Seminar Nasional, Universitas Muhammadiyah Malang, 9 Desember 2006 PERBANDINGAN ALTERNATIF DESAIN PERSIMPANGAN JALAN DIPONEGORO PAHLAWAN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI JALAN JEMURSARI DAN RAYA KENDANGSARI

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI JALAN JEMURSARI DAN RAYA KENDANGSARI

STUDI PERBANDINGAN ALTERNATIF DESAIN PERSIMPANGAN AHMAD YANI RAYA JEMURSARI. Abstrak

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI PERUMAHAN JEMUR ANDAYANI. Abstract

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI PERUMAHAN JEMUR ANDAYANI

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

KERUGIAN NILAI WAKTU DAN BOK AKIBAT ON STREET PARKING

ON STREET PARKING DAN KERUGIAN TRANSPORTASI

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

OPTIMASI PERHITUNGAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN SOLVER

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

ANALISIS KINERJA JALINAN JALAN IMAM BONJOL-YOS SOEDARSO PADA BUNDARAN BESAR DI KOTA PALANGKA RAYA

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DESAIN GEOMETRI PERSIMPANGAN DAN AKSES KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan)

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA LALU LINTAS PERSIMPANGAN LENGAN EMPAT BERSIGNAL (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN JALAN WALANDA MARAMIS MANADO)

PERENCANAAN SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG CIUNG WANARA DI KABUPATEN GIANYAR

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jaringan Jalan. B. Simpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

Kajian Lalu Lintas Persimpangan Tak Sebidang di Bundaran Satelit Surabaya

ANALISIS BUNDARAN PADA SIMPANG EMPAT JALAN A. YANI KM 36 DI BANJARBARU. Rosehan Anwar 1)

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

ANALISIS DESAIN GEOMETRI PERSIMPANGAN DAN AKSES KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: SIMPANG PADA RUAS JL. BASUKI RAHMAT KOTA MALANG)

KAJIAN LALU LINTAS PERSIMPANGAN TAK SEBIDANG DI BUNDARAN SATELIT SURABAYA

DESAIN GEOMETRI PERSIMPANGAN DAN AKSES KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

PROGRAM PERHITUNGAN PERSIMPANGAN BERSINYAL BERDASARKAN MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA 1997

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER PASAR KEMBANG DARI SEGI EKONOMI. Disusun oleh: Wahyu Kartika Sari ( )

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN SPREADSHEET

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dampak Pertumbuhan Pariwisata terhadap Lalu Lintas

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

Studi Perbandingan Tundaan Pada Persimpangan Bersinyal Terkoordinasi antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12


Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

Pristiwa Sugiharti 1, Wahyu Widodo 2. 2 Staff Pengajar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG KENTUNGAN-SIMPANG MONJALI YOGYAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

M.Nurhadi,MM,MT PERSIMPANGAN

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

PENGARUH PEMBALIKAN ARAH ARUS LALU LINTAS TERHADAP KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Nonongan Kota Surakarta)

PERBANDINGAN PENGUKURAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN PROGRAM aasidra 2.0 dan MKJI 1997 (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN PAAL 2 MANADO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Studi Kelayakan Pembangunan Flyover Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan Ekonomi Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAN EVALUASI SIMPANG TAK BERSINYAL PADA JALAN IR. H. JUANDA DAN JALAN PAHLAWAN, CIPUTAT*

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 ( ) ISSN:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

KAJIAN PERSEBARAN LALU LINTAS KAWASAN JALAN SEMERU DAN JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Pengurangan Antrian Kendaraan Lampu Lalu Lintas Emmalia Joseph Munasih

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya

ARUS JENUH DAN PANJANG ANTRIAN PADA SIMPANG BERSINYAL ANGKATAN 66 KOTA PALEMBANG

PERHITUNGAN KINERJA BAGIAN JALINAN AKIBAT PEMBALIKAN ARUS LALU LINTAS ( Studi Kasus JL. Kom. Yos Sudarso JL. Kalilarangan Surakarta ) Naskah Publikasi

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

KAJIAN KINERJA LALU LINTAS SIMPANG CILEUNYI TANPA DAN DENGAN FLYOVER

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

Anton Saputra dan Astuti Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB V ANALISIS DATA 5.1 ANALISIS AWAL TANPA PENANGANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI... ABSTRACT... xii. DAFTAR ISI...

KAJIAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL BUNDARAN KECIL DAN SIMPANG TAMBUN BUNGAI DI PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

E:mail :

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan

Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

Perencanaan Sinyal Lampu Lalu Lintas Persimpangan Tiga Lengan Pada Jl.Tanjung Raya II Jl. Panglima Aim Kota Pontianak

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS PERSIMPANGAN SEPANJANG Jl. A. YANI SISI BARAT AKIBAT PEMBANGUNAN FRONTAGE ROAD

MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS AKIBAT PENGOPERASIAN BANDAR UDARA NOTOHADINEGORO JEMBER

dan crossing dengan Ramp TOL Waru Juanda, sehingga terdapat persimpangan seperti pada Gambar 1.2.

Transkripsi:

PERBANDINGAN ALTERNATIF DESAIN PERSIMPANGAN JALAN DIPONEGORO PAHLAWAN SIDOARJO Rudy Setiawan Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya, 60236 (P):031-2983392 (F):031-8417658 rudy@peter.petra.ac.id Abstrak Persimpangan Jalan Pahlawan Diponegoro di Sidoarjo merupakan titik pertemuan berbagai arah pergerakan lalulintas dalam dan antar kota, sehingga pada saat jam puncak sore hari, persimpangan tersebut cenderung sangat padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja persimpangan pada kondisi saat ini (do-nothing) dan membandingkan kinerjanya dengan enam alternatif desain persimpangan untuk 5 hingga 10 tahun mendatang. Pengumpulan data dilakukan melalui survei lalulintas, survei Origin-Destination (OD), dan survei inventarisasi prasarana jalan. Simulasi berbagai alternatif desain persimpangan dilakukan dengan bantuan software TrafikPlan dan KAJI versi 1.1. Dari hasil penelitian terlihat bahwa untuk kondisi do-nothing, diperkirakan tundaan rata-rata akan mencapai 279,66 detik/smp dengan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) mencapai skala F (tahun 2012). Besarnya biaya kerugian yang merupakan gabungan antara Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Nilai Waktu (NW) diperkirakan mencapai Rp. 27,5 milyar/tahun pada tahun 2012. Berdasarkan hasil analisa terhadap enam alternatif desain persimpangan, disimpulkan bahwa alternatif desain yang paling optimum untuk jangka waktu 5 hingga 10 tahun adalah berupa pelebaran beberapa ruas jalan dan merubah waktu siklus traffic light sehingga mengurangi tundaan persimpangan rata-rata menjadi 12,53 detik/smp dengan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) mencapai skala B (tahun 2012), dan besarnya biaya kerugian pada tahun 2012 dapat berkurang hingga menjadi sebesar Rp. 2,75 milyar/tahun. Kata-kata kunci: Kinerja persimpangan, Biaya Operasional Kendaraan, Nilai Waktu. Abstract Jalan Pahlawan Diponegoro Intersection at Sidoarjo is a crowded junction due to major intracity and inter-city traffic movement. This paper aims to analyze existing intersection performance and compare with several alternative design intersection for 5 to 10 years from now. Survey was conduct at peak hour for weekday and weekend, including traffic volume survey, origin-destination survey, and road inventory survey. TrafikPlan and KAJI version 1.1 software were used to analyze the road network and intersection performance. Based on analyze for existing condition (do-nothing) average intersection delay will become 279.66 seconds/pcu with Level of Service F (2012). Total cost include Vehicle Operation Cost and Time Value about 27,5 billions rupiah/year at 2012. Based on simulation for six alternative design intersection and analyzing network and intersection performance, it conclude that the optimum solution for long term period (5 10 years) was road widening near intersection and adjusted cycle time and green time, so the average delay will reduce to 12,53 seconds/pcu with Level of Service B (2012), and total cost will reduce to only 2,75 billions rupiah/year at 2012. Keywords: Intersection Performance, Vehicle Operation Cost, Time Value. PENDAHULUAN Persimpangan Jalan Pahlawan Diponegoro di Sidoarjo merupakan titik pertemuan berbagai arah pergerakan lalulintas dalam kota dan antar kota, sehingga pada saat jam puncak terutama sore hari, persimpangan tersebut cenderung menjadi sangat padat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja persimpangan pada kondisi saat ini (do-nothing) dan membandingkan kinerjanya dengan enam solusi alternatif desain persimpangan untuk 5 hingga 10 tahun mendatang. LANDASAN TEORI Persimpangan jalan adalah daerah / tempat dimana dua atau lebih jalan raya bertemu atau berpotongan, termasuk fasilitas jalan dan sisi jalan untuk pergerakan lalulintas pada daerah itu. Fungsi operasional utama persimpangan adalah menyediakan ruang untuk perpindahan atau perubahan arah perjalanan. Persimpangan merupakan bagian penting dari jalan raya. Oleh karena itu, efisiensi, keamanan, kecepatan, biaya operasional dan kapasitas suatu persimpangan tergantung pada desain dari persimpangan itu sendiri. Potensi Konflik Pergerakan di Persimpangan Pada persimpangan umumnya terdapat empat macam pola dasar pergerakan lalulintas kendaraan yang berpotensi menimbulkan konflik, yaitu: Merging (bergabung dengan jalan utama), Diverging (berpisah arah dari jalan utama), Weaving (terjadi perpindahan jalur / jalinan), dan Crossing (terjadi perpotongan dengan kendaraan dari jalan lain) sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Merging Diverging Weaving Crossing Gambar 1 Pola Pergerakan Dasar Pada Persimpangan Berbagai macam pola pergerakan tersebut akan saling berpotongan sehingga menimbulkan titiktitik konflik pada suatu persimpangan. Sebagai contoh, pada persimpangan dengan empat lengan pendekat mempunyai 32 titik konflik, yaitu 16 titik crossing, 8 titik merging, 8 titik diverging (Gambar 2). DIVERGING MERGING CROSSING DIVERGING MERGING Gambar 2 Titik Konflik Pada Persimpangan Empat Lengan Pendekat dan Bundaran Lalulintas Solusi Mengatasi Konflik di Persimpangan Ada beberapa cara untuk mengurangi konflik pergerakan lalulintas pada suatu persimpangan (Banks, 2002 dan Tamin, 2000), yaitu: Solusi Time-sharing, solusi ini melibatkan pengaturan penggunaaan badan jalan untuk masingmasing arah pergerakan lalulintas pada setiap periode tertentu. Contohnya adalah pengaturan siklus pergerakan lalulintas pada persimpangan dengan sinyal/signalized intersection (Gambar 3). Sumber : Manual Capacitas Jalan Indonesia (1997) Gambar 3 Contoh Siklus Pergerakan Lalulintas Pada Persimpangan Bersinyal 2

` ` ` ` Seminar Nasional, Universitas Muhammadiyah Malang, 9 Desember 2006 Solusi Space-sharing, prinsip dari solusi jenis ini adalah dengan merubah konflik pergerakan dari crossing menjadi jalinan atau weaving (kombinasi diverging dan merging). Contohnya adalah bundaran lalulintas (roundabout) seperti pada Gambar 2. Prinsip roundabout ini juga bisa diterapkan pada jaringan jalan yaitu dengan menerapkan larangan belok kanan pada persimpangan. Dengan adanya larangan belok kanan di suatu persimpangan, maka konflik di persimpangan dapat dikurangi. Untuk itu, sistem jaringan jalan harus mampu menampung kebutuhan pengendara yang hendak belok kanan, yakni dengan melewatkan kendaraan melalui jalan alternatif yang pada akhirnya menuju pada arah yang dikehendaki (Gambar 4). Prinsip tersebut dikenal dengan istilah rerouting (O Flaherty, 1997). Dilarang Belok Kanan Rute Alternatif / Rerouting Sumber : Transportation Planning and Traffic Engineering (O Flaherty, 1997) Gambar 4 Prinsip Rerouting Pada Jaringan Jalan Solusi Grade Separation, solusi jenis ini meniadakan konflik pergerakan bersilangan, yaitu dengan menempatkan arus lalulintas pada elevasi yang berbeda pada titik konflik. Contohnya adalah persimpangan tidak sebidang (Gambar 5). Gambar 5 Persimpangan Tak Sebidang Solusi Peningkatan Kapasitas Ruas Jalan, solusi ini mencakup perubahan fisik ruas jalan sehingga kapasitas ruas jalan dapat ditingkatkan. Contohnya adalah pelebaran atau penambahan lajur. Evaluasi Kinerja Persimpangan Kinerja suatu persimpangan dapat dievaluasi dari besarnya nilai tundaan pada persimpangan tersebut. (Tamin, 2000). di persimpangan adalah total waktu hambatan rata-rata yang dialami oleh kendaraan sewaktu melewati suatu persimpangan. Hambatan tersebut muncul jika kendaraan terhenti karena adanya antrian di persimpangan juga pada saat meninggalkan persimpangan karena adanya pengaruh kapasitas persimpangan yang tidak memadai. Adanya tundaan ini dapat mempengaruhi: waktu tempuh kendaraan, dimana semakin tinggi nilai tundaan maka akan semakin lama pula waktu tempuhnya, dan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) akan mencapai level yang lebih rendah (Tabel 1). Tabel 1. Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) Lalulintas Di Persimpangan Dengan Lampu Lalulintas Indeks Tingkat Pelayanan (ITP per kendaraan (detik) A = 5.0 B 5.1 15.0 C 15.1 25.0 D 25.1 40.0 E 40.1 60.0 F > 60.0 Sumber : Perencanaan dan Pemodelan Transportasi (Tamin, 2000) 3

Biaya Gabungan Biaya gabungan adalah besarnya biaya kerugian yang dialami pengguna jalan akibat kepadatan lalulintas; terdiri dari dua komponen, yaitu Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Nilai Waktu (NW). Biaya Operasional Kendaraan (BOK) adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik kendaraan setiap melakukan pergerakan. Oleh karena itu, jika pada setiap persimpangan atau ruas jalan mengalami tundaan, maka akan mengakibatkan biaya operasional kendaraan bertambah. BOK terdiri dari beberapa komponen (Tamin, 2000) antara lain meliputi, konsumsi bahan bakar, konsumsi minyak pelumas, biaya pemakaian ban, biaya pemeliharaan, yang terdiri dari biaya suku cadang dan biaya montir. Dalam penelitian ini yang dihitung sebagai BOK hanyalah Biaya Konsumsi Bahan Bakar (B KBB ) saja; yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Setiawan, 2002): B KBB /tahun = P x H x 1/%PH x H (1) dimana : P = Perkiraan penggunaan hasil analisa TrafikPlan H = Asumsi harga (Rupiah) %PH = Persentase volume jam puncak terhadap volume lalulintas satu hari Σ H = Jumlah hari kerja/libur dalam satu tahun. Nilai Waktu (NW) adalah sejumlah uang yang disediakan seseorang untuk dikeluarkan (atau dihemat) untuk setiap satu unit waktu perjalanan (Tamin, 2000). Besarnya NW sangat tergantung pada persepsi mengenai seberapa pentingnya waktu yang terbuang untuk melakukan perjalanan tersebut. Untuk mendapatkan nilai waktu suatu daerah, dipilih berdasarkan nilai waktu yang terbesar antara nilai waktu dasar yang dikoreksi menurut lokasi dengan nilai waktu minimum (persamaan 2), dimana faktor koreksi tersebut merupakan perbandingan antara Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita kabupaten lokasi studi dengan PDRB per kapita DKI Jakarta pada tahun yang sama. NW = maksimum {(k x NW dasar), NW minimum} (2) dimana : NW = Nilai Waktu k = faktor koreksi PDRB daerah kajian / PDRB DKI Jakarta (Tabel 3) NW dasar = Nilai Waktu dasar setiap golongan kendaraan (Tabel 2) NW min = Nilai Waktu Minimum (Rupiah/Jam/Kendaraan) (Tabel 4) Tabel 2. Nilai Waktu Dasar Setiap Golongan Kendaraan Rujukan Nilai Waktu (Rupiah/jam/kendaraan) Gol I Gol IIA Gol IIB PT. Jasa Marga (1990 1996) 12,287 18,534 13,768 Padalarang Cileunyi (1996) 3,385-5,425 3,827-38,344 5,716 Semarang (1996) 3,411-6,211 14,541 1,506 IHCM (1995) 3,821 18,212 4,971 PCI (1979) 1,341 3,827 3,152 JIUTR Norhtern Extension (PCI, 1989) 7,061 14,670 3,659 Surabaya Mojokerto 8,880 7,960 7,980 Sumber : Perencanaan dan Pemodelan Transportasi (Tamin, 2000) Tabel 3. PDRB Atas Harga Konstan Tahun 1995 No Lokasi PDRB (juta Rp.) Jumlah Penduduk PDRB per kapita (juta Rp) Nilai Koreksi 1 DKI Jakarta 60,638,217 9,113,000 6.65 1,00 2 Jawa Timur 57,047,812 33,844,000 1.69 0.25 3 Kodya Surabaya 13,231,986 2,694,554 4,91 0,74 Sumber : Perencanaan dan Pemodelan Transportasi (Tamin, 2000) Tabel 4 Nilai Waktu Minimum (Rupiah/Jam/Kendaraan) No Jasa Marga JIUTR Kabupaten / Golongan Golongan Kodya I II A II B I II A II B 1 DKI Jakarta 8,200 12,369 9,188 8,200 17,022 4,246 2 Luar DKI 6,000 9,051 6,723 6,000 12,455 3,107 Sumber : Perencanaan dan Pemodelan Transportasi (Tamin, 2000) 4

Perhitungan Nilai Waktu per tahun menggunakan persamaan sebagai berikut (Setiawan, 2002): NW/tahun = NW SDA x AD/3600 x Q x 1/%PH x H (3) dimana : NW SDA = Nilai Waktu untuk kota Sidoarjo AD = Rata-rata tundaan yang dialami setiap kendaraan hasil analisa TrafikPlan Q = Rata-rata volume setiap ruas jalan dalam daerah studi ) % PH = Persentase volume jam puncak terhadap volume satu hari Σ HK = Jumlah hari dalam satu tahun. Dengan demikian, biaya gabungan merupakan penjumlahan dari Biaya Operasional Kendaraan (dalam hal ini Biaya Konsumsi Bahan Bakar) dengan Nilai Waktu (NW). Biaya Gabungan = B KBB + NW (4) dimana : B KBB = Biaya Konsumsi Bahan Bakar (Rupiah/tahun) NW = Nilai Waktu (Rupiah/tahun) Biaya gabungan untuk kondisi saat ini (do-nothing) dan setiap solusi alternative dihitung berdasarkan kondisi hari kerja dan hari libur. Dengan asumsi bahwa jumlah hari kerja dalam satu tahun sebanyak 250 hari dan hari libur dalam satu tahun sebanyak 100 hari (Sabtu dan Minggu). METODOLOGI Penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur sebagaimana terlihat pada Gambar 6. Idealisasi Jaringan Jalan Model Pemilihan Rute Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Saat Ini Tidak Lalu Lintas dan Matriks Asal-Tujuan Analisa Regresi R 2 1? Ya Desain Optimum? Input Nilai θ dan γ Ubah Nilai θ dan γ Tidak Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Alternatif 1 s/d 6 Ya Perhitungan BOK dan NW Gambar 6 Prosedur Penelitian Pengumpulan data dilakukan melalui survei volume lalulintas, survei Origin-Destination (OD) dengan metode pencatatan license-plate, dan survei inventarisasi prasarana jalan pada saat jam puncak pagi dan sore hari untuk hari kerja dan hari libur. Simulasi berbagai solusi alternatif desain persimpangan dilakukan dengan bantuan software TrafikPlan untuk mengkalibrasi model pemilihan rute dan menganalisa kinerja jaringan jalan dan Kapasitas Jalan Indonesia (KAJI) versi 1.1. untuk menganalisa kinerja persimpangan bersinyal. ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengolahan data hasil survei OD dan survei volume lalulintas, diperoleh Matrik Asal- Tujuan (MAT) dan besaran arus lalulintas pada tiap ruas jalan pada daerah studi sebagaimana terlihat pada Tabel 5 6 dan Gambar 7 8. Tabel 5 Matrik Asal Tujuan Hasil Survei Hari Kerja ) ORIGIN DESTINATION D LB TU GT M in K AY GM JG Σ Origin D 0 40 135 307 48 558 850 425 802 3,165 LB 80 59 27 91 10 176 59 64 12 578 TU 178 39 30 69 19 528 163 190 133 1,349 GT 202 68 42 114 8 554 121 215 233 1,557 M out 70 1 7 18 1 13 33 37 16 195 K 106 14 19 45 15 23 44 72 63 401 AY 492 47 80 123 19 53 0 206 487 1,507 GM 929 92 136 182 36 299 302 0 113 2,089 JG 0 344 0 103 0 241 744 744 0 2,176 Σ Destination 2,057 704 475 1,050 156 2,444 2,318 1,954 1,859 13,017 5

D = Diponegoro LB = Lingkar Barat TU = Teuku Umar GT = Gerbang Tol M out = Mal out K = Krian AY = Ahmad Yani GM = Gajah Mada JG = Jenggolo Tabel 6 Matrik Asal Tujuan Hasil Survei Hari Libur ) ORIGIN DESTINATION D LB TU GT M in K AY GM JG Σ Origin D 0 222 106 427 69 725 444 571 192 2,756 LB 76 18 9 126 10 248 39 39 27 592 TU 247 22 0 136 19 187 93 95 79 879 GT 421 82 72 288 57 926 195 366 245 2,652 M out 31 8 5 30 0 1 11 20 2 109 K 268 37 52 107 37 50 112 183 124 971 AY 582 47 169 215 37 62 0 226 1,138 2,475 GM 782 47 47 307 55 155 283 0 65 1,742 JG 0 12 0 4 0 9 0 1,050 0 1,074 Σ Destination 2,406 494 460 1,641 285 2,364 1,177 2,549 1,871 13,248 D = Diponegoro LB = Lingkar Barat TU = Teuku Umar GT = Gerbang Tol M out = Mal out K = Krian AY = Ahmad Yani GM = Gajah Mada JG = Jenggolo 918 GERBANG TOL U 145 481 204 470 1711 412 918 JENGGOLO 515 494 1412 LINGKAR BARAT 145 481 84 11 CIPTO MANGUNKUSUMO 1552 918 494 494 2555 515 3070 710 702 2373 702 698 2019 PAHLAWAN TEUKU UMAR 83 594 672 147 2115 THAMRIN 3605 122 1632 1916 AHMAD YANI KRIAN PERUMAHAN MUTIARA INDAH 147 157 3445 D SISINGA 594 MANGARAJA 594 2502 GAJAH MADA DI LUAR DAERAH KAJIAN 2953 KH. MUKMIN 2502 2502 Gambar 7 Sketsa Kondisi Persimpangan Saat Ini dan Lalulintas Hasil Survei Hari Kerja ) GERBANG TOL 2087 1103 1007 3094 965 1145 1292 1145 965 2799 2799 KRIAN 1802 U 1802 LINGKAR BARAT 2461 316 572 PERUMAHAN MUTIARA INDAH PAHLAWAN 1659 96 1434 2073 316 2245 319 TEUKU UMAR 165 289 27 74 74 74 MAL 96 27 427 151 3991 D 316 CIPTO MANGUNKUSUMO 1064 194 1882 THAMRIN 3714 SISINGA MANGARAJA 275 1988 1064 53 16931064 2012 275 2801 JENGGOLO AHMAD YANI GAJAH MADA DAERAH DI LUAR KAJIAN 3667 KH MUKMIN 3068 6

Gambar 8 Sketsa Kondisi Persimpangan Saat Ini dan Lalulintas Hasil Survei Hari Libur ) Selanjutnya dilakukan simulasi model pemilihan rute dengan menggunakan software TrafikPlan. untuk mendapatkan nilai dua parameter utama model pemilihan rute, yaitu : Path Diversion Factor (θ), dan Travel Time Variability Factor (γ) Path Diversion Factor (θ), adalah parameter untuk mengatur penyebaran pergerakan pada beberapa rute alternatif. θ = 0, artinya pergerakan kendaraan menyebar rata pada jaringan jalan, sedangkan jika θ = 10 berarti bahwa pergerakan kendaraan berusaha untuk mencari rute / jalur terpendek (shortest path). Travel Time Variability Factor (γ), adalah parameter untuk mendefinisikan variasi pemahaman setiap pelaku pergerakan terhadap rata-rata waktu perjalanan yang sesungguhnya. γ = 0, berarti bahwa pelaku pergerakan benar-benar memahami rute yang dilaluinya. Untuk mendapatkan nilai optimum dari kedua parameter tersebut, dilakukan proses kalibrasi untuk menaksir nilai parameter θ dan γ model pemilihan rute yang diharapkan mempunyai tingkat kesesuaian dengan realita di lapangan (kondisi do-nothing) dimana indikator yang dipergunakan adalah koefisien determinasi R 2 1. Hasil kalibrasi berupa nilai θ = 6 dan γ = 0 untuk hari kerja (R 2 = 0,8804), dan nilai θ = 2 dan γ = 0 untuk hari libur (R 2 = 0,9202) selanjutnya dipergunakan untuk melakukan simulasi pemilihan rute pada tahun 2007 dan 2012 dengan asumsi faktor pertumbuhan lalulintas sama dengan faktor pertumbuhan ekonomi kota Sidoarjo sebesar 3,66% (PDRB Sidoarjo, 2002). Hasil analisa kinerja jaringan jalan dan persimpangan pada kondisi do-nothing seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kinerja Jaringan Jalan dan Persimpangan Kondisi Do-Nothing Tahun 2002, 2007 dan 2012 PARAMETER JARINGAN JALAN KONDISI HARI KERJA KONDISI HARI LIBUR 2002 2007 2012 2002 2007 2012 Lalulintas smp/jam 1,542 1,853 2,230 1,658 1,972 2,350 km/jam 45.1 41.7 40.9 42.5 40.2 38.7 detik/smp 3.6 4.6 5.0 4.2 5.2 6.3 V / C 0.3 0.3 0.4 0.3 0.3 0.4 Kebisingan dba 77.5 78.3 78.9 77.2 77.8 78.3 Emisi CO kg/jam 12.5 15.8 19.4 12.3 15.9 20.8 Pemakaian liter/jam 84.8 105.9 129.3 86.5 109.5 139.4 Congestion Ratio 0.50 0.80 0.80 0.80 0.90 1.00 PARAMETER PERSIMPANGAN detik/smp 32.72 125.70 241.10 52.39 149.53 279.66 Indeks Tingkat Pelayanan D F F E F F Solusi Alternatif Desain Persimpangan Berdasarkan hasil analisa kondisi do-nothing (Tabel 7), maka dibuat beberapa solusi alternatif desain persimpangan untuk meminimalkan tundaan sebagaimana terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan Berbagai Solusi Alternatif Desain Persimpangan Solusi Alternatif Peningkatan Kapasitas Prasarana Rekayasa & Manajemen Lalulintas 1 Pelebaran beberapa ruas jalan Siklus Traffic Light (TL) sama dengan do-nothing 2 Sama dengan kondisi do-nothing Perubahan siklus TL (Pahlawan 31 detik, Teuku Umar 21 detik) 3 Pelebaran beberapa ruas jalan Perubahan siklus TL (Pahlawan 31 detik, Teuku Umar 21 detik) 4 Pelebaran beberapa ruas jalan Perubahan siklus TL (Pahlawan 36 detik, Teuku Umar 16 detik) 5 Flyover Pahlawan - A.Yani & Gajah Mada Tanpa TL 6 Pelebaran beberapa ruas jalan Rerouting, Teuku Umar-Thamrin-Gajah Mada-Sisingamangara-Diponegoro Pelebaran yang dimaksud pada alternatif 1, 3, 4 dan 6 pada Tabel 8 adalah sesuai dengan rencana dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Sidoarjo dan berdasarkan kajian situasi di lapangan Berdasarkan rencana Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (Gambar 9), Penambahan satu lajur pada masing-masing arah sepanjang jalan Pahlawan (P) sebelum rel kereta api, dimulai setelah bundaran di depan GOR Delta Sidoarjo. Penambahan satu lajur untuk jalan Pahlawan (P) setelah rel kereta api ke arah persimpangan Diponegoro Pahlawan, sehingga jumlah lajur untuk arah tersebut menjadi tiga lajur, dimana satu lajur untuk kendaraan yang berbelok ke arah jalan Teuku Umar (TU) dan dua lajur lainnya untuk kendaraan yang akan lurus ke jalan Thamrin (T). 7

Penambahan satu lajur untuk arah ke jalan Sultan Agung (SA) dari jalan Teuku Umar, sehingga jumlah lajur di jalan Teuku Umar (TU) menjadi empat lajur, yaitu satu lajur untuk kendaraan yang akan menuju ke jalan Sultan Agung (SA), dan dua lajur untuk kendaraan yang akan ke jalan Diponegoro, sedangkan satu lajur digunakan untuk kendaraan yang berbelok ke jalan Thamrin (T). Di jalan Thamrin (T), dilakukan penambahan dua lajur jalan, masing-masing di sisi kiri dan di sisi kanan, sehingga jumlah lajur di jalan Thamrin (T) menjadi lima lajur tanpa parkir. Berdasarkan hasil analisa data pergerakan kendaraan (turning movement), maka disarankan untuk melakukan pelebaran pada ruas jalan Sisingamangaraja (SSM), jumlah lajur ditambah dari 2 lajur menjadi 3 lajur tanpa parkir. GT U JG SA LB P TU AY K M D GM SSM PELEBARAN SATU LAJUR MEDIAN JALAN Keterangan : GT = Gerbang Tol K = Krian LB = Lingkar Barat JG = Jenggolo SA = Sultan Agung TU = Teuku Umar P = Pahlawan AY = Ahmad Yani GM = Gajah Mada D = Diponegoro SSM = Sisingamangaraja M = Mal Sidoarjo Gambar 9 Sketsa Rencana dan Usulan Pelebaran Ruas Jalan GT U JG SA LB P TU AY K M GM JEMBATAN LAYANG SSM PELEBARAN SATU LAJUR MEDIAN JALAN Keterangan : GT = Gerbang Tol K = Krian LB = Lingkar Barat JG = Jenggolo SA = Sultan Agung TU = Teuku Umar P = Pahlawan AY = Ahmad Yani GM = Gajah Mada D = Diponegoro SSM = Sisingamangaraja M = Mal Sidoarjo Gambar 10 Sketsa Solusi Alternatif 5 (Flyover) 8

GT U JG SA LB P TU AY K M D GM PELEBARAN SATU LAJUR MEDIAN JALAN SSM Keterangan : GT = Gerbang Tol K = Krian LB = Lingkar Barat JG = Jenggolo SA = Sultan Agung TU = Teuku Umar P = Pahlawan AY = Ahmad Yani GM = Gajah Mada D = Diponegoro SSM = Sisingamangaraja M = Mal Sidoarjo Gambar 11 Sketsa Solusi Alternatif 6 (Rerouting) Tabel 9 memperlihatkan hasil analisa kinerja jaringan jalan untuk setiap solusi alternatif. Desain Persimpangan Tabel 9 Perbandingan Kinerja Jaringan Hasil Simulasi Tahun 2002, 2007 dan 2012 KONDISI HARI KERJA KONDISI HARI LIBUR Tahun 2002 Tahun 2007 Tahun 2012 Tahun 2002 Tahun 2007 Tahun 2012 Do-Nothing 1,542 45.1 1,853 41.7 2,230 40.9 1,658 42.5 1,972 40.2 2,350 38.7 Alternatif 1 1,569 47.7 1,866 45 2,243 43.2 1,711 46.2 2,061 42.7 2,422 41.3 Alternatif 2 1,551 44.1 1,551 41.3 2,230 40.6 1,706 43.5 2,008 41.4 2,383 39.3 Alternatif 3 1,569 46.2 1,866 44.1 2,239 43.3 1,710 44.5 2,056 42.4 2,430 40.6 Alternatif 4 1,569 47.1 1,866 45.4 2,239 44.5 1,711 45.2 2,063 43 2,430 40.6 Alternatif 5 894 61.7 1,131 59.2 1,366 59.2 855 63.2 1,024 61.6 1,258 60.5 Alternatif 6 1,523 54.9 1,812 54.1 2,178 50.1 1,660 52.8 1,987 49.9 2,379 44.8 Do-Nothing 3.6 0.3 4.6 0.3 5.0 0.4 4.2 0.3 5.2 0.3 6.3 0.4 Alternatif 1 2.7 0.2 4.4 0.3 5.4 0.3 2.7 0.3 4.1 0.4 6.0 0.4 Alternatif 2 3.9 0.2 5.2 0.3 5.5 0.4 3.8 0.3 4.7 0.3 5.8 0.4 Alternatif 3 2.8 0.2 3.5 0.3 3.9 0.3 3.2 0.3 4.2 0.3 5.6 0.4 Alternatif 4 2.7 0.2 3.3 0.3 3.7 0.3 3.0 0.3 3.9 0.3 5.9 0.4 Alternatif 5 3.3 0.1 4.0 0.1 4.0 0.2 2.8 0.1 3.3 0.1 3.5 0.2 Alternatif 6 5.3 0.2 5.5 0.3 7.0 0.3 6.0 0.2 8.0 0.3 12.3 0.3 Bising (dba) Emisi CO Bising (dba) Emisi CO Bising (dba) Emisi CO Bising (dba) Emisi CO Bising (dba) Emisi CO Bising (dba) Emisi CO Do-Nothing 77.5 12.5 78.3 15.8 78.9 19.4 77.2 12.3 77.8 15.9 78.3 20.8 Alternatif 1 77.5 12.5 78.3 15.8 79.0 20.1 77.2 12.3 77.8 15.8 78.3 20.8 Alternatif 2 77.5 12.5 78.3 15.8 78.9 19.4 77.2 12.3 77.8 15.9 78.3 20.8 Alternatif 3 77.5 12.5 78.3 15.8 78.9 19.5 77.2 12.3 77.8 15.9 78.3 20.8 Alternatif 4 77.5 12.5 78.3 15.8 79.0 20.0 77.2 12.3 77.8 15.9 78.3 20.8 Alternatif 5 77.9 17.7 78.7 23.0 79.1 28.6 78.4 20.2 78.9 26.6 79.5 35.0 Alternatif 6 78.6 22.7 79.4 31.2 79.9 39.9 78.8 25.1 79.5 33.8 80.2 49.1 CR CR CR Do-Nothing 84.8 0.5 105.9 0.8 129.3 0.8 86.5 0.8 109.5 0.9 139.4 1.0 Alternatif 1 84.8 0.4 105.9 0.5 133.1 0.6 86.5 0.3 109.5 0.8 139.4 1.1 Alternatif 2 84.8 0.6 105.9 0.8 129.3 0.8 86.5 0.7 109.5 0.8 139.4 0.9 Alternatif 3 84.8 0.5 105.9 0.6 130.0 0.6 86.5 0.6 109.5 0.8 139.4 1.0 Alternatif 4 84.8 0.4 105.9 0.5 132.4 0.5 86.5 0.7 109.5 0.9 139.4 1.0 Alternatif 5 121.1 0.3 154.1 0.4 189.3 0.4 139.7 0.3 179.2 0.3 229.5 0.4 Alternatif 6 152.2 0.5 204.7 0.5 256.9 0.6 169.5 0.6 222.2 0.3 306.5 1.1 CR CR CR 9

Dengan melihat nilai tundaan untuk tahun 2002, 2007 dan 2012, dan didukung parameter lainnya yang menunjukkan nilai lebih baik dibandingkan dengan kondisi do-nothing seperti terlihat pada Tabel 9. Maka solusi alternatif 3, 4 dan 5 merupakan solusi alternatif yang dianggap optimum. Selanjutnya ketiga solusi alternatif tersebut dibandingkan dengan kondisi do-nothing dalam hal besarnya biaya kerugian yang merupakan gabungan antara Biaya Konsumsi Bahan Bakar (B KBB ) dan Nilai Waktu (NW) dengan hasil sebagaimana terlihat pada Gambar 12. BIAYA KERUGIAN GABUNGAN (JUTA RP/TAHUN) 22,000 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 2002 2007 2012 HARI KERJA HARI LIBUR 0 Do-nothing Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif 5 Do-nothing Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif 5 Do-nothing Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif 5 Gambar 12 Perbandingan Biaya Gabungan Untuk Kondisi Hari Kerja dan Kondisi Hari Libur KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Jika pada persimpangan Jalan Pahlawan Diponegoro tidak dilakukan perubahan apapun sebagaimana adanya pada saat ini (kondisi do-nothing) maka pada tahun 2012 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) akan mencapai level F, tundaan rata-rata mencapai 279,66 detik/smp (sekitar 4,5 menit/smp), dan biaya gabungan diperkirakan mencapai Rp. 27,5 milyar per tahun. Untuk solusi jangka menengah (5 s/d 10 tahun) sebaiknya menggunakan gabungan solusi alternatif 3 dan 4, sehingga ITP dapat dipertahankan pada level B, tundaan rata-rata mencapai 12,53 detik/smp, dan besarnya biaya gabungan pada tahun 2012 dapat ditekan hingga mencapai Rp. 2,75 milyar per tahun. Sedangkan untuk solusi jangka panjang (> 10 tahun) sebaiknya menggunakan solusi alternatif 5, sehingga tundaan rata-rata berada pada kisaran 14,11 detik/smp, dan besarnya biaya gabungan pada tahun 2012 dapat ditekan hingga mencapai Rp. 3,8 milyar per tahun. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo. Produk Domestik Regional Bruto 2000. Sidoarjo: BPS, 2001. Banks, J.H. Introduction to Transportation Engineering, 2 nd ed. New York : McGraw-Hill, 2002. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta : Dirjen Bina Marga, 1997. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga. Rekapitulasi Analisa Harga Satuan Tahun Anggaran 2003. Sidoarjo : Dinas PU Bina Marga, 2003. O Flaherty, C.A., Transportation Planning and Traffic Engineering, London : Hodder Headline Group, 1997. Robertson, H.D, et al. Manual of Transportation Engineering Studies. London : Prentice Hall, 1994. Setiawan, R.. Studi Perbandingan Alternatif Desain Persimpangan Ahmad Yani Raya Jemursari. Simposium V FSTPT Universitas Indonesia, Depok 2002. Tamin, O.Z. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, 2 nd ed. ITB, Bandung, 2000. 10