II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150).

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

METODE PENELITIAN. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

II. TINJAUAN PUSTAKA. para ahli. Makna berasal dari bahasa Jerman meinen yang artinya ada di pikiran atau benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV UNSUR-UNSUR YANG BERAKULTURASI PADA BUDAYA JAWA DALAM TRADISI PERKAWINAN DI DESA CENDORO

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

Bab 1. Pendahuluan. Candrasengkala sebagai..., Meirissa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Pengerupukan Pra Hari Raya Nyepi di Kecamatan Wonosari

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat seharihari.

BAB III TRADISI TINGKEPAN PARI DI DESA PANDAN. tidak dapat dengan detail mengetahui semua fenomena-fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kebudayaan Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tiap-tiap kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, sistem sosial dan unsur-unsur kebudayaan fisik. Disebutkan bahwa ada tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada sema bangsa, ketujuh unsur kebudayaan sebutkan adalah : 1) Bahasa, 2) Sistem pengetahuan, 3) Sistem organisasi sosial, 4) Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5) Sistem mata pencarian hidup, 6) Sistem religi, 7) Kesenian (Koentjaraningrat, 2002:203-204),sedangkan Menurut E.B Taylor dalam Soerjono Soekanto kebudayaan adalah kompleks yang mencakup kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kebiasaan serta kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 1990:188-189). Menurut Selo Soemarjan dan Soemardi yang dikutip dari Soerjono Soekanto menyatakan bahwa kebudayaan sebagai semua hasil rasa dan cipta masyarakat

11 (Soerjono Soekanto, 1990:189), sedangkan menurut Ilmu Antropologi, Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180) Jadi yang dimaksud dengan kebudayaan adalah hasil dari pemikiran manusia yang bisa berbentuk abstrak maupun konkrit yang merupakan kreatifitas manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang dibahas disini adalah kebudayaan Bali di dalam masyarakat desa Braja Fajar Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur yang telah menjadi sebuah ritual yang harus dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Kebudayaan masyarakat Bali merupakan kebudayaan yang diwariskan dari jaman prasejarah sampai sekarang sangat dipengaruhi oleh keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau kehidupan religi beragama masyarakat Bali, seperti keyakinan terhadap Tuhan Yang maha Esa, percaya dengan adanya satu Tuhan yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa,tapi dengan manifestasi dan perwujudan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya (file:///d:/budaya bali_ritarosita28.htm). Kebudayaan dikatakan bahwa manusia tidak akan bisa hidup tanpa manusia lain dan alam lingkungannya termasuk di dalamnya binatang dan tumbuh-tumbuhan. Perkembangan budaya masing-masing masyarakat berbeda-beda sesuai dengan pola berpikir masyarakat pendukungnya. Masyarakat Bali membagi budaya manusia menjadi tahap mistis, ontologis, dan fungsional (I Nyoman Dhana, 1994 : 84 ) Ketika manusia dalam tahap mistis, ditandai dengan sikap manusia yang merasa terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya

12 atau kekuasaan kesuburan. Manusia mencari perlindungan dalam menghadapi kedahsyatan alam dengan cara melakukan upacara serta mementaskan cerita mitologi. Hubungan timbal balik antara manusia sebagai penghuni alam ini niscaya dibangun untuk menjaga keharmonisan kehidupan secara menyeluruh. Dalam Hindu ada dijelaskan bahwa tumbuh-tumbuhan hanya memiliki bayu (kehidupan), binatang memiliki bayu dan sabda (suara), sedangkan manusia memiliki ketiganya bayu, sabda, dan idep (pikiran). Dengan kemampuan yang dimilikinya itu, manusia lalu berkewajiban memelihara alam dengan segala isinya untuk kesejahteraan hidupnya. Hal ini tampak pada bentuk budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Bali itu merupakan hasil dari pemikiran manusia yang berupa kreatifitas manusia sebagai anggota masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau keagamaan masyarakat Bali. 2. Konsep Makna Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, penulis menyajikan beberapa pengertian makna yang diungkapkan oleh para ahli. Konsep makna yang kemukakan oleh E. Sumaryono dimana makna diberikan kepada objek oleh subjek, sesuai dengan cara pandang subjek (E. Sumaryono, 2013: 30). Sedangkan bagaimana makna itu diperoleh tergantung dari banyak faktor; siapa yang berbicara, keadaan khusus

13 yang berkaitan dengan waktu, tempat atau situasi yang dapat mewarnai arti sebuah peristiwa bahasa (E.Sumaryono, 2013: 29-30). Pendapat senada dikemukakan oleh Mudjia Raharjo, yakni makna bukan sekedar isyarat yang dibawa oleh bahasa, sebab bahasa dapat mengungkapkan sebuah realitas dengan sangat jelas, tetapi pada saat yang sama dapat menyembunyikan rapat-rapat, tergantung pada pemakainya. Lebih jauh lagi menurutnya, untuk dapat memahami makna maka diperlukan pemahaman konteks; kapan, dimana, dan dalam keadaan apa serta kepada atau oleh siapa kata tersebut dipakai (Mudjia Raharjo, 2008: 39). Maka berdasarkan pendapat di atas, makna suatu bahasa harus dipahami sesuai dengan peristiwanya, atau secara kontekstual Dalam memahami konsep bahasa dalam ilmu antropologi, mengikuti pendapat dari S. Takdir Alisjahbana yang menganggap bahasa sebagai system lambinglambang, sehingga lingkupnya tidak terbatas pada ucapan, suara atau tulisan/teks, melainkan sebagai benda-benda kebudayaan, yaitu benda kebudayaan alat. Sedangkan fungsinya sebagai alat maksudnya adalah bukan hanya membantu manusia mencapai nilai, tetapi pertama sekali adalah media atau alat untuk mengucapkan nilai-nilai itu sendiri (Koentjaraningrat,2002:253). Dengan demikian, konsep bahasa lebih mengarah kepada benda-benda kebudayaan yang merupakan lambang-lambang atau simbol-simbol yang fungsinya untuk mentansfer nilai-nilai.

14 Symbol atau lambang, memiliki pengertian yang berbeda dengan tanda. Perbedaan itu menurut Agus Cremersdan De Santo Johanes, dijelaskan sebagai berikut : Simbol adalah tanda konkret dimana suatu penanda (signifiant yang tidak hadir) dihadirkan karena adanya hubungan motivatif (kesamaan ciri-ciri analog danasosiatif) dengan penanda aktual (signifiant yang ada).linguis F Bresson mengatakan: simbol merupakan suatu objek, gerak isyarat atau gambaran yang menurut hubungan significant (penanda) dengan signifie (yang ditandakan) mengacu pada suatu objek (tindakan dan sebagainya) lain. Berbeda dengan tanda, symbol memiliki hubungan analogis dengan objek lain itu. Searah dengan definisi linguistis, Levi-Strauss membatasi symbol sebagai ekuivalen signifikatif dari hal yang ditandakan (signifie), dan yang berasal dari tingkatan realitas lain daripada signifie itu (Budiono Herusatoto, 2001: 154). Maka menurut pendapat di atas, perbedaan antara lambing atau symbol dengan tanda adalah apa yang ada di dalamnya, yaitu makna. Simbol-sombol memliki keterkaitan analogis dengan konsep yang dibawanya. Sedangkan tanda lebih menunjuk pada wujud lahiriah yang dapat diamati, yang tidak memiliki keterkaitan dengan konsep yang ditunjukan oleh keberadaan tanda tersebut. Untuk mempertegas konsep makna sebagai apa yang dibawa oleh simbol, adalah dengan mengikuti Clifford Geerzt yang mendefinisikan konsep makna dalam istilah budaya mengacu kepada apa yang dibawa oleh budaya. Budaya itu sendiri merupakan simbol-simbol yang harus ditafsirkan maknanya (Clifford Geerzt, 2000: 17). Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna merupakan suatu konsep yang dibawa oleh kebudayaan masyarakat dimana kebudayaan itu dipahami sebagai symbol dan

15 berkaitan dengan subjek yaitu masyarakat sebagai pemberi makna tersebut yang dapat ditafsirkan berdasarkan konteksnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna mempunyai arti bahwa makna adalah hasil penafsiran atau interpretasi yang erat hubungannya dengan sesuatu hal atau berang tertentu yang hasilnya relatif bagi penafsiran. Dalam penelitian ini yang dimaksud dalam makna adalah makna dalam simbol sesajen untuk persembahan dalam pelaksanaan upacara Bukakak pada masyarakat Bali di desa Braja Fajar kecamatan Way Jepara kabupaten Lampung Timur. 3. Konsep Sesajen Sesajen merupakan sebuah kewajiban yang pasti ada dalam setiap acara bagi orang yang masih teguh memegang adat sebagai tanda kehormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan gaib (http://id.wikipedia.org/wiki/suku_bali. Diakses 22 Februari 2013. Pukul 19.00), sedangkan sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan ghaib yang berasal dari paranormal atau tetuah-tetuah. Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan (Yayasan Dharma Sarathi, 1989 : 187).

16 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sesajen merupakan sebuah sesajian dalam suatu acara ritual yang dibuat sebagai tanda kehormatan atau tanda syukur yang diberikan oleh masyarakat kepada roh roh atau mahkluk gaib. Sesajen dalam penelitian ini yang dimaksud adalah sesajen yang dibuat oleh masyarakat Bali untuk persembahan dalam pelaksanaan upacara Bukakak di desa Braja Fajar kecamatan Way Jepara kabupaten Lampung Timur. 5. Konsep Upacara Bukakak Bukakak berasal dari kata Lembu dan Gagak, Lembu melambangkan Siwa dan Gagak melambangkan Wisnu. Bukakak merupakan simbul perpaduan antara sekta Siwa, Wisnu dan juga Brahma. Bukakak ini diwujudkan sebagai seekor burung Garuda yang di buat dari daun enau muda yang dalam bahasa local disebut kelapa. Sarana untuk singgasana yang akan naik di atas garuda adalah seekor ayam hitam pulus yang diproses menjadi dua warna yaitu hitam (warna bulu asli) melambangkan Dewa Wisnu, separuh lagi warna putih (Bulu di bersihkan) melambangkan Dewa Siwa, sedangkan ayam itu sendiri adalah simbul Dewa Brahma (Yayasan Dharma Sarathi, 1989:10),sedangkan Pemangku adat menyatakan bahwa Upacara Bukakak adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bali sebagai petani untuk memohon kepada Sang Hyang Widhi untuk menganalisir bumi agar memberikan kesuburan kepada tanah-tanah pertanian mereka supaya hasil panennya berlimpah ruah. Upacara ini hanya dilakukan oleh masyarakat Bali keturunan dari daerah Singaraja, Buleleng. Upacara ini dilakukan 1 tahun sekali dalam bulan purnama (I Wayan Sutapa, wawancara dengan pemangku adat setempat di Desa Braja Fajar Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur: Januari 2013).

17 Kemudian hal senada juga diungkapkan oleh Pemangku Adat lainnya yakni Upacara Bukakak merupakan upacara untuk permohonan kepada Sang Hyang Widhi untuk menganalisir bumi agar memberikan kesuburan kepada lahan pertanian yang akan diolah, agar hasil panennya bisa melimpah luah. Upacara ini dilakukan satu tahun sekali pada bulan purnama yang di ikuti oleh seluruh masyarakat Bali yang mempunyai lahan pertanian. Pelaksanaan upacara ini dilakukan dengan cara membersihkan perlengkapan upacara: upacara Ngusaba Umi di adakan dipura pelinggih. Membuat Dangsil berbentuk segi empat yang terbuat dari pohon pinang, dengan rangkaian bambu dihiasi dengan daun enau tua yang dibuat bertingkat tingkat/berundak-undak seperti anak tangga terdiri dari 7,9 dan 11 tingkat, ini semua melambangkan Tri Murti (Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa). Mengadakan upacara Ngusaba di pura yang terdapat di desa setempat. Upacara Gedenin di pura Subak. Pelaksanaan pembuatan sesajen upacara Bukakak sendiri dilakukan di pura setempat, dalam pembuatannya hanya laki-laki yang berperan dalam memasak, sesaji yang akan dipersembahkan adalah daging ayam. Upacara dilakukan di pura setempat dan dilingkungan persawahan. Upacara ini dilakukan semua warga yang mempunyai lahan pertanian (I Nengah Sudarsono, wawancara dengan pemangku adat setempat di Desa Braja Fajar Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur: Januari 2013). Dari penjelasan di atas dapat di artikan bahwa upacara Bukakak adalah upacara permohonan kepada Sang Hyang Widhi Wasa untuk menganalisir bumi agar selalu menjaga keadaan yang ada dibumi dari barbagai hal-hal yang dapat menganggu kelangsungan dalam mengarap lahan pertanian dari berbagai hama penyakit yang dapat merusak tanaman serta memberikan kesuburan tanah garapan. Bukakak ini menjadi upacara yang selalu dilakukan oleh masyarakat agraris, upacara ini bertujuan untuk permohonan untuk memberikan kesuburan tanah agar hasil panennya bisa berlimpah luah. 6. Konsep Masyarakat Bali Menurut Soerjono Soekanto masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soerjono Sekanto, 1990:164). menurut Josep masyarakat adalah satu kumpulan manusia yang berhubungan

18 secara tepat dan tersusun dalam menjalankan berbagai kegiatan secara kolektif dan merasakan mereka hidup bersama (Josep Roucek, 1994:164). Jadi masyarakat adalah sekumpulan individu (manusia) yang terikat oleh pemikiran, perasaan dan sistem (aturan) yang sama. Disamping adanya sekumpulan individu didalamnya juga terdapat interaksi antar mereka. Jadi bukan sekedar sekumpulan individu. Sekelompok individu hanya akan menghasilkan jamaah ( sekumpulan) saja, bukan masyarakat. Lagi pula yang membentuk masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Masyarakat yang akan diteliti disini adalah masyarakat Bali desa Braja Fajar, menurut Koentjaraningrat bahwa lahirnya masyarakat diawali dengan hubungan tiap-tiap individu yang hanya mencakup kaum keluarga, kerabat dan tetangga dekat saja yang menjadi satu kesatuan. Masyarakat di desa Braja Fajar tentunya masyarakat yang memiliki hukum adat yang hidup dalam masyarakat yang erat hubungannya dengan perilaku budaya dan keagamaan masyarakat. Suku Bali adalah suku bangsa yang mendiami pulau Bali menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklo pediabebas 2012), Sedangkan menurut Bambang Suwondo menyatakan bahwa suku Bali merupakan suatu kolektiva yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaan yaitu kebudayaan Bali ( Bambang Suwondo, 1978:35)

19 Dari penjelasan di atas dapat diambil intisarinya bahwa masyarakat Bali adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi menurut sistem adat atau kebudayaan Bali yang sifatnya terus terikat oleh identitas bersama yaitu kebudayaan Bali. Masyarakat Bali yaitu masyarakat Bali desa Braja Fajar Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur yang mayoritas pekerjaannya sebagai petani. B. Kerangka Pikir Bukakak adalah upacara untuk mengalisir tanah dari berbagai hambatanhambatan yang ada dibumi terhadap lahan pertanian yang akan digarap. Tujuan dari Bukakak ini adalah untuk permohonan Sang Hyang Widhi untuk memberikan kesuburan kepada tanah-tanah pertanian mereka supaya hasil panennya berlimpah ruah. Upacara Bukakak ini merupakan upacara tradisional yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Bali. Dalam pelaksanaan upacara Bukakak ini terdapat beberapa tahap dalam pelaksanaannya yaitu dari tahap pembersihan lahan sampai pengarapan lahan pertanian. Hal ini dilakukan agar dalam pengarapan lahan pertanian ini keadaan bumi kita benar-benar bersih dan memohon kepada Sang Hyang Widhi agar selalu diberikan kelancaran dalam penanaman sampai panen. Dalam pelaksanaan upacara Bukakak terdapat barbagai sesajen yang wajib dipersembahkan untuk arwah leluhur maupun untuk para dewa, sebagai

20 permohonan kepada dewa pencipta alam. Sesajen yang akan di jadikan sebagai persembahan tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan atau mencerminkan latar belakang arwah leluhur atau para dewa. Dari berbagai ragam sesajen tersebut, dapat mengungkapkan tujuan pelaksanaan upacara Bukakak. Ragam sesajen yang terdapat pada pelaksanaan upacara Bukakak dapat diuraikan melalui berbagai jenis sesajen dan warna sesajen yang berbeda, sehingga mempunyai simbol simbol tertentu. Simbol-simbol ini memiliki makna yang penting bagi tujuan dilaksanakan upacara tersebut. B. Paradigma Sesajen Dalam Upacara Bukakak Keunikan Keyakinan Makna Keterangan: : Garis Hubungan : Garis Penjabaran

21 REFERENSI Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta. Jakarta.Hal 203-204. Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Hal 188-189. Ibid. Hal 189. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hal 80. file:///d:/budaya bali_ritarosita.htm. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013. Pukul 19.00. Hal 2. I Nyoman Dhana. 1994. Pembinaan Budaya Dalam Keluarga Daerah Bali. Departemen Pendidikan dan Budaya. Bali.Hal 84. E. Sumaryono. 1993. Hermeneutik sebuah metode filsafat. Kanisius. Yogyakarta. Hal 29-30. Budiono Herusatoto. 2001. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Hanindita. Yoyakarta.Hal 154. Clifford Geertz. 1992. Tafsir Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 7. File:///d:/budaya-adiluhur.com. Diakses pada 19 Februari 2012. Pukul 06.30 AM. Yayasan Dharma Sarathi. 1989. Kitab Weda. Departemen Pendidikan dan Budaya. Bali. Hal 187. Ibid. Hal 10 Wawancara. I Wayan Sutapa, S.Pd. (Pemangku) Pada tanggal 10 Februari 2013 di desa Braja Fajar. Pukul 14.00. Wawancara. I Nengah Sudarsono (Pemangku): Pada tanggal 10 Februari 2013 di desa Braja Fajar. Pukul 19.00.

22 Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Hal 164. Josep Roucek. 1994. Masyarakat dan Adat Budaya. Mandar Maju. Bandung. Hal 765. http://id.wikipedia.org/wiki/suku_bali. Diakses 22 Februari 2013. Pukul 19.00. Bambang Suwondo,. 1978. Pengaruh Migrasi Penduduk Terhadap Perkembangan Kebudayaan Daerah Propinsi Bali. Departemen Pendidikan dan Budaya. Bali. Hal 35.