli (expert judgement). Sumber : Depbudpar 2001 (Modifikasi) 4 Responden ahli yang diwawancara: (1) Ir Arif Nurhadi sebagai Kepala Bidang Cagar Budaya Dinas Tata Kota Surakarta, (2) Drs. Soedarmono sebagai Pakar Sejarah Kota Solo dan Dosen Sejarah Uiversitas Sebelas Maret (UNS), dan (3) Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. sebagai Dosen M.K. Pelestarian Sejarah Budaya Lanskap Institut Pertanian Bogor.

24 Aspek sejarah mempunyai tiga kriteria, yaitu: internasional, nasional, dan lokal. Obyek wisata dengan kriteria internasional merupakan obyek sejarah budaya yang mempunyai hubungan langsung dengan pemerintahan bangsa lain dan juga mempunyai aspek wisata yang menarik dan unik hanya terdapat di Kota Solo yang bertaraf internasional. Sedangkan kriteria nasional diperuntukkan bagi obyek yang memiliki peranan penting bagi perkembangan sejarah budaya bangsa Indonesia. Adapun kriteria lokal ditujukan untuk obyek yang menjadi sentra aktivitas kebudayaan bagi masyarakat setempat. Aspek keaslian arsitektural dan tata ruang dibagi ke dalam tiga kriteria, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria tinggi adalah untuk obyek wisata yang berupa area dengan keaslian arsitektural lebih dari 50%. Sedangkan kategori sedang obyek wisata berupa area dengan keaslian di bawah 50% atau obyek wisata berupa node dengan keaslian arsitektural di atas 50%. Adapun kategori tinggi adalah obyek berupa node dengan perubahaan di bawah 50% atau obyek yang dari awalnya memang sengaja dibangun sebagai sentra budaya tetapi tidak mempunyai sejarah khusus. Aspek lingkungan sekitar dibagi ke dalam tiga kriteria, yaitu: asli dan mendukung, tidak asli tapi mendukung, dan tidak mendukung. Kriteria asli dan mendukung adalah kriteria bagi obyek yang lingkungan sekitarnya dari dulu mempunyai peruntukan yang sama dengan saat ini dan mendukung untuk kegiatan wisata, contohnya adalah pasar tradisional dan pemukiman. Sedangkan contoh dari kriteria tidak asli tapi mendukung adalah lingkungan berupa hotel, restoran, dan gallery. Adapun kriteria tidak mendukung adalah bagi obyek yang lingkungan sekitarnya tidak mendukung kegiatan wisata sejarah budaya, seperti diskotik. Aspek edukasi dibagi ke dalam tiga kriteria, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria tinggi diberikan untuk obyek yang mempunyai nilai tinggi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan, contohnya adalah: museum, gallery, obyek yang mempunyai atraksi wisata reguler, dan lain-lain. Sedangkan nilai sedang diberikan kepada obyek yang juga mempunyai nilai edukatif, tapi lebih bersifat pasif, contohnya: bangunan, tugu, monumen, patung, obyek wisata yang mempunyai atraksi wisata temporal, dan lain-lain. Adapun

25 kriteria rendah diberikan pada obyek-obyek yang nilai edukatifnya sangat rendah, contohnya: obyek sejarah yang beralih fungsi atau kurang bersifat publik. Selanjutnya hasil dari skoring penilaian daya tarik wisata dispasialkan ke dalam tiga kelas zona obyek, yaitu kualitas rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mendapatkan selang interval tiga kelas tersebut adalah dengan menggunakan rumus statistik Sturges (Tentua 2010): IK = Range K Dimana ; IK Range K = Interval Kelas = selisih nilai antar kelas (nilai tertinggi - nilai terendah) = Jumlah kelas yang diinginkan Rumus di atas juga bisa digunakan untuk mencari selang interval pada skoring yang lain. Variabel K bisa dirubah sesuai dengan jumlah kelas yang diinginkan. Dalam penelitian, rumus ini akan digunakan dua kali, yaitu penentuan selang interval pada analisis obyek wisata dan peta komposit. 3.5.4. Sintesis Dari hasil analisis seluruh data dan overlay peta, maka dihasilkan solusi berupa alternatif terbaik pengembangan ruang yang direncanakan dalam bentuk block plan/rencana blok. 3.5.5. Penyusunan Konsep Tahap konsep merupakan dasar sebelum tahap perencanaan. Pada tahap ini ditentukan konsep dasar perencanaan yang terdiri dari konsep dasar rencana lanskap dan konsep dasar jalur interpretasi. Konsep dasar kemudian dikembangan, terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep jalur interpretasi, dan konsep aktivitas dan fasilitas. 3.5.6. Perencanaan Jalur Interpretasi Pada rencana jalur interpretasi, kawasan dibagi ke dalam beberapa segmen jalur interpretasi berdasarkan analisis pada tahap sebelumnya. Tiap segmen tersebut ditentukan tema yang sesuai berdasarkan karakter dominan zona tersebut. Selanjutnya perencanaan jalur interpretasi ini dilanjutkan sampai tahap perencanaan lanskapnya.

26 3.5.7. Perencanaan Lanskap Jalur Interpretasi Tahap perencanaan lanskap ini difokuskan pada rencana jalur interpretasi wisata. Pada tahap ini dibuat rencana lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya yang mempertimbangkan konsep yang telah ditetapkan dan rencana jalur interpretasi yang dibuat pada tahap sebelumnya. Rencana lanskap ini termasuk di dalamnya rencana ruang, rencana sirkulasi, serta rencana aktivitas dan fasilitas. Rencana lanskap dibuat dalam format kertas A3 dan mempunyai 3 segmen zona perencanaan. Selain itu rencana lanskap juga dilengkapi dengan ilustrasi pendukung berupa gambar suasana dan gambar referensi.