Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Analisis. V.1 Persiapan Pengujian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab IV Perancangan dan Implementasi

PENINGKATAN INTEGRITAS BASIS DATA SPASIAL PBB MELALUI PENERAPAN ENTERPRISE RULE TESIS SUNARYO NIM :

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

PT Cartenz Technology International

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

Pertemuan I Pengenalan MapInfo

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Data Ketelitian Data Terkait Kedetailan Informasi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

Administrasi Basis Data. Integritas Data. Yoannita

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

MODUL 4 MENGHUBUNGKAN DATABASE DENGAN PETA

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 4.47 Informasi Peta DampakMei Gambar 4.48 Informasi Peta Dampak Mei 2008 sampai Juni Gambar 4.49 Peta wilayah dampak

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI?

Bab 3. Metode Perancangan

Pertemuan 10 Pengaturan Symbology dan Label Peta Tematik Pada Software Arc GIS 10.1

PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN

Konfigurasi File *.Map. Arif Basofi

Esther Wibowo -

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas

DIGITASI on screen Using Autodeskmap software.

Geoprocessing adalah kemampuan GIS untuk analysis data dan mengaplikasi fungsi-fungsi pada data spasial.

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial

Bentuk Primitif. Esther Wibowo -

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PENGENALAN APLIKASI ILWIS

LAYERING INFORMASI PETA DAN TABULASI UNTUK INFORMASI KEPADATAN LALU LINTAS

BAB II MEMBUAT OBJEK DASAR PADA GIMP

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

jumlah keluarga, dan jumlah rumah. Data diambil dari hasil sensus potensi desa yang dilakukan BPS tahun 1996, 1999, 2003, dan 2006.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

LINGKUNGAN DATABASE LANJUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBUATAN APLIKASI DESKTOP GIS DATA PERTANAHAN. Tabel 3.1 Analisis Kebutuhan Terhadap Kebijakan

3.1 Pelajaran: Bekerja dengan Data Vektor

Dasar-dasar ArcMap. Dr. Ir. Sudarto, MS Sativandi Riza, SP., MSc Aditya Nugraha Putra, SP., MP Christanti Agustina, SP., MP Yosi Andika, SP

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

Tujuan. Data dan SIG. Arna fariza. Mengerti data dan informasi Mengerti tentang sistem informasi geografis 3/8/2016

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW

Penggunaan pgrouting Algoritma A-Star Untuk Rute Jalur Jalan Kendaraan Angkut di Wilayah Tambang Terbuka

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE. Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL.

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Update. Merupakan suatu proses memperbaharui, memperbaiki, serta menambahkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem

Modeling Analisis Konstruksi Perancangan Penyebaran dan Feedback HASIL DAN PEMBAHASAN Komunikasi dengan Kustomer

III. KEGIATAN KERJA PRAKTEK

BAB IV ATRIBUT OUTPUT PRIMITIF

PT Cartenz Technology International

BAB I PENDAHULUAN. spasial atau koordinat-koordinat geografi. Sistem Informasi Geografis memiliki

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

BAB III PEMBANGUNAN PRE-DISASTER MAP BERBASIS WEB

c. Drawing Toolbar digunakan untuk menggambar data spasial atau mendigitasi pada lembar digitasi MapInfo.

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

PENDAHULUAN. Halaman 1 Dari 19

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara.

Thomas Maman Sudirman The Highlander

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom

PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM REGISTRASI NASIONAL USER UMUM

SISTEM IFORMASI GEOGRAFI

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. data spasial berupa peta tematik Kotamadya Jakarta Barat tentang lokasi BTS yang

MODUL 2 PENGENALAN DAN PENGGUNAAN TOOLS MAPINFO

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

18.1 Hasil Untuk Menambahkan Layer Pertama Anda Hasil Untuk Gambaran Umum Antarmuka

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN

Model Data GIS. Arif Basofi PENS 2014

LAMPIRAN II SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR : SE-104 /PJ/2009 TENTANG : PELAKSANAAN CETAK MASSAL SPPT, STTS, DAN DHKP PBB TAHUN 2010.

17.2 Pengertian Informasi Geografis

Transkripsi:

Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan III.1 Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting Basis data spasial PBB menggunakan model data spasial vektor non topologi yang dikelompokkan menjadi beberapa layer. Berdasarkan Keputusan DJP nomor 533/PJ/2000, basis data spasial untuk keperluan SI PBB terdiri dari 10 layer yaitu: bidang, bangunan, jalan, sungai, simbol, text, blok, batas kelurahan, batas kecamaatan, batas kabupaten/kota. Kemudian sejak tahun 2000, basis data spasial PBB bertambah satu layer yaitu layer batas provinsi. Struktur layer basis data spasial PBB dapat dilihat pada tabel III.1. Sedangkan model konseptualnya dapat dilihat pada gambar III.1. Tabel III.1 Struktur layer basis data spasial PBB No Nama Layer Properti 1 Bidang Tipe: polygon Border style: garis penuh Color: hitam Width: 0,17 mm 2 Bangunan Tipe: polygon Fill Pattern: 5 Foreground: 7 Border Style: garis putus-putus Color: hijau Width: 0,17 mm 3. Jalan Tipe: polyline Color: merah Linestyle: garis penuh Width : 0,17 mm 4. Sungai Tipe: polyline Color: biru Linestyle: garis penuh Width: 0,17 mm 5. Text Tipe: - Color: merah Font type: italic Width : 0,17 mm 6. Batas Blok Tipe: polygon Border style: 13 Color: biru Width : 0,25 mm 7. Batas Kelurahan Tipe : polygon Border style : garis penuh Color : hijau Width : 0,25 mm 22

23 Tabel III.1 Struktur layer basis data spasial PBB (lanjutan) No Nama Layer Properti 8. Simbol Tipe : point 9. Batas Kecamatan Tipe : polygon Border style : garis putus-putus Color : hitam Width : 1 mm 10. Batas Kabupaten Tipe : polygon Border style : garis positif Color : hitam Width : 1 mm mengandung propinsi kota mengandung kecamatan jalan berada pada mengandung garis sungai berada pada kelurahan garis titik simbol berada pada mengandung bidang berada pada blok bangunan mengandung Keterangan simbol : Nama entiti Hubungan spasial Indikator topologi Indikator koordinat X,Y Objek spasial ambar III.1 Model konseptual basis data spasial PBB

24 Sejak awal pengembangan SI PBB sampai saat ini, basis data spasial PBB dikelola menggunakan perangkat lunak MapInfo. Basis data tersebut disimpan dalam server SI yang berada di bawah Seksi Pendataan dan Penilaian di KP PBB. Pada server SI PBB, basis data spasial diletakkan pada Folder SIPBB di dalam salah satu drive yang ada pada server tersebut. Selanjutnya folder tersebut di-share, sehingga komputer-komputer klien dapat mengakses data spasial melalui jaringan komputer lokal. Agar komputer klien bisa digunakan untuk menampilkan data atau mengubah data spasial maka pada komputer klien harus diinstal perangkat lunak MapInfo. Akses terhadap basis data spasial dan atribut pada SI PBB dapat dilihat pada gambar III.2. ambar III.2 Akses terhadap basis data spasial dan atribut pada SI PBB Perubahan (entri) basis data spasial PBB baik penambahan, pemutakhiran ataupun penghapusan data dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu menggunakan aplikasi SI PBB dan menggunakan MapInfo. Aplikasi SI PBB digunakan untuk melakukan perubahan data yang sifatnya rutin dan itensitasnya tinggi yaitu data spasial bidang dan bangunan. Sedangkan MapInfo biasanya digunakan untuk pembentukan basis data spasial baru dalam wilayah tertentu atau perubahan data spasial lainnya selain bidang dan bangunan. Akan tetapi cara ini juga bisa digunakan untuk melakukan perubahan data spasial bidang dan bangunan.

25 MapInfo sebagai perangkat lunak pengelola basis data spasial PBB mempunyai banyak kelemahan karena kurangnya fasilitas pada perangkat lunak tersebut. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya: tidak dapat melakukan kontrol terhadap kewenangan pemakai; tidak ada mekanisme akses untuk banyak pemakai; tidak mampu mengontrol kebenaran ID dan keberadaan objek data spasial; tidak mampu menjaga konsistensi hubungan spasial antar objek dalam layer dan antar layer; tidak bisa mencegah kesalahan pemilihan datum dan sistem proyeksi. Beberapa kelemahan diatas dapat mengakibatkan berbagai permasalahan yang dapat menganggu kegiatan operasional SI PBB. Beberapa permasalahan diatas terkait dengan permasalahan integritas data pada basis data spasial. Sebagian integritas data pada basis data spasial PBB saat ini dijaga melalui aplikasi dan pemakai SI PBB. III.2 Permasalahan Yang Ada Permasalahan-permasalahan yang diakibatkan beberapa kelemahan perangkat lunak pengelola basis data spasial PBB yang saat ini terjadi adalah: (1). Kesalahan ID Data Spasial Proses entri data spasial menggunakan MapInfo dilakukan melalui dua tahapan yaitu entri objek data spasial dan entri ID-nya. Proses entri objek data spasial biasanya dilakukan terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan entri ID-nya dengan menggunakan perintah update kolom untuk mengisi bagian nilai kolom yang sama secara bersamaan, setelah itu dilakukan perbaikan tiap-tiap baris datanya. Contohnya untuk mengisi kolom NOP yang merupakan ID objek pada layer bidang dilakukan update kolom sampai dengan kode kelurahan (10 digit), setelah itu dilakukan perbaikan tiap-tiap baris dengan menambahkan kode blok, nomor urut dan kode jenis objek pajak. Pada proses entri ID tersebut sering terjadi pengguna SI tidak mengisi NOP dengan lengkap bahkan ada juga NOP yang kosong. Kejadian ini juga mungkin terjadi

26 untuk entri ID data spasial lainnya, diantaranya: nomor bangunan, nama jalan, nama sungai, kode kelurahan. Contoh kesalahan ID data spasial dapat dilihat pada gambar III.3. ambar III.3 Contoh kesalahan ID data spasial (NOP < 18 digit) (2). Objek data spasial tidak ada (null) Proses entri data spasial menggunakan menggunakan Map Info memungkinkan terjadinya objek data spasial yang kosong (tidak ada/null), walaupun ID datanya sudah dientri. Hal ini terjadi ketika pengguna SI melakukan entri ID data terlebih dahulu tetapi tidak melakukan entri objek data spasial. Kemungkinan lainnya adalah pengguna SI dengan sengaja hanya melakukan entri ID datanya saja supaya SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) bisa dicetak. Contoh data spasial yang objeknya tidak ada (null) dapat dilihat pada gambar III.4.

27 (a) (b) ambar III.4 Contoh data spasial tidak ada: (a). Objek kosong (null) pada layer bidang. (b). Objek kosong (null) pada layer jalan (3). Kesalahan jenis representasi objek Basis data spasial PBB saat ini terdiri dari 11 layer yang masing-masing mempunyai jenis representasi objek tertentu yaitu point (titik), polyline (garis) dan polygon (area). Pada perangkat lunak MapInfo tidak ada fasilitas untuk menjaga objek-objek satu layer mempunyai jenis representasi objek yang sama. Kekurangan tersebut menyebabkan data yang dientri oleh pengguna

28 SI tidak dilakukan validasi jenis representasi objeknya, hal tersebut memungkinkan adanya objek pada layer yang salah jenis representasi objeknya. Misalnya representasi objek pada layer bidang yang seharusnya polygon bisa dientri polyline karena terdapat gap/undershoot atau adanya missing segment. Contoh kesalahan jenis representasi objek data spasial PBB dapat dilihat pada gambar III.5. ambar III.5 Contoh kesalahan representasi objek bidang (terdapat duplicate line) (4). Kesalahan penempatan objek pada layer Kesalahan ini terjadi karena kesalahan penempatan objek pada layer saat entri data spasial. Kesalahan penempatan objek pada layer akan sulit dideteksi apabila terjadi pada objek-objek layer dengan jenis representasi objek yang sama. Contoh yang saat ini masih terjadi pada basis data spasial PBB diantaranya: Objek jalan dan sungai berada pada layer bidang (ambar III.6) objek jalan berada pada layer sungai objek bidang berada pada layer bangunan atau sebaliknya.

29 ambar III.6 Contoh kesalahan penempatan objek pada layer (jalan dan sungai berada pada layer bidang) (5). Kesalahan hubungan spasial objek dalam satu layer dan antar layer Objek-objek pada layer dalam basis data spasial PBB seharusnya mempunyai hubungan spasial tertentu, baik dalam satu layer maupun antar layer. Terdapat 7 layer dalam basis data spasial PBB yang seharusnya mempunyai hubungan spasial berupa mengandung (contain) dengan model hirarki (bertingkat). Layer-layer tersebut adalah layer provinsi sampai dengan kelurahan diikuti area blok, bidang dan bangunan. Contoh lain hubungan spasial yang seharusnya terjadi pada objek-objek dalam basis data spasial PBB adalah: objek pada layer bidang mempunyai hubungan tidak boleh berpotongan (overlap) dengan objek pada layer bidang itu sendiri dan objek pada layer lainnya, objek pada layer jalan dengan objek pada layer bangunan mempunyai hubungan terpisah (disjoint) atau bersebelahan (touch). Pada basis data spasial PBB banyak ditemukan objek-objek pada layer dengan hubungan spasial yang tidak seharusnya, diantaranya: overlap antar objek pada layer bidang, overlap antara objek pada layer bangunan dengan objek pada layer bidang, objek pada layer layer bidang berpotongan dengan objek pada layer jalan atau objek pada layer sungai. Kesalahan hubungan spasial bisa disebabkan oleh kondisi geometri dan topologi objek, dan kesalahan penerapan hubungan spasial objek pada satu layer atau antar layer (hubungan spasialnya tidak logis). Contoh kesalahan hubungan spasial pada data spasial PBB dapat dilihat pada gambar III.7.

30 (a). overlap antar objek pada layer bidang (b). Objek pada layer blok berada di luar area kelurahan

31 (c). Objek pada layer bangunan melewati batas bidangnya ambar III.7 Contoh kesalahan hubungan spasial objek layer dalam dan antar layer (6). Kesalahan Pemilihan Sistem Proyeksi Sistem Proyeksi yang digunakan dalam SI PBB adalah Universal Transverse Mercator/UTM dengan datum DN 1995 yang diadopsi dari WS '84 dengan zona sesuai lokasinya (DJP, 2000). Seringkali terjadi pengguna SI tidak memilih sistem proyeksi yang telah ditetapkan. Selain itu juga banyak terjadi kesalahan penentuan zona dari sistem proyeksi UTM. III.3 Dampak Permasalahan Permasalahan-permasalahan diatas dapat mengakibatkan informasi yang dihasilkan dari analisis data spasial PBB menjadi salah. Analisis tersebut bisa dilakukan terhadap data spasial saja atau gabungan data spasial dan atribut PBB. Beberapa contoh dampak kesalahan informasi yang dihasilkan dari basis data spasial PBB yang saat ini terjadi, diantaranya: 1. Program geocoding (pencetakan SPPT berdasarkan data spasial) tidak dapat dilaksanakan dengan benar.

32 2. Kesalahan penentuan ZNT (Zona Nilai Tanah) terhadap bidang tertentu yang mengakibatkan kesalahan penghitungan NJOP. Hal ini bisa terjadi karena data spasial bidang tidak berada pada blok yang seharusnya. 3. Kesalahan penghitungan luas bidang atau bangunan berdasarkan data spasial pada suatu wilayah tertentu karena adanya objek data spasial yang tidak ada (null), kesalahan bentuk geometri atau kesalahan representasi objek dari layer bidang atau bangunan. 4. Kesalahan output berbagai peta tematik (peta tematik ZNT, peta tematik kelas tanah dan bangunan, peta tematik jenis penggunaan tanah) 5. Kemungkinan kegagalan penggabungan basis data spasial PBB mulai dari tingkat kelurahan sampai dengan tingkat nasional karena kesalahan registrasi sistem proyeksi dan datum yang digunakan serta kesalahan penempatan objek pada layer. III.4 Solusi Pemecahan Permasalahan Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada harus segera dilakukan tindakan yang dapat menjadi solusi agar kegiatan operasional SI PBB dapat berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini dicoba tindakan penerapan enterprise rule pada basis data spasial PBB sebagai alternatif solusi pemecahan. Pada basis data atribut enterprise rule digunakan untuk membuat model data konseptual. Kemudian model data konseptual ditransformasikan menjadi model data fisikal sesuai SMBD yang akan digunakan. Sehingga enterprise rule basis data atribut bisa diterapkan ke dalam SMBD. Penerapannya secara benar dan konsisten akan dapat menjaga semua data dalam SMBD sesuai dengan aturanaturannya sehingga kualitas dan integritasnya dapat terjaga (Elmasri dan Navathe, 2000). Sampai saat ini belum ada aturan dari DJP yang secara tegas menjelaskan aturanaturan penanganan data spasial PBB. Aturan-aturan yang dimaksud diantarannya mengenai definisi entitas data spasial, hubungan-hubungan entitas data spasial dan aturan operasional terhadap entitas-entitas data spasial yang ada. Aturanaturan tersebut sering dikenal dengan Enterprise Rule (Prahasta, 2002). Aturan-

33 aturan yang akan disusun dalam penelitian ini difokuskan pada basis data bukan pada prosedur operasional penanganan data spasialnya. Penggunaan enterprise rule terhadap basis data spasial dilakukan dalam 2 tahap yaitu: (1). Penyusunan enterprise rule Berdasarkan analisis basis data spasial PBB dan permasalahan-permasalahan yang ada dapat dibuat peraturan penanganan data spasial PBB yang baik. Kemudian dari peraturan tersebut dilakukan penyusunan enterprise rule data spasial PBB. (2). Transformasi Enterprise Rule ke dalam basis data spasial Enterprise rule yang telah disusun harus dapat diterapkan dalam pengelolaan basis data spasial. Transformasi enterprise rule harus dapat menjaga data sesuai aturannya pada saat proses insert, update dan delete data. Transformasi tersebut dapat dilakukan melalui kode program pada aplikasi, pendefinisian pada SMBD atau gabungan kedua cara tersebut. Dalam penelitian ini penterjemahan enterprise rule dilakukan melalui pendefinisian pada SBMD sehinga diperlukan perancangan ulang basis data spasial PBB. Alasan pemilihan cara ini adalah (Silberschatz et. al., 2001): memudahkan pemeliharaan basis data; tidak tergantung dengan bahasa pemrograman tertentu; dapat mempersingkat waktu pembangunan aplikasi.